You are on page 1of 4

A. Pengertian Fonemik Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.

Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Secara garis besar fonem terbagi menjadi dua macam yaitu fonem segmental dan suprasegmental. Fonem segmental adalah fonem yang mempunyai urutan atau deretan sintagmatik dan fonem segmental terdiri atas vokal dan konsonan. Ada nama yang juga srring disebut karena berkaitan dengan vokal dan konsonan, yaitu diftong dan klaster. Diftong sering didefinisikan sebagi gabungan dua vokal. Hal ini sebenarnya tidak tepat sebab didalam satu suku kata hanya terdapat satu vokal ( puncak sonoritas ) dengan demikian diantara dengan demikian diantara yang dikatakan dua vokal itu tentu diantaranya terdapat yang puncak, jadi diftong yang tepat adalah gabungan vokal dan semivokal dalam batas silabel. Contoh dalam bahasa indonesia : silau / sialaw/, pisau /pisaw/. Huruf u terakhir bukan vokal /u/ melainkan semivokal /w/. Klaster adalah gugusan konsonan dalam batas silibel dan berdasarkan posisinya dalam suku kata ada dua macam klaster yaitu klaster inisial dan klaster final. Klaster inisial : /drama / , / tradisi / - klaster final : / film/ , modern/. Salah satu produk prosede fonotaktik berupa suku kata atau silabel. Trubetzkoy mendefinisikan silabel satua uacapan yang terdiri atas one chest pull devinisi ini menunjukkan bahwa satuan bahasa yang tediri dari satu hembusan nafas adalah suku kata. Bloch dan Trager mendefinisikan suku kata berdasarkan sonoritas, dan sonoritas itu sendiri adalah kemungkian terdengan atau tidaknya suatu bunyi. Vokal merupakan satu bunyi yang sonoritasnya tinggi dengan demikian vokal dapat didengar dengan mudah dan jelas sampai dikejauhan. Adapun karakter konsonan bebeda dengan vokal, koinsonan merupakan bunyi yang sonoritasnya rendah, dengan demikian sulit untuk kita dengar. Atas dasar itu silabel atau suku kata didefinisikan sebagai satuan ucapan yang terdiri atas satu puncak sonoritas ( vokal ) dan tanpa lembah sonoritas ( konsonan). Contoh: 1 vokal tanpa konsonan : a-da, 1 vokal 1 konsonan : da- ri. 1 vokal 2 konsonan : dra- ma / pas-ti, 1 vokal 3 konsonan : stra- tegi, dras- tis. 1 vokal 4 konsonan : struk- tur. Adapun fonem suprasegmental tidak mempunyai tempat didalam struktur dan kehadirannya hanya membonceng pada fonem segmental atau struktur lain. Fonem suprasegental terdiri dari tiga macam yakni stress ( tekanan ) tone ( nada) dan lenght ( kepanjangan). Dalam bahasa indonesia tiga prosodi itu tidak termasuk yang dapat membedakan arti atau fonemis, akan tetapi apanila bergabung bersama akan membentuk satu lagu ( intonasi), intonasi ini dapat membedakan arti dan biasanya terdapat pada kalimat. B. Asumsi identifikasi 1) Identifikasi Fonem Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan bahasa pertama, kalau kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, berarti bunyi tersebut adalah fonem.

2) Perubahan fonem Sebuah fonem dapat berbeda-beda tergantung pada lingkungannya atau pada fonem-fonem lain yang berada disekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fonem bersifa fonetis, tidak mengubah fonem itu menjadi fonem lain. Dalam pelaksanaan bunyi-bunyi ujaran, terjadilah pengaruh timbal-balik antara bunyi-bunyi ujaran yang berdekatan. Dan karena adanya pengaruh timbal-balik itu terjadilah perubahan-perubahan bunyi-ujaran; ada perubahan yang jelas kedengaran, ada yang kurang jelas kedengaran perubahan yang tidak jelas misalnya fonem /a/ yang berada dalam suku kata /a/ yang berada dalam suku kata terbuka kedengarannya lebih nyaring bila dibandingkan dengan fonem /a/ yang terdapat dalam suku kata tertutup. Bandingkan antara /a/ pada kata: pada, kata, rata , dengan pada kata: bedak, tidak, sempat , dan lain-lain. C. Asimilasi dan desimilisasi a. Asimilasi Asimilasi dalam pengertian biasa berarti penyamaan . Dalam Ilmu Bahasa asimilasi berarti proses di mana dua bunyi yang tidak sama disamakan atau dijadikan hamper bersamaan. Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan dan berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri. Berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan kita dapat membagi asimilasi atas: a) Asimilasi progresif, bila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contoh dalam bahasa Indonesia sejauh ini belum dapat kami temukan. Tetapi untuk memperjelas proses ini dapat diambil suatu contoh asing: Latin Kuno: Colnis > Collis Dalam contoh di atas fonem /n/ diasimilasikan dengan fonem /l/ yang mendahuluinya. b) Asimilasi regresif, bila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan, misalnya: al salam (Arab) > assalam > asalam in + perfect > imperfect > imperfek . ad + similatio > assimilasi > asimilasi. in + moral > immoral > immoral, dan lain-lain. Sedangkan fonem berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, kita dapat membedakan asimilasi atas: c) Asimilasi total, bila dua fonem yang disamakan itu dijadikan serupa benar: ad + similatio > assimilasi > asimilasi,- in + moral > immoral > imoral,- al + salam > assalam > asalam. d) Asimilasi parsial, bila kedua fonem yang disamakan hanya disamakan sebagian saja, misalnya: -in + perfect > imperfect > imperfek , -in + port > import > impor, dan lain-lain. Dalam hal ini nasal apiko-alveolar dijadikan nasal bilabial, seduai dengan fonem /p/ yang bilabial, tetapi masih berbeda karena yang satu adalah nasal sedangkan yang lain adalah konsonan hambat. Asimilasi fonemis yaitu mengubah fonem trtentu mejadi fonem yang lain, misalnya, dalam bahasa belanda zakdoek sapu tangan kata majmuk yang terdiri atas zakkantong dan doek kain,[k] yang tak besuara itu zak menjadi [g]. asimilasi fonetis termasuk bidang fonitik, dan dan pperubahan bunyi dalam hal ini terjadi sedemikian rupa sehingga identitas fonemis bunyi yang bersangkutan tidak berubah. Dan seluruh asimilasi fonemis termasuk fonologikarna fonem tertentu yang satu diubah menjadi fonem tertentu yang lain. Perlu disadari bahwa asimilasi fonemis hanya berlaku untuk bahasa bahsa tertentu saja, bahasa bahasa didunia sedikit beerbeda beda dalam asisimlasi fonemis. Asimilasi foenemis terbagi menjadi tiga bagian yaitu , asimilasi progresif, asimilasi regresif dan asismilasi timbal balik atau resiprokal. Mengapa terjadi asimilasi progresif dalam ik eet vis dan asimilasi regresif dalam op de weg pada

batas kata? Hal itu memang tergantung pada kaedah- kaedah asimilasi (fonem) yang berlaku khusus pada bahasa belanda. b. Disimilasi Kebalikan dari asimilasi adalah disimilasi , yaitu proses di mana dua bunyi yang sama dijadikan tidak sama. Contoh dalam bahasa indonesia adalah belajar yang dihasilkan oleh menggabungkan awalan ber- dan ajar akan tetapi bentuk berajar mempunyai dua / r / dan dalam bahasa indonesia ada kecendungan untuk menghindari terdapat dua / r/ dalam kata yang berawalan ber-. Contoh: kolonel > kornel lauk-lauk > lauk-pauk sayur-sayur > sayur-mayur D. Kontras Kontraksi adalah hilangnya sebuah fonem atau lebih yang menjadi satu segmen dengan pelafalannya sendiri-sendiri. Dalam kontraksi, kependekan atau singkatan menjadi suatu segmen dengan pelafalannya sendiri- sendiri, misalnya shall not menjadi shant, dan dalam bahsa indonesia tidak ada menjadi tiada. Hal itu dalam istilah bahasa disebut penghematan kata atau menghemat tenaga dalam pemakain bahasa dan memperpendek tuturan- tuturannya, sejauh itu tidak menghambat komunikasidan tidak bertentangan dengan budaya tempt bahasatrsebut dipakai. E. Alofon Alofon adalah variasi fonem karan pengaruh lingkungan, oleh karena fonem merupakan suatu nama realisasinya berwujud alofon-alofon. Sifat alofon adalah fonitis , jadi tidak membedakan arti. Distribusi alofon bisa bersifat komplementer dan bebas. Distribusi komplementer / distribusi saling melengkapi adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan dan bersifat tetap pada lingkungan tertentu. Distribusi bebas adalah bahwa alofon-alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Alofon adalah realisasi dari fonem, maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem hanyalah abstraksi dari alofon itu dan yang konkret atau nyata ada dalam bahasa adalah alofon itu, sebab alofon itulah yang diucapkan. F. Pasangan minimal Adapun cara untuk menentukan fonem tidak menggunakan deretan paradigmatik akan tetapi menggunakan pasangan minimal, hal ini disebabkan fonem merupakn unsur bahsa yang belum mempunyai arti melainkan hanya membedakan arti . pasangan minimal atau minimus pairs adalah pasangan pasangan bunyi- bunyi yang secara artikulatoris berdekatan dalam lingkungan yang sama. Contoh dalam bahsa jawa: Milih / milih / memilih vs Nyilih / nilih/ meminjam. Cara menentukan fonem di atas adalah cara yang dilakukan oleh kaum struktural pada umumnya.

PENUTUP Kesimpulan Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkannya dengan

satuan bahasa lain yang mirip dengan bahasa pertama, kalau kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, berarti bunyi tersebut adalah fonem. Kontraksi adalah hilangnya sebuah fonem atau lebih yang menjadi satu segmen dengan pelafalannya sendiri-sendiri. Dalam kontraksi, kependekan atau singkatan menjadi suatu segmen dengan pelafalannya sendiri- sendiri, misalnya shall not menjadi shant, dan dalam bahsa indonesia tidak ada menjadi tiada. Hal itu dalam istilah bahasa disebut penghematan kata atau menghemat tenaga dalam pemakain bahasa dan memperpendek tuturan- tuturannya, sejauh itu tidak menghambat komunikasidan tidak bertentangan dengan budaya tempt bahasatrsebut dipakai.

You might also like