Professional Documents
Culture Documents
Secara oprasional, diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dan biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari. Dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Penyebab Diare Kuman penyakit Keracunan makanan Tidak tahan makanan tertentu/alergi Faktor utama yang mempengaruhi kejadian Diare : Keadaan lingkungan Perilaku masyarakat
Bahaya Diare
Penderita akan kehilangan cairan tubuh Penderita menjadi lesu dan lemas Penderita dapat meninggal bila kehilangan cairan tubuh lebih banyak lagi
PRINSIP TATA LAKSANA PENDERITA DIARE Mencegah terjadinya dehidrasi : banyak minum, cairan Rt.dianjurkan ; kuah tajin, air sup, kuah sayur. Mengobati dehidrasi: ringan oralit, berat RL (Rujuk) Memberi makanan : Gizi, cairan, makanan yg sesuai anjuran.ASI,susu formula,anak usia 6 bln atau lebih makanan mudah dicerna sedikit-sedikit tapi sering. Mengobati masalah lain. Sesuai indikasi utamakan rehidrasi.
1. Lihat : Keadaan umum : Mata Air mata Mulut & Lidah Rasa haus
Gelisah, rewel Cekung Tidak ada Kering Haus, ingin minum banyak
Lesu,lunglai,tdk sadar Sangat cekung & kering Tidak ada sangat kering Malas minum atau tidak bisa minum *Kembali sangat lambat Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain
*Kembali lambat Dehidrasi ringan/Sedang Bila ada tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain Rencana terapi B
4. Terapi
Rencana terapi A
Rencana terapi C
SARANA REHIDRASI
Sarana rehidrasi dapat digolongkan menurut tempat pelayanan, yaitu di Puskesmas, disebut Pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal dengan nama POJOK ORALIT dan di Rumah Sakit disebut kegiatan Pelatihan Diare (KPD)
Mempromosikan upaya-upaya Rehidrasi Oral (URO) Memberi pelayanan penderita diare Memberikan pelatihan kader (Posyandu)
2. Cara memberikan
Pencegahan Diare
Memberikan ASI Memperbaiki makanan pendamping ASI Menggunakan Air bersih yang cukup Mencuci tangan Menggunakan jamban Membuang tinja bayi yang benar Memberikan imunisasi campak
PEMBERANTASAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT) DITEKANKAN PADA BAYI DAN BAlITA KARENA ;
Tingginya angka kematian karena ISPA terutama pada bayi dan balita Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya Dari seluruh kematian balita, proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 30%, dan kematian oleh ISPA ini sebagian besar oleh Pnemonia.
TUJUAN P2 ISPA :
Turunnya kematian karena pnemonia pada kelompok usia balita Turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA Turunnya kesakitan penyakit pnemonia pada balita.
KLASIFIKASI ISPA
UNTUK GOL.UMUR 2 BL 5 THN ADA 3 KLASIFIKASI PENYAKIT YAITU : 1. PNEMONIA BERAT: Bila diserta napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (ada wheezing atau stridor. Stridor merupakan tanda bahaya dan harus di rujuk ke Dokter). Dan pada saat di periksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta.
KLASIFIKASI ISPA
2. PNEMONIA BILA DISERTAI NAPAS CEPAT. BATAS NAPAS CEPAT : -Untuk golongan umur 2 bl 12 bl = 50 x per menit atau lebih -Usia 1 4 tahun = 40 x per menit atau lebih
KLASIFIKASI ISPA
3. BUKAN PNEMONIA Batuk pilek biasa : bisa disertai demam. Tetapi tidak di temukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat. Penyakit rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong BUKAN PNEMONIA
KLASIFIKASI ISPA
UNTUK GOL.UMUR KURANG 2 BULAN ADA 2 KASIFIKASI : 1. PNEMONIA BERAT ; bila disertai salah satu tanda tarikan kuat dinding dada pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk gol.umur kurang 2 bulan yaitu 60 x per menit atau lebih
KLASIFIKASI ISPA
2. BUKAN PNEMONIA Batuk pilek biasa : bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
- Kurang bisa minum (kemapuan minumnya menurun sampai kurang dari dari volume yang biasa di minumnya). - Kejang - Kesadaran menurun - Stridor - Wheezing - Demam/dingin
PENGOBATAN
PNEMONIA BERAT ; dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parentral, oksigen dsbnya. PNEMONIA : diberi obat antibiotik kotrimoksasol per oral, keadaan penderita menetap beri pengganti kotrimoksasol; ampisilin, amoksilin atau penisilin prokain. Penderita memburuk menjadi pnemonia berat, rujuklah ke rumah sakit. Atau setiap bayi atau anak dengan Tanda bahaya dirujuk kedokter atau rumah sakit.
PENGOBATAN
BUKAN PNEMONIA (BATUK PILEK BIASA) : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah: untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan sperti Obat Batuk Putih (OBP).Obat batuk mengandung zat yang merugikan yaitu : codein, dekstrometorfan, antihistamin. Bila demam berikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
PENYAKIT KUSTA
DEFINISI : Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang sayraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. MASA TUNAS : 2-5 TAHUN
Dipengaruhi beberapa faktor : Sumber penularan.: pend kusta basah yg belum diobati. Kuman kusta : hidup diluar tubuh 1-9 hari tergantung suhu & cuaca. Hanya kuman yg solid dpt menular. Daya tahan tubuh : 95 % kebal terhdp peny. kusta 3 % sembuh sendiri tanpa obat. 2 % sakit & butuh pengobatan.
Penderita yg sudah minum obat Regimen WHO TDK MENJADI SUMBER PENULARAN
CARA PENULARAN
Cara penularan langsung melalui pernapasan dan kulit. Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah, dan tidak perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor : - Sumber penularan (type MB) - Kuman kusta (hidup 1-9 hari, solid) - Daya tahan tubuh (95%)
TANDA-TANDA SUSPEK : A. Tanda pada Kulit : 1. Kelainan kulit berupa bercak hipopigmentasi atau kemerahan 2. Kulit mengkilat 3. Bercak tdk gatal 4. Bagian kulit tdk berkeringat/ berambut. 5. Lepuh tdk nyeri.
TANDA-TANDA SUSPEK : B. Tanda pada syaraf : 1. Rasa kesemutan 2. Gangguan gerak anggt badan & bagian muka 3. Adanya cacat 4. Luka yg tdk sakit.
CATATAN : Tanda-tanda suspek jgn dipakai sebagai dasar diagnosa.
TANDA-TANDA UTAMA (CARDINAL SIGN) 1. Kelainan kulit hipopigmentasi atau kemerahan yg mati rasa. 2. Penebalan syaraf tepi yg disertai gangguan fungsi. 3. BTA Positif diambil dari kerokan kulit (SSS) cuping telinga (rutin) & bagian aktif lesi kulit
TANDA UTAMA Bercak yg mati rasa di kulit Penebalan saraf tepi yg disertai dgn gangguan fungsi
PB Jumlah 1 s/d 5
MB Jumlah >5
Hanya satu > Satu saraf saraf simetris asimetris BTA negatif BTA positif
Sediaan Apusan
Pengertian : Suatu episode dlm perjalanan kronis penyakit kusta yg merupakan suatu reaksi kekebalan (seluler respons) atau reaksi antigen-antibodi (humoral respons) dgn akibat merugikan penderita, terutama pada saraf tepi yg bisa menyebabkan ggn fungsi (cacat) yg ditandai dgn peradangan akut baik dikulit maupun saraf tepi.
Reaksi kusta dapat terjadi: * sebelum pengobatan, * selama pengobatan dan * sesudah pengobatan
Faktor pencetus terjadinya reaksi kusta: Penderita dalam keadaan kondisi lemah Kehamilan dan masa nifas Sesudah mendapat immunisasi Infeksi (malaria, infeksi gigi,cacing dll) Stress Kurang gizi
Jenis reaksi kusta : 1. Reaksi tipe I (Reaksi Reversal) * Terjadi akibat respon kekebalan seluler terhadap kuman kusta * Bisa terjadi pd pend PB maupun MB * Biasanya terjadi pada 6 bln pertama pengobatan * Menurut keadaan terbagi Reaksi ringan & reaksi berat
Jenis reaksi kusta : 2. Reaksi tipe II (Reaksi ENL) * Merupakan reaksi humoral/antigen antibodi * Terjadi pd pend MB * Menurut keadaan terbagi Reaksi ringan & reaksi berat
* Terjadi akibat ggn fungsi saraf pada mata, tangan dan kaki. * Sayangnya orang cacat akibat kusta dicap seumur hidup sebagai pend Kusta walaupun sudah sembuh. * Sementara sebenarnya hampir semua cacat dapat dicegah.
WHO membagi tingkat cacat kusta : 0; jika mata, tangan atau kaki tetap utuh/normal 1; jika ada cacat pada mata, tangan atau kaki akibat kerusakan sarak krn peny kusta tetapi tdk kelihatan. 2; cacat akibat kerusakan saraf krn peny kusta dan cacat itu kelihatan.
Pencegahan cacat: Penemuan dini pend sebelum cacat. Mengobati pend dgn MDT spi RFT Deteksi dini reaksi kusta dgn pemeriksaan fungsi saraf secara rutin Menangani reaksi Penyuluhan Perawatan diri. Gunakan alat bantu agar cacat yg ada tdk ber +
PENEMUAN PENDERITA
Aktif : 1.Pemeriksaan kontak serumah 2.Pemeriksaan anak sekolah dasar 3.Chase Survey 4.Survey khusus/mini LEC (Leprosy Elimination Companye) Pasif (suka rela) : penderita datang berobat.
Tujuan : Memutuskan mata rantai penularan Menyembuhkan penderita Mencegah terjadi cacat & mencegah ber+nya cacat jg sudah ada sebelum pengobatan
Rejimen yg digunakan sesuai anjuran WHO.
HIV-AIDS. SIFILIS GONORE (KENCING NANAH ULKUS MOLE LIMFOGRANULOMA VENERIUM (BUBO) GRANULOMA INGUINALE URETRITIS NON SPESIFIK (NON GONORE) HERPES GENITALIS KONDILOMA AKUMINATA TRIKOMONAS VAGINALIS KANDIDIASIS KUDIS (SKABIES) PEDIKULOSIS PUBIS (KUTU KEMALUAN)
PENGERTIAN IMS
IMS singkatan dari: I: Infeksi, berarti kemasukan bibit penyakit M: Menular, berarti dapat berpindah dari satu orang ke orang lain
IMS
IMS yang menunjukkan adanya luka di alat kelamin misalnya pada penyakit chancroid, sifilis dan herpes simpleks. IMS yang menunjukkan adanya benjolan/tumor, misalnya pada penyakit kondiloma akuminata. IMS yang telah memberi gejala pada tahap permulaan, misalnya pada penyakit hepatitis-B dan Infeksi HIV/AIDS.
2.
1. Kelompok Penduduk
Sasaran kegiatan program ditujukan terhadap kelompok masyarakat dalam usia seksual aktif, yaitu mereka yang berusia 14 sampai 45 tahun.
2. Wilayah
Sasaran wilayah ditujukan kepada seluruh Provinsi di Indonesia, dengan prioritas diberikan pada daerah yang mempunyai prevalensi ims dan infeksi HIV/AIDS tinggi,yang diakibatkan oleh migrasi penduduk yang bersifat sementara, misalnya daerah tujuan wisata, daerah perkotaan/pusat-pusat perdagangan, daerah kegiatan ekonomi lainnya (daerah industri, daerah penangkapan ikan, daerah eksploitasi tambang, minyak, hutan) daerah perbatasan dan pelabuhan.
Memperkuat program pencegahan dan pemberantasan dengan prioritas utama pada kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi). Memperkuat berbagai upaya melawan diskriminasi terhadap mereka yang terjangkit HIV agar yang bersangkutan tidak bersembunyi dan menyebarkan penyakit. Mengintegrasikan kegiatan Penanggulangan AIDS dengan IMS lainnya dengan kegiatan lapangan yang terpadu.
2. 3.
AKIBAT IMS
Jika tidak diobati Kemandulan (Lk / Pr) Kanker rahim Radang panggul Bayi terlahir cacat bawaan, prematur,terinfeksi IMS/HIV
PM S
Human Immunodeficiency
Virus
Struktur HIV
CD-4 cells
Virus HIV
INFEKSI HIV
Setelah beberapa minggu terinfeksi, ditandai dengan gejala demam, rasa sakit pada tenggorokan ,sakit kepala,
INFEKSI - HIV
Pada masa ini virus HIV belum dapat di
PENYAKIT - AIDS
GEJALA MAYOR :
BB menurun > 10% dalam 1 bulan Diare kronis yg berlangsung > dari 1 bulan Demam berkepanjangan > dari 1 bulan Penurunan kesadaran & gangguan neurologis
Demensia/HIV ensefalopati
GEJALA MINOR:
Batuk menetap > dari 1 bulan Dermatitis generalisata yang gatal Herpes zoster multisegmental dan atau berulang Kandidiasis oro-faringeal Herpes simpleks kronis progresif
GEJALA MINOR :
Limfadenopati generalisata Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita Sarkoma kaposi Pneumonia yang mengancam jiwa dan
berulang
DIAGNOSE - AIDS
Test-HIV positif. ditemukan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan gejalagejala ini bukan disebabkan oleh keadaankeadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.
DIAGNOSE - AIDS
Atau bila ada salah satu gejala dibawah ini, laporkan sebagai AIDS tanpa pemeriksaan Laboratrium . - Sarkoma Kaposi - Pneumonia yang mengancam jiwa dan berulang (pneumonia pneumocystis carinii)
Mereka yang melakukan seks penis-anal: pria berhubungan seks dengan pria (pria penjaja seks, waria, gay) Mereka yang menggunakan jarum suntik, alat tindik/tato bersama: pengguna narkoba suntik, pemuja tindik/tato.
Mereka yang terpapar dengan darah/ serum: tenaga kesehatan/ pekerja laboratorium, penerima donor
MENGHINDARI HIV/AIDS
DAN IMS
Gunakan kondom
Setia kepada satu pasangan (tidak berganti-ganti pasangan hubungan seks)
Jabatan tangan / bersalaman Pelukan / ciuman pipi Penggunaan peralatan makan-minum yg sama Gigitan nyamuk/serangga lain Tinggal serumah/sekamar Penggunaan kamar mandi, kolam renang atau wc yang sama
Transmisi
Sexual
Jarum suntik,alat tindik/tatoo yg tercemar Ibu ke anak
PEMBENGKAKAN KELENJAR
Lesi Awal
TB-AIDS
100
80
60
40
20
96 Kasus 1
97 5
98 4
99 1
2000 2001 12 10
PEREMPUAN 110
DISTRIBUSI AIDS MENURUT JENIS KELAMIN DIKOTA PALEMBANG TH.1994 DESEMBER 2006
80 70 60 50 40 30 20 10 0
LAKI-LAKI AIDS 78
PEREMPUAN 11
SITUASI VDRL & TPHA + (SIFILIS) DIKOTA PALEMBANG TH. 1996 2006
3000
2500
2000
1500
1000
500
96 Kasus 250
97 248 2311
98 179 2530
99 182 1949
2001 99 1094
2002 84 987
2004 40 845
2005 27 1182
2006 20 526
Sampel 1973