You are on page 1of 5

Asuransi saat ini bisa dikatakan salah satu pendukung utama pertumbuhan ekonomi nasional, karena mampu membuka

lapangan kerja baru dengan membentuk agen asuransi. Dengan membentuk agen asuransi dalam jumlah yang besar, maka peran asuransi dalam mengurangi pengangguran cukup besar, sehingga asuransi ke depan makin diminati masyarakat luas. Pasar asuransi di dalam negeri dalam jangka panjang masih menjanjikan yang mendorong pelaku bisnis asuransi aktif melakukan usahanya menarik nasabah lebih besar. Karena itu ,para pelaku asuransi berlomba-lomba meningkatkan keberadaannya dengan menambah agen asuransi, promosi bahkan meluncurkan produk-produk baru. Pasar yang menjanjikan didukung ekonomi yang terus tumbuh mendorong investor asing juga berminat untuk melakukan bisnis asuransi di dalam negeri. Ekonomi nasional berdasarkan laporan data ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen, meski pemerintah sebelumnya memperkirakan hanya tumbuh 6,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia makin tumbuh yang mendorong para vendor asuransi makin aktif melakukan kegiatan usaha di pasar domestik. Para pelaku usaha optimis akan dapat meraih keuntungan yang lebih tinggi, berkat besarnya jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 230.00 juta jiwa, mereka makin menyadari akan pentingnya menjadi anggota asuransi. Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih. Pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Ada dua bentuk perjanjian dalam menetapkan jumlah pembayaran pada saat jatuh tempo asuransi yaitu kontrak nilai dan kontrak indemnitas. Kontrak nilai adalah perjanjian dimana jumlah pembayarannya telah ditetapkan dimuka. Misal, nilai Uang Pertanggungan (UP) pada asuransi jiwa. Sedangkan Kontrak indemnitas adalah perjanjian yang jumlah santunannya didasarkan atas jumlah kerugian finansial yang sesungguhnya. Misal, biaya perawatan rumah sakit. Industri asuransi diproyeksikan akan terus berkembang pada 2011 dan pertumbuhan itu diharapkan tidak hanya menjadi pengikut pertumbuhan ekonomi, melainkan sebagai pemicu atau penggerak perekonomian Indonesia. "Pertumbuhan dari industri asuransi itu diharapkan berkontribusi positif terhadap ekonomi di dalam negeri. Saat ini, peluang bisnis asuransi terbuka lebar," kata Direktur Utama AJB Bumiputera 1912 Dirman Pardosi. Beberapa faktor pemicu pertumbuhan industri asuransi di Indonesia, kata Dirman Pardosi , masyarakat Indonesia sudah semakin paham akan pentingnya asuransi, bukan hanya melindungi dari risiko kecelakaan tetapi dapat juga sebagai sarana investasi. "Masyarakat semakin sadar, asuransi tidak hanya untuk melindungi mereka dari risiko kecelakaan maupun penyakit, tetapi bisa juga untuk berinvestasi," ujarnya.

Ia menambahkan, dalam lima tahun terakhir kinerja keuangan industri asuransi nasional memberikan tren positif dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Setiap tahun pertumbuhan rata-rata premi asuransi sebesar 23 persen, sementara pertumbuhan aset sekitar 25 persen. Dengan pertumbuhan industri asuransi dengan tren positif itu, industri asuransi dapat dikatakan menjadi penggerak perekonomian Indonesia lebih baik. "Selama ini kami melihat industri asuransi masih menjadi penikmat pertumbuhan ekonomi, belum menjadi salah satu pendorong perekonomian untuk menjadi lebih baik," ujarnya. Sepanjang ekonomi tumbuh dunia bisnis akan mengalami pertumbuhan dan pada 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan 6,5 persen, sedangkan pertumbuhan asuransi baru sekitar 20 persen. Dengan demikian, peluang untuk tumbuh sangat terbuka lebar, tuturnya. Menurut dia, "pertumbuhan ekonomi kita kan positif, apalagi masyarakat belum jenuh terhadap asuransi jiwa, bahkan jika pertumbuhan ekonomi negatif pun peluang bisnis asuransi jiwa terbuka lebar,". Menurut Dirman, industri asuransi berkontribusi sekitar satu persen terhadap produk domestik bruto (gross domestic bruto/GDP). Sementara itu, Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Kementerian Keuangan Isa Rachma-tarwata mengatakan, industri perasuransian di Indonesia wajib memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi saat ini, untuk menghadapi persaingan lebih ketat. "Diharapkan ada asuransi lokal yang bisa berbicara di level internasional," katanya. Sebelum dapat diasuransikan, maka perusahaan asuransi harus mempertimbangkan insurable interest dan anti seleksi. Insurable interest berkaitan dengan hubungan antara tertanggung dengan penerima santunan/manfaat dalam hal terjadi kerugian potensial. Contoh, perusahaan asuransi tidak akan menjual polis asuransi kebakaran kepada pihak selain pemilik gedung yang diasuransikan. Insurable interest dalam contoh ini adalah kepemilikan terhadap sesuatu yang diasuransikan. Proses identifikasi dan klasifikasi tingkat risiko itu disebut underwriting atau seleksi risiko. Namun bukan berarti anti seleksi menyebabkan pengajuan asuransinya ditolak, karena bagi tertanggung dengan risiko kerugian diatas rata-rata dapat dikenakan premi sub standar (premi khusus) disebabkan risikonya substandar (risiko khusus) kecuali jika kemungkinan kerugiannya jauh lebih tinggi, mungkin permohonan asuransinya ditolak. Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack, asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Sedangkan menurut Prof. Mark R. Green, asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batasbatas tertentu. Jadi dapat diambil kesimpulan asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu.

Asuransi berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan. Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) resiko dari tertanggung kepada penanggung. Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan terhadap keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi, meski perkembangan industri asuransi di Indonesia sempat vakum selama masa penjajahan Jepang. Kebutuhan jaminan yang dapat dipenuhi oleh asuransi jiwa seperti kebutuhan pribadi, meliputi, penyediaan biaya-biaya hidup final seperti biaya yang berkaitan dengan kematian, biaya pembayaran tagihan berupa hutang atau pinjaman yang harus dilunasi, tunjangan keluarga, biaya pendidikan, dan uang pensiun. Hasil nasionalisasi PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) merupakan bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa dan tanah air Indonesia. Sejarah tersebut bermula pada 1845 ketika dilaksanakannya nasionalisasi atas NV Assurantie Maatschappij de Nederlander, sebuah perusahaan Asuransi Umum milik kolonial Belanda, dan Bloom Vander, perusahaan Asuransi Umum Inggris yang berkedudukan di Jakarta. Proklamasi Kemerdekaan yang dinyatakan pada 17 Agustus 1945 oleh Proklamator Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta, mengamanatkan pelaksanaan pemindahan kekuasaan dan kepemilikan Kerajaan Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Termasuk, melakukan nasionalisasi terhadap dua perusahaan tersebut dan mengubah nama ke-duanya menjadi PT Asuransi Bendasraya yang bergerak di bidang Asuransi Umum dalam Rupiah dan PT Umum Internasional Underwriters (UIU) yang bergerak pada bidang Asuransi Umum dalam valuta asing. Dalam perjalanan bersejarahnya, melalui Keputusan Menteri Keuangan No.764/MK/IV/12/1972 tertanggal 9 Desember 1972, pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan merger antara PT Asuransi Bendasraya dan PT Umum Internasional Underwriters (UIU) menjadi PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha Asuransi Umum. Asuransi Jasindo juga banyak mendapatkan dukungan reasuradur terkemuka dari seluruh belahan dunia, seperti Swiss Re dan Partner Re, dalam memberikan back-up reasuransi, terutama pertanggungan yang bersifat mega-risk. Dalam menyelesaikan klaim-klaim besar, komitmen atas ketepatan dan kecepatan Asuransi Jasindo cukup gesit. Hal ini dibuktikan dengan penyelesaian klaim-klaim besar bahkan hingga bernilai triliunan rupiah. Asuransi Jasindo kembali mendapatkan pengakuan sebagai satu-satunya perusahaan Asuransi Umum nasional yang memperoleh rating dari badan pemeringkat internasional AM Best yang berbasis di Hongkong dan Amerika Serikat, untuk kategori Financial Strength Ability (Stable Outlook ) dengan peringkat B++ dan Issuer Credit Ability (Stable Outlook) dengan peringkat BBB. PT. Asuransi Jasindo dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk bangsa

Indonesia dalam menggerakkan roda perekonomian. Peranan Jasindo disektor asuransi kerugian dalam melaksanakan kegiatannya berkompetisi dengan perusahaan asuransi swasta nasional maupun patungan swasta dengan pihak asing, dituntut untuk meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan. Pengukuran kinerja PT Assuransi Jasindo menggunakan pendekatan Balanced Scorecard meliputi empat aspek yaitu pengukuran kinerja terhadap aspek pembelajaran dan pertumbuhan, aspek proses bisnis internal, aspek pelanggan serta aspek keuangan. Pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard adalah untuk mendapatkan aftematif pengukuran kinerja yang lebih baik dari yang selama ini telah dilakukan terhadap PT.Asuransi Jasindo. Pengukuran kinerja di Jasindo selama ini telah diwarnai dengan pendekatan Balanced Scorecard namun belum diterapkan sepenuhnya. Dalam melakukan pengukuran kinerja ini, telah dilakukan penyebaran kuisioner kepada Para pejabat, karyawan serta pelanggan Jasindo. Untuk pegawai dengan total populasi 964 dan sampel yang disebar sebanyak 200 dan responden yang mengembalikan sebanyak 112. PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) berniat memperbesar portofolio ritel hingga 30% dari total pendapatan premi di akhir tahun 2010. Saat ini, porsi ritel baru mencapai 25 persen dari total premi perusahaan asuransi BUMN itu. Sebagian besar alias 75 persen premi berasal dari nasabah korporasi. Direktur Ritel Asuransi Jasindo Soeranto mengatakan, target pendapatan premi dari ritel hingga akhir tahun mencapai Rp 750 miliar. "Rencana memperbesar porsi ritel ini terkait keinginan Jasindo memperbesar laba," ujar Soeranto. Dari hitung-hitungan, kontribusi ritel terhadap laba lebih besar, karena klaim mereka relatif kecil. Berbeda dengan klaim korporasi yang besar. Bahkan ada yang mencapai Rp50 miliar. Jasindo bekerja sama dengan Perum Pegadaian dengan nilai premi Rp3,7 miliar untuk periode satu tahun. Kerja sama ini berupa pengadaan asuransi kecelakaan diri, termasuk kematian dan kebakaran rumah tinggal untuk para nasabah Perum Pegadaian. "Nilai premi terlihat besar. Tapi nasabah Pegadaian banyak, mencapai jutaan. Jadi dihitung per nasabah nilainya tidak besar," urai Soeranto. Sementara pembayaran tanggungan Jasindo nilainya beragam, tergantung paket asuransi nasabah. "Bisa Rp 5 juta, Rp 10 juta, atau Rp 20 juta," ujarnya. Selain Pegadaian, Jasindo juga mengincar perbankan. Perusahaan asuransi umum ini sudah mendekati bank-bank milik pemerintah, seperti Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank Tabungan Negara (BTN). Jasindo menawarkan produk asuransi kecelakaan diri untuk nasabah kredit bank-bank itu.

"Jadi jika nasabah kredit mereka terjadi sesuatu, seperti meninggal dunia, kami akan meng-cover pembayarannya," ungkapnya. Namun, Soeranto buru-buru menegaskan, pembicaraan antara Jasindo

dan bank-bank BUMN tersebut masih berjalan.


(dat03/antara)

You might also like