Professional Documents
Culture Documents
ijk
Oleh:
Rhesa Yogaswara
207000377
______________________________________________________________________________________________________ 2
Perencanaan dan Implementasi Produk Keuangan Syariah – Asuransi Kartu Kredit Syariah – Rhesa Yogaswara
III. SKEMA
Dengan dilatarbelakangi adanya suatu kebutuhan akan produk asuransi
kartu kredit syariah, maka skema dari produk keuangan syariah ini adalah sebagai
berikut:
Bank Syariah
3. Akad Qardh
2. Akad Kafalah
1. Akad Ijarah 5. Akad Mudharabah
4. Akad Wakalah bil Ujrah
6. Akad Hibah
Pemegang Kartu Asuransi Syariah
______________________________________________________________________________________________________ 3
Perencanaan dan Implementasi Produk Keuangan Syariah – Asuransi Kartu Kredit Syariah – Rhesa Yogaswara
disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk
prosentase.
Yang kelima adalah akad Mudharabah, dimana bank penerbit kartu
berperan sebagai Shahibul mal sebagai perwakilan dari pemegang kartu, dan
pihak asuransi adalah pihak yang berperan sebagai mudharib yang berfungsi
untuk mengatur dana yang dikumpulkan dari seluruh pemegang kartu selaku
pemegang polis.
Dan yang terakhir adalah akad Hibah. Dalam akad ini, peserta
memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong pemegang kartu yang
lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan asuransi bertindak sebagai
pengelola dana hibah.
Bank Syariah
Muhal a’laih
4. Perpindahan Hutang
______________________________________________________________________________________________________ 4
Perencanaan dan Implementasi Produk Keuangan Syariah – Asuransi Kartu Kredit Syariah – Rhesa Yogaswara
Dengan melihat skema diatas, terlihat bahwa proses Transfer Balance
diawali dari sebuah permintaan dari pemegang kartu (Muhil) kepada bank syariah
(muhal a’laih) untuk melunasi pinjaman pemegang kartu kepada bank
konvensional (Muhal). Setelah pengajuan Transfer Balance disetujui oleh bank
syariah dengan menggunakan rukun dan syarat yang diatur dalam fatwa DSN
mengenai Hiwalah, maka pihak bank syariah akan melunasi pinjaman pemegang
kartu kepada bank konvensional.
Setelah proses pelunasan selesai, maka kewajiban hutang dari pemegang
kartu pun sudah berpindah ke bank syariah. Maka dengan diterapkannya akad
hiwalah ini dalam jasa Transfer Balance, maka strategi untuk meraih pangsa
pasar sudah sesuai dengan syariah.
V. CHANNEL PEMASARAN
Dengan telah ditetapkannya landasan hukum dari seluruh proses bisnis
asuransi kartu kredit syariah, maka langkah teknis sebagai proses eksekusi pun
perlu dirumuskan sebagai langkah kongkrit dari penetrasi pasar. Channel-channel
pemasaran pun harus menjadi pertimbangan agar tidak melanggar rukun-rukun
dan syarat dari setiap akad yang terdapat dalam proses ini.
Yang pertama adalah ujung tombak perusahaan di lapangan, dimana
tenaga penjual atau Direct Sales adalah channel pertama bagi bank syariah untuk
menggarap pasar baru untuk sebuah kartu kredit. Channel direct sales ini dirasa
kurang efisien dalam menggarap pasar kartu kredit konvensional yang sudah ada
untuk ditarik ke kartu kredit syariah. Direct Sales Agent lebih diarahkan untuk
membuka pasar baru, dimana strategi canvasing adalah strategi yang paling sering
digunakan oleh Direct Sales Agent. Namun bila di lapangan tim penjual
menemukan pasar kartu kredit konvensional, pasar tersebut bisa langsung
diarahkan untuk berpindah ke bank syariah untuk produk ini.
Tanpa melanggar rukun dan syarat dari seluruh akad, direct sales bisa
menggunakan form pengajuan yang ditandataangani oleh pemegang kartu untuk
jasa transfer balance dan asuransi kartu kredit syariah.
Yang kedua adalah Customer Service, dimana dari sisi administrasi,
customer service memliki cara yang sama dengan tim direct sales. Namun dari
sisi penetrasi pasar, pasar ini adalah pasar yang sudah cukup berpotensi. Hal ini
dikarenakan Walk-in-Customer adalah pasar yang memang memiliki keinginan
atau sudah memiliki keinginan dalam berhubungan dengan bank syariah.
Sehingga penetrasi dari tim ini pun bisa lebih optimal dibandingkan dengan direct
sales.
Yang ketiga adalah Call Center dimana dari sisi pasar, petugas ini
berfungi seperti customer service di kantor cabang sebuah bank. Yaitu lebih
melakukan penetrasi pasar yang memang memiliki hubungan dengan bank atau
memiliki ketertarikan untuk berhubungan dengan bank. Namun dari sisi
administrasi, sigahat yang menjadi rukun dan syarat dari akad-akad dalam
asuransi dan kartu kredit syariah ini terjadi melalui telepon dan tidak terjadi tatap
muka, bahkan formulir pengajuan pun tidak ada. Sehingga dari sisi teknologi,
sebuah perbankan syariah mutlak perlu menjadi perhatian, karena sistem perekam
______________________________________________________________________________________________________ 5
Perencanaan dan Implementasi Produk Keuangan Syariah – Asuransi Kartu Kredit Syariah – Rhesa Yogaswara
suara bisa dijadikan sebagai bukti dari pengajuan dan persetujuan dari pemegang
kartu.
Yang keempat adalah telemarketing, dimana telemarketing berperan
seperti Direct Sales yang membuka pangsa pasar baru, namun dari sisi
administrasi dan kebutuhan teknologi sama seperti Call Center. Channel yang
kelima adalah internet banking, dimana calon pemegang kartu kredit syariah pun
bisa diperoleh dari pangsa pasar dari dunia maya. Teknologi e-Commerce bisa
dijadikan sebagai sebuah infrastruktur khusus bagi channel pemasaran lainnya.
Sehingga aspek teknologi pun mutlak perlu dimiliki oleh bank syariah untuk
menghindari dan mencegah terjadinya kejahatan di dunia maya.
Dan channel pemasaran yang terakhir adalah channel melalui para
pemegang kartu sendiri, dimana sistem referensi bisa diterapkan. Beberapa bank
konvensional meneybutnya dengan istilah Member Get Member. Sistem ini sama
seperti Direct Sales baik dari sisi perannya untuk membuka pangsa pasar baru dan
dari sisi administrasinya dengan menggunakan formulir pengajuan. Yang
membedakan disini hanyalah pelaku pemasaran dari produk ini.
Sehingga dengan menjabarkan channel-channel pemasaran ini, akad-akad
syariah bisa lebih dipertegas untuk setiap prosesnya agar tidak melanggar rukun
dan syarat dari setiap akadnya.
______________________________________________________________________________________________________ 6
Perencanaan dan Implementasi Produk Keuangan Syariah – Asuransi Kartu Kredit Syariah – Rhesa Yogaswara
berhak mendapat upah dari pemegang kartu yang nominalnya harus disepakati
diawal.
Yang ketiga adalah akad Qardh, dimana bank memberikan pinjaman
kepada pemegang kartu untuk membayarkan premi setiap bulannya kepada pihak
asuransi. Untuk akad ini, bank dan pemegang kartu tidak boleh melakukan
kesepakatan akan adanya upah dari akad Qardh. Namun pemegang kartu boleh
secara sukarela memberikan sumbangan kepada bank selama tidak diperjanjijan
dalam akad. Sementara itu, yang diperbolehkan dalam akad ini adalah biaya
administrasi bila memang ada, maka biaya tersebut akan ditanggung oleh
pemegang kartu.
Yang keempat adalah biaya akad Wakalah dimana bank syariah berhak
mendapatkan upah dari pemegang kartu atas amanahnya untuk mengurus segala
kebutuhan administrasi asuransi kartu kredit syariah dengan pihak asuransi. Maka
upah yang diperoleh bank syariah pun harus disepakati diawal.
Yang kelima adalah merchant fee yang diperoleh bank syariah dari pihak
asuransi karena jasanya sebagai perantara, pemasaran dan penagihan. Dan yang
terakhir adalah akad Mudharabah, dimana bank syariah adalah perwakilan dari
pemagang kartu sebagai shahibul mal dan pihak asuransi sebagai mudharib yang
mengelola dananya. Untuk akad ini, bank tidak mendapat upah apapun karena
bank syariah sebenarnya bukanlah sebagai shahibul mal.
Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat
menggunakan rujukan tabel mortalita untuk asuransi jiwa dengan syarat tidak
memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
Berikut adalah sebuah contoh perhitungan yang dapat digambarkan dari
pemaparan upah yang diperbolehkan diatas dengan asumsi penggunaan kartu
kredit per bulan untuk satu pemegang kartu:
______________________________________________________________________________________________________ 7
Perencanaan dan Implementasi Produk Keuangan Syariah – Asuransi Kartu Kredit Syariah – Rhesa Yogaswara
Kewajiban pemegang kartu
Membership Fee (Ijarah) : Rp.10.000,-
Kafalah Fee : Rp.10.000,-
Biaya administrasi (Qardh) : Rp.10.000,-
Wakalah Fee : Rp.10.000,-
Premi asuransi : Rp.10.000,-
Total : Rp.50.000,-
Dewan Syariah Nasional, Fatwa tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi
Syariah No.52/DSN-MUI/III/2006, Majelis Ulama Indonesia
______________________________________________________________________________________________________ 8
Perencanaan dan Implementasi Produk Keuangan Syariah – Asuransi Kartu Kredit Syariah – Rhesa Yogaswara
Dewan Syariah Nasional, Fatwa tentang Al-Qardh, No.19/DSN-MUI/IV/2001,
Majelis Ulama Indonesia
Fatimah, Siti. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Hiwalah di BMT Bina
Ihsanul Fikri (BIF) Gedongkuning Yogyakarta. Thesis UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. 2008.
______________________________________________________________________________________________________ 9
Perencanaan dan Implementasi Produk Keuangan Syariah – Asuransi Kartu Kredit Syariah – Rhesa Yogaswara