Discover millions of ebooks, audiobooks, and so much more with a free trial

Only $11.99/month after trial. Cancel anytime.

Lyra Gadis Perkasa
Lyra Gadis Perkasa
Lyra Gadis Perkasa
Ebook159 pages1 hour

Lyra Gadis Perkasa

Rating: 3 out of 5 stars

3/5

()

Read preview

About this ebook

Lyra, remaja kelas 2 SMA. Dia berhasil mendapatkan formula rahasia ciptaan papanya, yang dicari sekelompok orang misterius. Lyra, yang mendapat kekuatan aneh terpaksa berurusan dengan sekelompok orang yang tak segan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan yang diinginkan.
Bisakah Lyra menggunakan kekuatannya untuk mengadapi para pejahat?
 

LanguageBahasa indonesia
Release dateMar 5, 2017
ISBN9781386290490
Lyra Gadis Perkasa

Read more from Fary Sj Oroh

Related authors

Related to Lyra Gadis Perkasa

Related ebooks

Action & Adventure Fiction For You

View More

Related categories

Reviews for Lyra Gadis Perkasa

Rating: 3 out of 5 stars
3/5

2 ratings0 reviews

What did you think?

Tap to rate

Review must be at least 10 words

    Book preview

    Lyra Gadis Perkasa - FARY SJ OROH

    Hak cipta dilindungi undang-undang

    Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

    Ayah Lyra diserang penjahat. Lyra, remaja kelas 2 SMA harus memecahkan pesan rahasia sang ayah, yang ternyata membuatnya menjadi berbeda. Lyra kemudian terpaksa berurusan dengan sekelompok orang yang tak segan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan yang diinginkan.

    Bisakah Lyra menggunakan kekuatannya untuk menghadapi para penjahat?

    1

    LYRA Dananjaya menguap malas. Dia melirik jam tangannya. Masih 40 menit sebelum bel tanda pelajaran berakhir dibunyikan. 40 menit yang akan terasa seperti empat puluh tahun.

    Dia melirik rekan-rekannya. Hanya segelintir yang benar-benar memerhatikan celoteh Ibu Ginarsih. Guru bertubuh kecil mungil dengan kacamata tebal dan besar itu bercerita tentang sejarah. Dia bertutur seperti berpidato, dan sama sekali tidak peduli apakah murid-murid di kelas itu mendengarnya atau tidak.

    Lyra kembali mendesah. Kertas di depannya sudah penuh dengan beraneka coretan. Ya. Seperti teman-teman lain di 2 Ipa 3, Lyra menghabiskan waktu untuk mencoret-coret guna mengusir rasa jemu. Juga kantuk.

    Lagi-lagi Lyra menguap malas. Jemari tangan kanannya menutupi mulut. Dia menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, berharap gerakan itu akan mengusir rasa kantuk jauh-jauh. Rambutnya yang panjang sebahu tersibak perlahan.

    Lyra memiliki wajah khas remaja yang penuh antusias namun mudah merasa bosan. Tubuhnya tinggi, agak kurus. Matanya suka dikerjap-kerjapkan jika sedang bicara. Hidungnya mancung dengan bibir yang mudah tersenyum. Sejumlah rekannya bilang kalau wajahnya mirip artis sinetron Natasha Wilona. Dan biasanya, jika ada yang berujar seperti itu, setengah bercanda Lyra akan bilang, Kayaknya masih lebih cantik aku deh...

    Terdengar ketukan di pintu dan seorang lelaki muda masuk. Itu Sarwo, pegawai kantor yang biasa disuruh-suruh Ibu Wedowati, Kepala Sekolah SMA Kemuning Kencana. Sarwo terlihat berbisik ke ibu Ginarsih. Ibu Ginarsih melirik ke arah Lyra dan mengangguk.

    Lyra, Lyra Dananjaya, kau dipanggil kepala sekolah, kata Ibu Ginarsih.

    Lyra tersentak. Kepala sekolah? Apa urusannya dengan kepala sekolah? Teman-temannya terlihat bergumam. Berbisik. Bergunjing. Dipanggil kepala sekolah biasanya merupakan pertanda buruk.

    Dengan malas Lyra bangkit.

    Jangan lupa bawa tasmu, Lyra, kata ibu Ginarsih.

    Lyra mengerutkan keningnya namun tidak membantah. Membawa tas artinya dia tak akan kembali ke kelas. Ada apa?

    Dia memasukkan semua buku, termasuk kertas yang dijadikan coretan. Dia memeriksa laci meja dan kemudian meletakkan tas ke punggung.

    Pssst, Lyra... Gadis yang duduk di sebelah Lyra, Sitoresmi, memberi isyarat dengan ibu jari dan kelingking diletakkan di telinga. Lyra mengangguk.

    Ada apa pak Sarwo? Lyra bertanya penasaran.

    Sarwo tidak menjawab. Lelaki itu justru mempercepat langkahnya. Lorong sekolah sunyi. Samar terdengar suara sejumlah guru di kelas. Di kejauhan terdengar suara para murid yang ramai berteriak.

    Tak lama, mereka tiba di ruang kepala sekolah.

    Sarwo mengetuk dan membuka pintu, mempersilakan Lyra masuk.

    Udara dingin menyambut Lyra. Seperti biasa, AC di ruangan kepala sekolah disetel sedingin mungkin. Lyra menggigil.

    Oh Lyra, masuklah, kata Wedowati, sang kepala sekolah. Dia perempuan berusia 40-an tahun, dengan kacamata yang sedikit tergantung di atas hidung.  Di depan Wedowati duduk dua lelaki bertubuh tegap yang langsung berdiri begitu melihat Lyra.

    Lyra, ini bapak-bapak dari kepolisian. Mereka mau mengatakan sesuatu padamu...

    Seorang lelaki berwajah tampan berambut pendek segera mendekati Lyra dan mengulurkan tangannya.

    "Saya Banyu dari kepolisian. Maaf jika saya membawa kabar buruk. Ini tentang papamu...’

    Papa? Ada apa? Lyra bertanya tercekat. Ada apa polisi datang dan mengatakan kabar buruk tentang papanya?

    Ada orang yang membobol laboratorium papamu tadi pagi. Mereka rupanya menyerang papamu. Dia kini di rumah sakit...

    Ahhh... Lyra merasa darahnya membeku.

    Bagaimana... mama?

    Oh mamamu tak apa-apa. Mama adik yang justru menemukan papamu karena tidak menyahut ketika dipanggil...

    Apakah... apakah papa baik-baik saja?

    Papamu di rumah sakit sekarang. Untuk itu kami menjemputmu guna dibawa ke rumah sakit...

    Mobil polisi berwarna hitam itu melaju kencang. Polisi yang mengaku bernama Banyu duduk di samping Lyra. Lyra mencoba menekan perasaan gundah yang kini merasuk pikirannya. Ada orang yang membobol laboratorium papanya!!

    Laboratorium papanya menyatu dengan rumah, terletak di sebelah kanan dekat garasi mobil. Selama ini tak ada orang lain yang memasuki laboratorium itu. Hanya Lidya, ibu Lyra yang sesekali memasuki laboratorium jika suaminya melewati jam makan.

    Jika tak sibuk mengajar di sejumlah perguruan tinggi, Doktor Nathan Dananjaya menghabiskan waktunya di laboratorium, kecuali hari Minggu. Di hari Minggu, Nathan menghabiskan waktunya bersama istri dan putrinya.

    Apakah adik Lyra tahu apa kira-kira yang sedang dibuat papa? Kami sudah memeriksa laboratorium tempat papamu bekerja. Laboratorium diobrak-abrik. Rupanya para penyusup mencari sesuatu. Apakah adik Lyra tahu apa kira-kira yang mereka cari?

    Lyra menggeleng.

    Papa tak pernah bercerita tentang apa yang dibuatnya. Hanya...

    Hanya apa?

    Papa pernah bilang, dia sedang mengerjakan sesuatu yang akan mengubah manusia. Akan membuat manusia menjadi lebih baik. Namun hanya itu...

    Polisi Banyu mengangguk. Dia kemudian mengambil walkie talkie dan berbicara dengan seseorang. Lyra tidak tertarik untuk menguping dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Gadis itu menatap ke samping, melihat gedung, mobil dan manusia yang seperti berlari.

    Selama ini dia tahu kalau papanya mengerjakan sesuatu yang luar biasa. Setidaknya itu yang berulang kali dikatakan papanya. Namun Lyra sama sekali tidak menyangka kalau pekerjaan papanya ternyata berbahaya. Kini, papanya ada di rumah sakit!!

    Mobil yang mereka tumpangi memasuki area parkir Rumah Sakit Umum Bait-El. Banyu dan dua rekannya bergegas. Mereka menuju ruang ICU.

    Seorang perempuan cantik berusia awal 40-an tahun menyambut dan memeluk Lyra. Di dekat perempuan itu berdiri seorang lelaki berusia 60-an tahun, berkacamata gagang tanduk yang memegang tongkat berwarna kuning. Lyra kenal lelaki yang berdiri di samping mamanya itu, yakni om Burhan, yang selama ini merupakan penyandang dana utama berbagai penelitian dan percobaan yang dilakukan papanya.

    Mama, bagaimana papa?

    Papa sudah sadar. Sejak tadi dia mencarimu. Katanya ada hal penting yang akan disampaikannya padamu...

    Kau harus tabah, nak Lyra, om Burhan berujar sambil memegang bahu gadis itu. Aku mengenal papamu selama puluhan tahun. Dia orang yang gigih dan kuat. Papamu pasti bisa mengatasi, apapun yang kini dideritanya...

    Lyra mengangguk perlahan dan mengucapkan terima kasih.

    Dengan dada berdegub kencang Lyra memasuki ruangan ICU. Aroma obat-obatan menusuk hidung. Lyra menahan nafas. Aroma obat-obatan membuat kepalanya pening.

    Lyra menggigil. Dia tak tahu pasti apakah karena AC di ruangan itu yang sangat dingin, atau kekhawatiran pada papanya yang membuatnya menggigil

    Nathan Dananjaya tersenyum melihat kedatangan putrinya. Dia terbaring dengan infus di tangan kanan dan selang di mulut. Wajah lelaki itu pucat pasi. Ada bekas memar kemerahan di pipi kanan, juga dekat alis sebelah kiri.

    Ly...ra... mendekatlah...

    Lyra mendekat dan memegang lengan papanya.

    Bagaimana keadaan papa? Papa baik-baik saja bukan?

    Nathan Dananjaya menggeleng dan memberi isyarat agar Lyra mendekat.

    Boks net. User Jingga, password Hari Pahlawan, Hari Proklamasi, Hari Sumpah Pemuda,  Hari Ibu...

    Papa?

    Boks net... Nathan terbatuk. Ingat baik-baik. Username Jingga. Password... password... Selang di mulut membuat suara Nathan Dananjaya terdengar aneh di telinga Lyra. Namun dia bisa memahami apa yang diucapkan papanya.

    Lyra mendekatkan telinganya ke bibir sang ayah. Password Hari Pahlawan, Hari Proklamasi, Hari Sumpah Pemuda,  Hari Ibu. Jangan... ah... jangan wifi... hati-hati...

    Nathan kembali terbatuk dan tersengal.

    Maaf dik, papamu harus beristirahat sekarang. Kondisinya belum stabil, kata seorang perawat sambil menutup tirai.

    Lyra mengangguk dan menatap mamanya. Perempuan itu terlihat pucat. Wajahnya yang cantik nampak lelah. Di sampingnya om Burhan terlihat mengucapkan kalimat menguatkan. Di dekat pintu masuk, polisi Banyu sedang berbisik dengan rekannya.

    Lyra mendesah. Dia mengingat kembali pesan sang ayah. Pesan yang aneh.

    Gadis muda itu merinding. Apakah pesan ayahnya itu punya kaitan dengan penyerangan di laboratorium? <>

    2

    DENGAN lesu Lyra membuka kunci pintu depan rumahnya. Biasanya, pulang ke rumah merupakan momen yang paling membuatnya senang. Namun

    Enjoying the preview?
    Page 1 of 1