You are on page 1of 58

FIHRIS

1. Praktek waqof pada lafadh


2. Waqof pada lafadh
3. Praktek waqof roum dan waqof isymam pada lafadh :

4. Praktek waqof isymam pada kalimah yang huruf akhirnya
qolqolah
5. Praktek mambaca huruf istifal, apakah bibir harus meringis
dulu
6. Praktek iqlab antara Yanbu dan Ulama Timur Tengah
7. Praktek membaca Isymam pada lafadh
8. Cara membaca nya lafadh
9. Cara membedakan membaca iqlab dengan ikhfa syafawi
10. Praktek membaca lafadh
11. Cara membaca Fatihah bagi orang yang ceguken
12. Praktek bacaan tashil pada lafadh :
13. Cara membaca : + +
14. Cara membaca Fawatihus Suwar ( ) contoh :
15. Lafadh menurut imam Hamzah dan Hisyam ketika waqof
16. Cara membaca ronya
17. Cara membaca huruf dan ketika dibaca fathah
18. Cara membaca bertemu
19. Cara membaca lafadh :
20. Praktek membaca lafadh dan
21. Mendengar bacaan Al Quran yang salah
22. Huruf sama ( yang pertama hidup ) dibaca idhgom
23. Setiap [] bertemu [ ]dibaca idghom atau tidak
24. Apakah ada qoidah khusus Imam Hafs untuk waqof saktah
seperti Imam Hamzah
25. Memegang tafsir ( Al Quran & terjemahnya ) yang ada
tulisan :
26. Mengajar Al Quran pada anak yang tidak mau mengaji lagi
karena takut banyak yang salah
27. Makmum raguragu tentang bacaan imam yang kurang
sesuai dengan ilmu tajwid
28. Membaca Al Quran nyungsang ( dari akhir surat ke awal
surat )
29. Hukum menulis Al Quran dengan tidak memakai Khot
Utsmany
30. Wanita haidl memegang atau membawa Al Quran terjemah

31. Teman mengajak bicara terus saat kita nderes


32. Mempraktekkan wujuhul qiroat yang ada dalam kitab-kitab
tanpa dengan musyafahah
33. Mengajari orang yang akan ikut MTQ
34. Waqof tanpa mengambil nafas
35. Membaca Al Quran bagi orang yang belum fasih
36. Lafadh ada yang dibaca panjang dan pendek
37. Mengapa lafadh [, ]-nya dibaca pendek sedang lafadh
dibaca panjang
38. Membaca Basmalah pada surat At Taubah
39. Tulisan lafadh ada yang memakai alif dan ada yang tidak
40. Seorang hafidh yang lupa karena kesibukannya
41. Membaca Al Quran tidak dengan tartil
42. Perbedaan letak waqof dan tandanya pada beberapa mushaf
43. Dasar yang memperbolehkan waqof pada tanda waqof
44. Pejelasan tentang hal-hal yang termasuk wajib syari dan
wajib shinai
45. Perbedaan bentuk tulisan Khot Utsmani pada mushaf
terbitan Indonesia dan Timur Tengah
46. Keterangan hadits atau tabir kitab tentang doa setelah
membaca surat Al-Fatihah
47. Berhenti tanpa mengambil nafas pada akhir-akhir ayat yang
tidak ada tanda saktahnya
48. Dalam surat Al Fatihah tidak terdapat huruf , padahal
dalam surat lainnya terdapat huruf
49. Tindakan kita pada sobekan-sobekan Al Quran yang sudah
tidak mungkin dipakai lagi
50. Penjelasan ayat ...
51. Orang yang tidak bisa mempraktekkan makhroj yang benar
karena sumbing, ompong dsb.
52. Yang harus didahulukan antara belajar Ilmu Fiqh, Ilmu
Tafsir, Tahfidzul Quran, dan ilmu lainnya
53. Cara mengajar Al Quran bagi wanita yang sedang dalam
masa haid
54. Orang yang lupa hafalan Al Quran karena hilang kesempatan
nderes / kesibukan lain
55. Rukhshoh membaca Al Quran bagi hafidzoh yang sedang
dalam masa haidl/nifas
56. Yang dimaksud dengan kata-kata :
57. Istilah mad mubalaghoh

58. Nama alif pada lafadh


59. Posisi ujung lidah ketika membaca huruf
60. Hukum membaca setelah mendengar / membaca ayat :

61. Membaca lafadh dalam adzan dengan melebihi ukuran
panjangnya
62. Membaca Al Quran yang belum dimusyafahahkan
63. Sifat-sifatnya huruf yang diwaqofkan pada lafadh :
, , dsb.
64. Huruf [] pada lafadh
65. Membaca sajdah pada surat sebenarnya pada ayat 49
atau 50
66. Panjang mad ( tanwin manshub ) pada lafadh ketika
waqof
67. Lafadh jika diwasholkan, kok mimnya dibaca fathah
68. Apa ada thoriq yang membaca mad jaiz munfashil 7 alif ( 14
harokat )
69. Hukum membaca waqof pada kedua tanda waqof _____
70. Tanda lingkaran kecil [] di atas alifnya lafadz :
, , , dsb. pada kitab Yanbua jilid 6
71. Adakah perbedaan cara membaca huruf yang mempunyai
sifat berlawanan, terutama hams ketika berharokat atau sukun
72. dalam Surat Al Anam ayat 143 & 144, pada ayat yang
pertama hamzahnya dibaca panjang, pada ayat berikutnya
dibaca tashil
73. Waqof pada ayat sebelum
74. Waqof pada lafadz dan
75. Berhenti pada kalimat yang bertanda waqof semisal

76. Membaca lafadz bila disambung dengan


bacaan sebelum atau sesudahnya
77. Huruf Ro pada lafadz
dibaca tebal atau tipis
78. Menyikapi kritik yang mengatakan bahwa Yanbu belum
memakai Mushaf Rosm Utsmani
79. Setelah selesai musyafahah 30 juz, diketahui ada kalimat
yang keliru pada waktu musyafahah
80. Meneruskan musyafahah di maqbaroh gurunya
81. Bolehkah pada lafadh dibaca waqof
82. Penulisan tasydid dan tidak di atas wawu lafadh

83. Nun kecil pada lafadh


84. Waqof pada lafadh : *
85. Membaca Al Quran dengan cara hadr, tadwir dan tartil
dalam satu halaman / satu ayat
86. Membaca dengan mecc tetapi kedengarannya
seakan sama dengan yang moncong ke depan
87. Apakah lafadh jika dibaca waqof termasuk mad lain ?
88. Sebaiknya dibaca waqof apa washol pada lafadh

89. Ketika menemui waqof muanaqoh, qori ingin berhenti pada


titik tiga yang kedua akan tetapi belum sampai yang kedua
nafasnya habis
90. Ada yang membaca lafadh lebih condong ke huruf U
91. Dasar bagi yang memperbolehkan waqof tanpa mengambil
nafas
92. Yang dimaksud dengan mamnu apakah haram atau lainnya
dan apakah berdosa jika melanggarnya
93. Bacaan takbir yang telah berlaku bagi kita yang menganut
thoriq Imam Syathibi
94. Apakah pengertian dan rincian hukum dalam ilmu tajwid
sama dengan hukum dalam ilmu syara
95. Karena tidak kuat nafasnya, ia membaca tanpa mengulangi
dari sebelumnya, dalam arti langsung meneruskan
96. Terhenti di tengah ayat sebab cegukan atau menguap
97. Mencoret atau menuliskan sesuatu (Latin/Arab) di mushaf Al
Quran
98. Mengamalkan teori bacaan dengan dua wajah padahal
musyafahah hanya membaca satu wajah
99. Batasan orang yang tidak tahu dalam membaca Al Quran
100. Membaca ro atau lam yang bertasydid ketika waqof
101. Kenapa hamzah washolnya pada lafadh itu
dibuang
102. Membaca ro pada semisal lafadh dll.
103. Waqof pada lafadh yang pertama pada surat Al-Fatihah
104. Kadar ukuran Hamsnya Ta yang berada di tengah kalimah
105. Alasan hanya lafadh dibaca pendek
106. Perbedaan dalam washol dan waqofnya pada lafadh :

107. Perbedaan imalah dan taqlil
108. Waqof pada ayat

109. Adakah imam yang berpendapat bahwa


110. Waqof pada lafadh
111. Perbedaan dengan , dengan dan lafadh
dengan
112. Musyafahah santri yang bacaannya salah atau tidak urut
tetapi tidak diketahui oleh ustadznya
113. Cenderung ke manakah suara pantulan qolqolah
114. Ditunjuk untuk menjadi juri MTQ
115. Cara membenahi hafalan yang sulit
116. Pada ayat sajdah tertulis inda Syafii atau lighoiri Malik
117. Membaca Al Quran dengan rngng-rngng ( Jawa, Red. )
118. Bolehkah santri Yanbu memakai Al Quran yang sesuai
dengan qaidah Rosm Utsmaniy
119. Mewasholkan akhir Surat Al Ikhlas dengan awal Surat Al
Ikhlas itu sendiri
120. Hadirin tidak terlalu menghiraukan kesalahan bacaan Al
Quran
121. Lafadh
diwasholkan sambil membaca sukun mim

122. Bacaan yang panjang dan yang pendek


123. Asbabunnuzul ayat sajdah
124. Memaketkan Al Quran / Tafsir
125. Definisinya lafadh dan contohnya
126. Hukum belajar Qiroah Sabah sebelum hafal 30 Juz
127. Hukumnya nderes saat haid tanpa bersuara
128. Membaca Al Quran dengan tempo cepat lalu pindah dengan
tempo lambat
KUMPULAN MASAILUL QURANIYYAH
PONDOK TAHFIDH YANBUUL QURAN
KELURAHAN 24 KUDUS
1. Pertanyaan :
Mohon penjelasan tentang praktek waqof yang benar pada
lafadh lafadh di bawah ini :

, khusus pada lafadh dan lafadh
masih tetapkah hamsnya ?
Jawaban :
Prakteknya sudah kita dengar dan kita lihat bersama. Adapun
mengenai sifat hamsnya masih tetap ada.

Catatan :
1. Dua huruf terakhir harus tetap terbaca.
2. Jangan sampai mengubah harokat, sebagaimana istilah dalam
ilmu nahwu yang disebut waqof naql contoh dibaca
3. Jangan sampai mengandung suara [] ( ppt : Jawa )
sehingga terbaca minh
4. Waqof pada kalimah yang sebelum akhir berupa huruf shohih
memang berat, sehingga para qurro boleh mewaqofkannya
dengan waqof roum, kalau memang huruf akhir kalimah
tersebut berharokat dlommah atau kasroh.
Keterangan a.l. dari :
85 :

83 :

222 :

.




35 :


2. Latar belakang :
Pada awal Surat Yusuf, Surat Hud, Surat Ar Rod, Surat Ibrohim
dll. tertulis sebagai berikut :
...
...
Tanpa ada tanda waqof, namun pada prakteknya boleh waqof
pada ayat ayat mutasyabihat tersebut.
Pertanyaan :
a. Apakah menurut Qiroah Ashim memang memperbolehkan
demikian ?
b. Termasuk waqof apakah kalau kita waqof pada lafadhlafadh
tersebut ?
Jawaban :
a. Benar, bahkan menurut qiroah lain juga memperbolehkan.

b. Termasuk waqof tam dan ada yang mengatakan waqof hasan


dengan menjadikan lafadh lafadh tersebut menjadi maful atau
khobar dari mubtada ( mentaqdirkan lafadh atau )
Keterangan a.l. dari :
324:
( . ) 1( ....
83 :



( 730/2 )
( ) 1( )
( 710 /2 )
( ) ( " " ) 1 ( )

3. Pertanyaan :
Bagaimana cara mempraktekkan waqof roum dan waqof
isymam pada lafadh : ?
Jawaban :
Waqof Roum : Berhenti pada akhir kalimat dengan membaca
sebagian harokat huruf akhir ( sepertiga harokat ) tanpa
mensuarakan tanwin. Waqaf ini berlaku pada kalimat yang
huruf akhirnya dibaca dlommah ( rofa ) atau kasrah ( majrur )
Waqof Isymam : Berhenti pada akhir kalimah dengan
membaca sukun pada huruf akhir lalu mengisyarohkan
membaca dlommah dengan memoncongkan bibir tanpa ada
suara.
Waqof ini hanya berlaku pada kalimat yang huruf akhirnya
berharohat dlommah, tanwin dlommah ( rofa )
Keterangan a.l. dari :
94 92 :

-





91 : 219 :
4. Pertanyaan :

Bagaimanakah praktek waqof isymam pada kalimah yang huruf


akhirnya berupa qolqolah ? Apakah sifat qolqolahnya masih
terbaca, seperti pada lafadz :
Jawaban :
Qolqolahnya tetap ada.
Keterangan a.l. dari :
93 :


219 :


234 :
:

5. Pertanyaan :
Semua huruf istifal seperti Kaf, Lam, Za dsb. terutama ketika
menyandang harokat dlommah apakah praktek mambacanya
bibir harus meringis dulu ?
Jawaban :
Huruf istifal membacanya tarqiq atau mecc ( melebarkan bibir
) terutama huruf yang sama makhrojnya dengan huruf istila
harus lebih dibedakan. Contoh : dengan , dengan ,
dengan
Keterangan a.l. dari :
117-116 :
( ) (
) ( )

( ) (
)


.
6. Pertanyaan :
Menurut pemahaman atau pendengaran kami terdapat
perbedaan praktek iqlab antara Yanbu dan Ulama Timur
Tengah. Kalau di Timur Tengah antara Nun dan Ba sepertinya
agak renggang. Mohon penjelasan !
Jawaban :

Tidak terdapat perbedaan karena iqlab berarti mengganti Nun


menjadi Mim.
Keterangan a.l. dari :
122 :



7. Pertanyaan :
Bagaimana praktek membaca Isymam pada lafadh yang
diajarkan oleh Simbah KHM. Arwani Amin ?
Jawaban :
Prakteknya harus dengan musyafahah.
Keterangan : Ketika dengung bibir mengisayrohkan baca
dlommah.
Laa ta mannnaa
( Meringis ) ( Moncong ) ( Meringis)
( Bersuara sukun, bibir berlagak membaca dlommah )
8. Pertanyaan :
Pada lafadh cara membacanya :
Alif-Lam-Roo ( -- ) atau Alif-Lam-Roo ( -- ? )
Jawaban :
Alif-Lam-Roo bukan Alif-Lam-Roo, sebagaimana ajaran
Rosulullah yang diterima dari Malaikat Jibril.
47 :
( )

153 :

: .
9. Pertanyaan :
Bagaimana cara membedakan membaca iqlab dengan ikhfa
syafawi ?
Jawaban :
Bacaan iqlab dengan ikhfa syafawi tidak ada bedanya ( sama )
karena iqlab itu mengganti nun ke mim. Nanti kalau sudah jadi
mim bacaannya sama. Yang berbeda hanya tulisannya.
Keterangan a.l dari :
17 :





122 :


.

)
10. Pertanyaan :
Bagaimana praktek membaca lafadh ? Dan mengapa
lafadh tidak dibaca imalah ?
Jawaban :
a. Praktek harus dengan musyafahah, yakni mencondongkan
harokat fathah mendekati kasroh ( lebih berat kecondongannya
ke kasroh ).
b. Adapun lafadh : tidak dibaca imalah karena memang
demikianlah musyafahahnya Imam Hafs. Dan ini sekaligus
menunjukkan bahwa masalah qiroah itu tidak bisa diqiyas.
Keterangan a.l dari :
80 :
( ) ( .
)
11. Pertanyaan :
Bagaimanakah cara membaca Fatihah bagi orang yang
mendapat cobaan berupa ceguken ketika sholat?
Jawaban :
Supaya bisa mengatur diri, misalnya dengan cara mempercepat
bacaannya, sepanjang masih dalam aturan tajwid.
12. Pertanyaan :
Bagaimana praktek bacaan tashil pada lafadh : yang benar?
Jawaban :
Praktek harus dengan musyafahah, yakni membaca tengahtengah antara makhrojnya hamzah dan alif (Bhs. Jawa :
anggang-anggang), jangan sampai menjadi Ha.
13. Pertanyaan :
Ada berapakah cara membaca + + seperti pada
saat setor ?
Jawaban :

Di dalam kitab halaman 49, hukumnya sama dengan


membaca : + + yakni ada 4 wajah (cara) :
1. Taawwudz Basmalah ayat.
2. Taawwudz Basmalah ayat.
3. Taawwudz Basmalah ayat.
4. Taawwudz Basmalah ayat.
Keterangan a.l dari :
20 :
:
1)
2)
3)
4)


14. Pertanyaan :
Bagaimana cara membaca fawatihus suwar ( )
Contoh : bila diwasholkan dengan ayat berikutnya ?
Jawaban :
: Menurut Imam Hafs bila diwasholkan ini dibaca
idzhar.
Keterangan a.l. dari :
116 :
( )

15. Pertanyaan :
Mohon dijelaskan lafadh menurut imam Hamzah dan
Hisyam ketika waqof ?
Jawaban :
Boleh dibaca dengan dan
Dan dengan dan
Keterangan a.l. dari :
32 :
( : )
16. Pertanyaan :
Pada lafadh bagaimana cara membacanya, ronya
tipis atau tebal ?
Jawaban :
Tebal.

Keterangan a.l. dari :


74 :
) (

30 :

-

17. Pertanyaan :
ketika dibaca fathah dan Bagaimana cara membaca huruf
? apakah seperti ketika dibaca sukun dan seperti contoh
Jawaban :
Kalau fathah harusnya beriringan dengan syiddah. Adapun
kalau sukun, membaca hamsnya sesudah membaca syiddah.
Keterangan a.l. dari :
84 :


72 :


18. Pertanyaan :
apakah sama Bagaimana cara membaca bertemu
? seperti bertemu
Jawaban :
ada di pangkal lidah Tidak sama. Karena makhrojnya
di ujung lidah, Sedangkan harus sesuai sedangkan
dengan huruf yang dihadapi.
Keterangan a.l. dari :
20 - 19 :




-

19. Pertanyaan :
Bagaimana cara membaca lafadh berikut ini :
Jawaban :

: imalah kubro )
: dibaca tashil ( hamzah ke-2 dibaca tengah-tengah)
) antara makhrojnya hamzah dan alif
: Boleh dibaca dengan 2 wajah : )
: Mencampur sukun dengan dlommah ( bersuara sukun )1
sedangkan bibirnya berlagak seperti membaca dlommah ).
: Laa Tama nu naa, lafadh Nu dibaca cepat. )2
Keterangan a.l. dari :
123 :
:
. : . : ( )
- - " "
" ( ) 41 :
78 :
: (
) - - " ( "
) 44:
(
) ( : ) ( )

260:
( )2
. : ( )3 : ( )4



)(2

)(3

)(4

.
20. Pertanyaan :
dan Mohon penjelasan tentang praktek membaca lafadh
? yang benarlafadh
Jawaban :
harus dibaca tebal / tafkhim atau disebut Untuk lafadh
) apabila sebelumnya fathah dan dlommah yakni ( taghlidh

ujung lidah ditempatkan ke makhrojnya lam, lalu suaranya kita


tebalkan. Untuk lafadh kaf-nya dibaca 3 alif, ha-nya 1 alif,
ya-nya 1 alif, ain-nya boleh 1 atau 2 atau 3 alif dan shod-nya
dibaca 3 alif. Antara ain dan shod ada dengungnya.
Keterangan a.l. dari :
92 :



.
51 :



60 :
) ( :



87 :
) 6 -4 ( ) ( ) ( :

21. Latar belakang :
Ada seseorang yang tanpa sengaja mendengar bacaan Al Quran
yang salah.
Pertanyaan :
a. Bagaimana sikap seharusnya bagi pendengar ? Diam atau
pura-pura tidak tahu karena pembacanya orang yang lebih tua (
lebih dihormati ) ?
b. Bagaimana bila hal seperti ini terjadi di tempat yang agak jauh
?
Jawaban :
a. Siapapun yang mendengar bacaan yang salah harus
membenarkan dengan dasar :

b. Dengan cara apapun yang bisa mampu, asal tujuannya bisa
tercapai misalnya dengan mendatanginya.
Keterangan a.l. dari :
23 :


56 :


22. Pertanyaan :
Menurut Imam siapakah apabila ada huruf yang sama ( yang
pertama hidup ) dibaca idhgom ?
Contoh: dibaca
Dan berapa alif dengungnya ?
Jawaban :
Menurut Imam Abu Amr yang diriwayatkan oleh Imam As Susi
dengungnya satu alif ( dua harokat )
Contoh :
dibaca

Adapun cara membaca panjang huruf mad yang jatuh sebelum


idhgom kabir ada tiga wajah : 1 alif, 2 alif dan 3 alif.
Keterangan a.l. dari :
8 :
() 0
. .

23:


131:
:

23. Pertanyaan :
Pada lafadz apakah setiap [] bertemu [ ]dibaca idghom
atau tidak ?
Jawaban :
Ya, masalah ini telah menjadi ittifaqul qurro ( kesepakatan
ulama qiroah ) dengan syarat huruf dzalnya mati ( sukun )
Contoh : dibaca
Keterangan a.l. dari :
38 -37 :

-
:





24. Pertanyaan :
Apakah ada qoidah khusus ( tertentu ) bagi Imam Hafs untuk
waqof saktah seperti Imam Hamzah ?
Jawaban :
Tidak ada Qoidahnya, Imam Hafs hanya membaca saktah pada
empat tempat sebagaimana yang telah ada di dalam Mushaf, dan
ada 2 tempat yang boleh dibaca saktah.
Keterangan a.l. dari :
72 :
. :
:
1) 1: ) ( " "
2) 27 : ) ( " "
3) 52: ) ( " "
4) 14: ) ( " "
179 :
25. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya orang yang memegang tafsir ( Al Quran &
terjemahnya ) yang ada tulisannya baik putra
maupun putri yang berhadats ?
Jawaban :
Bila terjemahnya lebih banyak maka hukumnya boleh tapi lebih
baik pakai wudlu, dan tidak boleh memegang tepat pada tulisan
qurannya.
Keterangan a.l. dari :
23:
( . ) :



" "

67-66:
( )


87 :
:

26. Pertanyaan :
Bagaimana cara mengajar Al Quran pada anak yang apabila kita
mengajarnya sesuai dengan tajwid dan mahroj kebanyakan
mereka akan lari dan tak mau mengaji lagi ( takut karena banyak
yang salah ). Dalam pikiran kami seandainya dibiarkan begitu
saja akan menjadi kebiasan. Ya kalau anak tadi masih mau
mondok lagi insya Alloh akan semakin baik, kalau tidak ?
Jawaban :
Menurut Mbah Arwani mengajar Al Quran itu harus melihat
sikon ( situasi dan kondisi ) misalnya dalam mengajar anak kecil
tidak boleh dipaksa dan harus bertahap sesuai kemampuannya.
Keterangan a.l. dari :
25 24 :

.




27. Latar belakang :
Seorang imam sholat dalam bacaannya kurang sesuai dengan
ilmu tajwid dan makhorijul huruf. Bagi makmum ada yang
raguragu tentang bacaannya.
Pertanyaan :
a. Bagaimana ini sebaiknya ?
b. Bagaimana jika terjadi di perjalanan ?
Jawaban :
a. Kalau makmumnya fasih sedang imam tidak, maka tidak sah
bermakmum dengannya
b. Sama dengan jawaban [a] yaitu dengan jalan mufaroqoh kalau
mengetahuinya sesudah sholat.
Keterangan a.l. dari :
43 :

) ( ) (

128 :




28. Pertanyaan :
Bolehkah membaca Al Quran baik bilghaib maupun binnadhor
? ) dengan cara dari akhir surat ke awal surat ( Nyungsang
Jawaban :
Tidak boleh.
Keterangan a.l. dari :
77 :



42 :
:

29. Pertanyaan :
Sering dijumpai di berbagai media masa bahkan dalam Al
Quran yang telah tercetak, tulisan Al Quran yang tidak sesuai
dengan khot utsmany. Bagaimana hukumnya menulis Al Quran
? dengan tidak memakai khot utsmany
Jawaban :
Khilaf, ada yang membolehkan ada yang mengharamkan, dan
yang mutamad mengharamkan.
Keterangan a.l. dari :
167:



68:




30. Pertanyaan :
Bolehkah wanita haid, memegang atau membawa Al Quran

terjemah ? Kalau boleh bagaimana cara membacanya, karena


ada dua qaul :
1. Dengan cara di dalam hati.
2. Dengan cara bibir bergerak tapi tidak boleh bersuara.
Jawaban :
Hukum memegang sama dengan soal no. 25, kalau membacanya
dengan niat Al Quran maka dia boleh baca dengan cara
keduanya.
Keterangan a.l. dari :
23 :
: ) . (



" "

67-66 :
) (


87 :
:

79 :
( )


31. Pertanyaan :
Jika kita sedang nderes, kemudian ada teman yang mengajak
bicara terus, bagaimana cara menegur teman tersebut agar tidak
mengganggu kita dan supaya teman tersebut juga tidak
? tersingung
Jawaban :
Kita terus nderes dan tidak usah menanggapi pembicaraannya.
Keterangan a.l. dari :
53 :
-

32. Latar belakang :


Seseorang mampu memahami Kitab Syatibi atau Tafsir Munir
dan atau kitab-kitab lain. Ia juga mempunyai sanad yang
muttashil sampai muallif ( pengarang ) kitab tersebut.
Pertanyaan :
Bolehkah orang tersebut mempraktekkan wujuhul qiroat yang
terdapat dalam kitab tersebut walaupun tanpa dengan
musyafahah ?
Jawaban :
Tidak boleh.
Keterangan a.l. dari :
96-95 :
:

.


299 :
. :

.

16 :

.
33. Pertanyaan :
Menurut amanat Mbah Kyai Arwani, santri tidak diridloi jika
ikut MTQ, tapi jika kita disuruh mengajari orang yang akan ikut
MTQ bagaimana sikap kita sehubungan dengan amanat tersebut
?
Jawaban :
Kalau mengindahkan wasiyat Mbah Arwani, tidak usah ikut
campur urusan MTQ.
41 : ( )
34. Pertanyaan :
Bolehkah waqof tanpa nafas ? Dan bagaimana caranya waqof
yang baik pada saat kita mendapat undangan khataman
misalnya, sehubungan dengan terbatasnya waktu ?
Jawaban :
Tidak boleh. Caranya harus diwasholkan dengan memberi

harokat.
Keterangan a.l. dari :
153 :

.

379 :


.
179 :



91 :




35. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya orang yang belum fasih membaca Al
? Quran dengan salah tapi ia sudah berusaha
Jawaban :
Boleh, tapi dia tetap wajib berusaha dengan segenap
kemampuan.
Keterangan a.l. dari :
67 :

17 :


36. Pertanyaan :
ada yang dibaca panjang dan pendek dan apa Apa sebab lafadh
? ciri-cirinya
Jawaban :
yang dlomir mutakallim wahdah selalu dibaca pendek Lafadh
ketika washol dan panjang ketika waqof menurut Imam Hafsh.
Keterangan a.l. dari :
91 :

:
* ) 163 : ) ( ( : " "
( : )
37. Pertanyaan :
Mengapa pada lafadh [, ]-nya dibaca pendek sedangkan
pada lafadh dibaca panjang ?
Jawaban :
Pada lafadh : nya adalah ziyadah ( tambahan )
Pada lafadh : nya adalah asli.
Keterangan a.l. dari :
155 :

186 :

38. Pertanyaan :
Dalam membaca surat At-Taubah dengan membaca Basmalah
bagaimana pendapat para imam ?
Jawaban :
Haram di permulaan surat dan makruh di tengahnya menurut
Imam Ibnu Hajar.
Keterangan a.l. dari :
24 :
.


139:
.


39. Pertanyaan :
Karena apa tulisan lafadh dalam Al Quran pojok cetakan
MENARA KUDUS tidak ada alifnya padahal dalam Al Quran
cetakan MENARA KUDUS yang tidak pojok ada alifnya ?
Jawaban :
Ada perselisihan dalam lafadh
Menurut Imam Hafsh lafadh itu . Adapun menurut
Qiroah Masyhuroh lafadh itu . Dan untuk
mempermudah membacanya, maka ditulis tanpa alif.
Keterangan a.l. dari :
307 :

( : ( ) : )
312 :

111 /10
( )
40. Pertanyaan :
Seorang hafidh yang sibuk, apakah berdosa jika lupa disebabkan
kesibukannya?
Dan bagaimana cara mengatasinya?
Jawaban :
Dosa besar. Dan caranya harus mengutamakan Al Quran dari
kesibukan yang lain.
Keterangan a.l. dari :
37 :




41. Pertanyaan :
Membaca Al Quran harus dengan tartil, bagaimana jika sedang
diburu waktu seperti saat acara khataman ketika kita mendapat
undangan misalnya, sehingga bacaannya kelihatan tidak tartil ?
Jawaban :
Membaca tidak harus tartil, tadwir ( sedang ), atau chadr ( cepat
) asal masih menetapi qoidah tajwid dan tidak ada huruf yang
hilang / terlipat.
Keterangan a.l. dari :
53 :
( )
15 :
( )

.
.

18 :
( )

42. Latar belakang :
Terdapat banyak perbedaan letak waqof dan tandanya pada

beberapa mushaf yang beredar di Indonesia.


Pertanyaan :
a. Apakah pemberian tanda waqof itu murni hasil ijtihad para
ulama ?
b. Dasar pertimbangan apakah yang dipakai para ulama dalam
memberikan tanda ?
c. Mengapa sampai terjadi perbedaan tanda waqof pada
beberapa ayat yang sama, seperti ayat :
89 : ( )
( tanpa tanda waqof ) dengan ayat :
5 : ( . )
( terdapat tanda waqof ) ?
d. Siapakah yang memberikan tanda waqof pada mushaf
terbitan MENARA KUDUS, yang biasa dipakai santri Yanbuul
Quran ini ?
Jawaban :
a. Tidak semuanya, melainkan berdasarkan talaqqi ( pengajaran
/ penerimaan dari guru ) yang sanadnya muttashil sampai
Rosulullah SAW.
b. Dari kitab-kitab yang menerangkan tentang waqof, seperti
kitab Manarul Huda dll.
c. Karena memang talaqqi-nya demikian.
d. Menurut Imam Sajawandi.
43. Latar belakang :
Di dalam kitab hal. 70, serta pada beberapa cetakan
mushaf, dijelaskan bahwa menunjukkan tidak ada waqof (
tidak boleh waqof ).
Pertanyaan :
Dasar pertimbangan apakah yang dipakai oleh Yanbuul Quran
yang memperbolehkan waqof pada tanda tersebut, tanpa perlu
mengulangi ?
Jawaban :
1. Talaqqi dari guru.
2. Pertimbangan waqof tam, hasan dll.
3. Pada akhir ayat, dari segi arti, apakah membahayakan atau
tidak.
Catatan : Dalam masalah ini, antara praktek waqof dan
qoidahnya lebih dulu prakteknya. Jadi yang didahulukan adalah
prakteknya, di mana merupakan pengajaran langsung dari guru.
44. Latar belakang :

Di dalam kitab diterangkan, bahwa istilah wajib


dalam tajwid ada kalanya berarti wajib syari dan ada kalanya
berarti wajib shinai.
Pertanyaan :
Mohon pejelasan mengenai hal-hal yang termasuk wajib syari
dan hal-hal yang termasuk wajib shinai ?
Jawaban :
Halhal yang termasuk wajib syariy adalah menjaga
makhrojnya huruf yang bisa mengubah arti.
Adapun wajib shinaiy contohnya masalah ghunnah, ikhfa dll.
Demikian ini menurut .
Adapun menurut masalah ghunnah, ikhfa dll. tetap
wajib syariy.
Keterangan a.l. dari :
24 :
( )

.
.
.

45. Latar belakang :
Mushaf-mushaf yang beredar di Indonesia, baik yang terbitan
Indonesia maupun yang terbitan Timur Tengah, semuanya
menggunakan kaidah khot utsmani. Namun pada kenyataanya
terdapat beberapa perbedaan dalam bentuk tulisannya.
Pertanyaan :
a. Mushaf terbitan manakah yang sebenarnya mengikuti standar
khot utsmani ?
b. Apakah penulisan yang berbeda dengan standar aslinya tidak
berarti merubah tulisan mushaf yang menimbulkan dosa ?
Jawaban :
a. Mushaf terbitan Madinah yang biasa dibagikan kepada jamaah
haji yang terdapat tulisan
b. Khilaf, menurut qoul mutamad memang menimbulkan dosa.
Namun ada qoul yang memperbolehkan.
Keterangan a.l. dari :
167 :



68 :




46. Latar belakang :
Setelah membaca surat Al-Fatihah, kita biasanya membaca doa :

Pertanyaan :
a. Mohon penjelasan tentang hadits atau tabir kitab mengenai
teks doa tersebut !
b. Adakah anjuran untuk membaca tersebut ?
c. Bagaimanakah hukumnya membaca doa tersebut setelah
membaca Fatihah di dalam sholat, mengingat banyak orang
melakukannya ?
Jawaban :
a. Dalil hadits :


b. Ada.
c. Sunnah bagi pembacanya, bukan pendengarnya.
Keterangan a.l. dari :
45 :
( )

147 :
( )



47. Pertanyaan :
Bolehkah kita berhenti tanpa mengambil nafas pada akhir-akhir
ayat yang tidak terdapat tanda saktah ?
Jawaban :
Menurut sebagian pendapat, boleh. Namun menurut qoul
mutamad kalau waqof harus mengambil nafas.
Keterangan a.l. dari :

153 :

.

379 :


.
179 :



48. Pertanyaan :
Kenapa dalam surat Al Fatihah tidak terdapat huruf , padahal
dalam surat lainnya terdapat huruf ?
Jawaban :
Ini termasuk rahasia Alloh, hanya saja ada sebuah cerita sebagai
berikut :
:
,
.
Artinya : Berkata Shahabat Ibnu Abbas r.a., bahwa telah sakit
Sayyid Hasan bin Ali, maka bersedihlah Rosululloh SAW. Lalu
Alloh mewahyukan kepada beliau supaya membacakan surat
yang tidak terdapat huruf Fa-nya karena huruf Fa itu
merupakan bagian dari kata AFAT ke sebuah bejana yang diisi
air sebanyak 40 kali, lalu membasuh kedua tangannya, kedua
kakinya, raut mukanya dan kepalanya, juga bagian luar dan
dalam dari badannya, niscaya Alloh swt. menyembuhkannya
dari segala penyakit.
49. Pertanyaan :
Apakah tindakan yang lebih tepat ketika kita menjumpai
sobekan-sobekan Al Quran yang sudah tidak mungkin dipakai
lagi ?
Jawaban :
Melebur tulisannya, dengan cara membakar atau lainnya ( untuk
menjaga kehormatan Al Quran ). Dan abunya sebaiknya
dibuang pada tempat yang tidak diinjak / dilewati orang.
Keterangan a.l. dari :
477 :

( )
.
.
.
50. Pertanyaan :
Kita membaca istiadzah sebelum mulai membaca Al Quran,
padahal Alloh Swt. berfirman :
...
dengan menggunakan lafadh yang berupa fiil madli. Mohon
penjelasan !
Jawaban :
Meskipun lafadh adalah fiil madli, namun pengertiannya
istiqbal. Namun memang ada qoul yang menjelaskan bahwa
membaca istiadzah itu setelah membaca Al Quran.
Keterangan a.l. dari :
443 :
( ) ( : ) ( )


586 :





51. Pertanyaan :
Apakah bisa dimafu ( dimaafkan ) orang yang tak bisa
mempraktekkan makhroj yang benar, karena semisal sumbing,
ompong dan sebagainya?
Jawaban :
Kalau memang tidak mampu dan sudah berusaha maksimal tapi
tetap tidak bisa, insya Alloh dimafu.
Keterangan a.l. dari :
17:


52. Pertanyaan :
Apakah yang harus didahulukan antara belajar ilmu fiqh, ilmu
tafsir, tahfidzul quran, dan ilmu lainnya ?
Jawaban :

Yang didahulukan yang merupakan Fardlu Ain.


Keterangan a.l. dari :
309 :
( )

53. Pertanyaan :
Bagaimana cara mengajar Al Quran bagi wanita yang sedang
dalam masa haid ?
Jawaban :
Dengan cara murid membaca, guru mendengarkan bila ada yang
salah menggunakan isyarat dan teguran terhadap murid.
Catatan : Cara mengajar Al Quran ada 3 macam :
1) Guru memberi contoh kepada murid terus murid menirukan.
2) Guru hanya mendengarkan bacaan murid.
3) Guru membaca, sedangkan murid mendengarkan.
Keterangan a.l. dari :
26 :


54. Pertanyaan :
Berdosakah orang yang lupa hafalan Al Quran-nya karena
hilangnya kesempatan nderes / karena kesibukan wajib yang
lain ?
Jawaban :
Tetap dosa, karena menjaga hafalan itu hukumnya juga wajib.
Keterangan a.l. dari :
37 :




55. Pertanyaan :
Adakah rukhshoh untuk membaca Al Quran bagi hafidzoh yang
sedang dalam masa haidl/nifas ?
Jawaban :
Ada, yakni kalau menghawatirkan hilangnya hafalan atau niat
dzikir.
Keterangan a.l. dari :
253 :
( )

118 :
) (

69 :
(
)


56. Pertanyaan :
? Apakah yang dimaksud dengan kata-kata :
Jawaban :
maksudnya orang yang ahli dalam bidang Al Quran, Kata
baik bacaannya, maknanya maupun pengamalannya. Adapun
, maksudnya pilihan Alloh. Orang yang mau membaca kata:
Al Quran, bacaannya baik dan mau mengamalkannya, dan
dengan dasar hadits mempunyai sifat :
yang dikomentari nadhom :


Keterangan a.l. dari :
25 :
( )
14 :
:
6 :





57. Pertanyaan :
Adakah kitab tajwid yang memberi nama mad mubalaghoh
, apakah yang disebut mad dalam lafadhuntuk lafadh :
? mubalaghoh
Jawaban :
Tidak ada, itu termasuk mad shilah mubalaghoh.
Keterangan a.l. dari :

146 :

131 :


149 :



38 :
( )
58. Pertanyaan :
? Dinamakan apakah alif-nya lafadh
Jawaban :
Alif littanasub ( untuk menyerasikan akhir ayat ) supaya bisa
sama ketika waqof. Ro-nya dibaca panjang satu alif ( untuk
qiroah yang membaca tidak tanwin ) dan sebagai tanda bahwa
ada Imam lain ada yang membaca dengan tanwin :
Keterangan a.l. dari :
203 :



312 :
( : ) -

59. Pertanyaan :
? Bagaimana posisi ujung lidah ketika membaca huruf
Jawaban :
Ujung lidah diangkat ke atas, menempel pada langitlangit /
gusi. Lidah jangan sampai dikeluarkan sehingga kelihatan.
Keterangan a.l. dari :
60:


60. Pertanyaan :
setelah mendengar / Bagaimana hukumnya membaca
? membaca ayat :
Jawaban :
Bacaan yang wurud ketika mendengar atau membaca ayat
tersebut adalah :



Keterangan a.l. dari :
38 :
:
:
" : " :
240 :


61. Pertanyaan :
di dalam adzan Bagaimana hukumnya membaca lafadh
? dengan melebihi ukuran panjangnya
Jawaban :
Ukuran panjang dalam adzan 14 harokat, kalau lebih dari itu ada
yang mengharamkan.
Keterangan a.l. dari :
56 :

.
116 :
: . )10( ) 14(
( ) .
.

62. Pertanyaan :
?Bolehkah membaca Al Quran yang belum dimusyafahahkan
Jawaban :
Tidak boleh. Karena dikhawatirkan salah dalam membaca.
Keterangan a.l. dari :
103 :
) (


299 :

( ) :
.

.

16 :




63. Pertanyaan :
dsb. Apakah , , Waqof sukun pada semisal lafadh :
sifat-sifatnya huruf yang diwaqofkan itu masih tetap atau naqish
?
Jawaban :
Masih tetap.
Keterangan a.l. dari :
81 -80 :

72 :


64. Latar belakang :


]Di dalam Al Quran banyak kita temukan penambahan huruf [
ayat 52 dibaca alif atau mad thobii seperti dalam surat
terdapat lafadh :
Pertanyaan :
? a. Apakah huruf [] ini termasuk huruf
? b. Apakah lafadhnya boleh dibaca
Jawaban :
a. Ya, ada yang ziyadah dan ada yang penulisannya mengikuti
salah satu qiroah.
b. Boleh, bila dibaca menurut Imam Ibnu Amr Asyamiy.

Keterangan a.l. dari :


12 :

15 :
( )
65. Pertanyaan :
Pada surat dalam membaca sajdah sebenarnya pada ayat 49
atau 50 ? Mohon penjelasannya !
Jawaban :
Ada dua pendapat. Akan tetapi qoul yang paling kuat adalah
pada ayat 50.
Keterangan a.l. dari :
87 :
: . :

66. Pertanyaan :
Pada lafadh ( dengan tanwin manshub ) dll. bila diwaqafkan
menjadi , terus panjang bacaan itu termasuk mad apa ?
Jawaban :
Mad iwadl, panjangnya satu alif ( dua harokat ). Mad ini hanya
berlaku pada tanwin manshub.
Keterangan a.l. dari :
92 :
( )

44 :


67. Latar belakang :
Lafadh jika diwasholkan, mimnya dibaca fathah.
Pertanyaan :
a. Apakah boleh dibaca selain fathah yakni dibaca kasroh atau
dlommah ?
b. Jika boleh, apa sebabnya ?
c. Jika tidak, apa alasanya ?
Jawaban :
a. Tidak boleh.
b.
c. Karena ajaran Rosulullah memang demikian ( atau dengan
kata lain tauqifiy ) dengan alasan supaya lafadh Allah tetap

tafkhim.
Keterangan a.l. dari :
138 :





.




68. Pertanyaan :
Apa ada thoriq yang membaca mad jaiz munfashil hingga 7 alif
! atau 14 harokat ? Mohon penjelasan
Jawaban :
Tidak ada.
Keterangan a.l. dari :
134 :



303 :
:

69. Pertanyaan :
Pada ayat 91-92 Surat Al-Arof Juz 9 :


Ada tanda :
Yang pertama pada akhir ayat dan yang kedua di tengah ayat.
Bagaimana hukumnya jika pada tanda tersebut kita baca waqof
?keduanya
Jawaban :
Tanda waqof di atas tersebut menurut ahli tajwid termasuk

waqof muanaqoh / muroqobah, maka tidak boleh waqof


keduanya atau washol keduanya.
Keterangan a.l. dari :
59 :


70. Pertanyaan :
Pada kitab Yanbua jilid 6 terdapat tanda lingkaran kecil [] di
atas alifnya lafadz , , , dsb. yang mana tanda
tersebut tidak kita dapatkan pada mushaf Rosm Utsmani
terbitan Makkah, mohon penjelasan !
Jawaban :
Untuk tanda lingkaran kecil [] di Yanbua yang tidak terdapat di
mushaf Rosm Utsmani itu untuk menjelaskan huruf mad yang
kalau waqof dibaca panjang dan kalau washol dibaca pendek
atau hilang dan tanda itu tidak termasuk Rosm Ustmaniy .
Keterangan a.l. dari :

( o ) :
. . .

45 :
: (
o )
71. Pertanyaan :
Apakah ada perbedaan cara membaca dari semua huruf yang
mempunyai sifat berlawanan, terutama hams dalam artian
ketika huruf tadi berharokat atau sukun ?
Jawaban :
Pasti ada.
72. Pertanyaan :
Dalam juz 8 surat Al Anam ayat 143 & 144 terdapat lafadh :
( di situ boleh dibaca 2 macam : panjang dan tashil ). Bila
yang pertama dibaca panjang, bolehkah pada ayat berikutnya
dibaca tashil dan demikian pula sebaliknya ?
Jawaban :
Boleh karena sudah lain qodliyah bahkan lain ayat dan hal itu
bukan termasuk talfiq. Tapi sebaiknya disamakan.
73. Pertanyaan :

pada surat selain Apakah boleh kita waqof pada ayat sebelum
surat AtTaubah dan AlAnfal ? Contoh :
Mohon penjelasan.
Jawaban :
yang memiliki arti kecuali . Tidak boleh pada
Keterangan dari :
166-165 :



74. Pertanyaan :
? Mohon dan Apakah boleh kita waqof pada lafadz
! penjelasan
Jawaban :
Kalau diwaqofkan yang tidak diulang lagi tidak boleh, karena
ada sangkut paut dengan lafadz sebelumnya.
Keterangan a.l. dari :
234 :
) (
- ( ) (
) ( ) ( )
( ) ( )

( ) : :
( : )
75. Pertanyaan :
Bolehkah kita berhenti pada kalimat atau ayat yang bertanda
? semisal waqof
Jawaban :
Tidak boleh kecuali pada akhir ayat.
Keterangan a.l. dari :
59 :
_


" "


169 :




389-387 :
: ( ) (
) O
(
) ( )

.

76. Pertanyaan :
bila Bagaimana hukum membaca lafadh
disambung dengan bacaan sebelum atau sesudahnya ? Dan
? bagaimana caranya
Jawaban :
Bila disambung dengan taawwudz ada 4 macam dan boleh
dijalankan semuanya :
:
:

:
Bila disambung dengan akhir dan awal surat juga ada 4 macam :
:
:
:
:
Yang nomor 3 tidak boleh dijalankan. Karena kalau waqof pada
basmalah seakanakan basmalah akhir surat.
Keterangan a.l. dari :
15 14 :
77. Pertanyaan :
Huruf Ro pada lafadz
? dibaca tebal atau tipis
Jawaban :
Tipis, karena Ro sukun jatuh sesudah kasroh asli dan

hamzahnya bukan hamzah washol.


Keterangan a.l. dari :
30 :
-


64 :
( : )
78. Pertanyaan :
Bagaimanakah kita sebagai santri Yanbu dalam menyikapi
kritik yang mengatakan bahwa Pondok Yanbu belum memakai
Mushaf Rosm Utsmani ?
Jawaban :
Kita terima saja, nyatanya memang belum memakai. Kita
berusaha supaya bisa memakai mushaf Rosm Utsmani.
79. Pertanyaan :
Ada orang selesai musyafahah sampai 30 juz, ternyata setelah
itu diketahui ada kalimat yang keliru pada waktu musyafahah.
Bagaimanakah sikap yang harus ia lakukan, apakah harus setor (
musyafahah ) lagi atau cukup dibenarkan sendiri ?
Jawaban :
Supaya lebih hatihati kalau baru diajukan dan sebaiknya
diulangi. Kalau sudah selesai 30 juz setidaktidaknya
dimusyafahahkan pada temannya sendiri agar semuanya dapat
dimusyafahahkan dengan baik dan benar.
80. Pertanyaan :
Ada orang musyafahah dengan seorang kyai sampai 15 juz lalu
kyai tersebut meninggal. Kemudian orang tadi meneruskannya
sampai 30 juz di maqbaroh beliau. Sahkah musyafahah yang
demikian ?
Jawaban :
Tidak sah, karena kalau ada yang salah tidak bisa membenarkan.
81. Pertanyaan :
Bolehkah pada lafadh dibaca waqof ? dan kalau tidak
boleh apakah harus dibaca washol dengan cara saktah ?
Jawaban :
Boleh, bahkan lebih utama, karena itu akhir ayat dan
itu adalah ucapan orang kafir, sedangkan adalah
ucapan orang mumin / malaikat, maka juga sebaiknya waqof.
Dan kalau washol harus saktah menurut Imam Hafsh.

Keterangan a.l. dari :


89 :
) ( ) (
( ) ) ( ( ) ) ( .

82. Latar belakang :
Dalam lafadh sebagian cetakan, di atas wawu ada
yang bertasydid dan ada yang tidak.
Pertanyaan :
a. Manakah penulisan yang tepat ( benar ) ?
b. Tasydid merupakan dua huruf yang diidghomkan, Bagaimana
menanggapi perbedaan ini ?
Jawaban :
a. Sama benarnya, karena yang menulis memakai tasydid
berpendapat bahwa itu bacaan idghom walaupun idghom naqish
( seperti cetakan sekarang ) Sedangkan yang tidak memakai
tasydid ( seperti quran Rosm Ustmani ) itu menunjukkan bahwa
idghomnya naqish.
b. Ya memang diidghomkan, tinggal menurut pendapat siapa (
Sama dengan jawaban a ).
83. Pertanyaan :
Nun kecil pada lafadh dinamakan nun apa ? Dan
dalam ilmu tajwid masuk dalam bab apa ?
Jawaban :
Dinamakan nun tanwin, tapi juga ada yang mengatakan nun
iwadl ( belum diketahui keterangan ini di kitab yang mutabar ).
Masuk dalam bab nun tanwin, sebagaimana keterangan dalam
kitab
Keterangan a.l. dari :
78 :

:
158 :
. ) ( :

84. Pertanyaan :
Pada lafadh : *
dan lafadh : *kenapa tidak boleh waqof dan
apa sebabnya ? Adakah kitab yang menjelaskan masalah tsb. ?
Jawaban :

Karena menimbulkan salah faham arti. Sebab kalau waqof pada


berarti menyatakan kekufuran, maka tidak boleh. lafadh
tempatnya di akhir ayat maka * Adapun
tidak apa-apa bahkan sunnah waqof. Tapi ada yang mengatakan
tidak boleh karena menyalahfahamkan Al Quran, bahwa Al
Quran menyuruh membunuh Nabi Yusuf.
Keterangan a.l. dari :
59 :
_


" "


26 :
) (





85. Pertanyaan :
Bolehkah orang membaca Al Quran dengan cara hadr, tadwir
? dan tartil dalam satu halaman / satu ayat
Jawaban :
Boleh, karena belum menemukan keterangan yang melarang.
Keterangan a.l dari :
67 :






86. Pertanyaan :
dengan mecc tetapi Apakah dibenarkan membaca
? kedengarannya seakan sama dengan yang moncong ke depan
Jawaban :
Tidak dibenarkan.
Keterangan a.l dari :

70 :




116 :
) (

87. Pertanyaan :
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa apabila ada wawu atau ya
jatuh setelah fathah dan dibaca waqof disebut mad lain. Apakah
lafadh jika dibaca waqof termasuk mad lain ? Mohon
penjelasan !
Jawaban :
Tidak, karena pengertian mad lain adalah apabila ada wawu atau
ya jatuh setelah fathah dan bertemu sukun karena waqof.
Keterangan a.l dari :
41 :
:

88. Pertanyaan :
Dalam permulaan surat :
sebagian cetakan tidak ada tanda waqof dan tidak termasuk ayat.
Sebaiknya dibaca waqof apa washol ? Dan apabila washol
caranya bagaimana ?
Jawaban :
Boleh waqof /washol dan biasanya tandanya ( )
Kalau washol dibaca ikhfa.
Keterangan a.l dari :
83 :



89. Latar belakang :
Ketika menemui waqof muanaqoh, qori ingin berhenti pada
titik tiga yang kedua akan tetapi belum sampai yang kedua
nafasnya habis.
Pertanyaan :
Dari manakah dia memulainya ?
Jawaban :

Memulainya sebaiknya melihat susunan kalimah yang ada di situ


karena memulai ada yang baik dan ada yang jelek.
Keterangan a.l dari :
152 :


.

90. Pertanyaan :
Pada bacaan lam jalalahnya lafadh ada yang membaca lebih
condong ke huruf u, apakah hal ini bisa dibenarkan ?
Jawaban :
Tidak bisa dibenarkan karena bukan dlommah melainkan
fatchah yang dibaca atau dengan menebalkan
makhrojnya lam.
Keterangan a.l dari :
92 :




91. Latar belakang :
Dalam kitab jilid 4 hal. 379 tertulis
keterangan :


.
Pertanyaan :
Apakah keterangan ini merupakan dasar pedoman bagi yang
memperbolehkan waqof tanpa mengambil nafas lalu
meneruskan bacaan berikutnya ? Dasar ini apakah boleh dipakai
?
Jawaban :
Menurut qoidah tajwid tidak boleh, tapi dalam kitab
karangan ada yang memperbolehkan namun di akhir
ayat saja dengan tujuan , mungkin yang dimaksud dalam
kitab tsb. adalah akhir ayat.
Keterangan a.l dari :
153 :


.

179 :



91 :




92. Pertanyaan :
Sebagaimana keterangan pada kitab hal. 15,
membaca basmalah antara dua surat ada 2 wajah, jaiz dan
ghoiru
jaiz ( mamnu ). Yang dimaksud dengan mamnu apakah haram
atau lainnya dan apakah berdosa jika melanggarnya ?
Jawaban :
Di kebanyakan kitab, keterangannya hanya mamnu saja tidak
ada keterangan berdosa atau tidak. Namun di dalam kitab
syarah menerangkan bahwa mamnu yang berkaitan
dengan masalah di atas adalah makruh.
Keterangan a.l. dari :
69 :


:


93. Pertanyaan :
Dalam kitab halaman 38 ada keterangan :

Mohon penjelasan tentang bacaan takbir yang telah berlaku
pada kita yang menganut thoriq Imam Syathibi !
Jawaban :
Bila kita mengamalkan takbir di antara dua surat maka kita
mengikuti thoriq dan untuk thoriq Imam Syathibi hanya
satu wajah saja yaitu tidak takbir.

Keterangan a.l. dari :


589 :
.
. .
.


94. Pertanyaan :
Apakah pengertian dan rincian hukum dalam ilmu tajwid
? sama dengan hukum dalam ilmu syara
Jawaban :
Rincian hukum dalam ilmu tajwid tidak sama dengan yang di
ilmu syara. Tapi kadang-kadang juga memakai hukum ilmu
syara.
95. Pertanyaan :
Bolehkah membaca Al Quran yang tidak kuat nafasnya tanpa
mengulangi dari sebelumnya, dalam arti langsung meneruskan
? setelahnya
Jawaban :
Kalau berhenti tidak pada tanda waqof maka harus diulangi
nya, kalau harus adadengan baik seperti kalau ada
nya dan seterusnya. harus ada
Keterangan a.l. dari :
86 :
) (


87-86 :
) (



168 :





96. Pertanyaan :
Bagaimana hukum membaca Al Quran yang terhenti di tengah

ayat sebab cegukan atau menguap, apakah harus diulangi dari


awal atau boleh diteruskan?
Jawaban :
Jika terhentinya pada tanda waqof maka tidak usah mengulangi.
Keterangan a.l. dari :
152 :


.

97. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya mencoret atau menuliskan sesuatu (
Latin/Arab ) di mushaf Al Quran ?
Jawaban :
Jika coretan atau tulisan itu mengandung penghinaan terhadap
Al Quran maka haram hukumnya.
98. Pertanyaan :
Bolehkah kita mengamalkan teori yang ada pada kitab seperti
pada lafadh dengan dua wajah yakni tashil dan ibdal, sedang
saat musyafahah kita hanya membaca satu wajah ( tashil saja ) ?
Jawaban :
Musyafahah itu bisa dengan salah satu cara berikut ini :
1. Mengaji setor kepada guru ;
2. Mendengar pengajian guru ;
Yang dimaksud guru adalah orang yang sudah pernah
musyafahah.
Bila belum pernah musyafahah seperti halnya di atas maka tidak
boleh mengamalkannya.
Keterangan a.l. dari :
96 :
:
.



13 :
( ( ) ( )
)
99. Pertanyaan :

Sampai di mana batasan orang yang tidak tahu dalam membaca


Al Quran sehingga bilamana dalam bacaannya salah menurut
ilmu tajwid ia dikategorikan berdosa ?
Jawaban :
Yang dikategorikan berdosa adalah orang yang membacanya
sampai merubah makhroj atau merubah arti dan dia tidak mau
menggurukan kepada orang yang ahli Al Quran.
87 :
( ) ( )


67 :




100. Pertanyaan :
Bagaimana membaca ro atau lam yang bertasydid ketika waqof
?
Seperti contoh :
Jawaban :
Caranya seperti akan membaca dua huruf tapi dimatikan atau
ada tekanan. Pada lafadh jangan sampai menimbulkan
getaran yang terlalu banyak.
Keterangan a.l. dari :
92 :



93 :


101. Pertanyaan :
Kenapa hamzah washolnya pada lafadh itu
dibuang ?
Padahal lafadh ( dalam Surat Al Alaq ), hamzah
washolnya masih tetap ada. Mohon penjelasan !
Jawaban :
Setiap lafadh yang dimudhofkan pada lafadh kalau
didahului satu huruf, maka hamzah washolnya dihilangkan pada

bacaanya maupun pada tulisannya ( khusus dimudhofkan pada


). Sebagai gantinya alif yang dibuang, tulisan bukan lafadh
Ba nya ditulis panjang atau sin nya yang ditulis panjang.
tulisannya masih Adapun jika dimudlofkan pada selain lafadh
tetap dan bacaanya hilang.
Keterangan a.l. dari :
52 :




5 :
) ( ) (


95 :
:

102. Pertanyaan :
Bagaimana cara membaca yang benar pada kalimah kalimah
seperti :


Jawaban :
( Ro awal syiddahnya dibaca tebal kemudian ro kasrohnya tipis
tarqiq ). Alasannya, ro syiddah adalah dua ro yang awal sukun,
bila sebelum ro sukun itu dlommah atau fatchah atau kasroh
yang baru, maka dibaca tafkhim.
. dibaca tipis sebab tidak didahului Adapun
Keterangan a.l. dari :
122 :


124 :
: (
( ) ) ( ) ( )

: ( )

30 :


-

103. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya waqof pada lafadh pertama pada
surat Al Fatihah ayat ke-7 ?
Jawaban :
Kalau nafasnya tidak mampu lebih baik waqof. Karana sebagian
ada yang berpendapat itu termasuk ayat.
Keterangan a.l. dari :
147 :

.


104. Pertanyaan :
Sebarapa kadar ukuran hamsnya ta yang berada di tengah
kalimah ? Karena kadang-kadang kami mendengar hamsnya
tersebut seperti huruf sin.
Jawaban :
Hamsnya adalah sekadar mengeluarkan nafas sedikit.
Keterangan a.l. dari :
85 :



105. Pertanyaan :
Mengapa pada lafadh hu-nya dibaca pendek ?
Jawaban :
Karena ha dhomirnya jatuh setelah huruf mati yang
terbuang ( asli dari adalah(
Keterangan a.l. dari :
37 :
) ( ) (
149-148 :

106. Pertanyaan :
Mengapa ada perbedaan dalam washol dan waqofnya pada
lafadh berikut ini : ?
Jawaban :

Karena ada dua huruf hamzah yang berkumpul, yang pertama


berupa hamzah washol.
Keterangan a.l. dari :
499-498 :
:
: : -
(
) ) ( ( )

: .
:
) ( :

107. Pertanyaan :
Mohon dijelaskan perbedaan imalah dan taqlil ?
Jawaban :
Imalah : Mencondongkan harokat fathah kepada kasroh dan
lebih berat condongnya ke kasroh.
Taqlil : Menyedikitkan condongnya fathah ke kasroh, lebih berat
ke fathahnya.
Keterangan a.l. dari :
123 :
) ( : .
. ) ( .
) (

108. Pertanyaan :
Dalam surat Asy-Syamsi pada akhir ayat kebanyakan diakhiri
dengan huruf misalnya dst. Pada ayat
dalam Al Quran terbitan selain Menara Kudus terdapat
tanda waqof sedangkan pada terbitan menara tidak ada tanda
waqof.
Pertanyaan :
Bolehkah kita berhenti pada ayat tersebut tanpa harus
mengulangi ?
Jawaban :
Boleh.
Keterangan a.l. dari :
162 :

109. Latar belakang :


Dalam kitab diterangkan bahwa makhroj huruf lam
adalah . Ada beberapa anak yang
menggunakan makhroj lam pada hampir seperti huruf
atau seperti orang yang celat ( padahal sebenarnya anak
tersebut tidak celat ).
Pertanyaan :
Adakah imam yang berpendapat bahwa ?
Jawaban :
Tidak ada imam yang berpendapat demikian.
Keterangan a.l. dari :
51 :
( )

( )

110. Pertanyaan :
Dalam Alfiyyah disebutkan apabila ada lafadh setelah huruf jar
maka cara membacanya bila waqof harus membuang alif dan
diganti ha bahkan juga ketika washol ( menurut imam Ibnu
Katsir ). Yang kami tanyakan apakah ada imam qurro
masyhuroh yang membaca kalimat diwaqofkan pada
kalimat ? Dan kalau ada bagaimana caranya ?
Jawaban :
Al Quran itu tidak bisa diqiyaskan dengan nahwu. Namun dalam
hal tersebut menurut imam Al-Bazzi boleh mewaqofkan dengan
menambah ha dengan dalil


Hanya saja bukan tempat waqof. Adapun imam yang lain
dengan menyukun mim.
Keterangan a.l. dari :
522 :
. ()
.

) 6( ) (
(6) () ()
- - (
) 473(

81 :



111. Pertanyaan :
Apakah hikmah dari perbedaan tulisan dan perbedaan kalimah
pada lafadh-lafadh sebagai berikut : dengan ,
dengan dan lafadh dengan ?
Jawaban :
Untuk lafadh kalau kita waqof, waqofnya dengan ha,
sedangkan pada lafadh dengan ta.
Adapun lafadh ketika kita terpaksa waqof, maka boleh
waqof pada lafadh sedangkan untuk pada lafadh .
Untuk lafadh dan , itu semata kalimah yang
mutarodif, dan hanya Alloh swt. yang mengetahui rahasianya.
Keterangan a.l. dari :
201 :
( ) ( )


112. Pertanyaan :
Sahkah musyafahahnya santri yang bacaannya salah atau tidak
urut tetapi tidak diketahui oleh ustadznya ?
Jawaban :
Tidak sah.
Catatan : Imam Syubah sebagai rowi Imam Ashim tidak pernah
musyafahah lebih dari lima ayat dalam satu majlis, dengan
maksud agar seluruh bacaannya disaksikan oleh gurunya.
113. Pertanyaan :
Cenderung ke manakah suara pantulan qolqolah, apakah ke
fathah, dlommah, kasroh ataukah ke ppt ?
Jawaban :

Menurut beberapa qoul di kitabkitab cenderung ke harokat


sebelumnya dan ada yang cenderung ke fathah walaupun
sebelum dan sesudahnya bermacammacam harokat, dan ada
juga qoul yang tidak condong kemanamana tapi hampir seperti
ppt. Sesuai yang kita musyafahahkan
Keterangan a.l. dari :
88-87 :
:
:
. ) ( ) ( .
. ( ) . ( )

:

.
114. Pertanyaan :
Bagaimana jika kita santri Simbah KHM. Arwani Amin ditunjuk
untuk menjadi juri MTQ ?
Jawaban :
Yang jelas, Simbah Kyai melalui wasiat beliau telah melarang
kita.
Catatan : Kalau masih ingin menjadi keluarga / santri Simbah
KHM. Arwani Amin, ya harus mengindahkan wasiat tersebut.
41 : ( )
115. Pertanyaan :
Mohon petunjuk mengenai cara membenahi hafalan yang sulit,
dan cara nderes yang efektif ?
Jawaban :
Menurut dhawuh Simbah KHM. Arwani Amin adalah :
Adapun mengenai nderes yang efektif, adalah menyusun waktu
yang bisa digunakan untuk nderes secara istiqomah.
116. Latar belakang :
Pada mushaf-mushaf ( ayatayat sajdah ) tertulis inda Syafii
atau lighoiri Malik. Padahal beliau beliau ini kita ketahui bukan
termasuk Imam Qiroah.
Pertanyaan :
a. Mengapa pada ayat-ayat tersebut tertulis demikian dan bukan
nama dari Imam Qiroah ?
b. Bagaimanakah menurut Imam Qiroah ( / ) termasuk
ayat-ayat sajdah atau bukan ? Dan bagaimana pula menurut

imamimam yang lainnya ?


Jawaban :
a. Sebab masalah Assajdah itu masalah Fiqhiyyah bukan
masalah Qiroah.
b. Menurut Imam Qiroah ( / ) termasuk ayat-ayat
sajdah, demikian juga menurut imam-imam yang lainnya.
117. Pertanyaan :
Bolehkah membaca Al Quran dengan suara dalam ( separuhseparuh ) atau rngng-rngng ( Jawa, Red. ) ?
Jawaban :
Boleh asal tidak merubah makhroj dan shifatnya huruf.
118. Latar belakang :
Dengan terbitnya Yanbua yang mana di dalamnya termuat
tulisan dan harokat yang dipakai dalam mushaf Rosm Utsmani
(RU), setidaknya Bapak Kyai menganjurkan untuk memakai Al
Quran RU.
Pertanyaan :
Bolehkah santri Yanbu memakai Al Quran yang sesuai dengan
qaidah RU ?
Jawaban :
Boleh sekali bahkan dianjurkan.
Keterangan a.l. dari :
167/1




68/1




154 :
" :


:


119. Pertanyaan :

Bagaimana hukumnya mewasholkan akhir Surat Al Ikhlas


dengan awal Surat Al Ikhlas itu sendiri sebagaimana membaca
Surat Al Ikhlas 3 kali ?
Contoh :
-
Jawaban :
Boleh, Adapun caranya adalah menurut bacaan yang ada, karena
ada tanwin bertemu ba berarti bacaan iqlab kalau diwasholkan.
120. Pertanyaan :
Pada suatu majelis kami mendengar kesalahan bacaan Al Quran
yang mana hadirin tidak terlalu menghiraukannya dan saat itu
kami tidak memungkinkan untuk memperingatkannya.
Berdosakah semua orang yang ada di majelis itu ?
Jawaban :
Ya, karena mengingatkan itu termasuk yang hukumnya
fardlu kifayah.
Keterangan a.l. dari :
23 :


56 :


121. Pertanyaan :
Bolehkah lafadh diwasholkan sambil membaca sukun
atau mengidghomkan mimnya ke dalam mimnya
?
Jawaban :
Tidak boleh, karena itu termasuk . Bila ingin
mengidghomkan maka harus mengikuti Imam , namun
mim pada lafadh dibaca pendek =
122. Pertanyaan :
Bagaimana cara membedakan bahwa bacaan seperti lafadh :
- - itu pendek atau panjang, soalnya di
dalam Al Quran pojok / Al Quran terbitan DEPAG kadang ada
tanda / , kadang tidak sama sekali.
Jawaban :
Pada mushaf madany yang pakai Rosm Utsmany, di situ kalau
hamzah tertulis di atas wawu maka dibaca pendek. Kalau tertulis
sebelum wawu maka dibaca panjang.

123. Pertanyaan :
Bagaiman asbabunnuzul ayat sajdah ? Dan peristiwa apa yang
terjadi di balik ayat tersebut ?
Jawaban :
) Asbabnya banyak dan berbedabeda ( karena banyaknya ayat
sajdah dalam Al Quran )
) Peristiwanya sesuai dengan isi kandungan pada ayatayat
sajdah tersebut.
Dan perlu diketahui ayat sajdah ini timbul di masa ulama Fiqh (
Fuqoha )
124. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya memaketkan Al Quran / Tafsir ?
Jawaban :
Boleh, asal masih bersifat terhormat ( berniat menghormati Al
Quran ) misalnya terpaksa memaketkan karena tidak bisa
membawa sendiri.
125. Pertanyaan :
Mohon dijelaskan definisinya lafadh dan contohnya ?
Jawaban :
adalah lafadh yang dikecualikan oleh Imam Warsy ( tidak
membaca ibdal hamzah yang di fa fiil ). Artinya yang keluar dari
masdar sepeti lafadh Sedangkan biasanya Imam Warsy
membaca ibdal pada semua hamzah yang ada di fa fiil.
Keterangan a.l dari :
46 :




126. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya belajar Qiroah Sabah sebelum hafal 30
Juz ?
Jawaban :
Boleh. Tapi wasiyatnya Mbah Kyai Arwani harus hafal 30 Juz
terlebih dahulu.
127. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya nderes saat haid tanpa bersuara ?
Jawaban : Tidak apaapa, demikian juga boleh nderes bersuara

dengan niat dzikir / doa. Yang tidak boleh, nderes bersuara


dengan niat membaca Al Quran
118 :
( )

26 :


128. Latar belakang :
Sering dijumpai seseorang membaca Al Quran dengan tempo
cepat ( hadr ) lalu dalam ayat berikutnya atau masih dalam satu
ayat ( akhir ayat ) pindah dengan tempo pelan ( tartil ) atau
sebaliknya.
Pertanyaan :
a. Bolehkah praktek seperti di atas ? Lalu bagaimana cara
menyerasikan mad dan ghunnahnya?
b. Jika tidak, bagaimana dengan tiga bacaan alternatif yang
diperbolehkan itu ?
Jawaban :
a. Tidak boleh. Untuk membaca mad harus sesuai dengan
aturan. Demikian juga ghunnahnya.
b. Apabila membaca dengan tartil maka lamanya membaca mad
dan ghunnah tidak sama seperti ketika membaca dengan hadr
ataupun tadwir. Jadi harus disesuaikan dengan kecepatan dan
kelambatan/pelannya bacaan.

GLOSSARY
Hams : Keluarnya ? terlepasnya nafas.
Waqof Naqol : Waqof dengan memindah harokat pada huruf
sebelumnya.
Waqof Roum : Mewaqofkan dengan mengucapkan sepertiganya
suara harokat akhir kalimat. Harokat yang bisa diwaqofkan
roum adalah kasroh dan dlommah.
Ayatayat musytabihat : Ayatayat yang mananya hanya
diketahuai oleh Alloh / ayat tidak jelas mananya.
Waqoh Hasan : Waqoh pada kalimat yang memberikan mana

yang benar walaupun masih ada hubungannya dengan


sesudahnya baik lafadh ataupun mana.
Waqof Tam : Waqof pada kalimat yang memberikan mana
yang sempurna dan sudah tidak ada lagi hubungan dengan
sesudahnya baik lafadh maupun mana.
Waqof Isymam : Mewaqofkan dengan memoncongkan bibir
sesudah membaca sukun huruf akhir. Harokat yang bisa
diwaqofkan Isymam adalah dlommah.
Qolqolah : Suara tambahan yang kuat.
Istifal : Turunnya lidah dari langit langit. Lawannya adalah
Istila (naiknya lidah dari langit langit).
Syiddah : Tertahannya suara.
Ikhtilas : Membaca harokat dengan samar dan cepat sehingga
suaranya tinggal 2/3 harokat.
Idghom Kabir : adalah dua huruf, yang pertama hidup baik itu
mutamatsilain (sama makhroj dan sifatnya), mutajanisain
(sama makhroj beda sifatnya), mutaqoribain (berdekatan
makhroj dan sifatnya).
Saktah : Berhenti sebentar tanpa bernafas kadar satu alif.
Khot Utsmani : Tulisan kalimatkalimat dan huruf Al Quran
yang ditulis atas perintah beliau Shohabat Utsman r.a.
Wajib Syariy : Sesuatu yang diberi pahala apabila dilakukan
dan disiksa apabila ditinggalkan.
Wajib Sinaiy : Sesuatu yang bagus bila dilaksanakan dan jelek
bila ditinggalkan.
Musyafahah : Mengaji dengan berhadapan dengan guru.
Thoriq : Orang yang mengambil qiroah dari rowi walaupun
sampai kebawah dan seterusnya. Adapun Rowi adalah orang
yang mengambil qiroah dari Imam.
Idqhom Naqish : Idghom yang masih ada campurannya
ghunnah.
Talfiq / Tarkib : Mencampuradukkan beberapa macam bacaan
( ) di dalam satu kalam.

You might also like