You are on page 1of 39

Tugas : Kesehatan Masyarakat Dosen : Arisal Hadi, SKM

Pemeliharaan kesehatan ibu Hamil

Oleh : KELOMPOK I

NAMA NIM SEMESTER

: Ayu tri rosana : BSN 10089 : IV ( EmpaT )

AKBID BINA SEHAT NUSANTARA KABUPATEN BONE 2012/2013


1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata kuliah kesehatan masyarakat dengan judul pembahasan pemeliharaan kesehatan ibu hamil . Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak yang ikut mendoakan dan berpartisipas dalam penyelesaian makalah ini , sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut mendoakan dan berpartisipas dalam penyelesaian makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penyusun sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Watampone, 10 Juni 2012 Penyusun;

Kelompok I

ii

DAFTAR ISI SAMPUL KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................ BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang .................................................................... B. Tujuan ............................................................................... C. Rumusan masalah.............................................................. D. Manfaat .............................................................................. BAB II : PEMBAHASAN A. PERTOLONGAN PERSALINAN DI RUMAH ......................................... 5 1 3 4 4 ii iii

B. ASUHAN PASCA NIFAS DAN PERSALINAN ................................ 14 C. RUJUKAN BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 34 B. Saran ................................................................................. 34 DAFTAR PUSTAKA
....................................................................... 18

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO jumlah kematian ibu sekitar 500.000 persalinan hidup, sedangkan jumlah kematian perinatal sebesar 10.000 orang. Dari jumlah kematian ibu dan perinatal tersebut, sebagian besar terjadi di Negara berkembang karena kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan persalinan dan pendidikan masyarakat yang tergolong rendah. Pada kenyataannya pertolongan persalinan oleh dukun bayi merupakan pertolongan yang masih diminati oleh masyarakat (Manuaba, 2008) Tingginya angka kematian ibu dan perinatal di Indonesia masih tertinggi di ASEAN. Jika dibanding dengan negara-negara lain, angka kematian ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di Malaysia, kali lebih tinggi dibandingkan di Thailand dan 5 kali lebih tinggi dibandingkan di Filiphina (Saefudin, 2002). Di Indonesia pada tahun 2003 angka kematian ibu 307 / 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Di Jawa Tengah angka kematian ibu pada tahun 2004 berdasarkan hasil survey kesehatan daerah sebesar 155,22 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu upaya pemerintah dalam mempercepat penurunan AKI adalah dengan menempatkan bidan di wilayah Indonesia khususnya di wilayah pedesaan (Depkes RI,1995). Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu dengan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer, yang mempunyai tujuan sama yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, kebijaksanaan Departemen Kesehatan adalah

mendekatkan pelayanan obstetri dan neonatal (kebidanan dan bayi baru

lahir) kepada setiap ibu hamil sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS),yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci : 1. Semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih 2. Semua komplikasi obstetri mendapat pelayanan rujukan yang adekuat 3. Semua perempuan dalam usia reproduksi mendapat akses

pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman (Depkes RI, 2001). Bidan di wilayah pedesaaan diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan kehamilan normal, kehamilan dengan komplikasi dan kehamilan resiko tinggi, serta mampu memberikan pertolongan persalinan normal, sehingga dapat mempercepat penurunan AKI (Depkes RI, 2002). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 86,60 %. Di Kabupaten Demak cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2008 sebesar 93,89 %. Di Puskesmas Mranggen II pada tahun 2008 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 94,70 %. Di Desa Tegalarum pada tahun 2008 cakupan pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 91,50 %. (PWS KIA 2008). Tingginya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Jawa Tengah, berdasarkan survey tahun 2003 lebih dari 50 % masih melahirkan di rumah (Julian, S.F., 2003). Di Demak khususnya di Puskemas Mranggen II dari 9 desa yang ada di wilayah tersebut, desa Tegalarum menduduki peringkat ke-3 setelah desa Candisari dan desa Tamansari yang masih tinggi persalinan di rumah. Pada tahun 2008 prosentase persalinan di rumah di desa Tegalarum mencapai 70,1% atau dari 97 ibu bersalin hanya 29 orang yang bersalin di rumah bidan.

Masih tingginya cakupan ibu bersalin di rumah menurut Nolan (2004) dipengaruhi oleh beberapa faktor yang pertama adalah tingkat

pengetahuan meliputi pengertian persalinan di rumah. Kedua social budaya, hal ini yang menonjol dipengaruhi oleh ibunya sendiri dan tempat dimana sang ibu melahirkan anak-anaknya. Jika ibunya melahirkan di rumah dan menikmatinya, si wanita mungkin beranggapan bahwa ia juga akan bahagia dengan hal yang sama. Ketiga tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam menentukan tempat persalinan. Keempat tingkat ekonomi, banyak pasangan suami istri yang beranggapan bahwa bersalin di rumah lebih hemat dibanding bersalin di RS atau rumah bersalin. Kelima keamanan, bahwa melahirkan di rumah jauh lebih aman dibanding di RS atau rumah bersalin karena mereka beranggapan bayinya tidak mungkin tertukar dan tidak terkena infeksi nosokomial. Yang terakhir adalah jarak kesehatan. Dari uraian diatas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan jarak ke tempat pelayanan dengan ibu dalam memilih bersalin dirumah dirumah di desa Tegalarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. B. Tujuan 1. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana cara menolong dengan tempat pelayan

persalinan di rumah 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan apa sajakah yang di berikan pada masa nifas 3. Agar mahasiswa mampu mengerti bagaimanakah itu rujukan

C. Rumusan masalah 1. Bagaimanakah pertolongan persalinan di rumah ? 2. Asuhah apa sajakah yang di berikan pada pasca nifas dan persalina ? 3. Rujukan yang bagaimana jika menolong persalinan maupun yang ada masalah ! D. Manfaat 1. Untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi terutama dalam makalah ini 2. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan yang diberikan pasca

persalinan dan nifas 3. Mahasiswa mampu memahami isi makalah ini mengenai pertolongan persalinan di rumah dan rujukan apa yang di berikan jika perlu di rujuk

BAB II PEMBAHASAN A. Pertolongan persalinan di rumah 1) Persalinan di Rumah Persalinan adalah periode sejak dimulainya kontraksi uterus yang reguler hingga pengeluaran plasenta. (Cunningham, 2005) Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya tiga faktor yang berperan yaitu; tenaga yang mendorong anak keluar (power), jalan lahir (passage), dan janin (passenger). Apabila ketiga faktor ini dalam keadaan baik, sehat, dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung secara normal. Namun, apabila salah satu dari ketiga faktor tersebut mengalami kelainan, maka persalinan tidak dapat berjalan secara normal. (Cunningham, 2005) Tidak semua persalinan berjalan normal atau fisiologis. Semua ibu hamil dianggap berisiko mengalami komplikasi pada persalinan. Persiapan persalinan sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi. Persiapan persalinan meliputi; tempat, penolong, transportasi, biaya, donor darah, dan pendamping persalinan (Harper, 2005). Pertimbangan mengenai tempat persalinan merupakan hal yang penting. Evidence terbaik mengatakan ketika seorang wanita akan membuat keputusan penting untuk persalinannya, wanita harus mendapat informasi dari penelitian terbaik tentang efektivitas dan manfaat dari pilihan tempat persalinan. (childbirthconnection.org). 2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persalinan di Rumah Melahirkan di rumah sendiri ternyata jauh lebih aman, hemat, dan bermanfaat. Dengan menjalani persalinan di rumah kemungkinan tertukarnya bayi bisa dihindari. Memang, tidak semua rumah sakit
5

bisa memberi jaminan tak mungkin ada kasus bayi tertukar. Ini sangat tergantung dari kondisi dan tingkat akurasi pengindetifikasian bayi di masing-masing rumah sakit. Apalagi selain tidak rapinya pengidentifikasian, kesibukan para tenaga medis yang terbatas terkadang masih memungkinkan adanya bayi tertukar tanpa

sepengetahuan ibunya. Belum lagi kalau sistem pengamanan rumah sakit kurang jeli, tak mustahil bisa terjadi penculikan bayi. Faktor lain adalah kenyataan tak terbantah bahwa rumah sakit adalah sumber penyakit, sehingga besar kemungkinan sang bayi terjangkiti infeksi nosokomial. Selain itu ada faktor psikologis yang seringkali dirasakan oleh ibu bersalin di rumah sakit. Yakni adanya unsur diskriminasi perlakuan rumah sakit meski ini juga konsekuensi pilihannya. Semisal, sejak awal masuk rumah sakit, ibu dan bayi telah dibeda-bedakan menurut kelas-kelas perawatannya kelak. Apalagi sebagai konsekuensi logis dari lembaga jasa pelayanan bagi orang banyak, secara tak langsung perlakuan pihak rumah sakit bisa dikatakan kurang personal atau tidak ramah, lantaran kebanyakan ibu dan bayi diperlakukan sekedar sebagai nomor kamar saja. Faktor terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kecenderungan beberapa dokter di rumah sakit bersalin mempatologiskan suatu tindakan persalinan meskipun sebenarnya bisa dilakukan secara fisiologis (normal). Alasannya? Lantaran terbatasnya waktu

sedangkan jumlah pasien yang harus dilayani masih banyak. Ini tercermin dari pemakaian infus oxitocin dan suntikan prostagladin untuk mempercepat pembukaan jalan lahir, atau kerap kali sang calon ibu di-vacum atau di-forcep, bahkan seringkali memilih tindakan cesar untuk mempercepat proses kelahiran (echalucu, 2007).

3) Manfaat Persalinan di Rumah Persalinan di rumah adalah persalinan yang dilakukan di rumah ibu bersalin. Persalinan di rumah, cara persalinan zaman dahulu yang dipilih kembali di zaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang pesat ini. (Stewart, 2005). Setiap pasangan memiliki alasan masing-masing dalam memilih tempat persalinan. Namun, bagi pasangan yang pernah bersalin di rumah, persalinan berikutnya direncanakan di rumah kembali. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya manfaat yang dirasakan oleh ibu dan pasangan. Berikut ini adalah manfaat persalinan di rumah : a. Asuhan yang berkesinambungan (Continuity of care) Ketika persalinan ibu dilakukan di rumah, bidan selalu berada mendampingi ibu selama proses persalinan. Tidak ada

perubahan pemberi asuhan pada setiap pergantian shift yang mungkin mengetahui atau tidak mengetahui apa keputusan ibu dalam melahirkan. (Johnson, 2005) Ibu mendapat asuhan yang berkesinambungan secara eksklusif dari bidan dalam pemantauan keadaan bayi dan ibu selama proses persalinan dan periode postpartum. Keadaan ini sangat menguntungkan karena bidan dapat mengenal ibu dengan baik dan sebaliknya ibu juga mengenal bidannya. Sehingga terbentuk hubungan saling percaya. (Falcao, 2005) a. Nyaman Di rumah, ibu dikelilingi oleh orang-orang yang ibu sayangi. Ibu bersalin di lingkungan yang familiar dan menjaga privasi, serta mengenakan pakaian yang paling nyaman bagi ibu.

(Kitzinger, 2003) Sehingga ibu mendapat relaksasi yang mendalam. Ketika tubuh berada dalam keadaan relaks, sekresi cathecolamine ditekan dan -endorphine disekresi oleh kelenjar pituitari. Hormon ini bekerja sebagai natural painkiller yang bisa meningkatkan menimbulkan akan perasaan tempat senang, dan dan waktu.

kesadaran

Sedangkan adrenaline dan nor-adrenaline yang dikenal juga sebagai cathecolamine disekresi tubuh sebagai respon terhadap stres, lapar, takut, dan dingin. Cathecolamine dapat menghambat pengeluaran hormon oksitosin, yang

mengakibatkan persalinan berjalan lambat atau berhenti. (Edwins, 2008) b. Terbebas dari intervensi Persalinan dapat berjalan secara normal, tanpa campur tangan dan intervensi yang tidak perlu. Persalinan merupakan proses tubuh secara natural yang bekerja secara optimal ketika tidak ada intervensi. Bersama bidan mendampingi persalinan di rumah ibu sendiri dengan tingkat intervensi paling rendah, seperti tidak didampingi oleh seorang birth attendant. Ketika ibu di rumah, tidak ada risiko mendapat intervensi berbahaya, seperti pitogin dan epidural. (Sears,2000) sebagian besar masalah yang timbul pada persalinan di rumah dapat dikoreksi dengan memberikan ibu ekstra cairan atau makanan atau mengganti posisi. (Falcao, 2005) c. Pilihan ibu tidak terbatas Ibu mendapat kebebasan dalam memilih posisi dan waktu pemeriksaan. Ibu memiliki otoritas untuk memilih siapa yang
8

boleh menghadiri persalinannya. Birth ball dan herbal-pain relief tersedia jika ibu menginginkan. (Wagner, 2003). Ibu dapat mengendalikan semua hal yang berdampak terhadap persalinannya. Karena berada di rumahnya sendiri, ibu merasa memiliki kendali terhadap tubuhnya. Ibu

mendapatkan apa yang dibutuhkan olehnya. Tidak ada satu pun intervensi dilakukan tanpa persetujuan ibu. (Kitzinger, 2003) d. Meningkatkan bonding attachment Sejak awal kehidupannya, bayi sudah didekatkan dengan orangtua, kerabat, dan saudaranya. Menyusui dapat

difasilitasi karena bayi selalu bersama ibu. Ayah selalu bersama karena tidak dijauhkan atau diberi status sebagai orang asing. Ibu dapat memulai hari-hari sebagai sebuah keluarga sejak hari ini. (Falcao, 2005) e. Aman Rumah merupakan tempat pelayanan persalinan yang paling privasi dan dibawah asuhan seorang bidan, persalinan di rumah yang terencana lebih aman daripada bersalin di rumah sakit untuk sejumlah alasan pertama persalina alami lebih aman dari pada persalinan secara medis karena ibu merasa lebih tenang, merasa lebih sentosa mengakibatkan terjadinya sekresi hormon yang menginisiasi dan mengatur persalinan normal dan fisiologis ( Wagner, 2003 ) Kedua, ibu sudah pernah terpapar dengan kuman-kuman yang sudah biasa berada di lingkungan rumah sehingga ibu sudah memiliki antibodi melawan kuman-kuman ini dan sudah memberikan antibodi ini kepada bayi selama berada di dalam rahim. (Horn, 2003).
9

Ketiga, ketiadaan rutinitas intervensi seperti pemasangan infus, pemantauan janin dan ibu, medikasi untuk mengurangi nyeri, augmentasi atau induksi persalinan pada persalinan di rumah memiliki arti komplikasi sering dapat dihindari. Fakta memperlihatkan bahwa teknologi mengakibatkan ibu lebih sering dilakukan praktik invasif. (Wagner, 2003) Keempat, penggunaan berlebih intervensi obstetri yang berbahaya seperti induksi dan sectio saesarea hampir di sebagian besar rumah sakit dapat dihindari. (Wagner, 2003) Selain itu, karena ibu dan bayi selalu bersama sepanjang waktu sehingga imunitas bayi yang belum matur dapat berfungsi secara optimal. Interaksi ibu-bayi yang konstan ini membantu keberhasilan inisiasi menyusu dini, yang

merupakan proteksi terbaik melawan infeksi. (Horn, 2003) 4) Persyaratan Persalinan di Rumah Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengkonfirmasikan bahwa kehamilan tersebut sifatnya fisiologis atau normal. Artinya tidak terdapat kelainan 3 P, yakni power atau kekuatan dari si calon ibu; passage atau jalan lahir; dan passanger yakni kondisi janin yang akan melaluinya. Kalau ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik, bisa disimpulkan bahwa persalinan tersebut adalah fisiologis atau akan berlangsung normal. Syarat kedua adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang andal. Sebenarnya tidak harus seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan, namun cukup seorang dokter umum yang terampil dalam bidang tersebut. Bahkan bidan yang berpengalaman pun akan bisa melakukannya. Memilih tenaga berkualifikasi seperti itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan bisa memperoleh informasi tentang dokter atau bidan mana yang andal
10

sebagai penolong persalinan dan bersedia dimintai pertolongan sewaktu-waktu. Meskipun berprofesi sebagai penolong persalinan, mereka harus mengenal dengan baik siapa yang akan ditolong. Oleh karena itu kontrolkanlah kehamilan Anda secara teratur.Dokter yang memiliki banyak pasien atau yang sangat sibuk bukanlah tipe penolong persalinan yang ideal. Sebab seorang penolong persalinan yang baik tidak hanya berpengalaman, berpengetahuan, dan berketerampilan di bidangnya, sebaiknya juga seorang pribadi yang berdedikasi tinggi dalam membimbing persalinan. Sebagai contoh, proses pembukaan jalan lahir hingga sempurna biasanya dipimpin seorang bidan. Selama proses ini sang calon ibu biasanya mengalami rasa sakit mulas yang makin lama makin sering disertai nyeri dalam waktu yang relatif agak lama. Dalam kondisi seperti ini sang penolong persalinan harus bisa menanamkan rasa percaya diri, rasa tenang dan aman, rasa terlindung, serta kepastian akan keselamatan pada sang calon ibu yang ditolong. Ketiga adalah mempersiapkan satu kamar atau ruang bersalin di rumah. Tidak perlu harus ruangan khusus. Cukup sebuah kamar tidur keluarga dapat dipersiapkan merangkap sebagai kamar bersalin. Toh, yang akan dilahirkan adalah warga baru keluarga ini juga. Kamar ini hendaknya bersih, tenang dengan penerangan dan ventilasi udara yang baik dan memadai. Tersedia pula

perlengkapan lain untuk kebutuhan ibu dan bayi. Misalnya untuk ibu, dua helai kain panjang bersih, satu gunting steril, minimal direbus dulu dalam air mendidih selama lebih dari 15 menit. Jangan lupa, benang kasur steril, satu buah kateter urin logam steril untuk wanita, sebuah neerbeken atau pispot bersih dan sebuah baskom penampung ari-ari. Sedangkan untuk bayinya harap disediakan air hangat secukupnya untuk mandi, sebotol baby-oil, baju, popok,
11

baju hangat, sepotong kain kasa steril, dan sebotol alkohol 70% sebanyak kurang lebih 60 cc (echalucu, 2007). 5) Kelebihan dan kekurangan persalinan di rumah Persalinan di rumah ada kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihannya, suasana di rumah yang akrab membuat ibu hamil merasa didukung keluarga maupun tetangga. Kamar selalu tersedia dan tak memerlukan pengangkutan ke rumah sakit. Di rumah, ibu hamil terhindar dari infeksi silang yang bisa terjadi di rumah sakit. Hal terpenting, biaya bersalin di rumah jauh lebih murah. (echalucu, 2007). Kekurangannya, penolong persalinan (dukun bayi, bidan atau tenaga lain) umumnya hanya satu. Sanitasi, fasilitas, peralatan dan persediaan air bersih mungkin kurang. Jika memerlukan rujukan, diperlukan pengangkutan dan pertolongan pertama selama

perjalanan. Jika perjalanannya jauh atau lama, maka komplikasi yang terjadi misalnya perdarahan atau kejang-kejang dapat lebih parah. Di rumah, perawatan bayi prematur juga sulit. Persalinan di rumah diharapkan berlangsung normal. Untuk amannya persalinan di rumah, penolong perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini: Tugas penolong persalinan pada waktu ibu menunjukkan tanda-tanda mulainya persalinan ialah mengawasinya dengan sabar, dan tak melakukan tindakan jika tidak indikasi. Ibu yang sedang dalam persalinan perlu ditenangkan agar kontraksi rahim teratur dan adekuat, sehingga persalinan berjalan lancar. Jika persalinan belum selesai setelah 18 jam, ia perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya mengalami kesulitan.

12

Kala pengeluaran bayi hendaknya jangan terburu-buru, karena dapat menyebabkan robekan pada jalan lahir dan terjadinya perdarahan pasca-persalinan sebab rahim tidak bisa

berkontraksi dengan baik. Jika persalinan tidak juga selesai 1 jam, maka ibu bersalin perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya macet. Setelah bayi lahir, penolong hendaknya jangan memijat-mijat rahim atau menarik tali pusat dengan maksud melepaskan dan melahirkan uri, tunggulah dengan tenang. Jika setelah setengah jam uri belum juga lepas, dapat diberikan obat untuk memperkuat kontraksi rahim. Kalau perlu, uri dapat

dikeluarkan dengan tangan setelah 1 jam bayi lahir. Jika terjadi perdarahan setelah uri lahir, berilah obat penguat kontraksi rahim, karena biasanya perdarahan itu disebabkan rahim yang berkontraksi lemah. Periksalah apakah ada robekan jalan lahir. Para penolong persalinan hendaknya memeriksakan kembali ibu bersalin sebelum meninggalkan rumahnya. Periksalah nadi, pernapasan, tekanan darah, kontraksi rahim, ada tidaknya perdarahan dari jalan lahir, dan keadaan bayinya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, persalinan di rumah dapat dibenarkan bagi wanita dengan kehamilan risiko rendah setelah penapisan melalui Pan. Namun persalinan ini perlu didukung fasilitas yang memadai. Jika diperlukan, rujukan dapat diberikan dengan cepat dan tepat. Di sisi lain, para penolong persalinan di rumah juga perlu ditingkatkan

kemampuannya, dan mampu menjalin kerja sama dengan jaringan pelayanan yang lebih tinggi (Lesti, 2005).

13

B. Asuhan Pasca Nifas dan Pasca Persalinan Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim. Masa nifas biasanya berlangsung selama 40 hari setelah melahirkan. Pada masa ini, darah akan keluar seperti pada masa haid. Darah nifas harus mengalir keluar dengan lancar untuk menghindari infeksi rahim. Lama masa nifas bisa berbeda-beda pada setiap ibu. Darah akan cepat berhenti apabila jumlah yang keluar memang sedikit tetapi optimal, atau keluar sekaligus banyak dan berhenti sebelum 40 hari. Sementara itu mungkin ada ibu yang darah nifasnya masih keluar melewati masa 40 hari. Meskipun darah sudah berhenti sebelum 40 hari, sebaiknya masa nifas dianggap selesai setelah 40 hari, karena perawatan masa nifas adalah masa pemulihan pasca persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaikbaiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.

Ada empat tahapan masa nifas yang harus dilalui oleh ibu yang baru saja melahirkan: 1. Lokia Lubra
14

Keluarnya darah berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, rambut bayi dan kotoran bayi saat dalam kandungan. Biasanya masa ini berlangsung selama 1 minggu. 2. Lokia Sanguelenta Keluarnya darah berwarna merah dan berlendir 3. Lokia Serosa Keluarnya cairan berwarna kekuningan karena jaringan serosa atau sisa-sisa pengaruh hormone 4. Lokia Alba Cairan yang keluar berwarna putih dan bening. Ini tandanya sudah memasuki tahap pemulihan Masa nifas adalah masa yang penting bagi pemulihan pasca persalinan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan nifas untuk pemulihan pasca persalinan: 1. Masa istirahat Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama, oleh karena itu ibu harus cukup beristirahat. Jangan melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan perdarahan. Bila ibu melahirkan dirumah sakit, biasanya baru diperbolehkan pulang setelah tiga atau empat hari. 2. Makanan Makanan yang diberikan harus cukup kalori, protein, banyak cairan, serta buah-buahan dan sayuran. 3. Mules-mules Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa saat menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau

15

gumpalan dari di cavum uteri. Ibu dapat diberikan analgetik supaya ia dapat beristirahat tidur. 4. Demam Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C mungkin ibu mengalami infeksi. Silahkan konsultasikan dengan dokter Anda. 5. Mobilisasi Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. 6. Buang Air Kecil Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya. 7. Buang Air Besar

16

Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam. 8. Laktasi 8. Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis,

tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae. Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman harus diberikan melalui sonde. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi : a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dll b. Keadaan payudara dan puting susu. c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum. d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus). Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).

Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin menderika kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati.

Nasihat/penkes untuk ibu post natal:


17

a. Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan b. Susukanlah bayi anda c. Kerjakan senam hamil d. Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarganya. e. Bawalah bayi untuk imunisasi. C. Rujukan 1. Pengertian Sistem Rujukan Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya

penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga

layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical. Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan / fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.

18

Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir seperti : Pembedahan termasuk bedah sesar Transfuse darah Persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam Pemberian anti biotik intravena Resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan,

Informasi

ketersediaan pelayanan, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan adalah wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur yang singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya.

19

Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya. untuk Tawarkan agar penolong dan

mempunyai

kesempatan

berbicara

dengan

suami

keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan apabila diperlukan. 2. Tata laksana rujukan: a) b) c) d) e) Internal antar-petugas di satu rumah Antara puskesmas pembantu dan puskesmas Antara masyarakat dan puskesmas Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya f) g) Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit Antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit 3. Tujuan Sistem Rujukan Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu

(Kebidanan Komunitas). Tujuan umum rujukan untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR. Tujuan khusus sistem rujukan adalah: a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus resiko tinggi dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi. b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas. 4. Kegiatan Dan Pembagian Dalam Sistem Rujukan

20

Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan laboratorium. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan). Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal. a) Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk. b) Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari

puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan kesehatan. c) Rujukan Medik
21

adalah

rujukan

pelayanan

yang

terutama

meliputi

upaya

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. d) Rujukan Kesehatan . adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan

(promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja). 5. Jenis rujukan medik: a) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan

diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain. b) Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. c) Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of personel).
22

6. Alur Sistem Rujukan Alur rujukan kasus kegawat daruratan: a) Dari Kader Dapat langsung merujuk ke: 1) Puskesmas pembantu 2) Pondok bersalin atau bidan di desa 3) Puskesmas rawat inap 4) Rumah sakit swasta / RS pemerintah b) Dari Posyandu Dapat langsung merujuk ke: 1) Puskesmas pembantu 2) Pondok bersalin atau bidan di desa 7. Langkah-Langkah Rujukan Dalam Pelayanan Kebidanan a) Menentukan kegawatdaruratan penderita Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan

puskesmas. Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus

menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk. b) Menentukan tempat rujukan

23

Prinsip

dalam

menentukan

tempat

rujukan

adalah fasilitas

pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita. c) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan. d) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim. e) Persiapan penderita (BAKSOKU) B (Bidan) :

Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawa kefasilitas rujukan. A (Alat) Bawa : perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan, masa nifas dan BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan

24

dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju ke fasilitas rujukan. K (Keluarga) : Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk ibu kefasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan. S (Surat) :

Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obat-obatan yang

diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik O (Obat) Bawa : esensial pada saat mengantar ibu

obat-obatan

kefasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin diperlukan selama diperjalanan. K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat. U (Uang) :

Ingatkan keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahanbahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.

25

f) Pengiriman Penderita g) Tindak lanjut penderita : 1) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan) 2) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah 8. Rujukan Terhadap Kelainan Ginekologi a) Asuhan yang diberikan oleh Bidan 1) Anamnesa Pada anamnesa hal-hal yang perlu ditanyakan : Riwayat Kesehatan Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini berguna untuk membantu perawat mengkaji kelompok resiko terjadinya penyakit-penyakit gangguan sistem reproduksi. Kebudayaan kepercayaan/agama sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal seksualitas, dan jumlah prosedur

pasangan.

Penggunaan

kontrasepsi

spesifik terhadap mengakhiri kehamilan. Riwayat Kesehatan Individu dan Keluarga Kebiasaan sehat pasien seperti: diet, tidur dan latihan penting untuk dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah pasien peminum alcohol, perokok dan menggunakan obat-obat.

Status Sosial Ekonomi

26

Yang perlu dikaji : tempat lahir, lingkungan, posisi dalam keluar, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, situasi financial, sumber stress, agama, aktivitas-aktifitas yang menyenangkan reproduksi. Riwayat Kesehatan Sekarang Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri, perdarahan, pengeluaran cairan / sekret melalui vagina, ada massa keluhan Fungsi roproduksi Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi hampir sama dengan nyeri pada gangguan system gastrointestinal dan perkemihan pasien harus menguraikan tentang : nyeri, intensitas kapan dan dimana kesediannya, durasi dan menyebabkan nyeri bertambah dan berkurang, hubungan nyeri dan akan mempengaruhi kesehatan

menstruasi, seksual fungsi urinarius dan gastrointestinal. Perdarahan perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal seperti : perdarahan pada saat kehamilan, dan setelah menopause, karakteristik perdarahan abnormal harus dikaji mencakup : terjadinya durasi, interval, dan faktorfaktor pencetus perdarahan. Kapan kejadiannya : pada siklus menstrurasi atau menopause, setelah

berhubungan seksual, trauma atau setelah aktifitas juga dikaji jumlah darah, warna konsistensi dan perubahanperubahan yang terjadi. Pengeluaran cairan melalui vagina dapat menyebabkan infeksi berair di sekitarnya jaringan, gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan

27

cemas. Perawat harus menanyakan tentang tentang jumlah, warna, konsiskensi, bau dan pengeluaran terusmenerus. Gejalanya seperti luka, perdarahan, gatal, dan nyeri pada genital. 2) Pemeriksaan Fisik a) Pemeriksaan ini mencakup: Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat badan, bentuk / postur tubuh, sistem pernapasan, kardiovaskaler tingkat kesadaran Pemeriksaan spesifik yaitu: Pemeriksaan payudara Pemeriksaan inspeksi payudara dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. Hal yang diperiksa : ukuran, simetris, apakah ada pembengkakan, masa retraksi, jaringan perut / bekas luka, kondisi puting susu. Pemeriksaan abdomen Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya masa abdominopelvic. Massa yang dapat ditemukan pada organ reproduksi, sehingga perlu

dikombinasikan riwayat kesehatan Pemeriksaan genetalia eksternal Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan

perkembangan system reproduksi. Posisi pasien saat pemeriksaan genetalia eksternal adalah litotomi. Kaji kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva dari anterior ke posterior hal yang dikaji mencakup adanya tanda-tanda

28

peradangan, bengkak, lesi dan pengeluaran cairan dari vagina. Pemeriksaan pelvic Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks,

pertama kali dilakukan secara manual dengan jari telunjuk, untuk menentukan lokasi seviks. Lakukan inspeksi serviks, erosi, nodul, massa, cairan

pervaginam dan perdarahan, juga lesi atau luka. 9. Asuhan yang dilakukan di Puskesmas a) Pemeriksaan Laboratorium Tes papanicolaous atau pap smear Merupakan pemeriksaan sitologi untuk deteksi adanya sel prekanker dan kanker juga untuk mendeteksi adanya

gangguan virus, jamur dan parasit. Pemeriksaan sel dinding vagina juga untuk mengevaluasi fungsi hormon-hormon steroid. 10. Asuhan yang dilakukan di Rumah sakit a) Pemeriksaan laboratorium di RS 1) Pemeriksaan darah Pituitary Endotropin Pemeriksaan ini untuk menentukan tingkat kuantitatif follicle stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) dan prolaktin kadar serum diperiksa mempergunakan metode radioimmuniassay Hormon Steroid Pemeriksaan radioimmuniassay untuk mendeteksi kadar estrogen, progesterone dan testosterone pada siklus

menstruasi atau orang dewasa laki-laki.

29

Tes Serologi Untuk mendeteksi reaksi antigen-anti bodi terhadap respon mikroorganisme seperti pada pasien sifillis, rubella dan herpes simpleks

VDRL (Veneral Discase Research Laboratory) Ini digunakan untuk mendeteksi, menentukan dan

memantau sifillis. Hasil pemeriksaan berbeda pada setiap tahap sifillis. Pada minggu pertama setelah timbulnya kelainan kulit hasilnya negatif dan positif sekali 1-3 minggu. Hasil pemeriksaan VDRL dibaca dalam tingkat kualitas Normal disebut non reactive Titer 1 : 8 indikasi adanya sifillis Titer diatas 1 : 32 indikasi sifillis stage ill etreponomo pallidum Immobilization (TPI) dan

Fluoroscent Troponemal Antibody Absorption Test (FTA). Pemeriksaan ini dilakukan khusus deteksi adanya : Treponema pollidron, tetapi pemeriksaan ini lebih mahal dan lama dibandingkan dengan pemeriksaan VDAL. Hasilnya dibaca positif dan negative, hasil yang (+) mungkin ditemukan lama setelah terapi. 2) Pemeriksaan Urinalis untuk hormone steroid Pemeriksaan urine 24 jam dapat di pergunakan untuk menentukan kadar esterogen total dan pregnonodial 3) Pemeriksaan Mikroskopi Wet Prep (Wet Smears) : Sekresi vagina dapat diambil pada awal pemeriksaan b) Tindakan Operatif

30

1) Persiapan (Pre-Operatif) Tindakan operasi pada sistem reproduksi wanita ada 2 jenis yaitu operasi minor dan mayor. Operasi minor bertujuan utamanya adalah untuk diagnostik sedangkan operasi mayor adalah pengangkatan satu atau lebih organ reproduksi. Operasi minor mencakup : dilatasi dan kuret, biopsi serviks, konisasi serviks. Operasi mayor mencakup : oocpharectomy (pengangkutan ovarium), salpectomy (pengangkutan tuba palofi), histerektomi (pengangkutan usus), histerektomi radikal (pengangkutan

uterus, vagina dan parametrium) serta eksentrasi pelvic (pengangkatan pelvic dalam mencakup kandung kemih,

rektosigmoid dan semua organ reproduksi). Persiapan preoperative mencakup persiapan psikologis,

pengangkatan organ reproduksi mempunyai dampak emosional yang sangat penting pada wanita. Peran perawat dan bidan adalah membantu wanita untuk eksplorasi perasaannya dan penjelasan tentang tujuan operasi, prosedur dan dampaknya sehingga membantu proses pemulihan. Persiapan fisiologis, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan pembersihan pada traktus urinarius dan kolon. Hal-hal yang perlu

dipersiapkan: Pemberian antibiotic untuk mencegah dan mengobati infeksi Pembersihan kolon mencakup : pemberian laxative, enema dan diet cair selama 24 jam. Beri obat-obatan pervagina jika resiko tinggi infeksi Untuk individu yang resiko thromboplebitis (varises,

obesitas dan diabetes mellitus) anjurkan mempergunakan

31

stocking penunjang, heparin dosis rendah, hentikan oral konstrasepsi 3-4 minggu sebelum operasi. 2) Pemantauan Post Operasi mencakup hal-hal sebagai berikut : a) Monitor Keseimbangan cairan elektrolit Bunyi paru dan respirasi Distensi abdomen Nyeri tungkai bawah Pembalut luka Tanda-tanda infeksi

b) Anjurkan latihan nafas setiap 2-4 jam sampai pasien aktif. c) Beri obat-obat untuk nyeri secara teratur selama 3 hari post operasi, selanjutnya sesuai kebutuhan. d) Untuk nyeri karena abdomen gembung (gas) beri kompres panas pada abdomen, anjurkan ambulasi e) Cegah tromboplebilitis f) Beri support mental terus-menerus g) Anjurkan pasien sebagai berikut : Hindari kerja berat yang menyebabkan kongesti pembuluh darah pelvic seperti: angkat barang, jalan cepat, loncat, jogging, selama 6-8 minggu post operasi. Latihan aktifitas seksual post operasi Resume hubungan seksual selama 4-6 minggu Lapor dokter segera jika terdapat tanda-tanda

tromboemboli Batasi aktifitas sehari-hari Kembali ke RS untuk evaluasi terhadap pengobatan.

32

33

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Persalinan di Rumah Persalinan di rumah memiliki manfaat antara lain ibu merasa lebih nyaman, mendapat asuhan yang berkesinambungan (continuity of care), terbebas dari intervensi, mendapat pilihan yang tidak terbatas, meningkatkan bonding-attachment, dan lebih aman daripada persalinan di rumah sakit bagi ibu tanpa riwayat komplikasi selama persalinan lalu dan kehamilan sekarang. Perawatan masa nifas Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. .Rujukan Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical. B. Saran Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai pemeliharaan kesehatan ibu hamil

34

35

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Adriaansz G.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Mandriwati GA, Ester M. Penuntun belajar asuhan kebidanan ibu hamil. Jakarta : EGC 2007. Martaadisoebrata D, Sastrawinata RS, Saifuddin AB. Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial. Depkes RI. Buku kesehatan ibu dan anak, Jakarta.1997. Masdanang. Tanda bahaya kehamilan http:// www.masdanang.co.cc Rachmat. 2007. Komplikasi Kehamilan Risiko Tinggi (High http://www.info-wikipedia.com.id diakses pada tangal 4 Maret 2010 Risk).

Rochjati. 2003. Skrining Antenatal Care Dan Komplikasi Kehamilan. Surabaya : Unair Press Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kespro.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010 Tiran. 2007. Kehamilan Dan Permasalahannya. Jakarta : EGC Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes. ____. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC www.google.com www.wordprewss.com

36

You might also like