Discover millions of ebooks, audiobooks, and so much more with a free trial

Only $11.99/month after trial. Cancel anytime.

Last Second
Last Second
Last Second
Ebook163 pages1 hour

Last Second

Rating: 4.5 out of 5 stars

4.5/5

()

Read preview

About this ebook

Dipenjara selama beberapa tahun membuatnya kehilangan segalanya. Istri, anak dan bahkan segala harta kekayaannya. didalam selnya, dia hanya memikirkan satu hal. balas dendam. tentu saja. dia harus mengubah strateginya. tentu saja dia tidak bisa melakukannya secara terang-terangan. tapi, sebagaimana pepatah bilang, dimana ada kemauan pasti disana ada jalan.
setelah dia bebas dari penjara, orang berfikir bahwa dia sudah berubah. tapi, baginya, rencana besarnya baru akan dimulai.

LanguageBahasa indonesia
Release dateOct 17, 2014
ISBN9781311407603
Last Second
Author

Rifqi Mahdi Saindra

I'm an Indonesian who like to write so much. My adventure in writing begun when I was 13 years old. I wrote many stories in many notebook. But, the first time I publish my very own E-book is when I joined Smashwords. And, I also would like to thank all of the reader who read my books. without you, I'm absolutely no one. thank you for your great support these years.

Related to Last Second

Related ebooks

Action & Adventure Fiction For You

View More

Related categories

Reviews for Last Second

Rating: 4.25 out of 5 stars
4.5/5

4 ratings0 reviews

What did you think?

Tap to rate

Review must be at least 10 words

    Book preview

    Last Second - Rifqi Mahdi Saindra

    100 | Last Second Rifqi Mahdi Saindra

    Last Second

    By

    Rifqi Mahdi Saindra

    SMASHWORDS EDITION

    * * * * *

    PUBLISHED BY:

    Rifqi Mahdi Saindra on Smashwords

    Last Second

    Copyright © 2014 by Rifqi Mahdi Saindra

    Thank you for downloading this free ebook. Although this is a free book, it remains the copyrighted property of the author and may not be reproduced, scanned, or distributed for any commercial or non-commercial use without permission from the author. Quotes used in reviews are the exception. No alteration of content is allowed. If you enjoyed this book, then encourage your friends to download their own free copy.

    Your support and respect for the property of this author is appreciated.

    This book is a work of fiction and any resemblance to persons, living or dead, or places, events or locales is purely coincidental. The characters are productions of the author’s imagination and used fictitiously.

    *****

    Many thanks to Dini Sarah and Rega Megantoro who helped me write this story. Also, thank you to all ‘Friends’ who have offered their support and have allowed me to practise my writing skills on them.

    Please note that I use Indonesian language throughout.

    I hope you enjoy the story as much as I enjoyed writing it.

    *****

    LAST SECOND

    *****

    Prolog

    Awas! Syarif mendorong temannya kuat-kuat saat si ketua gembong narkoba menembak. Menghancurkan halaman depan sebuah rumah. Setelah itu dia melarikan diri.

    Kau tidak apa-apa? Syarif menarik temannya berdiri.

    Aku tidak apa-apa. Dia membersihkan debu di seluruh seragam hitamnya. Aku akan merasa lebih baik lagi kalau dia tertangkap. Ayo kejar dia!

    Abdan! Syarif memanggil temannya. Dia berdiri di samping sebuah sepeda motor besar. Entah kenapa dia selamat dari tembakan Dani yang membabi buta. Ayo, bawa motor ini.

    Kalau itu perintah, dengan senang hati aku akan melakukannya.

    Ini perintah!

    Pegangan yang kuat, pak! Abdan menarik gas dalam-dalam sejenak setelah atasannya duduk di belakangnya. Membuat Syarif hampir terjungkal.

    Apa kau tahu kemana dia pergi, Abdan?

    Aku melihat dia pergi ke arah barat, pak. Aku menduga dia sudah ditunggu. Abdan menambah kecepatan. Warna merah motor itu berkilau diterpa sinar marahari yang sebentar lagi terbenam.

    Syarif diam sejenak. Dulu, dia mengira kejar-kejaran seperti ini hanya ada di film aksi ala amerika. Tapi rupanya dugaannya sedikit meleset. Karena kenyataannya, disinilah dia berada saat ini. Berkejar-kejaran dengan ketua bandar narkoba yang dilindungi oleh banyak anak buah. Rencana melarikan diri orang itu benar-benar rapi.

    Pak? Suara Abdan mengembalikan Syarif ke masa kini. Di depan ada jembatan penyebrangan!

    Dimana dia?

    Dia di depan pak. Dengan mobil truk.

    Aku punya ide. Apakah kau bisa menyusul mobil itu?

    Bisa, pak.

    Kalau begitu lakukan!

    Tanpa banyak bertanya, Abdan segera mendahului mobil yang dibawa Dani dan berhenti tepat di depan jembatan penyebrangan. Syarif segera melompat turun dan berlari. Menaiki anak tangga tiga-tiga. Banyak pengguna jembatan yang terganggu. Tapi mereka tampak maklum dan tidak berkata macam-macam.

    Begitu mobil Dani melintas di bawahnya, Syarif segera melompat dan mendarat di bak mobil truk itu. Rupanya, Syarif menginjak wajah satu orang yang berjaga di sana. Membuatnya pingsan seketika.

    Ada apa? Suara orang terkejut terdengar dari handy talky yang ada di samping Syarif. Apa yang terjadi?

    Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpeleset.

    Setelah Syarif menjawab seperti itu, handy talky tersebut tidak membunyikan suara lagi.

    Malam semakin kelam. Pengelihatan juga semakin berkurang. Karena itulah Syarif tidak terlihat, bahkan oleh pengendara lain.

    Tidak lama kemudian, truk itu berhenti di tempat yang lebih sepi. Syarif segera meminta bantuan.

    Bodoh! Setelah perkataan tersebut, pintu sebelah kanan terbuka dan si supir berlari menjauhi truk. Kelihatannya si supir sudah kehilangan sesuatu dan bosnya tampak tidak senang.

    Setelah selesai dengan urusannya, orang itu segera kembali dan mendapati mobilnya sudah meninggalkannya.

    Cepat! Setelah melewati terowongan itu, kita akan aman.

    Tanpa diduga, Syarif malah menarik tuas rem tangan dan menginjak pedal rem dalam-dalam. Teman yang duduk di sampingnya terpental ke depan dan kepalanya terbentur kaca.

    Dia segera menodongkan senapan M-16-nya dan mendapati Syarif juga sudah menodongkan pistol padanya.

    Syarif! Katanya sedikit terkejut. Harusnya aku tahu.

    Sayangnya kau tidak tahu.

    Aku akan membunuhmu, Syarif!

    Coba saja. Tantang Syarif.

    Karena merasa tertantang, dia segera mengarahkan moncong senapannya ke kepala Syarif dan menarik pelatuk.

    Tidak ada yang terjadi.

    Apa? Apa yang terjadi?

    Ups. Kau gagal. Giliranku. Syarif menendang dadanya cukup kuat hingga dia terjungkal keluar.

    Belum sempat dia bangkit, Syarif sudah menjulang di depannya. Pistolnya terangkat. Siap menembak.

    Kau ditangkap.

    Satu

    Maaf Dik

    Deburan ombak dan hembusan angin malam selalu menemaninya sejak pertama kali dia menginjakkan kakinya di tempat ini. Di atas karpet yang tadi ia bawa, ia berbaring sejenak. Memperhatikan bintang yang sesekali muncul di sana. Di langit yang kelam.

    Kenapa sih, kamu harus meninggalkanku? Dia berkata pelan. Lebih kepada dirinya sendiri. Tidak bisakah acara ini ditunda? Setidaknya sampai beberapa tahun kedepan. Saat aku lebih besar dan lebih dewasa.

    Dini memperhatikan langit. Selain bulan purnama, ada beberapa bintang yang juga terlihat malam itu. Ini adalah malam terakhirnya di sini. Sudah sejak seminggu yang lalu dia dan keluarganya menetap di sebuah hotel tak jauh dari pantai. Dia ingat dia berkejaran dengannya kemarin. Dua hari yang lalu. Intinya, Dini selalu bersenang-senang dengannya.

    Lalu, tadi pagi, dia mengetuk kamarnya. Dini yang awalnya senang berubah terkejut saat pria yang ada di depannya sudah berpakaian rapi. Berseragam serba coklat, ditambah dengan sentuhan perlengkapan lain. Dia tersenyum ramah. Senyumnya terbentuk sempurna. Biasanya, senyum itu bisa melenyapkan duka dalam sekejap. Menggantikannya dengan suasana teduh dan nyaman. Tapi semua itu tidak berlaku saat ini. Dini termangu di depan pintu kamarnya.

    Ayo, masuk dulu. Ada yang ingin kakak bicarakan padamu. Laki-laki itu menarik Dini ke dalam kamar dan memintanya duduk di ranjang.

    Apa… Kenapa… Sepertinya Dini sudah kehilangan kemampuan untuk berbicara pagi ini.

    Biar aku yang mulai. Aku berpakaian begini karena akan ada acara penting.

    Jadi, kakak diundang untuk menghadiri acara tersebut? Kenapa kakak tidak bilang dari kemarin? Tahu nggak? Kakak membuat Dini kaget.

    Dan mungkin apa yang akan kukatakan sekarang akan membuatmu sedih.

    Hei, kak. Apa ada yang ingin kakak bicarakan?

    Kakak tidak enak hati untuk membicarakannya, sebenarnya.

    Sudahlah, ceritakan saja kak.

    Tapi janji ya, Dini jangan sampai terkejut.

    Mendengar kata ‘terkejut’ Dini mulai merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?

    Ya, sudah. Ceritakan saja kak. Dini membuang rasa khawatirnya jauh-jauh.

    Din, kakak akan dipindah tugaskan ke Bali. Mulai hari ini.

    Dini tidak bisa bergerak. Tubuhnya bagai disambar petir di siang bolong. Dia tidak bisa bergerak. Hanya bisa menatap kakaknya degan tatapan tidak percaya. Muncul sedikit harapan yang tidak mungkin terjadi dalam hatinya. Dia berharap dia salah dengar. Tapi tidak mungkin. Telinganya masih sehat. Berarti kakaknya akan meninggalkannya. Untuk waktu yang tidak ditentukan.

    Din, kakak tidak bermaksud… Dini! adiknya yang diajak berdiri beranjak dari ranjang begitu saja. Meninggalkan dia di sana sendirian. Tadinya dia ingin mengejar adiknya. Tapi rupanya ibunya menahannya.

    Kejadian yang terjadi pagi ini sukses membuat pikiran Dini kacau. Setelah meninggalkan kakaknya sendirian di kamarnya, Dini mengangis tersedu di kamar yang ditempati oleh ayah dan ibunya. Dini masih berharap kalau kejadian hari ini adalah mimpi.

    Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Dini tidak menyadari kalau ibunya sudah berdiri beberapa meter di belakangnya.

    Dini, ayo segera masuk nak. Nanti bisa-bisa kamu sakit.

    Dini duduk dan menatap mata ibunya. Lalu kembali memperhatikan laut.

    Ibunya mengerti isyarat itu. Dini ingin bicara. Ibu segera berjalan mendekat

    Enjoying the preview?
    Page 1 of 1