You are on page 1of 7

Pengantar Tekom- Dini Triasanti

ANALISIS SEMANTIK Analisis Semantik adalah proses setelah melewati proses scanning dan parsing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan pada struktur akhir yang telah diperoleh dan diperiksa kesesuaiannya dengan komponen program yang ada. Secara global, fungsi dari semantic analyzer adalah untuk menentukan makna dari serangkaian instruksi yang terdapat dalam program sumber. Contoh : A := (A + B)*(C + D) maka penganalisis semantik harus mampu menentukan aksi apa yang akan dilakukan oleh operatoroperator tersebut. Dalam sebuah proses kompilasi, andaikata parser menjumpai ekspresi seperti diatas, parser hanya akan mengenali simbol-simbol ':=' , '+' , dan '*'. Parser tidak tahu makna apa yang tersimpan dibalik simbol simbol tersebut. Untuk mengenalinya, kompiler akan memanggil rutin semantik yang akan memeriksa :

Apakah variabel-variabel yang ada telah didefinisikan sebelumnya? Apakah variabel-variabel tersebut tipenya sama? Apakah operand yang akan dioperasikan tersebut ada nilainya?, dan seterusnya. Fungsi ini terkait dengan tabel simbol. Pengecekan yang dilakukan oleh analisis semantik

adalah sebagai berikut : a) Memeriksa keberlakuan nama-nama meliputi pemeriksaan berikut.

Duplikasi : pada tahap ini dilakukan pengecekan apakah sebuah nama terjadi pendefinisian lebih dari dua kali. Pengecekan dilakukan pada bagian pengelola blok. Terdefinisi : Melakukan pengecekan apakah sebuah nama yang dipakai pada tubuh program sudah terdefinisi atau belum. Pengecekan dilakukan pada semua tempat kecuali blok.

b) Memeriksa tipe. Melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian tipe dalam statement-statement yang ada. Misalkan bila terdapat suatu operasi, diperiksa tipe operand. Contohnya bila ekspresi yang mengikuti instruksi IF berarti tipenya boolean, akan diperiksa tipe identifier dan tipe ekspresi. Bila ada operasi antara dua operand, maka tipe operand pertama harus bisa dioperasikan dengan operand kedua. Analisa semantik sering juga digabungkan pada pembangkitan kode antara yang menghasilkan Output intermediate code, yang nantinya akan digunakan pada proses kompilasi berikutnya. KODE ANTARA Kode antara/Intermediate code merupakan hasil dari tahapan analisis, yang dibuat oleh kompilator pada saat mentranslasikan program dari bahasa tingkat tinggi. Kegunaan dari kode antara sebagai berikut: 1

Pengantar Tekom- Dini Triasanti

untuk memperkecil usaha dalam membangun kompilator dari sejumlah bahasa ke sejumlah mesin. Dengan adanya kode antara yang lebih machine independent maka kode antara yang dihasilkan dapat digunakan lagi pada mesin lainnya. Proses optimasi masih lebih mudah. Beberapa strategi optimisasi lebih mudah dilakukan pada kode antara daripada pada program sumber atau pada kode assembly dan kode mesin. Bisa melihat program internal yang mudah dimengerti. Kode antara ini akan lebih mudah dipahami dari pada kode assembly atau kode mesin.

Terdapat dua macam kode antara, yaitu Notasi Postfix dan N-Tuple NOTASI POSTFIX Sehari-hari kita biasa menggunakan operasi dalam notasi infix (letak operator di tengah). Pada notasi Postfix operator diletakkan paling akhir maka disebut juga dengan notasi Sufix atau Reverse Polish. Sintaks notasi Postfix : <operan><operan><operator> Misalkan ekspresi : (a + b)*(c + d) kalau kita nyatakan dalam postfix : ab + cd + * Kita dapat mengubah instruksi kontrol program yang ada ke dalam notasi Postfix. Misal : IF<exp>THEN<stmt1>ELSE<stmt2> diubah ke dalam Postfix <exp><label1>BZ<stmt1><label2>BR <stmt2> label2

label1 Keterangan : BZ BR = branch if zero (zero = salah) = branch

{bercabang/meloncat jika kondisi yang dites salah} {bercabang/meloncat tanpa ada kondisi yang dites}

Arti dari notasi Postfix di atas adalah sebagai berikut. Jika kondisi ekspresi salah, maka instruksi akan meloncat ke Label1dan menjalankan statement2. Bila kondisi ekspresi benar, maka statement1 akan dijalankan lalu meloncat ke Label2. Label1 dan Label1 dan Label2 sendiri menunjukan posisi tujuan loncatan, untuk Label1 posisinya tepat sebelum statement2, dan Label2 setelah statement2 Dalam implementasi ke kode antara, label bisa berupa nomor baris instruksi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat contoh berikut. 2

Pengantar Tekom- Dini Triasanti

IF ELSE

a > b c := d c := e

THEN

Bila diubah ke salam Postfix 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Notasi Postfix di atas bisa dipahami sebagai berikut.

a b > 22 BZ c d := 25 BR c e := {menunjuk label2} {menunjuk label1}

Bila ekspresi (a > b) salah, maka loncat ke instruksi no.22 Bila ekspresi (a > b) benar, tidak terjadi loncatan, instruksi berlanjut ke 16 sampai 18, lalu

loncat ke 25. Contoh lain : WHILE<exp>DO<stat> diubah ke postfix <exp><label1> BZ<stat><label2> label2 BR

label1 Contoh, instruksi a := 1 WHILE a<5 DO a := a + 1 diubah ke notasi postfix menjadi sebagai berikut :

Pengantar Tekom- Dini Triasanti

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

a 1 := a 5 < 26 BZ a a 1 + := 13 BR NOTASI N-TUPLE {menunjuk label2} {menunjuk label1}

Bila pada Postfix setiap baris instruksi hanya terdiri dari satu tupel, pada notasi N-tuple setiap baris terdiri dari beberapa tupel. Format umum dari Notasi N-Tuple ada sebagai berikut: operator......(N-1) operand selanjutnya akan dibahas notasi 3 tupel dan 4 tupel. TRIPLE NOTATION Notasi tripel memiliki format sebagai berikut : <operator><operan><operan> contoh, instuksi : A := D * C + B / E Kode antara tripel : 1. 2. 3. 4. contoh lain: 4 *, D,C /, B, E +, (1), (2) :=, A, (3)

operasi perkalian/pembagian lebih prioritas dibandingkan penjumlahan/pengurangan

Pengantar Tekom- Dini Triasanti

IF ELSE

x > y

THEN

x:= a b x:= a + b kode antara tripelnya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. >,x,y BZ,(1),(6) {bila kondisi (1) salah satu loncat ke no (6)} ,a,b :=,x,(3) BR, ,(8) +,a,b :=,x,(6)

Kekurangan dari notasi tripel adalah sulit pada saat melakukan optimasi, maka dikembangkan Indirect triples yang memiliki dua list (senarai), yaitu list instruksi yang berisi notasi tripel dan list eksekusi yang berisi urutan eksekusinya. Contoh : A:= B+C*D/E F:= C*D List Instruksinya: 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6. *, C, D /, (1), E +, B, (2) :=, A, (3) :=, F, (1) 1 2 3 4 1 5

List Eksekusinya :

QUADRUPLES NOTATION 5

Pengantar Tekom- Dini Triasanti

Format notasi kuadrupel : <operator><operan><operan><hasil> hasil adalah temporary variable yang bisa ditempatkan pada memory atau register. Masalah yang ada bagaimana mengelola temporary variable (hasil) seminimal mungkin. Contoh instruksi : A := D * C + B / E bila dibuat dalam kode antara : 1. 2. 3. *, D,C, T1 /, B, E, T2 +, T1, T2, A PEMBANGKITAN KODE Hasil dari tahapan analisis akan diterima oleh bagian pembangkitan kode (code generator). Disini kode antara dari program biasanya ditranslasikan ke bahasa assembly atau bahasa mesin. Contoh : (A+B)*(C+D) Notasi Kuadrupel : 1. 2. 3. LDA ADD STO LDA ADD STO LDA MUL STO +, A, B, T1 +, C, D, T2 *, T1, T2, T3 A B T1 C D T2 T1 T2 T3 {Muat isi A ke akumulator} {Tambahkan isi akumulator dengan B} {Simpan isi akumulator ke T1}

Dapat ditranslasikan ke dalam bahasa Assembly dengan akumulator tunggal :

Keluaran dari code generator akan diterima oleh code optimizer. Misalkan untuk kode assembly diatas bisa dioptimasi menjadi : LDA ADD STO A B T1 6

Pengantar Tekom- Dini Triasanti

LDA ADD MUL STO Notes :


C D T1 T2

Perintah LDA : Memuat isi dari register/memory ke akumulator (load to accumulator) Perintah STO : Menyimpan isi akumulator ke register/memory (store from accumulator)

Analisis Lexical Source Program x:=y+x Token token Id1:=Id2+Id1 Tabel Simbol

Analisis Sintaksis <assign> Id1 := Id2 Code generator dan Analisis Semantik <exp> + Id1

LDA X ADD Y STO X

You might also like