Last Second
4.5/5
()
About this ebook
Dipenjara selama beberapa tahun membuatnya kehilangan segalanya. Istri, anak dan bahkan segala harta kekayaannya. didalam selnya, dia hanya memikirkan satu hal. balas dendam. tentu saja. dia harus mengubah strateginya. tentu saja dia tidak bisa melakukannya secara terang-terangan. tapi, sebagaimana pepatah bilang, dimana ada kemauan pasti disana ada jalan.
setelah dia bebas dari penjara, orang berfikir bahwa dia sudah berubah. tapi, baginya, rencana besarnya baru akan dimulai.
Rifqi Mahdi Saindra
I'm an Indonesian who like to write so much. My adventure in writing begun when I was 13 years old. I wrote many stories in many notebook. But, the first time I publish my very own E-book is when I joined Smashwords. And, I also would like to thank all of the reader who read my books. without you, I'm absolutely no one. thank you for your great support these years.
Related to Last Second
Related ebooks
Digoyang Fazira, Istri Ketua Ormas Rating: 5 out of 5 stars5/5Selingkuh Undercover: Mbak Ameera Rating: 4 out of 5 stars4/5Digoda Istri Bos Rating: 4 out of 5 stars4/5Demoniac the anti god Rating: 5 out of 5 stars5/5Bonus Birahi Helena, CEO Galak Rating: 4 out of 5 stars4/5Cinta Terlarang Zuraya, Istri yang Tergoda Rating: 5 out of 5 stars5/5Suami Pengganti untuk Tante Lestari Rating: 4 out of 5 stars4/5Geliat Attiqah, Perempuan Judes Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Pemuas Nafsu: Erang Kenikmatan Lie Mo Ciu Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsBonus Birahi Untuk Tante Sekompleks Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsBukan Istri Majikan Rating: 4 out of 5 stars4/5Digoda Istri Dosen: Seri Selingkuh Rating: 4 out of 5 stars4/5Digoyang Pramita, Dosen yang Galak Rating: 5 out of 5 stars5/5Digenjot Mutia, Istri Tetangga Rating: 3 out of 5 stars3/5Cinta 3 Sisi [Not English] Rating: 4 out of 5 stars4/51 Pintu 3 Cinta Rating: 4 out of 5 stars4/5Suami Pengganti untuk Karina Rating: 4 out of 5 stars4/5My Friend's Wife: Anjani: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Rating: 4 out of 5 stars4/5Skandal Pesta Lajang Alisha, Maura dan Salina Rating: 4 out of 5 stars4/5Perempuan Bergaun Kafan Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsMy Friend's Wife: Raisa: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Rating: 4 out of 5 stars4/5Menggoda Aurell, Kekasih Teman Rating: 5 out of 5 stars5/5Terpesona Gadis Tetangga Rating: 5 out of 5 stars5/5Gajah Mada: Cinta Dua Dunia Rating: 4 out of 5 stars4/5Suami Pengganti untuk Tante Farah Rating: 3 out of 5 stars3/5Suami Pengganti untuk Ambarwati Rating: 4 out of 5 stars4/5Rahasia Ibu Guru Gayatri Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsMy Friend's Wife: Annisa: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Rating: 3 out of 5 stars3/5Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia Rating: 2 out of 5 stars2/5Terjebak Cinta Berbayar Rating: 5 out of 5 stars5/5
Action & Adventure Fiction For You
Pendekar Pedang Naga Menangis: Malaekat Putih: Seri Pendekar Pedang Naga Menangis, #1 Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Empat Alis: Bandit Penyulam: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsSi Pemetik Bintang: Geliat Jago Pedang Rating: 4 out of 5 stars4/5Pendekar Pemikat Kembang: Go-bi Sin-kiam Rating: 4 out of 5 stars4/5Mandat dari Pakde: Satir Getir untuk Sebuah Negeri Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Tanpa Air Mata Rating: 5 out of 5 stars5/5Kejar, Kumpulan Cerpen Suspense Rating: 5 out of 5 stars5/5Kisah Supernatural Dari Dunia Jin Vol 1 Rating: 4 out of 5 stars4/5Garuda Hitam Rating: 4 out of 5 stars4/5Pedang Bermandikan Kembang Rating: 5 out of 5 stars5/5Lyra Gadis Perkasa Rating: 3 out of 5 stars3/5Pendekar Harum: Maling Romantis: Serial Pendekar Harum Rating: 4 out of 5 stars4/5Di Belakang Barisan Musuh Diselamatkan oleh Senjata Rahasia: Bahasa Indoneasia Rating: 4 out of 5 stars4/5Senjata Rahasia Bulu Merak: Seri Tujuh Senjata, #2 Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Empat Alis: Kekaisaran Rajawali Emas: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 5 out of 5 stars5/5Kerajaan Misteri Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPendekar Empat Alis: Duel Jago Pedang: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Rating: 5 out of 5 stars5/5Sisi yang Berlawanan Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPerjalanan ke Masa Lalu Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPerburuan Wahyu Cakraningrat Rating: 2 out of 5 stars2/5Pendekar Negeri Minahasa, Buku Pertama, Darah: Kisah Para Waraney, #1 Rating: 5 out of 5 stars5/5Pendekar Negeri Minahasa Buku Kedua: Api: Kisah Para Waraney Rating: 4 out of 5 stars4/5Analisis Masalah Seksual Rating: 0 out of 5 stars0 ratingsPedang Abadi: Seri Tujuh Senjata Rating: 0 out of 5 stars0 ratings
Related categories
Reviews for Last Second
4 ratings0 reviews
Book preview
Last Second - Rifqi Mahdi Saindra
100 | Last Second Rifqi Mahdi Saindra
Last Second
By
Rifqi Mahdi Saindra
SMASHWORDS EDITION
* * * * *
PUBLISHED BY:
Rifqi Mahdi Saindra on Smashwords
Last Second
Copyright © 2014 by Rifqi Mahdi Saindra
Thank you for downloading this free ebook. Although this is a free book, it remains the copyrighted property of the author and may not be reproduced, scanned, or distributed for any commercial or non-commercial use without permission from the author. Quotes used in reviews are the exception. No alteration of content is allowed. If you enjoyed this book, then encourage your friends to download their own free copy.
Your support and respect for the property of this author is appreciated.
This book is a work of fiction and any resemblance to persons, living or dead, or places, events or locales is purely coincidental. The characters are productions of the author’s imagination and used fictitiously.
*****
Many thanks to Dini Sarah and Rega Megantoro who helped me write this story. Also, thank you to all ‘Friends’ who have offered their support and have allowed me to practise my writing skills on them.
Please note that I use Indonesian language throughout.
I hope you enjoy the story as much as I enjoyed writing it.
*****
LAST SECOND
*****
Prolog
Awas!
Syarif mendorong temannya kuat-kuat saat si ketua gembong narkoba menembak. Menghancurkan halaman depan sebuah rumah. Setelah itu dia melarikan diri.
Kau tidak apa-apa?
Syarif menarik temannya berdiri.
Aku tidak apa-apa.
Dia membersihkan debu di seluruh seragam hitamnya. Aku akan merasa lebih baik lagi kalau dia tertangkap. Ayo kejar dia!
Abdan!
Syarif memanggil temannya. Dia berdiri di samping sebuah sepeda motor besar. Entah kenapa dia selamat dari tembakan Dani yang membabi buta. Ayo, bawa motor ini.
Kalau itu perintah, dengan senang hati aku akan melakukannya.
Ini perintah!
Pegangan yang kuat, pak!
Abdan menarik gas dalam-dalam sejenak setelah atasannya duduk di belakangnya. Membuat Syarif hampir terjungkal.
Apa kau tahu kemana dia pergi, Abdan?
Aku melihat dia pergi ke arah barat, pak. Aku menduga dia sudah ditunggu.
Abdan menambah kecepatan. Warna merah motor itu berkilau diterpa sinar marahari yang sebentar lagi terbenam.
Syarif diam sejenak. Dulu, dia mengira kejar-kejaran seperti ini hanya ada di film aksi ala amerika. Tapi rupanya dugaannya sedikit meleset. Karena kenyataannya, disinilah dia berada saat ini. Berkejar-kejaran dengan ketua bandar narkoba yang dilindungi oleh banyak anak buah. Rencana melarikan diri orang itu benar-benar rapi.
Pak?
Suara Abdan mengembalikan Syarif ke masa kini. Di depan ada jembatan penyebrangan!
Dimana dia?
Dia di depan pak. Dengan mobil truk.
Aku punya ide. Apakah kau bisa menyusul mobil itu?
Bisa, pak.
Kalau begitu lakukan!
Tanpa banyak bertanya, Abdan segera mendahului mobil yang dibawa Dani dan berhenti tepat di depan jembatan penyebrangan. Syarif segera melompat turun dan berlari. Menaiki anak tangga tiga-tiga. Banyak pengguna jembatan yang terganggu. Tapi mereka tampak maklum dan tidak berkata macam-macam.
Begitu mobil Dani melintas di bawahnya, Syarif segera melompat dan mendarat di bak mobil truk itu. Rupanya, Syarif menginjak wajah satu orang yang berjaga di sana. Membuatnya pingsan seketika.
Ada apa?
Suara orang terkejut terdengar dari handy talky yang ada di samping Syarif. Apa yang terjadi?
Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpeleset.
Setelah Syarif menjawab seperti itu, handy talky tersebut tidak membunyikan suara lagi.
Malam semakin kelam. Pengelihatan juga semakin berkurang. Karena itulah Syarif tidak terlihat, bahkan oleh pengendara lain.
Tidak lama kemudian, truk itu berhenti di tempat yang lebih sepi. Syarif segera meminta bantuan.
Bodoh!
Setelah perkataan tersebut, pintu sebelah kanan terbuka dan si supir berlari menjauhi truk. Kelihatannya si supir sudah kehilangan sesuatu dan bosnya tampak tidak senang.
Setelah selesai dengan urusannya, orang itu segera kembali dan mendapati mobilnya sudah meninggalkannya.
Cepat! Setelah melewati terowongan itu, kita akan aman.
Tanpa diduga, Syarif malah menarik tuas rem tangan dan menginjak pedal rem dalam-dalam. Teman yang duduk di sampingnya terpental ke depan dan kepalanya terbentur kaca.
Dia segera menodongkan senapan M-16-nya dan mendapati Syarif juga sudah menodongkan pistol padanya.
Syarif!
Katanya sedikit terkejut. Harusnya aku tahu.
Sayangnya kau tidak tahu.
Aku akan membunuhmu, Syarif!
Coba saja.
Tantang Syarif.
Karena merasa tertantang, dia segera mengarahkan moncong senapannya ke kepala Syarif dan menarik pelatuk.
Tidak ada yang terjadi.
Apa? Apa yang terjadi?
Ups. Kau gagal. Giliranku.
Syarif menendang dadanya cukup kuat hingga dia terjungkal keluar.
Belum sempat dia bangkit, Syarif sudah menjulang di depannya. Pistolnya terangkat. Siap menembak.
Kau ditangkap.
Satu
Maaf Dik
Deburan ombak dan hembusan angin malam selalu menemaninya sejak pertama kali dia menginjakkan kakinya di tempat ini. Di atas karpet yang tadi ia bawa, ia berbaring sejenak. Memperhatikan bintang yang sesekali muncul di sana. Di langit yang kelam.
Kenapa sih, kamu harus meninggalkanku?
Dia berkata pelan. Lebih kepada dirinya sendiri. Tidak bisakah acara ini ditunda? Setidaknya sampai beberapa tahun kedepan. Saat aku lebih besar dan lebih dewasa.
Dini memperhatikan langit. Selain bulan purnama, ada beberapa bintang yang juga terlihat malam itu. Ini adalah malam terakhirnya di sini. Sudah sejak seminggu yang lalu dia dan keluarganya menetap di sebuah hotel tak jauh dari pantai. Dia ingat dia berkejaran dengannya kemarin. Dua hari yang lalu. Intinya, Dini selalu bersenang-senang dengannya.
Lalu, tadi pagi, dia mengetuk kamarnya. Dini yang awalnya senang berubah terkejut saat pria yang ada di depannya sudah berpakaian rapi. Berseragam serba coklat, ditambah dengan sentuhan perlengkapan lain. Dia tersenyum ramah. Senyumnya terbentuk sempurna. Biasanya, senyum itu bisa melenyapkan duka dalam sekejap. Menggantikannya dengan suasana teduh dan nyaman. Tapi semua itu tidak berlaku saat ini. Dini termangu di depan pintu kamarnya.
Ayo, masuk dulu. Ada yang ingin kakak bicarakan padamu.
Laki-laki itu menarik Dini ke dalam kamar dan memintanya duduk di ranjang.
Apa… Kenapa…
Sepertinya Dini sudah kehilangan kemampuan untuk berbicara pagi ini.
Biar aku yang mulai. Aku berpakaian begini karena akan ada acara penting.
Jadi, kakak diundang untuk menghadiri acara tersebut? Kenapa kakak tidak bilang dari kemarin? Tahu nggak? Kakak membuat Dini kaget.
Dan mungkin apa yang akan kukatakan sekarang akan membuatmu sedih.
Hei, kak. Apa ada yang ingin kakak bicarakan?
Kakak tidak enak hati untuk membicarakannya, sebenarnya.
Sudahlah, ceritakan saja kak.
Tapi janji ya, Dini jangan sampai terkejut.
Mendengar kata ‘terkejut’ Dini mulai merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Ya, sudah. Ceritakan saja kak.
Dini membuang rasa khawatirnya jauh-jauh.
Din, kakak akan dipindah tugaskan ke Bali. Mulai hari ini.
Dini tidak bisa bergerak. Tubuhnya bagai disambar petir di siang bolong. Dia tidak bisa bergerak. Hanya bisa menatap kakaknya degan tatapan tidak percaya. Muncul sedikit harapan yang tidak mungkin terjadi dalam hatinya. Dia berharap dia salah dengar. Tapi tidak mungkin. Telinganya masih sehat. Berarti kakaknya akan meninggalkannya. Untuk waktu yang tidak ditentukan.
Din, kakak tidak bermaksud… Dini!
adiknya yang diajak berdiri beranjak dari ranjang begitu saja. Meninggalkan dia di sana sendirian. Tadinya dia ingin mengejar adiknya. Tapi rupanya ibunya menahannya.
Kejadian yang terjadi pagi ini sukses membuat pikiran Dini kacau. Setelah meninggalkan kakaknya sendirian di kamarnya, Dini mengangis tersedu di kamar yang ditempati oleh ayah dan ibunya. Dini masih berharap kalau kejadian hari ini adalah mimpi.
Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Dini tidak menyadari kalau ibunya sudah berdiri beberapa meter di belakangnya.
Dini, ayo segera masuk nak. Nanti bisa-bisa kamu sakit.
Dini duduk dan menatap mata ibunya. Lalu kembali memperhatikan laut.
Ibunya mengerti isyarat itu. Dini ingin bicara. Ibu segera berjalan mendekat