You are on page 1of 6

Artikel

GAMBARAN HBsAg DAN PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG
Annisa Nurul Chaerani* Diki Hilmi, SKM** Iis Herawati, S.Pd**
*Mahasiswa **Dosen Prodi Analis Kesehatan (D-III) STIKES Jenderal Achmad yani Cimahi

ABSTRAK Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, dengan kelompok pekerja seks komersial (PSK) merupakan populasi resiko tinggi dalam penularan Virus Hepatitis B. Keberadaan kelompok PSK di Pamanukan Kabupaten Subang, mungkin saja dapat menjadi penyebab meningkatnya prevalensi Hepatitis B di masyarakat. Data epidemiologi prevalensi HBsAg sebagai petanda awal infeksi hepatitis B pada PSK di Pamanukan Kabupaten Subang belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran HBsAg dan perilaku PSK di Pamanukan Kabupaten Subang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang diteliti adalah 20 dan pemeriksaan HBsAg dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Test. Dari 20 sampel diperoleh 1 sampel HBsAg positif dan 19 sampel HBsAg negatif, sehingga dapat disimpulkan persentase HBsAg positif pada PSK di Pamanukan Kabupaten Subang sebesar 5%, sedangkan persentase HBsAg negatif pada PSK di Pamanukan Kabupaten Subang sebesar 95 %. Kata Kunci : HBsAg, PSK, Prevalensi

PENDAHULUAN Hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), Virus Hepatitis B 50-100 kali lebih menular dibandingkan Human Immunodeficiency Virus (HIV), karena virus tersebut mampu bertahan dan menetap di dalam tubuh, bersifat kronis serta berpotensi merusak hati secara perlahan yang pada akhirnya terjadi sirosis hati dan dapat berlanjut menjadi kanker hati.1,2 Berdasarkan penelitian dilaporkan hampir 2 miliar penduduk dunia pernah atau sedang terinfeksi VHB. Sekarang ini diperkirakan ada lebih dari 350 juta orang yang menderita Hepatitis B carrier (pembawa sehat) yang tersebar diseluruh dunia. Hampir 75% penderita tersebut berada di benua Asia (termasuk Indonesia). Dilaporkan, 1540% pasien yang menderita infeksi VHB penyakitnya berkembang menjadi sirosis hati dan setiap tahun 1,5 juta jiwa meninggal akibat kanker hati.2 Hepatitis B dapat menyerang dengan atau tanpa gejala. Sekitar 5% penduduk dunia mengidap Hepatitis B tanpa gejala. Bila ada gejala, keluhan yang khas dirasakan adalah kehilangan

nafsu makan, mual, muntah-muntah, lemas, merasa lelah, nyeri perut terutama disekitar hati, urin berwarna gelap, kulit menjadi kuning, dan juga terlihat terutama pada bagian mata, kadang disertai nyeri otot dan tulang-tulang.3,4 VHB dapat dijumpai di dalam darah, air liur, air susu ibu, cairan sperma atau cairan vagina dan penularan infeksi VHB dapat terjadi secara perinatal (bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Hepatitis B), melalui suntikan, transfusi darah, tato, dan hubungan seksual.5 Berdasarkan hasil penelitian Astuti, dkk. (2005: 4) melaporkan angka prevalensi HBsAg pada pekerja seks komersial (PSK) di Jakarta Barat didapatkan prevalensi HBsAg positif sebesar 20%.6 Dikarenakan penularan infeksi VHB dapat terjadi melalui hubungan seksual, maka salah satu kelompok yang merupakan populasi resiko tinggi dalam penularan infeksi VHB adalah PSK dan dapat menyebabkan meningkatnya prevalensi Hepatitis B di masyarakat.7 Perubahan sosial dalam masyarakat telah menyebabkan timbulnya perilaku bebas oleh

kelompok tertentu yang menjurus pada penggunaan minuman keras, obat-obatan dan seks bebas. Salah satunya yang berada di Pamanukan Kabupaten Subang, sehingga ditemui kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai PSK. Data epidemiologi prevalensi HBsAg sebagai petanda awal infeksi Hepatitis B pada PSK di Pamanukan Kabupaten Subang belum diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai infeksi VHB pada PSK di Pamanukan Kabupaten Subang. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah sampel plasma pekerja seks komersial di Pamanukan Kabupaten Subang sebanyak 20 orang yang telah menyatakan setuju pada lembar informed consent dan pemeriksaan HBsAg menggunakan metode Rapid test. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Puskesmas Pamanukan dan Laboratorium Imunologi Program Studi Analis Kesehatan (D-III) STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Kuisioner a. Umur Umur responden berkisar dari yang paling muda 17 tahun dan yang paling tua 45 tahun, yang dapat digambarkan dalam tabel 1. sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok umur 17 22 tahun 23 28 tahun 29 34 tahun 34 39 tahun > 39 tahun Total b. Tingkat pendidikan Terlihat pada tabel 2. tingkat pendidikan responden dapat dikatakan rendah, 4 orang (20%) dengan pendidikan terakhir SMP dan 16 orang (80%) dengan pendidikan terakhir SD. Tidak terdapat responden dengan Jml 7 3 5 4 1 20 Persentase 35,0 15,0 25,0 20,0 5,0 100,0

pendidikan tamat Diploma/sarjana.

SMA

atau

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan SD SMP SMA Diploma/Sarjana Total c. Lama bekerja Umumnya responden bekerja sebagai PSK kurang dari 1 tahun yaitu pada 13 orang (65%) dan sebanyak 6 orang (30%) menjadi PSK selama 1-3 tahun terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja sebagai PSK Lama bekerja sebagai PSK < 1 tahun 1 3 tahun 3 5 tahun > 5 tahun Total d. Jumlah tamu Seluruh responden melayani tamu kurang dari 10 tamu dalam sehari terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah tamu per hari Jumlah tamu per hari 20 orang 20 15 orang 15 10 orang < 10 orang Total e. Peran di Lokalisasi Berdasarkan peran di lokalisasi 18 orang (90%) hanya bekerja sebagai PSK, sedangkan 2 orang (10%) bekerja sebagai PSK dan pemandu karaoke terlihat pada tabel 5. Jml 0 0 0 20 20 Persentase 0,0 0,0 0,0 100,0 100,0 Jml 13 6 1 0 20 Persentase 65,0 30,0 5,0 0,0 100,0 Jml 16 4 0 0 20 Persentase 80,0 20,0 0,0 0,0 100,0

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Peran di Lokalisasi Peran di lokalisasi


PSK saja Pemandu karaoke Mami Lainnya (sebutkan)

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan mengenai Penyakit Menular Seksual Jml Maksud penyakit menular seksual Tahu Kurang tahu Tidak tahu Jenis penyakit menular seksual Hepatitis B HIV GO (kencing nanah) Sifilis Klamidia Lainnya (sebutkan) ........ Rasa takut terkena penyakit menular seksual Iya Tidak Seseorang telah terkena penyakit menular seksual Sudah ada, (sebutkan) Belum ada Tidak tahu h. Usaha pencegahan Seksual Persentase

Jml 18 2 0 0 20

Persentase 90,0 10,0 0,0 0,0 100,0

6 6 8

30,0 30,0 40,0

Total f. Penggunaan kondom

Sebagian besar responden kadangkadang menggunakan kondom saat berhubungan seksual yaitu 14 orang (70 %) dan sebanyak 12 orang (60%) mengaku memakai kondom adalah kemauan sendiri terlihat pada tabel 6. dan tabel 7. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Kondom Penggunaan kondom Ya Tidak Kadang-kadang Total Jml 2 4 14 20 Persentase 10,0 20,0 70,0 100,0

0 12 0 8 0 0

0,0 60,0 0,0 40,0 0,0 0,0

14 6

70,0 30,0

0 5 15 Penyakit

0,0 25,0 75,0 Menular

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kemauan menggunakan Kondom Kemauan menggunakan kondom Anda sendiri Pelanggan Mami Total Jml 12 8 0 20 Persentase 60,0 40,0 0,0 100,0

Adapun usaha Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam meminimalkan penularan penyakit menular seksual dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Usaha Pencegahan Penyakit Menular Seksual Usaha yang Persentase Jml dilakukan Memberikan vaksin Hepatitis B 0 0,0 Membagikan kondom secara gratis 12 60,0 Tidak ada 8 40,0 Lainnya (sebutkan) 0 0,0 Total 20 100,0 2. Hasil pemeriksaan HBsAg Pada penelitian gambaran HBsAg pada PSK di Pamanukan Kabupaten Subang diperoleh hasil seperti tercantum pada tabel 10. dan gambar 1. sebagai berikut :

g. Pengetahuan mengenai Penyakit Menular Seksual Sebagian besar responden mengetahui penyakit menular seksual seperti HIV dan Sifilis, namun tidak mengetahui penyakit Hepatitis B karakteristik lainnya dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 10. Hasil Pemeriksaan HBsAg pada PSK di Pamanukan Kabupaten Subang ID Umur sampel Responden (Th) A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T 29 36 19 30 45 17 17 39 23 25 35 25 31 29 32 35 22 22 21 20 Hasil Pemeriksaan HBsAg (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (+) Positif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif

Keterangan : Y = Persentase HBsAg positif Y = Persentase HBsAg negatif X = Sampel positif X = Sampel negative N = Jumlah sampel PEMBAHASAN Dari 20 PSK yang diteliti, terbanyak berada pada kelompok umur 17 22 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (35%). Hal ini mungkin karena pada kelompok umur tersebut merupakan kelompok terlaris dan aktif seksual. Menurut Hutapea (1985) aktivitas seksual paling banyak dilakukan pada umur 20 30 tahun.8 Martosudarmo (1984) pada penelitiannya di Jakarta Utara mendapatkan kelompok umur terbanyak adalah kelompok 16 20 tahun yaitu sebanyak 71 orang (71%).9 Hernandez, dkk. dan Figueroa, dkk. (1998) yang melaporkan risiko infeksi meningkat dengan bertambahnya usia.10,11 Terdapat perbedaan persentase sebaran tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan tamat SD yaitu sebanyak 16 orang (80%). Dengan keterbatasan pendidikan dan kecilnya kesempatan kerja, pekerjaan sebagai PSK menjadi salah satu pilihan yang mudah dilakukan dengan penghasilan yang menjanjikan. Hernandez, dkk. (1998) melaporkan risiko infeksi meningkat pada subyek dengan pendidikan rendah.10 Umumnya responden telah bekerja sebagai PSK selama < 1 tahun yaitu 13 orang (65%). Seluruh responden melayani tamu < 10 tamu per hari. Peran dilokalisasi 18 orang (90%) hanya sebagai PSK. Sebanyak 14 orang (70%) kadangkadang menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Jenis Penyakit Menular Seksual lain yang diketahui oleh responden yaitu HIV diketahui oleh 12 orang (60%), sifilis diketahui oleh 8 orang (40%), namun mereka tidak mengetahui penyakit Hepatitis B. Meskipun tidak semua jenis penyakit menular seksual diketahui, namun mereka mengaku takut untuk terkena penyakit menular seksual. Adapun usaha Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam meminimalkan penularan penyakit menular seksual yaitu membagikan kondom secara gratis.

Gambar 1.Hasil Pemeriksaan HBsAg Berdasarkan hasil penelitian terhadap 20 sampel PSK di Pamanukan Kabupaten Subang, maka persentase HBsAg positif dan persentase HBsAg negatif adalah sebagai berikut : Y= X N 1 Y = 20 19 20 100 %

Maka, Persentase HBsAg positif : 100 % 5%

Persentase HBsAg negatif : Y = 100 % 95%

Lokasi penelitian terletak di wilayah Pantura, tepatnya di Pamanukan Kabupaten Subang. Di daerah ini terdapat lokasi-lokasi berupa warungwarung makanan, kafe, tempat karaoke dan tempat pertunjukan dangdut. Beberapa pekerja seks beroperasi sebagai penjual minuman dan mencari pelanggan disekitar lokalisasi. Nasser (1989) dalam penelitiannya terhadap 113 PSK mendapatkan 14,2% bekerja di rumah bordil dan 85,5% di panti pijat.12 Sedangkan Figueroa, dkk. (1998) melaporkan dari 1498 subyek, sebanyak 54,5% bekerja sebagai PSK jalanan, 35,4% di bar, dan 10,1% di hotel, panti pijat, atau rumah bordil.11 Prevalensi infeksi VHB meningkat pada PSK jalanan dibandingkan dengan yang bekerja di bar. Perbedaan prevalensi ini mungkin dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi tamu dan pola pelayanan seksual. . Pada penelitian ini didapat 1 sampel (5%) HBsAg positif, hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurnianto (2001) di Peleman Suradai Kabupaten Tegal didapatkan HBsAg positif sebesar 5-10%.7 Karakteristik responden tersebut adalah berumur 32 tahun dengan pendidikan tamat SD, lama bekerja sebagai PSK < 1 tahun, melayani tamu < 10 tamu per hari. Di lokalisasi hanya berperan sebagai PSK, jarang menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak mengetahui tentang penyakit menular seksual. Responden tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang cukup tentang bahaya terinfeksi VHB, sehingga memiliki perilaku yang beresiko tinggi. Menurut tingginya prevalensi infeksi VHB, WHO (2002) membagi dunia menjadi 3 macam daerah yaitu endemisitas tinggi 10-15%, endemisitas sedang 2-10% dan endemisitas rendah < 2%. Hasil penelitian menunjukkan satu sampel HBsAg positif (5%)13, sehingga lokalisasi penelitian termasuk daerah infeksi VHB dengan endemisitas sedang Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa daya infeksi VHB 100 kali lebih besar dibandingkan dengan virus HIV.4 Dan dari keseluruhan infeksi Hepatitis B, 5-15% di antaranya dapat berkembang menjadi kronik. Dari jumlah tersebut sekitar 1530% akan berkembang menjadi sirosis hati dan 15% menjadi karsinoma hati. Dengan ditemukannya 1 sampel (5%) HBsAg positif pada penelitian ini, maka penting untuk dilakukan pemeriksaan serologi HBsAg secara berkala untuk mencegah

meluasnya transmisi infeksi VHB terutama melalui hubungan seksual. Adapun kendala penelitian temukan diantaranya : yang peneliti

1. Mobilitas PSK yang tinggi serta kurangnya pengetahuan mengenai pemeriksaan HBsAg, menyebabkan sulitnya mendapatkan sampel penelitian. 2. Masih kentalnya nilai-nilai agama dan kultur lokal di lokasi penelitian, menyebabkan responden merasa tabu untuk menceritakan profesi yang sebenarnya sebagai PSK dan beberapa pengalamannya seputar hal-hal yang bersifat sensitif seperti pembahasan tentang kondom dan perilaku hubungan seksual. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dari 20 sampel pekerja seks komersial di Pamanukan Kabupaten Subang didapat 1 sampel (5%) HBsAg positif dan 19 sampel (95%) HBsAg negatif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Colvin, Heather M. & Mitchel, Abigail E. (2009). Hepatitis and Liver Cancer: A National Strategy for Prevention and Control of Hepatitis B and C. Washington: The National Academies Press. 2. Cahyono, Suharjo B. (2010). Hepatitis B Cegah Kanker Hati. Yogyakarta: Kanisius. 3. Widoyono. (2008). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasan. Jakarta: Erlangga. 4. Akbar, Nurul. (2006). Hepatitis B. Dexa Media. 19(2), 83-84. 5. Centers for Disease Control and Prevention. (2006). Hepatitis B. Morbidity and Mortality Weekly Report. 55(11), 71. 6. Astuti, Anjar Tri. (2005). Proporsi Kepositivan Serologik Hbsag Pada Wanita Penjaja Seks Di Jakarta Barat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 7. Kurnianto, Joko. (2001). Studi Prevalensi Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada Penjaja Seks Komersial di Peleman Suradadi Kabupaten Tegal. Semarang: Universitas Diponegoro. 8. Hutapea NO, Nazmah DL, Suroso. (1985). Prevalensi HBsAg di antara wanita tuna susila di Sumatera Utara. Kumpulan Makalah Ilmiah Kongres Nasional Perkumpulan Ahli Dermato-Venereologi Indonesia IV, Semarang. 9. Martosudarmo, D. (1984). Prevalensi HBsAg pada 100 wanita tuna susila di Jakarta Utara. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI.

10. Hernandez MT, Klausner JD, McFarland W, Wong E, Bolan G, Molitor F. (1998) Hepatitis B prevalence in young women living in low-income areas. Sex Transmitted Dis. 27: 539-44. 11. Figueroa LJ, Salas FU, Glez CC, Avila MH, Portugal MO, Zuniga PU, et al. (1998) Low prevalence of hepatitis B markers among Mexican female sex workers. Sex Transm Inf. 74, 448-50. 12. Nasser M, Makatutu MA, Maskur MZ. (1989). Seroepidemiologik VHB pada wanita tuna susila. Kumpulan makalah ilmiah Kongres Nasional Perkumpulan Ahli Dermato-Venereologi Indonesia VI, Bandung. 13. World Healthy Organization. (2002). Hepatitis B.

You might also like