You are on page 1of 50

PERSALINAN SPONTAN A. Definisi Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Selama persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu berrsalin. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin. 2002). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Manuaba membagi persalinan menjadi 3 yaitu : persalinan spontan bila perssalinan berlangsung dengan tenaga sendiri, persalinan buatan bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan dan persalinan anjuran (Manuaba. 1998). Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kelahiran aterm ( bukan premature atau post matur), mempunyai onset yyang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentasi verteks dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi dan mencakup pelahiran plasenta yang normal (Farrer. 1999). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Winknjosastro. 2005). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun janin. Persalinan dibagi dalam empat kala : 1. Kala I Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Menurut Helen durasi ratarata kala satu persalinan adalah 10 sampai 12 jam pada primigravida dan sekitar 4-6 jam pada multipara. 2. Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. 3. Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit 4. Kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum (Saifuddin. 2002) Masa nifas dimulai pada setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandung kemih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin. 2002). B. Etiologi Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori yang kompleks. Faktorfaktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi mengakibatkan partus mulai. Perubahan dalam biokimia dan biofisika seperti penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan ischemic otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplacenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Bila nutrisi pada janin berkurang maka

konsepsi akan segera dikeluarkan. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser yang terletak dibelakang serviks dapat membangkitkan kontraksi uterus (Wiknjosastro. 2005). Adapun teori yang menerangkan proses persalinan : 1. Teori kadar progesteron Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan sehingga otot rahim mudah dirangsang 2. Teori oksitosin Menjelang kelahiran oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat untuk merangsang persalinan 3. Teori regangan otot rahim Dengan merengangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya 4. Teori prostaglandin Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung 5. Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis Teori ini diterangkan oleh Linggin menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid yang menyebabkan maturitas janin merupakan induksi persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan (Manuaba. 1998). C. Mekanisme Persalinan Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian diri dan lewatnya janin melalui panggul ibu

Ada enam gerakan dengan overlapping yang jelas yaitu :

1. Penurunan Penurunan Yang Meliputi Engagement Pada Diameter Obliqua Kanan panggul, berlangsung terus selama persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir. Serakan-serakan lainnya menyertai penurunan ini. Pada primigravida sebelum persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang jelas dalam proses engagement. Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah dan pada kala II dibantu oleh daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat. 2. Fleksi Sebelum persalinan mulai sudah terjadi fleksi sebagian oleh karena ini merupakan sikap alamiah janin dalam uterus. Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan bertambahnya fleksi. Occiput turun mendahului sinsiput, UUK lebih rendah dari bregma dan dagu janin mendekati dadanya. Biasanya ini terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah mencapai dasar panggul. Efek dari fleksi adalah untuk merubah diameter terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi suboccipito bregamatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih bulat, oleh karena persesuaian antara kepala janin dengan panggul ibu mungkin ketat, pengurangan 1,5 cm dalam diameter terendah adalah penting 3. Putar Paksi Dalam sebagian besar panggul mempunyai PAP berbentuk oval melintang, diameter anteroposterior PTP sedikit lebih panjang dari pada diameter transversal. PBP berbentuk oval anteroposterior seperti kepala janin. Sumbu panjang kepala janin harus sesuai dengan sumbu panjang panggul ibu. Karenanya kepala janin yang masuk PAP pada diameter transversal atau obliqua harus berputar kediameter anteroposterior supaya dapat lahir. UUK masuk PTP tempat ia berhubungan dengan dasar panggul (musculus dan fascia levator ani). Disini UUK berputar 450 ke kanan (menuju garis tengah). Sutura sagitalis pindah dari diameter obbliqua kanan ke diameter anterioposterior panggul : LOA ke OA. UUK mendekati sympisis pubis dan cinciput mendekati sakrum. Kepala

berputar dari diameter obliqua kanan kediameter anteroposterior panggul. Tetapi bahu tetap pada diameter obliqua kiri. Dengan demikian hubungan normal antara sumbu panjang kepala dengan sumbu panjang bahu berubah, dan leher berputar 450. keadaan ini terus berlangsung selama kepala masih berada dalam panggul. Putar paksi dalam yang awal sering terjadi pada multipara dan pada pasien dengan kontraksi uterus yang efisien. Umumnya putar paksi dalam terjadi pada kala II. 4. Ekstensi Ekstensi pada dasarnya disebabkan oleh kedua kekuatan yaitu : kontraksi uterus yang menimbulkan tekanan ke bawah dan dasar panggul yang memberikan tahanan. Dinding depan panggul (pubis) panjangnya hanya 4 sampai 5 cm, sedangkan dinding belakang (sakrum) 10 sampai 15 cm. Dengan demikian sinsiput harus menempuh jarak yang lebih panjang daripada ociput. Dengan semakin turunnya kepala terjadilah penurunan perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (crowing). Ociput lewat melalui PAP perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus subpubicus. Kemudian dengan proses ekstensi yang cepat sinsiput menelurus sepanjang sakrum dan berturut-turut lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui perineum 5. Restitusi Pada waktu kepala mencapai dasar panggul, maka bahu memasuki panggul. Oleh karena panggul tetap berada pada diameter obbliqua sedangkan kepala berputar kedepan, maka leher ikut berputar kembali dan kepala mengadakan restitusi kembali 450 (OA dan menjadi LOA) sehingga hubungannya dengan bahu dan kedudukannya dalam panggul menjadi normal kembali 6. Putar paksi luar Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dari dalam dari pada bahu. Pada waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang lebih rendah berputar ke depan di bawah simpisis dan diameter bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri menjadi diameter anterioposterior panggul. Dengan demikian maka diameter panjang bahu dapat

sesuai dengan diameter memanjang PBP. Kepala yang telah berputar kembali 450 untuk mengembalikan hubungan normal dengan bahu, sekarang berputar 450 lagi untuk memprtahankannya : LOA menjadi TOA (Harry, Wiliam. 1986). D. Penatalaksanaan 1. Kala I a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan ; 1). Berilah dukungan dan yakinkan dirinya 2). Berilah informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan b. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan : 1). Lakukan perubahan posisi 2). Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri 3). Sarankan ia untuk berjalan 4). Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau mengosok punggungnya atau membasuh mukanya diatara kontraksi 5). Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya 6). Ajarkan kepada ibu teknik bernapas : ibu diminta menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar terasa kontraksi 7). Jika diperlukan berikan petidin 1 mg/kg BB kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu

(tetapi jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB IM atau tramadol 50 mg/oral atau 100 mg suposutoria atau metamizol 500 mg/oral c. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu d. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaann e. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil atau besar f. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara : 1). Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar 2). Menggunakan kipas biasa 3). Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya g. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum h. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin i. Lakukan pemantauan TTV, DJJ janin, kontraksi, pembukaan seerviks, penurunan j. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam selama kala I pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah : 1). Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah halhal sebagai berikut : a). Warna cairan amnion b). Dilatasi serviks c). Penurunan kepala

2). Jika

serviks

belum dalam

membuka pertama,

pada

pemeriksaan

mungkin

diagnosis in partu belum dapat ditegakkan Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan diagnosisnya adalah persalinan palsu 2. Kala II Persalinan kala II ditegakkan dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan suudah lengkap atau kepala janin sudah sampai di vulva dengan diameter 5-6 cm. a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan : 1). Mendegarkan ibu agar merasa nyaman 2). Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu b. Menjaga kebersihan diri 1). Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi 2). Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan c. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan ibu d. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara : 1). Menjaga privasi ibu 2). Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan 3). Penjelasan tentang prosedur yang akan

dilakukan dan keterlibatan ibu e. Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dalam posisi berikut : 1). Jokok 2). Menungging 3). Tidur miring 4). Setengah duduk Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi. f. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu diajarkan berkemih sesering mungkin g. Memberikan cukup minum : memberi tenaga dan mencegah dehidrasi. Ketika kepala bayi lahir, maka lakukan hal berikut : a. Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir b. Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat c. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan d. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir atau darah e. Periksa tali pusat : 1). Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi 2). Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.

Untuk kelahiran bayi dan anggota seluruhnya, maka : a. Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya b. Tempatkan kedua tangan pada sis kepala dan leher bayi c. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan d. Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang e. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang abyi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya f. Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya g. Secara menyeluruh keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernapasan bayi Sebagian besar bayi mulai menangis atau bernapas secara spontan 30 detik setelah lahir, kemudian : a. Klem atau potong tali pusat b. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dengan dada si ibu. Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering. Tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh 3. Kala III Penatalaksanaan aktif kala III meliputi : a. Pemberian oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta : 1). Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi 2). Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu atau susukan bayi guna mengahsilkan oksitosin alamiah b. Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dengan cara : 1). Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat

diatas simpisis pubis. Selama kontarksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorsokranial kearah belakang dan kearah kepala ibu 2). Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di depan vulva 3). Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit) 4). Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus c. PTT dilakukan hanya selam uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga memberitahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas tetap berada pada uterus tetapi bukan untuk melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas d. Begitu plasenta terasa terlepas, keluarkan dengan mengerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerrakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban e. Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca persalinan f. Jika menggunakan manajeman aktif dan plasenta belum juga

lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama g. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30 menit : 1). Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh 2). Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta 3). Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama 4). Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta h. Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi 4. Kala IV a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 2030 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua c. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering e. Biarkan ibu beristirahat. Bantu ibu pada posisi yang nyaman f. Biarkan bayi berada pada ibu untuk mendekatkan hubungan ibu

dan bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya g. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pasca persalinan i. Ajarkan ibu atau anggota keluarga tentang : 1). Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontrraksi 2). Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi E. Tanda dan gejala persalinan 1. Tanda-tanda dini akan dimulainya persalinan a. Lightening Menjelang minggu yang ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan oleh : 1). Kontraksi braxton hicks 2). Ketegangan dinding perut 3). Ketegangan ligamentum rontumdum 4). Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah Masuknya kepala bayi ke PAP dirasakan ibu hamil 1). Terasa ringan di bagian atas, terasa sesaknya berkurang 2). Dibagian bawah terasa sesak 3). Terjadi kesulitan berjalan 4). Sering miksi Gambaran ligtening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P yaitu : power, passage dan pasenger b. Terjadi his permulaan Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks. Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron dan

memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan semakin tua kehamilan, permulaan : 1). Rasa nyeri ringan dibagian bawah 2). Datangnya tidak teratur 3). Tidak ada perubahan pada serviks 4). Durasinya pendek 5). Tidak bertambah bila beraktivitas 2. Tanda persalinan a. Terjadi his persalinan His persalinan mempunyai sifat : 1). Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan 2). Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatanya semakin besar 3). Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks 4). Makin beraktivitas kekuatan makin bertambah b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda) Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan : 1). Pendataran dan pembukaan 2). Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis serviks lepas 3). Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah c. Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, Ida Bagus. 1998). pengeluaran progesteron berkurang sehingga oksitosin menimbulkan kontraksi lebih sering sebagai his palsu. Sifat his palsu atau

F. Pemeriksaan fisik 1. Kala I Dilakukan pemeriksaan tentang kedudukan janin dalam rahim. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan terbatas dan berapa pembukaannya serta kapan perkiraan penting 2. Kala II Dilakukan pemeriksaan ketuban, kekuatan kontraksi. Diperlukan pengawasan yang ketat untuk mengantisipasi keadaan gawat yang memerlukan pertolongan (Manuaba. 1998). Pantau penurunan presentasi dan perubahan posisi janin (Saifuddin. 2002) 3. Kala III Observasi secara cermat adanya perdarahan 4. Kala IV Observasi secara cermat tekanan darah, nadi, pernapasan, kontraksi otot rahim serta adanya perdarahan pasca persalinan. (Manuaba. 1998) G. Analisa Data No. Data 1. DS : - klien mengatakan nyeri pada perut dan menjalar ke punggung - klien mengatakan nyeri sedang dengan skala 5 DO : - N : 88 x/mnt - RR : 30 x/mnt - klien tampak mengosok Masalah Kep. Nyeri Etiologi Dilatasi serviks persalinan akan berlangsung. Observasi pada kala I ini sangat dilakukan untuk mengetahui kekuatan his (kontraksi) rahim,

pembukaan dan denyut jantung janin

perut dan punggungnya - klien mangatupkan rahang dan pergelangan tangan - klien tidak mampu melanjutkan aktivitas selanjutnya 2. DS : - klien mengatakan ia sering BAK dan sering merasa ingin BAB - klien mengatakan terasa penuh pada kandung kemihnya 3. DS : - klien mengatakan cemas menghadapi persalinannya - klien mengatakan takut terjadi apa-apa - klien mengatakan panas dingin - klien meminta suaminya untuk mendampinginya saat persalinan DO : - klien tampak gelisah - klien tampak tegang Klien tampak berkering 4. at Nyeri episiotomi Insisi jaringan Ansietas Kurang pengetahuan tentang proses persalinan Perubahan pola eliminasi Distensi abdomen dan VU

klien sulit berkonsen trasi

DS : - klien mengatakan nyeri pada kemaluannya klien mengatak an sakit ketika buang air 5. kecil dan buang air besar klien mengatak an nyeri sedang DO : - N : 84x/mnt RR : 29x/mnt klien terlihat berjalan perlahan dan tampak berhati6. hati Perubahan peran Penambahan anggota baru Nyeri after pain Involusio uteri

DS : - klien mengatakan nyeri sedang dengan skala nyeri 4 klien mengatak an perutnya mulasmulas klien mengatak an nyerinya bertambah ketika menyusui DO : - N : 75x/mnt 80 RR : 27x/mnt T: 37,7 e205 2n p10 rs 1345 09 ield fldinst

SYMB OL 176 \f "Symbo l" \s 12 C pada palpasi abdome n teraba keras dan bulat lokhea rubra berwarn a merah tua DS : - klien mengatakan ia telah menjadi seorang ibu klien mengatak an bahagia memiliki seorang anak klien mengatak

an akan menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya DO : - klien tampak berseri-seri - klien tampak memeluk dan mencium anaknya

H. Prioritas Diagnosa 1. Intra Partum a). Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks b). Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan distensi Vesika Urinaria, Rektum c). Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses persalinan 2. Post Partum a). Nyeri episiotomi berhubungan dengan insisi jaringan b). Nyeri after pain berhubungan dengan involusio uteri c). Perubahan peran berhubungan dengan penambahan anggota keluarga d). Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka episiotomi

Ansietas Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

I. Pathway Proses persalinan Perubahan hormon (peningkatan estrogen dan oksitosin, penurunan progesteron), pembesaran uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi Persalinan dimulai Kala I Pembukaan serviks 6 cm (fase aktif) His semakin kuat Kepala janin masuk PAP Dilatasi maksimal Kala II Distensi VU Rektum Ketuban Tanda-tanda persalinan His Blood Show Dilatasi Serviks Engagement Tonjolan Kurang Pengetahuan

Perubahan rasa nyaman nyeri cairan Nyeri after pain Resti bahan Pola Eliminasi peran kekuranganKerusakan integritas kulit infeksi volume

Vulva membuka Perineum kaku Episiotomi Episiotomi

Pengeluaran bayi Kala III Kontraksi uterus Lemah Perdarahan Kuat Pengeluaran plasenta Vasokontriksi Kala IV Adaptasi psikologis Involusio uteri Adaptasi fisik Perubahan payudara Laktasi

J. Nursing Care Planning No. 1. Diagnosa Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kriteria hasil : 1. Klien tampak tenang atau rileks 2. Klien mengataka n nyeri terkontrol 3. Penurunan skala nyeri 4. Peningkat an perhatian nyeri terkontrol, dengan Perencanaan intervensi 1. Bantu dalam penggunaa n teknik pernapasan relaksasi yang tepat dan masase abdomen 2. Bantu tindakan kenyamana n (gosokan punggung, tekanan sakral, perubahan posisi yaitu dengan menganjurk an klien 2. Meningkatkan relaksasi dan hygiene serta meningkatkan perasaan sejahtera pada Rasional 1. Dapat memblok impuls serebral melalui respon kondisi stimulasi kutan dan nyeri dalam korteks

untuk posisi miring sesuai dengan posisi punggung janin) 3. Anjurkan klien untuk berkemih setiap jam. Palpasi diatas simpisis pubis untuk menunjukk an distensi 4. Instruksika n dalam menggunak an analgesik yang dikontrol pasien 5. Hitung 5. Memantau kemajuan persalinan dan memberikan klien 1-2 3. Mempertahan kan kemih distensi dapat meningkatkan ketidaknyama nan, mempengaruhi penurunan janin persalinan 4. Memungkinka n nyerinya sendiri klien mengontrol dan memperlama kandung bebas yang

waktu, catat frekuensi, intensitas dan durasi pola kontraksi uterus setiap menit 6. Kaji tekanan darah 1-2 dan menit nadi setiap setelah injeksi regional selama menit pertama, kemudian setiap 15 untuk waktu persalinan. 2. Perubahan pola eliminasi urin Setelah dilakukan Posisikan pada posisi miring kiri 10menit sisa 15 30

informasi untuk klien. 6. Posisikan miring aliran dan meningkatkan sirkulasi plasenta kiri vena meningkatkan

berhubungan dengan kompresi mekanik kandung kemih

asuhan keperawatan diharapkan mampu mengosongkan kandung dengan tepat kemih

dengan kepala datar kaki ditinggikan atau menninggik an lutut dan mengubah posisi uterus secara manual ke kiri sesuai indikasi 7. Libatkan klien dalam percakapan untuk mengkaji sensori 1. Palpasi diatas simpisis pubis 1. Mendeteksi adanya kemih derajat kepenuhan. Pengosongan tidak dari kemih komplit kandung dapat urin dan dalam kandung dan 7. Perubahan sensori menjadi indikator awal terjadinya hipoksia dapat

terjadi karena penurunan sensasi tonus 2. Haluaran harus kira-kira sama dengan masukan dan

3. Tekanan Ansietas 3. berhubungan dengan proses persalinan Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan cemas berkurang dengan kriteria hasil : 1. Klien tampak rileks 2. Melakuka n sendiri teknik relaksasi 3. Klien memaham i proses persalinan 4. Klien mampu mengikuti instruksi perawat 4. Ukur suhu dan n nadi, pertahanka 2. Catat dan bandingkan masukan dan haluaran. Catat jumlah, warna, konsentrasi dan berat jenis urin 3. Anjurkan upaya berkemih yang sering sedikitnya 1 sampai 2 jam bagian

dari

presentasi pada kandung kemih sering menurunkan sensasi menggangu pengosongan komplit 4. Memantau derajat dehidrasi dan

1. mengidentifika si tingkat intervensi yang perlu. Ansietas yang berlebihan

peningkata n. kulit mukosa 1. Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbal Kaji dan kekeringan membran

dapat menyebabkan dampak negatif terhadap proses persalinan 2. rasa terhadap penolakan dapat berat makin sesuai takut

kemajuan persalinan. Klien dapat mengalami peningkatan ansietas dan/atau kehilangan

2. Berikan dukungan profesional intrapartal kontinu, informasik an bahwa klien ia

kontrol perhatian 3. membentu dalam

bila

dibiarkan tanpa

menurunkan ansietas persepsi terhadap nyeri dalam korteks serebral, dan

tidak akan ditinggalka n sendiri

meningkatkan 3. Anjurkan penggunaa n dan relaksasi. Gangguan 4. rasa nyaman nyeri berhubungan dengan episiotomi Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kriteria hasil : 1. Klien melapork an nyeri berkurang 2. Klien tampak rileks 3. Klien menunjuk kan penuruna nyeri terkontrol dengan Bernapas dengan pasangan 4. Bantu untuk menemuka n yang nyaman. Misalnya dengan menganjur kan posisi miring dengan salah kaki diangkat oleh perawat atau suami 5. Pantau DJJ satu ibu 5. ansietas lama yang dapat posisi ibu teknik pernapasan rasa kontrol 4. posisi yang nyaman dapat mengurangi ansietas ibu

menyebabkan ketidakseimba ngan endokrin, dengan kelebihan pelepasan epineprin dan norepineprin, meningkatkan TD dan nadi 6. Peningkatan kekuatan

n nyeri

skala

dan variabilitas nya, pantau TD ibu

kontraksi uterus dapat meningkatkan masalah klien tentang kemampuan pribadi 1. Tindakan atau reaksi nyeri

4. Klien menunjuk kan peningkat an perhatian 5. Klien mampu bab dab

6. Evaluasi pola kontraksi atau kemajuan persalinan

adalah individu dan berdasarkan pengalaman masa lalu

bak tanpa rasa takut 6. Klien mampu bab dan bak tanpa rasa sakit

2. Dapat menunjukkan trrauma berlebihan 1. Kaji derajat ketidaknya manan melalui isyarat verbal dan nonverbal, pada jaringan perineal dan/atau terjadi komplikasi yang memerlukan intervensi lanjut

perhatikan pengaruh budaya dan respon nyeri Gangguan 5. rasa nyaman nyeri berhubungan dengan involusio uteri 2. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi. Perhatikan edema, ekimmosis, nyeri tekan lokal, eksudat purulen atau Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan terkontol kriteria hasil: 1. klien melapork an 2. klien tampak nyeri terkontrol nyeri dengan kehilanga perlekatan jahitan 3. Berikan kompres es pada perineum khususnya 24 setelah persalinan jam 5. Penggunaan pengencangan pertama 3. Memberi anastesia lokal, meningkatkan vasokontriksi dan mengurangi edema vasodilatasi 4. Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan pada dan

rileks 3. klien menunjuk kan penuruna n nyeri 4. mengguna kan teknik yang tepat untuk memperta hankan kontrol istirahat diantara kontraksi skala

4. Berikan kompres panas lembab (misalnya rendam duduk atau bak mandi) diantara 1000 1050
0

gluteal duduk

saat

menurunkan stress tekanan langsung pada perineum 6. Penggunaan agen dan F farmakologis secara membantu klien mengurangi nyeri 1. Mendeteksi kemajuan dan mengamati respon uterus yang abnormal 2. Selama 12 jam pertama pasca post partum, kontraksi uterus kuat dan reguler dan ini berlanjut selama 2-3 hari ada tepat dan

(38,0-43,2 C) selama 4 20 menit, 3 samapi kali sehari selama 24 jam pertama 5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraks i diatas perbaikan episiotomi

Perubahan 6. proses keluarga

6. Berikan analgesik bila

berhubungan dengan penambahan anggota baru

program medik

selanjutnya meskipun frekuensi dan intensitasnya

1. pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus 2. kaji tekan uterus, tentukan adanya Setelah dilakukan asuhan keperawatan, keluarga memulai cara kriteria hasil: 1. klien menerima kehadiran anaknya 2. klien merasa 3. masase uterus dengan perlahan 4. instruksika n klien mampu proses yang frekuensi after pain, perhatikan faktorfaktor pemberatn ya nyeri

berkurang 3. Masase perlahan meningkatkan kontraktilitas 4. Latihan kegel membantu penyembuhan dan pemulihan dari tonus otot pubokoksigeal 5. Membantu mengurangi nyeri dan menurunkan ketidaknyaman an after pain

kedekatan dengan bermakna dengan

6. Nyeri merupakan tanda involusio uteri, pemberian informasi dapat

bahagia

untuk melakukan latihan kegel

menurunkan ketakutan untuk menyusui bayinya ibu

5. anjurkan penggunaa n teknik 7. Lingkungan yang kondusif dapat membantu klien secara maksimal untuk beristirahat nonfarmak ologis seperti napas dalam dan relaksasi 6. berikan informasi kepada ibu bahwa menyusui dapat meningkat kan rasa nyeri yang merupakan keadaan fisiologis 7. berikan lingkungan yang 1. Membantu mengembangk an emosi sepanjang hidup diantara anggotaanggota keluarga. dan mempunyai Ibu bayi ikatan

tenang dengan Resti infeksi 7. berhubungan dengan insisi jaringan 1. Fasilitasi interaksi antara klien/ pasangan dan baru bayi lahir ventilasi adekuat

periode pada dimana

yang waktu

sangat sensitif

kemampuan interaksi ditingkatkan 2. Kontak fisik dini membantu mengembangk an kedekatan

sesegera mungkin

3. Menghilangka n orang berkenaan Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan menunjukkan bebas dari tandatanda infeksi klien 2. Berikan klien ayah kesempata n ong dengan segera untuk bayi menggend dan dengan kondisi bayi orang untuk memahami rasional intervensi pada periode awal mereka. tua Membantu ansietas tua

setelah kelahiran bila kondisi bayi stabil 3. Informasik an kepada orang tentang kebutuhankebutuhan neonatus segera dan perawatan yang diberikan 4. Tempatkan bayi atau setelah kondisi neonatus memungki nkan pada ayah lengan ibu tua

bayi baru lahir 4. Jam bayi masa bermakna untuk interaksi keluarga dimana dapat meningkatkan awal kedekatan antar orang tua dan bayi baru lahir anggota keluarga baru 5. Memberikan kesempatan kepada baru orang lahir tua dan bayi untuk memulai pengenalan dan proses pendekatan sebagai ini pertama adalah yang dari kehidupan

paling khusus

6. Membantu 5. Anjurkan orang untuk mengelus dan berbicara pada bayi baru lahir, anjurkan pada untuk menyusui bayi 6. Bagi informasi tambahan dari pengkajian fisik awal bagi bayi baru lahir bila diinginkan ibu 1. Peningkatan suhu perrtama menandakan infeksi 2. Lokea mempunyai karakteristik bau amis, rabas purulen menunjukkan adanya keterlamabatan penyembuhan 3. Gejala 1. Pantau suhu nadi dengan dan dapat sampai ISK tampak ketiga tubuh dalam 24 jam tua orangtua memandang bayi terpisah dengan karakteristik fisik yang unik sebagai individu

pada hari kedua postpartum

rutin sesuai indikasi 2. Catat jumlah dan bau lokea

karena adanya infeksi 4. Pembersihan sering depan kebelakang membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki vagina dari

3. Kaji terhadap adanya tanda-tanda infeksi saluran kemih 5. Perawat selamanya berada dengan dan 4. Anjurkan perawatan perineal dengan menggunak an teknik 3 4 rendam duduk sampai orang kondisi tubuhnya. Informasi penting deteksi infeksi untuk dini dekat klien klien yang tidak

merupakan paling mengerti

kali sehari setelah berkemih atau defekasi 5. Beri informasi kepada ibu tentang tanda-tanda infeksi seperti nyeri daerah genitalia, kemerahan, adanya pes, lokea berbau busuk, peningkata n tubuh 6. Berikan informasi kepada ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan suhu 7. Mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi di 6. Dapat meningkatkan motivasi untuk menjaga personal hygiene ibu tetap

terutama daerah genitalia 7. Gunakan teknik mencuci tangan dan pembuanga n balutan kotor dengan tepat K. Implementasi dx 1 Tgl 18/8/05 Implementasi 1. Mengajarkan teknik farmakologis teknik relaksasi melakukan klien non untuk dan Respon 1. Klien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri 2. Ibu mengatakan nyeri berkurang TTD

mengurangi nyeri yaitu masase

pada abdomen klien 2. Membantu ibu untuk meningkatkan nyaman ibu 3. Menginstruksikan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam. Melakukan palpasi diatas simpisis rasa dengan

menggosok punggung

3. Klien berkemih

mau

sesuai dengan

pubis mengetahui distensi 4. Mencatat

untuk adanya frekuensi,

instruksi

intensitas dan durasi pola kontraksi uterus setiap 30 menit 5. Mengukur 1-2 15 menit menit tekanan setelah pertama, darah dan nadi setiap injeksi regional setiap kemudian setiap 10-15 menit untuk sisa waktu persalinan 6. Memberikan yang nyaman posisi untuk

4. Klien dalam

mau

bekerjasama pemeriksaan 5. Klien dalam pemeriksaan mau bekerjasama

6. Klien miring kanan sesuai dengan punggung janin

klien seperti miring kiri dengan kepala datar dan kaki ditinggikan, meninggikan lutut dan mengubah posisi uterus secara manual ke kiri 2 18/8/05 sesuai indikasi 7. Mengkaji dengan klien percakapan sensori melibatkan dalam

7. Klien

masih

fokus dengan pembicaraan 1. Klien mau

1. Mengukur TTV

diukur TTV

2. Klien 2. Melakukan palpasi pada simpisis pubis 3. Mengukur intake dan 3 18/8/05 output cairan 4. Menganjurkan berkemih yang sering sedikitnya 1 sampai 2 jam 1. Ibu 1. Mengukur kecemasan meliihat pada mengekur ibu, TTV tanda tingkat dengan fisik serta ibu terlihat

mau

bekerjasama 3. Intake caiarn klien 1-2 liter perhari 4. Klien bekermih sesuia instruksi tidak mau

tegang, Nadi : 30 x/mnt. TD : mmHg 2. Suami mendampingi klien persalinan sehingga klien merasa lebih tenang 3. Klien mampu saat 120/80

dan DJJ janin 2. Memberikan support yang adekuat dengan cara meminta pasangan berada disamping ibu selama persalinan proses

3. Mengajarkan

teknik

menggunakan teknik napas dalam sehingga

napas dalam relaksasi

18/8/05

ansietas

berkurang 4. Menngurangi kecemasan ibu dengan memberikan informasi yang adekuat tentang proses persalinan yang akan dihadapi ibu 4. Klien mengatakan mengerti dengan proses persalinan yang dihadapi 1. Mengukur nyeri menggunakan nnyeri menggunakan pendekatan PQRST tingkat dengan skala dan 1. Klien mengatakan nyeri nyeri di 2. Melakukan perineum episiotomi inspeksi dan karena 2. Klien diajak 3. Memberikan kompres es jam pada perineum, khususnya sselama 24 pertama setelah kelahiran 4. Memberikan kompres 5 18/8/05 panas lembab 5. Mengajarkan teknik 4. Klien merasa bekerjasama dalam pemeriksaan 3. Klien merasa lebih nyaman dalam terasa daerah luka mau skala 4 dan nanti akan

kemaluan episiotomi

pengencangan dengan dengan gkuteal diatas episiotomi 6. Memberikan analgetik promokiptin meperidin hhidroklorida IV 1. Mendeteksi memantau uterus cara

gluteal duduk otot-otot

lebih nyaman 5. Klien instruksi perawat mau melakukan

terkontraksi perbaikan obat yaitu dan secara

6. Klien mengatakan nyeri berkurang

dan kemajuan dengan 1. Klien diajak bekerjasama dalam pemeriksaan mau

menghitung frekuensi, durasi dan intensitas konttraksi uterus 2. Memberikan pijatan uterus dengan perlahan 3. Meminta klien untuk melakukan 6 18/8/05 kegel 4. Mengajarkan penggunaan nonfarmakologis seperti napas dalam, klien teknik latihan

2. Klien merasa nyaman rileks 3. Klien merasa panggulnya lebih kencang 4. Klien mampu menggunakan dan

relaksasi

teknik napas dalam sehingga nyeri

5. Memberikan lingkuungan tenang ventilasi adekuat yang dengan

berkurang dan nyaman 5. Klien bernapas dengan lega sehingga bisa klien merasa lebih

1. Memberikan kesempatan pada orang tua 7 18/8/05 dan bayi bounding tingkat ibu ibu menanyakan melakukan attachment 2. Mengukur pengetahuan dengan pengetahuan perawatan bayinya 3. Memberikan informasi kepada orang tua bayi tentang kebutuhan dan perawatan bayinya

mengurangi keletihan setelah persalinan 1. Klien merasa bahagia dapat menyentuh bayinya 2. Klien menanyakan tentang yang 3. Klien menunjukkan pemahaman terhadap apa harus

tentang kebutuhan dan

klien lakukan

4. Melakukan pemeriksaan payudara dengan melakukan pada payudara 1. Pantau suhu dan nadi dengan indikasi rutin sesuai cara palpasi

informasi yang diberikan oleh perawat 4. Klien diajak bekerjasama dalam pemeriksaan 1. Klien diajak bekerjasama dalam mauu mau

2. Catat jumlah ddan bau lokea

pemeriksaan dengan suhu 37,70 C dan Nadi 30

3. Kaji terhadap adanya tanda-tanda saluran kemih 4. Anjurkan perineal menggunakan sehari 5. Gunakan pembuangan perawatan dengan teknik setelah teknik balutan infeksi

x/mnt 2. Lokea berwarna merah dan 3. Klien amis darah bebas dari infeksi 4. Klien merasa lebih nyaman tua berbau

rendam duduk 3-4 kali berkemih atau defekasi mencuci tangan dan

kotor dengan tepat

5. Klien mampu menjaga personal hygiene dengan baik

L. Evaluasi No. dx 1 Evaluasi S : Klien mengatakan nyeri terkontrol O : Pengukuran nadi diperoleh hasil 30 x/mnt, tekanan darah 120/80 mmHg A : Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi P : Pertahankan hasil ynag telah dicapai 2 S : Klien mengatakan merasa lebih nyaman O : Klien berkemih setiap 1 jam, pemeriksaan TTV dengan hasil pengukuran nadi 30 x/mnt, tekanan darah 120/80 mmHg A : Perubahan pola eliminasi urin dapat teratasi P : Pertahankan hasil yang telah dicapai 3 S : Klien mengatakan siap menghadapi persalinannya O : Klien mampu berkonsentrasi, pemeriksaan TTV dengan hasil pengukuran nadi 30 x/mnt, tekanan darah 120/80 mmHg, DJJ 120 x/mnt A : Kecemasan dapat teratasi TTD

P : Rencana tindakan dihentikan 4 S : Klien mengatakan nyeri berkurang O : Pemeriksaan TTV dengan hasil pengukuran nadi 30 x/mnt, tekanan darah 120/80 mmHg, DJJ 120 x/mnt A : Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi P : Pertahankan hasil yang telah dicapai 5 S : Klien mengatakan bahagia dengan kehadiran bayinya O : Klien tammpak berseri-seri A : Perubahan peran dapat dilalui keluarga dengan baik P : Rencana tindakan dihentikan 6 S : Klien mengatakan bahagia dengan kehadiran bayinya O : Klien tampak berseri-seri dan memeluk bayinya A : Perubahan peran dapat dilalui keluarga dengan baik P : Rencana tindakan dihentikan 7 S : Klien mengatakan nyaman ketika dilakukan teknik rendam duduk, serta kklien mengatakan tetap menjaga kebersihan daerah genitalnya O :Tidak tampak tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi, pemeriksaan TTV dengan suhu 370 C A : infeksi dapat dicegah P : pertahankan hasil yang telah dicapai

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta ; EGC Doenges, Marilyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal Atau Bayi. Jakarta ; EGC Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC Harry, William. 1986. Human Labour And Birth. Jakarta ; yayasan essential medika Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta ; Arcan Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

You might also like