You are on page 1of 73

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sel Saraf 2.1.1 Struktur, Anatomi, Fungsi Sel Saraf

Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system saraf. Setiap neuron memiliki badan sel yang mempunyai satu atau beberapa tonjolan. Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju badan sel. Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebut Akson. Dendrit dan akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan menuruskan pesan-pesan neural disebabkan oleh karena sifat khusus membrane sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan proses elektrokimia. Neuron bersifat amitotik, artinya neuron tidak dapat membelah sehingga jika neuron rusak ia tidak dapat beregenerasi. Neuron atau sel saraf terdiri dari 3 struktur utama, yaitu: Badan Sel/Soma ; plural : somata Di dalam badan sel terkandung inti yang relatif besar dan bulat dengan nukleolus yang menonjol. Sitoplasma yang mengelilingi nukleus merupakan

prerikarion. Sitoskeleton dari perikarion terdiri dari neurofilamen dan neurotubulus, yang serupa dengan mikrofilamen dan mikrotubulus yang ada pada macam-macam sel lainnya. Bundel-bundel dari neurofilamen disebut neurofibril yang membentang sampai dendrit dan akson. Perikarion terdiri dari organel yang menyediakan energi dan mensintesa material organik, terutama neurotransmitter yang penting dalam komunikasi antar sel. Mitokondria, ribosom, dan RE kasar membuat penampilannya menjadi kasar. Mitokondria menghasilkan ATP sebagai sumber tenaga. Ribosom dan RE kasar fungsinya untuk mensintesa protein. Beberapa area dari perikarion terdiri dari kelompok RE kasar dan ribosom. Area tersebut yang berwarna gelap disebut Nissl bodies (badan nissl). Kumpulan soma sel saraf dalam SSP disebut nuclei (bentuk jamak dari nucleus); sedangkan dalam SST disebut ganglia (bentuk jamak dari ganglion). Perlu menjadi catatan penting, yaitu istilah nucleus memiliki dua arti yang berbeda, pertama sebagai sebutan bagi soma sel di SSP, dan kedua sebagai sebutan anatomis bagi inti sel saraf (tidak dibedakan apakah di CNS maupun PNS). Selain perbedaan sebutan untuk soma sel saraf, kumpulan axon dalam SSP dan SST juga dibedakan. Kumpulan axon dalam SSP disebut tracts (traktus), sedangkan pada SST disebut nerves (saraf). Akson dan Dendrit Dendrit sangat bercabang, dan setiap cabang terdapat dendritic spines. Dalam SSP, neuron menerima informasi dari neuron lain terutama pada dendritic spines. Akson, benang neurit sebagai penghantar impuls yang diselubungi myelin. Axon membawa informasi dari soma sel ke terminal buttons. Axoplasm (Aksoplasma) atau sitoplasma pada akson, mengandung neurofibril, neurotubulus, vesikel kecil, lisosom, mitokomdria, dan berbagai enzim. Aksoplasma dikelilingi oleh aksolemma. Initial segment of axon dalam neuron multipolar terlekat dalam badan sel dalam daerah yang menebal yang disebut axon hillock. Akson mungkin cabang di sepanjang sisinya, memproduksi cabang kolektif yang dikenal sebagai collaterals. collaterals memungkinkan neuron tunggal untuk berkomunikasi dengan sel lainnya. Batang utama akson dan setiap collaterals berakhir dalam serangkaian ekstensi halus atau telodendria. Telodendria sypnatic terminal. berakhir di

Neurotransmitter Merupakan zat kimia yang disentesis dalam neuron dan disimpan dalam tabung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga direabsorbsi untuk di daur ulang. Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls. Diketahui terdapat 30 macam neurotransmitter, diantaranya Acetylcholin, Dopamin, Serotonin, Asam Gama- Aminobutirat (GABA), dan glisin. Tempat-tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ-organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari satu neuron ke neuoron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dengan neuron lainnya (atau organ efektor) dikenal dengan nama celah sinaptik (synaptic cleft). Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju ke sinaps disebut neuron prasipnatik. Neuron yang membawa impuls dari sinaps disebun neuron postsipnatik.

Neuroglia ( sel penyokong neuron )/ Sel Glial Berasal dari nerve glue (perekat saraf) dan mengandung berbagai macam sel yang secara keseluruhan berfungsi memisahkan, menyokong dan melindungi sel saraf (melindungi neuron yang satu dari pengaruh neuron yang lain sehingga pesan yang disampaikan antara neuron yang satu dengan yang lain tidak campur aduk), sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla spinalis juga berperan sebagai fagosit (memusnahkan dan melepaskan sel-sel saraf yang mati akibat kecelakaan atau karena proses penuaan ) dan mengontrol persedian substansi kimia yang diperlukan neuron untuk berkomunikasi dengan neuron lain. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medulla spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari pada sel sel neuron dengan perbandingan sepuluh berbanding satu Klasifikasi Sel glial dalam : 1. Sistem Saraf Pusat ( SSP )

---Ependima Berperan dalam produksi Cerebro Spinal Fluid. Fluida ini bersirkulasi secara terus menerus, menyediakan pelindung dengan bantalan, dan mentransportasikan gas, nutrien, zat sisa, dan material lain yang terlarut. Ependima adalah neuroglia yang membatasi system ventrikel SSP. Sel-sel inilah yang merupakan epitel dari Plexus Coroideus ventrikel otak. ---Microglia Mempunyai sifat-sifat fagosit yang menyingkirkan debris-debris yang dapat berasal dari sel-sel otak yang mati, bakteri dan lain-lain. Sel jenis ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi. ---Oligodendroglia Merupakan sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan mielin dalam susunan susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan dengan substansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk mielin. Mielin pada susunan saraf tepi dibentuk oleh sel schwann. Mielin Merupakan suatu kompleks protein lemak yang berwarna putih yang mengisolasi tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion Natrium dan Kalium melintasi membrane neuronal dengan hampir sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat celah-celah yang tidak terselubung myelin dan dinamakan nodus ranvier. Tonjolan

saraf pada susunan saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang memiliki selubung myelin dinamakan serabut bermielin, dan dalam SSP dinamakan massa putih (Substansia Alba). Serabut-serabut yang tak bermielin dinamakan serabut tak bermielin dan terdapat dalam massa kelabu (Substansia grisea) SSP. Transmisi impuls saraf di sepanjang serabut bermielin lebih cepat dari transmisi di sepanjang serabut tak bermielin, karena impuls berjalan dengan cara meloncat dari nodus ke nodus yang lain sepanjang selubung myelin. Cara transmisi ini dinamakan konduksi saltatotrik. ---Astrocytes atau Astroglia Berfungsi sebagai sel pemberi makan bagi neuron yang halus. Badan sel astroglia berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki perivaskuler atau foot processes. Bagian ini juga membentuk dinding perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat diantara keduanya. Dengan kata lain membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik. Dengan cara ini pula sel-sel saraf terlindungi dari substansi yang berbahaya yang mungkin saja terlarut dalam darah. Tetapi fungsinya sebagai sawar darah otak tersebut masih memerlukan pemastian lebih lanjut, karena diduga celah endhotel kapiler darah lah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.

Blood-brain barrier
Beberapa waktu yang lampau, para ahli anatomi mencoba memasukkan cairan berwarna lain ke dalam darah. Hasilnya menunjukkan bahwa semua jaringan pada tubuh yang mengandung pembuluh darah terpengaruh oleh warna cairan yang disuntikkan tadi kecuali di otak dan tulang belakang. Percobaan tersebut menunjukkan adanya barrier (pembatas/tanggul) bagi peredaran darah ke sistem saraf pusat. Tanggul peredaran darah ke sistem saraf pusat ini menunjukkan sifat soma sel neuron yang selectively permeable (permiable yang selektif). Substansi dari luar yang mudah masuk ke dalam sel melalui saluran-saluran kapiler dalam neuron adalah substansi yang dapat hancur oleh lemak. Substansi-substansi lain seperti glukosa (yang merupakan makanan utama bagi neuron) harus ditransportasikan ke

dalam kapiler dengan menggunakan protein tertentu. Kondisi permiable yang selektif ini berbeda-beda pada keseluruhan sistem saraf pusat. Contohnya area postrema yaitu bagian otak yang mengontrol muntah, bersifat sangat selektif. Oleh karena itu bila ada substansi asing yang hendak masuk, bagian tersebut langsung memberikan reaksi muntah. Pada beberapakasus keracunan, peranan area postrema ini sangat penting karena racun yang masuk dapat dikeluarkan sebelum menyebabkan kerusakan yang lebih jauh lagi pada tubuh.

Walaupun neuroglia secara struktur menyerupai neuron, tetapi tidak dapat menghantarkan impuls saraf, suatu fungsi yang merupakan bagian yang paling berkembang dalam neuron. Perbedaan penting yang lain adalah neuroglia tidak pernah kehilangan kemampuan untuk membelah dimana tidak dipunyai oleh neuron. Karena itulah kebanyakan tumor-tumor otak adalah Gliomas atau tumor yang berasal dari sel-sel glia.

2. Sistem Saraf Tepi ---Sel satelit Fungsi pendukung yang dilakukan oleh sel glia di SSP, juga berlangsung dalam SST oleh sel satellite (satellite cell). Sel satellite memberikan dukungan terhadap neuron-neuron yang terletak di luar SSP, terutama di saraf (kumpulan akson di SST) dan organ-organ pengindera. Yang bersifat seperti oligodendroglia di PNS adalah Schwann Cells. Sebagian besar akson pada SST telah dilapisi myelin. Bentuknya juga bersegmen-segmen seperti di SSP. Tiap segmen terdiri dari satu sel Schwann,berbeda dengan oligodendroglia yang mengembangkan beberapa "tangan" ke tiap segmen, tiap sel Schwann hanya melapisi satu segmen. Sel Schwann juga berbeda dari oligodendria dalam hal pembangunan sel baru. Bila terjadi kerusakan pada saraf perifer, sel Schwann menolong pembangunan akson yang mati dan rusak. Sel Scwhann membentuk serangkaian silinder yang berperan sebagai penunjuk arah pertumbuhan akson. Pada akson yang mati atau rusak akan tumbuh akson baru seperti ujung kecambah. Bila ujung kecambah ini masuk ke dalam siIinder yang dibangun oleh sel Schwann, maka kecambah axon itu akan tumbuh dengan cepat sekali (kurang lebih 3-4 milimeter per

hari). Kecambah yang tidak menemukan siIinder axon selanjutnya akan mati dan terbuang. Bila ujung saraf yang rusak masih saling berdekatan dengan saraf lain yang masih sehat, maka akson yang tumbuh cepat, dengan bantuan sel Schwann tadi akan langsung membentuk koneksi (hubungan) dengan otot atau organ-organ yang semula difungsikan oleh akson-akson yang rusak tadi. Bila hubungan tersebut terjadi, maka rasa dan gerakan yang mula-mula terganggu karena akson yang rusak dapat pulih seperti sedia kala. Sebaliknya, apabila bagian saraf yang rusak parah tidak dapat mencapai hubungan (koneksi) agar dapat berfungsi seperti semula, maka hal tersebut masih dapat ditolong melalui operasi. Ahli saraf akan menjahit akson yang terputus tadi sehingga terjadi hubungan yang diinginkan (axon pada saraf perifer lebih fleksibel dan masih dapat ditarik/strech). Bila kerusakan yang terjadi pada axon cukup panjang, maka operasi dapat dilakukan dengan mengambil akson dari bagian lain yang besar dan fungsinya sarna untuk menyambung kedua akson yang putus tadi. Sel glia pada SSP tidak sekooperatif sel pendukung pada saraf perifer. Bila axon pada SSP mengalami kerusakan, kecambah pada axon SSP juga akan muncul tetapi astrocytes/astroglia tidak membentuk jaringan pendukung seperti pada sel Schwann yang membentuk silinder-silinder. Pada saat pertumbuhan, akson mengalami dua macam model pertumbuhan. Pertama, pertumbuhan yang menyebabkan mereka dapat tumbuh memanjang untuk mencapai target (bersambung dengan ujung akson yang terputus), pada SST pencapaian target ini lebih mudah terjadi karena ada panduan arah dari sel Schwann. Kedua, pertumbuhan yang menyebabkan akson menghentikan pertumbuhan panjangnya dan mulai menumbuhkan kecambah-kecambah yang berisi terminal button agar dapat melakukan koneksi dengan sel saraf yang ditujunya. Liuzzi dan Lasek (1987; dalam Pinel, 1993) menemukan bahwa meskipun astrocyte tidak membentuk jaringan pendukung seperti sel Schwann, namun mereka mampu memproduksi sinyal-sinyal kimiawi yang menginstruksi-kan pertumbuhan axon ke model pertumbuhan yang kedua, yaitu berhenti memanjang dan menumbuhkan kecambah-kecambah terminal button agar dapat berhubungan dengan neuron yang lain. ---Sel schwann

Merupakan pelindung dan penyokong neuron - neuron di luar system saraf pusat Sel schwann membentuk myelin maupun neurolema saraf tepi. Tetapi tidak semua neuron susunan saraf tepi bermielin. Neurolemma Adalah membrane sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel-sel schwann yang membungkus semua SST (bermielin atau tidak bermielin). Nerolema merupakan struktur penyokong dan pelindung bagi tonjolan saraf.

2.1.2 Karakteristik Sel Saraf 1. Menurut Struktur dan Anatomi ---Anaxonic Sel saraf kecil yang tidak mempunyai fitur anatomi untuk membedakan dendrit dari akson. Semua sel terlihat sama. Neuron anaxonic terletak di otak dan organ khusus. Fungsinya kurang dipahami. ---Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai satu dendrit. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer. (misalnya, sel-sel ganglion cerebrospinalis). ---Neuron bipolar mempunyai dua serabut, satu dendrit dan satu akson. Jenis neuron ini dijumpai dalam epitel olfaktorius, dalam retina mata dan dalam telinga dalam. ---Neuron multipolar Mempunyai beberapa dendrit dan satu akson. Jenis neuron ini merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf pusat (misalnya, sel motoris, pada cornu anterior dan lateris medulla spinalis, sel-sel ganglion otonom)

2. Menurut Fungsinya ---Neuron sensorik Neuron sensorik merupakan sel saraf yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari reseptor (alat indera) menuju ke otak atau sumsum tulang belakang. Oleh karena itu neuron ini disebut juga neuron indera karena dendrit neuron ini berhubungan dengan alat indera untuk menerima impuls sedangkan aksonnya berhubungan dengan neuron lain. ---Neuron motorik Neuron motorik merupakan sel saraf yang berfungsi untuk membawa impuls dari otak atau sumsum tulang belakang menuju ke efektor (otot atau kelenjar dalam tubuh). Neuron ini disebut neuron penggerak karena neuron motorik dendritnya berhubungan dengan akson lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor yang berupa otot atau kelenjar. ---Neuron konektor (interneuron) Neuron konektor merupakan neuron berkutub banyak (multipolar) yang memiliki banyak dendrit dan akson. Neuron konektor berfungsi untuk meneruskan rangsangan dari neuron sensorik ke neuron motorik. Neuron ini disebut neuron penghubung atau perantara karena ujung dendrit neuron yang satu berhubungan dengan ujung akson neuron yang lain.

2.2 Sistem Saraf 2.2.1 Struktur, Anatomi Sistem Saraf

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf dapat diklasifikasikan berdasarkan 2 jenis, yaitu berdasarkan struktur anatomisnya serta berdasarkan struktur fungsionalnya. Secara anatomis, sistem saraf terbagi menjadi 2, yaitu Sisem Saraf Pusat (SSP) yang terdiri dari Otak & Sumsum Tulang Belakang dan Sistem Saraf Perifer/Tepi (SST) yang terdiri dari saraf-saraf yang terletak diluar SSP, dimana SST ini terbagi menjadi 2, yaitu saraf kranial & saraf tulang belakang, sedangkan pembagian sistem saraf berdasarkan struktur fungsionalnya berkaitan dengan susunan Sistem Saraf Tepi. Pembagian tersebut terdiri atas saraf aferen & saraf eferen. Kemudian saraf eferen dapat dibagi lagi menjadi 2, yaitu Sistem Saraf Somatik & Sistem Saraf Otonom. 2.2.3 Klasifikasi Sistem Saraf

1. Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat memiliki fungsi dalam mengintegrasi, memproses, dan mengkoordinasi informasi sensoris dan perintah motorik. Informasi sensoris menyimpan informasi mengenai keadaan di dalam dan di luar tubuh. Perintah motorik, di lain pihak bertugas mengontrol aktivitas organ periferal (e.g. otot-otot lurik). Selain itu, otak yang merupakan bagian utama dari SSP juga memiliki peran dalam masalah intelegensi, ingatan, belajar, dan emosi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Keduannya memiliki tugas untuk mengatur kerjadari sistm saraf tepi. Otak dan sumsum tulang belakang ini merupakan organ yang sangat lunak namun memiliki peran yang sangat penting, oleh karena itu diperlukan perlinfungan, seperti tulang tengkorak untuk otak serta ruas-ruas tulang belakang. Selain tulang tengkorak, otak juga memiliki 3 lapisan pelindung yang disebut dengan meninges. Ketiga lapisan meninges ini tersusun dari luar ke dalam yang terdiri dari: Durameter, merupakan lapisan yang paling keras dan menyatu dengan tengkorak. Arachnoid, memiliki bentuk seperti sarang laba-laba, lapisan ini bersifat lunak dan di dalamnya terdapat cairan cerebrospinalis (lebih tepatnya diantara lapisan arachnoid dan lapisan piameter yang disebut lapisan subarachnoid). Fungsi lapisan ini adalah untuk melindungi otak dari kerusakan mekanis (sebagai bantalan). Piameter Memiliki banyak pembuluh darah dan melekat sangat erat dengan otak itu sendiri, bahkan mengikuti bentuk lekukan permukaan otak. Fungsinya adalah untuk memberi suplai oksigen dan makanan serta mengangkut sisa metabolisme. Pada dasarnya otak dan sumsum tulang belakang memiliki materi esensial yang sama, yaitu materi kelabu (substansi grissea) yang terbentuk dari soma sel, materi putih (substansi alba) yang terbentuk dari serabut-serabut saraf, dan sel-sel neuroglia yang berfungsi sebagai jaringan ikat antar sel saraf. Perbedaanya terletak pada susunan ketiga materi tersebut.

Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar/korteks dan materi putihnya terletak di bagian tengah otak (di dalam).

Pada sumsum tulang belakang materi kelabu terletak di bagian tengah dan berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteksnya tersusun atas materi putih. Seperti yang telah dijelaskan bahwa diantara lapisan meninges II dan III terdapat suatu cairan yang disebut dengan cairan cerebrospinalis (CCS). CCS dihasilkan melalui proses yang terjadi di dalam 4 rongga otak. Proses dimulai saat CCS dialirkan dari otak besar (ronggga lateral) ke arah rongga tengah otak. Setelah ditambah CCS lagi, CCS akan dialirkan menuju rongga batang otak melalui saluran batang otak (sylvian duct). Rongga ini juga menghasilkan CCS untuk selanjutnya dialirkan menuju lapisan subarachnoid. Proses ini juga menyebabkan sebagian isi pembuluh darah berpindah ke CCS. Apabila aliran CCS ini tersumbat (biasanya terjadi pada bayi) akan terjadi kelainan yang disebut dengan hydrocephalus. Fungsi utama dari CCS ini adalah untuk mencegah terjadinya infeksi otak dengan cara menghalangi bakteri masuk melalui molekul-molekul besar dalam darah.

Anatomi dan Struktur Otak


Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (cerebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (cerebellum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol. Secara sederhana otak sendiri dapat dibagi menjadi otak kanan dan otak kiri. Keduanya dipisahkan oleh suatu lapisan yang disebut dengan falx cerebri yang terbentuk dari lapisan durameter. Diantara cerebrum dan cerebellum juga terdapat lapisan pemisah yang

disebut dengan tentorium cerebelli yang merupakan lipatan otak. Permukaan otak berliku-liku (banyak lipatan) karena adanya tonjolan (gyrus) dan lekukan (sulkus) yang berfungsi untuk memperluas permukaan otak sehingga sel-sel saraf yang menempati otak juga semakin banyak.

---Otak Besar (cerebrum) Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu karena memiliki banyak sel saraf terdapat bagian penerima rangsang (area sensoris) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motorik dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berpikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang. Otak besar ini secara umum terbagi menjadi 2, yaitu otak kanan dan otak kiri yang merupakan bagian dari telencephalon. Otak kanan umumnya mengontrol tubuh bagian kiri dan bertugas dalam hal visualisasi, imajinasi, seni dan mengontrol tangan kiri (kidal). Umumnya orang yang menggunakan otak kanannya secara dominan mampu berpikir lebih kreatif dan sifatnya cukup emosional. Sedangkan otak kiri bertugas mengontrol tubuh di bagian kiri serta bertugas dalam hal perhitungan, ilmu pengetahuan, bahasa (tertulis dan lisan), akal rasional dan mengontrol tangan kanan. Umumnya orang yang menggunakan otak kirinya secara dominan mampu berpikir lebih rasional dalam memecahkan suatu masalah dan sikapnya lebih rasional.

Otak besar juga dibagi menjadi beberapa lobus untuk mempermudah pemahaman akan lokasi otak. Penamaan lobus ini disamakan dengan nama tulang tengkorak di depannya. Otak terbagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, dan lobus oksipital. Masing-masing lobus ini merupakan tempat pusat-pusat pengendalian kontrol gerak tubuh. a) Lobus Frontal Lobus frontal otak terletak paling depan dan berurusan dengan fungsi kognitif tingkat tinggi, bertanggung jawab untuk fungsi ketrampilan motorik, seperti menulis, memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu, fungsi bicara, intelektual, pengontrolan diri, dan proses berpikir abstrak. Area prefrontal merupakan bagian penting untuk memori, intelegensi, konsentrasi, sifat dan karakter. Karena fungsinya lobus ini memainkan fungsi eksekutif. b) Lobus Parietal Lobus ini menerima sinyal dari area lain otak seperti penglihatan, pendengaran, motorik, sensorik, dan memori. Selain itu lobus parieal juga bertugas dalam menggabungkan kesan dari bentuk, tekstur dan berat badan ke dalam persepsi umum. Sejumlah kecil kemampuan matematika dan bahasa berasal dari daerah ini. Lobus parietalis juga membantu mengarahkan posisi pada ruang di sekitarnya dan merasakan posisi dari bagian tubuhnya. Disini memori dan informasi sensorik baru diterima, dan diterjemahkan sesuai dengan organ targetnya masingmasing. c) Lobus Temporal Lobus ini terletak di sisi kiri kanan otak di dekat telinga. Area di sisi kanan berfungsi untuk memori visual dan proses mengenali objek dan wajah seseorang serta untuk mendengar. Secara umum lobus temporalis mengolah kejadian yang baru saja terjadi menjadi dan mengingatnya sebagai memori jangka panjang. Lobus temporalis juga memahami suara dan gambaran, menyimpan memori dan mengingatnya kembali serta menghasilkan jalur emosional. Area di sisi kiri berfungsi untuk memori verbal dan membantu kita mengingat orang-orang dan mengerti bahasa.

Dekat lobus ini terletak area yang berfungsi untuk mengerti reaksi dan emosi orang lain. d) Lobus Oksipital Terletak paling belakang, berfungsi untuk menerima dan memproses informasi visual. Area visual sekunder memberi arti pada apa yang dilihat dan kemudian dihubungkan dengan pengetahuan dan pengalaman masa lalu. Banyak memori disimpan disini.

Diantara telenchepalon terdapat diencephalon yang letaknya terjepit diantara telencephalon. Di dalam diencephalon ini terbagi lagi menjadi hipotalamus, epitalamus, dan subtalamus. Umumnya bagian diencephalon ini berfungsi sebagai letak dari kelenjar-kelenjar yang berfungsi menghasilkan hormon bagi tubuh.

---Otak Tengah (mesencephalon) Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

---Otak Kecil (cerebellum) Cerebellum terletak di belakang otak besar dan menggantung di belakang pons varolli. Cerebellum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Permukaan cerebellum juga berlekuk-lekuk, dan lekukan itu disebut dengan folia. Fungsinya juga sama dengan lekukan pada otak besar, yaitu untuk memperluas permukaan otak kecil. ---Jembatan Varol (pons varolli) Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. ---Sumsum Sambung (medulla oblongata) Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

Otak tidak memiliki saraf penerima rasa sakit. Saat terjadi sakit kepala atau hal-hal lain yang membuat kepala kita terasa sakit, ssebenarnya yang terjadi adalah lapisan meninges yang mengalami rasa sakit itu (memiliki saraf penerima rasa sakit). Rangsangan ini dapat terjadi dari luar (sakit kepala karena sengatan matahari) atau dari dalam (pembesaran ukuran otak akibat tumor).

2.Sistem Saraf Tepi


Sistem Saraf Tepi akan membawa semua informasi sensoris ke SSP serta membawa peritah motorik ke sistem/organ-organ periferal, dalam hal ini bagian yang memiliki tugas tersebut adalah axon. Saraf periferal sendiri tidak hanya tersusun atas axon-axon, tetapi juga digabung dengan pembuluh darah dan jaringan ikat. Saraf tepi yang terhubung dengan otak disebut saraf kranial, sedangkan yang terhubung dengan sumsum tulang belakang disebut saraf tulang belakang. Saraf aferen dan eferen dari SST bertugas menghantarkan dan mengirimkan kembali informasi sensoris dari reseptor ke SSP dan dari SSP ke efektor. Secara umum, jalannya impuls dapat dilihat pada diagram berikut:

Lebih lanjut lagi, saraf eferen (neuron eferen) akan terbagi lagi menjadi Sistem Saraf Somatik dan Sistem Saraf Otonom. Sistem Saraf Somatik Sistem saraf ini bertugas untuk mengontrol kontraksi otot rangka (kontraksi volunter) yang bersifat sadar. Selain mengontrol gerakan yang bersifat sadar, sistem saraf somatik juga mengatur kontrol gerakan tidak sadar (kontraksi involunter), seperti yang terjadi saat kita menyentuh benda panas dan langsung mengangkat tangannya tanpa sadar dan bahkan belum merasakan sakit. Gerakan ini disebut dengan gerakan refleks. Sistem saraf somatik dipengaruhi oleh 2 saraf-saraf utama pada sistem saraf tepi, yaitu:

---Saraf Kranial Saraf-saraf kranial terdiri atas 12 pasang saraf kepala yang

meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar dari saraf-saraf kranial ini bertugas dalam mengatur fungsi sensoris dan motorik di bagian kepala dan leher. Untuk lebih jelas mengenai lokasi dari saraf-saraf kranial dapat dilihat pada gambar berikut:

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat pula fungsi-funsi dari 12 saraf tersebut bagi tubuh, khususnya kepala. Nervus X (Nervus Vagus) memiliki fungsi tersendiri, yang memiliki peran tidak di bagian kepala, tetapi di bagian organ-organ internal (hepar, paru-paru, dll). Hal ini sesuai dengan namanya, yaitu vagus yang berarti berkelana (cabang-cabang N. Vagus mencapai rongga dada dan perut). Contoh nervus lain yang cukup unik adalah Nervus Trigeminus yang merupakan gabungan dari 3 saraf, yaitu nervus oftalmikus (mengatur gerakan kelopak mata dan sekresi lendir dari kelopak mata), nervus maxillaris (mensarafi rahang atas, yang terdiri dari gigi, pallatum, vomer, dan sinus maksilaris), dan nervus mandibula (mengatur otot-otot pengunyah). Tabel berikut menjelaskan mengenai namanama saraf kranial berserta fungsinya: NOMOR I II NAMA SARAF OLFAKTORI OPTIKUS FUNGSI DAN SIFAT Mengontrol indra penciuman (sensoris). Mengontrol indra penglihatan III OKULOMOTORIK (sensoris). Mengontrol gerakan mata, pupil, lensa, dan air mata (motorikIV TROCHLEARIS parasimpatetik). Mengontrol gerakan otot mata (M. Obliqua V TRIGEMINUS Superior). (motorik) Sensasi di bagian muka dan untuk mengunyah (sensorisVI ABDUCENS motorik). Mengontrol gerakan otot mata (M. Rectus) VII FASCIALIS (motorik). Mengatur otot-otot pada muka, kelenjar saliva, dan indra pengecap (sensoris-

motorik VIII parasimpatetik). VESTIBULOCOCHLEAR Mengatur indra pendengaran (cabang akustik) dan menjaga keseimbangan tubuh (cabang vestibular) IX GLOSSOPHARYNGEAL (sensoris). Mengatur otot-otot tenggorokan, kelenjar saliva dan indra pengecap (sensorismotorik X VAGUS parasimpatetik). Kontrol parasimpatetik dari organ-organ internal, sensasi dari organ tersebut serta indra pengecap (sensorismotorik XI AKSESORIS parasimpatetik). Mengatur otot-otot kepala dan leher XII HIPOGLOSSAL (motorik). Mengatur otot-otot lidah dan leher (motorik.) Sistem Saraf Otonom Sistem saraf ini mengatur gerakan-gerakan yang tidak sadar, seperti pada kerja otot halus, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar tubuh. Secara umum, sistem saraf otonom memiliki fungsi untuk melangsungkan proses di dalam tubuh secara vegetatif/mandiri. Susunan saraf otonom dibagi dalam bagian pusat dan tepi. Bagian pusatnya mencakup susunan limbik, hipotalamus dan jaras-jarasnya yang menghubungi kolumna intermedio lateralis medula spinalis. Bagian tepinya terdiri dari sepasang rantai neuron-neuron yang

dikenal sebagai ganglion paravertebrale serta juluran aferen dan eferen yang bersambung dengan neuron-neuron yang berada di organ torakal, abdomen dan pelvis. Sistem saraf otonom dapat terbagi menjadi 2 secara anatomis dan fisiologis, yaitu bagian simpatetik dan parasimpatetik. Organ-organ di dalam tubuh akan diatur oleh kedua bagian tersebut, meskipun akan mengahsilkan efek yang saling berlawanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

---Saraf Simpatetik Sebagian saraf simpatetik terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran energi dari tubuh, artinya adalah terjadi penigkatan aktivitas organ-organ, kecuali pada organ gastrointestinal (pencernaan). Contohnya adalah pada sekresi epinefrin dan piloerection yang terjadi akibat adanya kerja sistem saraf otonom simpatetik selama periode peningkatan aktivitas. Semua serabut preganglioner dari bagian saraf simpatetik mengeluarkan neurotransmiter acetylcholine, tetapi serabut saraf simpatetik postganglioner mengeluarkan neurotransmiter norepinephrine. Pengecualian dari neurotransmiter serabut saraf postganglioner simpatetik ialah serabut simpatetik yang mempersarafi kelenjar keringat. Walaupun tergolong dalam

kelompok

simpatetik,

neurotransmiter

yang

diproduksi

serabut

postganglionernya ialah acetylcholine. Soma sel dari neuron motorik simpatetik terletak di substansia grisea dari sumsum tulang belakang di bagian thorax dan lumbar. Axon-axonnya keluar dari ventral root dan setelah bertemu dengan nervus spinalis, axon akan bercabang dan melewati ganglia simpatetik. Axon yang melewati ventral root disebut neuron preganglion. Semua axon dari neuron preganglion bersinapis dengan neuron psotganglion. Neuron postganglion memiliki fungsi untuk mengirim axon ke organ-organ tujuan.

---Saraf Parasimpatetik Saraf ini akan mendukung aktivitas tubuh yang berkaitan dengan peningkatan dalam penyimpanan energi di dalam tubuh, artinya adalah terjadi penurunan aktivitas organ-organ, kecuali pada organ gastrointestinal (pencernaan). Efek dari sistem saraf ini cukup beragam, tergantung dimana organ targetnya, contohnya adalah terjadinya salivasi dari kelenjar saliva, sekresi kelenjar pencernaan, serta peningkatan aliran darah ke sistem gastrointestinal. Semua serabut parasimpatetik, baik yang pre maupun postgangliner, mengeluarkan neurotransmiter acetylcholine. Acetylcholine juga merupakan neurotransmiter serabut saraf postganglioner saraf simpatetik yang mempersarafi kelenjar keringat dan ujung saraf motorik perifer yang bersinaps di motor end plate. Soma sel yang mengandung axon preganglion di sistem saraf simpatetik terletak di 2 bagian, yaitu di sel-sel saraf kranial dan di substansia grisea pada sumsum tulang belakang bagian sakral. Ganglia parasimpatetik terletak di organ-organ target sedangkan axon postganglionnya cenderung lebih pendek. Ujung terminal dari axon ini akan mensekresikan Achetylcholine.

2.3 Mekanisme Pembentukan Jalannya Rangsang

2.3.1 Konsep Utama Mekanisme Impuls Semua sel hidup memiliki potensial membran. Potensial membran istirahat adalah potensial membran dari sel yang sedang istirahat (potensial membran konstan ketika sel yang dapat tereksitasi tidak memperlihatkan potensial cepat). Semua akitivitas saraf dimulai dengan perubahan di potensial membran istirahat ini. Stimulus yang khas menghasilkan perubahan lokal dan sementara di potensial membran istirahat. Efeknya disebut potensial berjenjang yang berfungsi sebagai sinyal jarak dekat. Jika potensial berjenjang cukup besar, ia akan menghasilkan potensial aksi di membran akson. Potensial aksi adalah impuls elekrik yang tersebar sepanjang permukaan akson dan tidak berkurang walau bergerak jauh dari sumbernya. Impuls berjalan sepanjang akson ke satu atau lebih sinapsis. Aktivitas sinapsis menghasilkan potensial berjenjang di membran sel postsinaptik. Prosesnya, biasanya melibatkan pembebasan neurotransmitter seperti Ach oleh sel presinaptic. Pengikatan senyawa ini ke reseptor di membran sel postsinaptik, mengubah permeabilitas membrannya. Respons dari sel postsinaptik tergantung pada apa yang reseptor lakukan dan rangsangan lain apa yang mempengaruhi sel pada waktu yang sama. Penggabungan stimulus di tingkat sel individual adalah bentuk sederhana

dari

pengolahan

informasi

di

sistem

saraf.

2.3.2 Konsep Utama Poitensial Membran

Cairan ekstraseluler (CES) mengandung konsentrasi tinggi dari ion sodium (Na+) dan ion klorida (Cl-). Sitosol (CIS) mengandung konsentrasi tinggi dari ion potassium (K+) dan protein bermuatan negatif.

Jika membran sel permeabel (semua zat dapat masuk) semua ion terdistribusi melintasi membran sel sampai keadaan seimbang. Tetapi sel ini memiliki membran selektif permeabel sehingga ion tidak dapat melewati membran sel dengan bebas sehingga masuk atau meninggalkan hanya melalui saluran membran. Pada waktu potensial membran istirahat, pergerakkan ion terjadi melalui leak channels yaitu saluran membran yang selalu terbuka

Mekanisme transpor aktif dan pasif tidak menjamin keseimbangan, karena membran permeabel untuk jenis ion tertentu. Contohnya protein bermuatan negatif di dalam sel tidak dapat menembus membran sel dan lebih mudah untuk K+ untuk difusi keluar sel melalui saluran potassium daripada untuk Na+ masuk melalui saluran sodium.

2.3.2.1 Gaya Aktif dan Pasif Potensial Membran ---Gaya Pasif yang Bertindak di Membran Gradien kimia Karena konsentrasi ion potassium di dalam membran sel tinggi, maka ion ini cenderung pindah ke luar sel melalui saluran potassium yang didorong oleh gradien konsentrasi atau gradien kimiawi. Demikian pula, ion sodium yang cenderung masuk ke dalam sel didorong oleh gradien kimiawi Gradien listrik

Karena membran sel lebih permeabel ke potassium daripada sodium, maka potassium meninggalkan sitoplasma lebih cepat daripada masuknya sodium ke sitoplasma. Hal ini menyebabkan sitosol banyak kehilangan muatan positif sehingga meninggalkan banyak protein bermuatan negatif. Pada waktu yang sama, cairan ekstraseluler memperlihatkan kenaikkan dari muatan positif. Muatan positif dan negatif dipisahkan oleh membran sel yang membatasi pergerakkan bebas dari ion. Ketika ion positif dan negatif dipisahkan, perbedaan potensial terjadi. Ukuran dari perbedaan potensial dinyatakan dalam volt. Potensial membran istirahat mempunyai ukuran rata-rata 0,07 V atau -70 mV. Muatan positif dan negatif saling tarik menarik, jika tidak ada yang memisahkan mereka, ion muatan lawannya akan berpindah bersama dan menghilangkan perbedaan potensial. Pergerakkan muatan untuk menghilangkan perbedaan potensial disebut arus. Jika ada pembatas (seperti membran sel) maka jumlah arusnya bergantung pada seberapa mudahnya ion dapat menembus membran. Resistance dari membran adalah pengukutan dari seberapa kuatnya membran dapat membatasi pergerakkan ion. Jika resistance-nya tinggi maka arusnya kecil. Sebaliknya jika resistance-nya rendah, maka arusnya tinggi. Resistance dari sel bisa diubah dengan pembukaan atau penutupan dari saluran ion. Electrochemical Gradient (EG) Gradien listrik bisa memperkuat atau melawan gradien kimia untuk masing-masing ion. Electrochemical gradient untuk ion spesifik adalah jumlah dari gaya kimia dan listrik yang bertindak di ion tersebut. Electrochemical gradien merupakan faktor utama yang mempengaruhi potensial istirahat pada kebanyakan sel termasuk neuron. --EG untuk Potassium Gradien kimia untuk potassium cenderung membawa mereka ke luar sel karena konsentrasinya di luar sel lebih rendah daripada di dalam sel, tetapi gradien listrik untuk potassium cenderung membawa

mereka ke dalam sel karena K+ di luar sel tertarik pada muatan negatif di dalam sel. Gradien kimia cukup kuat untuk melawan gradien listrik tetapi melemahkan gaya yang mendorong K+ keluar dai sel. Jika membran sel permeabel terhadap K+ tetapi impermeabel terhadap ion positif lainnya, ion potassium akan terus meninggalkan sel sampai gradien listrik sama kuat dengan gradien kimia. Potensial membran pada keadaan seperti ini dimana tidak ada pergerakkan bersih disebut equilibrium potential untuk ion tersebut. Untuk ion potassium, kejadian keseimbangan ini pada potensial membran terjadi pada -90mV. ---EG untuk Sodium Gradien kimia untuk sodium cenderung membawa mereka ke dalam sel karena konsentrasinya di dalam sel lebih rendah, dan gradien listrik untuk sodium cenderung pula membawa mereka ke dalam sel karena tertari pada muatan negatif di dalam sel. Jika membran sel permeabel terhadap Na+, ion ini akan terus menerus masuk ke dalam sel sampai bagian dalam membran sel memiliki muatan positif yang cukup. Equilibrium potential dari Na+ adalah +66mV

---Gaya Aktif yang Bertindak di Membran Pompa Sodium-Potassium Pada potensial membran istirahat, sel harus mengeluarkan ion sodium yang masuk dan memasukkan ion potassium yang keluar. Aktivitas ini menggunakan ATP. Pompa ini menukar 3 ion sodium untuk 2 ion potasium. Fungsi utama ion ini adalah untuk mengeluarkan ion sodium secepat mereka masuk.

2.3.2.2 Macam-macam Saluran pada Membran

Saluran pasif atau leak channels adalah selalu terbuka Saluran aktif atau saluran bergerbang: membuka atau menutup dalam respons untuk stimulus tertentu. Terdiri dari: ---Chemically regulated channel: membuka atau menutup ketika berikatan dengan zat kimia spesifik. Paling banyak terdapat pada dendrit dan badan sel neuron, area dimana komunikasi sinaptik terjadi. ---Voltage regulated channel: membuka atau menutup sebagai

respons untuk perubahan di potensial membran. Contohnya: voltage-regulated sodium channel, potassium channel, calcium channel. Sodium channel mempunyai 2 gerbang: 1.gerbang aktivasi yang terbuka jika ada stimulasi dan gerbang inaktivasi yang menutup untuk memberhentikan pemasukan dari ion sodium. ---Mechanically regulated channel: membuka atau menutup dalam respons kepada penyimpangan fisikal pada permukaan membran. Contoh: reseptor sensorik yang merespon sentuhan, tekanan atau getaran.

2.3.3 Mekanisme Jalannya Impuls 1. Potensial Berjenjang Stimulus yang membuka gerbang saluran akan memproduksi potensial berjenjang. Potensial berjenjang adalah perubahan pada potensial membran yang tidak dapat menyebar jauh dari area stimulasinya. Ion sodium masuk ke dalam sel dan terikat ke muatan negatif. Kedatangan dan penyebaran dari muatan positif lainnya merubah potensial membran menjadi 0mV. Perubahan dari potensial istirahat ke 0 mV disebut depolarisasi yaitu sebutan yang dipakai untuk perubahan pada potensial dari -70mV ke bilangan negatif yang lebih kecil (-65mV,-45mV) demikian juga diatas 0mV (+10mV,+30mV).

Ketika depolarisasi, ion sodium dilepaskan dari permukaan luar, bergerak ke saluran yang terbuka, mengganti ion yang sudah masuk ke sel. Pergerakkan dari muatan positif ini ke dalam dan luar permukaan membran disebut arus lokal.

Ketika stimulus kimia dihilangkan dan permeabilitas membran kembali ke semula, potensial membral kembali ke tingkat istirahat. Proses mengembalikan potensial istirahat sesudah depolarisasi disebut repolarisasi. Repolarisasi biasanya melibatkan kombinasi dari pergerakkan ion melalu saluran membran dan aktivitas pompa ion, terutama pompa sodiumpotassium.

Terbukanya gerbang saluran potassium punya efek yang berlawanan ke potensial membran sewaktu terbukanya gerbang saluran sodium. Jumlah potassium yang keluar meningkat dan sel interior akan kehilangan ion positif. Kehilangan dari ion positif akan menghasilkan hiperpolarisasi suatu peningkatan negatif dari potensial istirahat dai -70mV ke-80mV atau lebih.

Potensial berjenjang tidak memiliki efek langsung ke terminal sinaptik, maka untuk menghubungkannya ke terminal sinaptik ada potensial aksi yang berhubungan dengan potensial berjenjang di ujung sel.

2. Potensial Aksi Langkah pertama dari bangkitnya potensial aksi adalah dengan pembukaan voltage-regulated sodium ion channel pada segmen inisial di akson. Pergerakkan ion sodium ke dalam sel mendepolarisasi bagian yang berdekatan dan memicu pembukaan voltage-regulated channel lainnya. Hasilnya adalah reaksi berantai yang menyebar melintasi permukaan membrane. Pada langkah ini impuls disebarkan sepanjang akson sampai mencapai terminal sinaptik. Prinsip all-or none Stimulus yang membangkitkan potensial aksi harus cukup terdepolarisasi untuk membuka voltage-regulated sodium channel. Pembukaan tersebut terjadi di threshold. Depolarisasi di segmen inisial dari akson disebabkan oleh arus local yang dihasilkan dari potensial berjenjang.

Kejadian all or none ini bisa dianalogikan dengan keluarnya peluru dai pistol. Jika tekanan yang diberikan kepada pelatuknya kecil, maka pelurunya tidak akan keluar, jika tekanan yang diberikan kepada pelatuknya besar, maka pelurunya dapat keluar. Potensial berjenjang bisa dianalogikan dengan dengan tekanan pada pelatuk dan potensial aksi adalah pelurunya Munculnya Potensial Aksi

1.Depolarisasi ke threshold Sebelum potensial aksi dimulai, threshold harus terdepolarisasi oleh arus lokal. 2. Aktivasi saluran sodium dan depolarisasi cepat Di threshold, gerbang aktivasi sodium terbuka, ion sodium masuk ke sitoplasma dan depolarisasi cepat terjadi di bagian ini. Permukaan dalam membran memiliki lebih banyak ion positif daripada negatif sehingga mengubah potensial membran dari -60mV ke bilangan positif terdekat sampai terjadi keseimbangan potensial untuk ion sodium. 3.Inaktivasi saluran sodium dan aktivas saluran potassium Ketika potensial membran mencapai +30mV, gerbang inaktivasi dari voltageregulated sodium channel mulai tertutup. Seketika itu, voltage-regulated

potassium channel terbuka, lalu K+ dari dalam bergerak ke luar sel. Kehilangan tiba-tiba dari muatan positif lalu mengubah potensial membran kembali menuju tingkat istirahat dan repolarisasi dimulai. 4.Kembali ke permeabelitas yang normal Ketika membran sudah mencapai potensial istirahat (sekitar -70mV) voltageregulated potassium channel mulai menutup, prosesnya terjadi selama milisekon. Selama milisekon tersebut, ion potassium terus keluar sel pada tingkat yang lebih cepat, sehingga menghasilkan hiperpolarisasi singkat yang membawa potensial membran sangat dekat ke keseimbangan potensial untuk potassium yaitu -90mV. Seiring menutupnya saluran potassium, potensial membran kembali ke normal. Membran ini sekarang berada pada kondisi prestimulasi prestimulasi. 3. Periode Refrakter Pada waktu potensial aksi datang sampai terjadinya potensial istirahat, membran tidak akan merespon stimulus lain. Periode ini dinamakan periode refrakter. Periode refrakter absolut Ketika suatu bagian dari membran akson sedang mengalami potensial aksi, bagian tersebut tidak mampu memulai potensial aksi lain seberapapun kuatnya rangsangan yang diberikan. Periode ketika potongan membran yang baru saja diaktifkan (baru saja dilewati potensial aksi) seluruhnya tidak responsif disebut periode refrakter absolut. Periode ini terjadi ketika saluran sodium terbuka di threshold sampai saluran ini ditutup dan mengalami inaktivasi. Setelah potensial kembali ke tingkat istirahat dan saluran-saluran sodium telah pulih kembali, bagian membran tersebut baru dapat berespon lagi terhadap depolarisasi. Periode refrakter relatif Periode dimana potensial aksi kedua dapat dihasilkan oleh suatu rangsangan yang jauh lebih besar daripada yang biasanya diperlukan. Terjadi setelah periode refrakter absolut. dan potensial aksi berakhir. Pompa sodium-potassium mengembalikan konsentrasi ion intraselular dan ekstraselular ke tingkat

4. Penyebaran Potensial Aksi Potensial aksi disampaikan dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan beberapa langkah, dimana tiap langkah, pesan diulang. Potensial bisa berjalan sepanjang akson dengan continuous propagation (untuk akson yang tidak bermielin) dan saltatory propagation (untuk askon yang bermielin) Continuous propagation Kita bisa anggap membran itu merupakan kumpulan dari segmen-segmen yang berdekatan. Bisa diilustrasikan dengan seseorang yang menyampaikan pesan berantai,dimana segmen-segmen dianggap sebagai orang yang melakukan pesan berantai. Potensial aksi dimulai di segmen inisial. o Langkah 1 Pada waktu saluran sodium terbuka, Na+ masuk sehingga dalam membran banyak muatan positif dan potensial membran menjadi positif (puncak potensial aksi). o Langkah 2 Arus lokal mendepolarisasi bagian membran yang berdekatan ke threshold. o Langkah 3 Potensial aksi berkembang pada bagian tersebut dan segmen inisial masuk ke periode refrakter. o Langkah 4 Arus lokal mendepolarisasi bagian membran yang berdekatan ke threshold dan siklus ini diulang terus. Saltatory Propagation Pada akson yang bermielin, nodus-nodusnya bisa dianggap sebagai orang yang melakukan pesan berantai dimana ruang antara nodus-nodus tersebut

adalah internodes yang dibungkus oleh mielin. Sehingga hanya nodus-nodus itu yang bisa merespon stimulus. Ketika potensial aksi muncul di segmen inisial pada akson yang bermielin, arus lokal meloncati internodes dan mendepolarisasi nodus yang terdekat. Saltatotry propagation membawa impuls lebih cepat daripada continuous propagation, ia juga menggunakan lebih sedikit energi karena area yang terlibat lebih sedikit dan sedikit ion sodium yang harus dipompa. Diameter Akson dan Kecepatan Penyebaran Seperti yang telah kita tahu, keberadaan mielin meningkatkan kecepatan penyebaran impuls. Diameter akson juga mepengaruhi kecepatan penyebaran. Semakin besar diameter akson, semakin cepat penyebarannya. Berdasarkan hubungan antara diameter, keberadaan mielin dan kecepatan penyebaran, akson diklasifikasikan menjadi: Tipe A Akson paling besar dan memiliki mielin. Ukuran diameternya dari 4-20m. Membawa potensial aksi pada kecepatan sampai 140 m/sekon. Tipe B Akson yang lebih kecil dari tipe A, ukuran diameternya 2-4 m. Akson ini memiliki mielin. Kecepatan penyebarannya sekitar 18 m/sekon. Tipe C Akson ini tidak bermielin. Ukuran diameternya kurang dari 2m. Kecepatan potensial aksinya 1m/sekon.

5. Aktivitas Sinaptik Pesan tidak hanya disebarkan sepanjang akson tapi harus ditransfer ke sel lain pada sinaps antara 2 sel. Impuls melewati sel prasinaps ke sel pascasinaps. Sinaps bisa berlangsung secara electrical dengan kontak fisik langsung antara sel atau secara kimiawi dengan melibatkan neurotransmitter.

Electrical Synapses Pada electrical synapses, membran prasinaps dan pascasinaps dihubungkan melalui gap junction. Pada gap juntion, kedua sel dihubungkan oleh saluransaluran penghubung kecil yang dikenal sebagai konekson. Konekson dibentuk oleh gabungan protein yang meluas keluar dari kedua membran plasma berdekatan. Protein ini mempunyai pori yang mengizinkan lewatnya ion diantara sel. Karena itu, perubahan potensial membran pada satu sel akan menghasilkan arus lokal yang mempengaruhi sel lain. Jadi electrical synaps menyebarkan potensial aksi secara cepat dan efisien dari satu sel ke sel lain. Synaps ini terdapat pada bagian otak, mata, dan sepasang ganglia di sistem saraf tepi.

Chemical Synapses Komunikasi melalui sinapsis ini hanya berlangsung satu arah, dari membran prasinaps ke membran pasca sinaps. Sel prasinaps dan pasacasinaps dihubungkan melalui pembebasan neurotransmitter. Contoh neurotransmitter yang paling umum adalah asetilkolin. Berdasarkan efeknya ada membran pasca sinaps, neurotransmitter diklasifikasikan menjadi neurotransmitter eksitatorik dan neurotransmitter inhibitorik. Neurotransmitter eksitatorik menyebabkan depolarisasi dan mendukung pembangkitan potensial aksi, neurotransmitter inhibitorik menyebabkan hiperpolarisasi dan menekan pembangkitan potensial aksi.

Aktivitas dari Neurotransmitter lainnya Norepinephrine Neurotransmitter yang didistribusikan di otak dan beberapa bagian di sistem saraf otonom. Norepinephrine disebut juga noradrenaline dan sinapsis yang membebaskan norepinephrine adalah adrenergic synapses. Norepinephrine termasuk neurotransmitter eksitatorik yang menimbulkan efek depolarisasi di membran pascasinaps. Dopamine Dibebaskan di beberapa area di otak dan mungkin mempunyai efek eksitatorik atau inhibitor.Efek inhibitornya mempunyai peranan penting dalam kontrol pergerakan di otot rangka. Jika dopamin dibebaskan di suatu bagian di otak, dopamin tersebut mencegah overstimulasi neuron yang mengontrol otot rangka. Jika neuron yang memproduksi dopamine dihancurkan, bisa menimbulkan suatu penyakit yang disebut Parkinson. Seretonin Produksi seratonin yang kurang dapat menimbulkan efek pada emosi seseorang dan bertanggungjawab dalam beberapa kasus depresi. Obat antidepresan menghambat reabsorbsi seretonin oleh synaptic knob.

Penghambatan ini menimbulkan peningkatan konsentrasi seratonin di sinapsis, lalu peningkatan ini akan mengurangi depresi. Gamma aminobutryic acid (GABA) Umumnya mempunyai efek inhibitor. Pada sistem saraf pusat, pembebasan GABA dapat mengurangi kegelisahan dan beberapa obat antigelisah bekerja dengan mempertinggi efek ini.

2.4 Refleks dan Lengkung Refleks 2.4.1KlasifikasiRefleks 1. Pertumbuhannya --Innate reflexes. Refleks yang tanpa dipelajari, otomatis, seperti mengangkat tangan saat terkena cangkir panas. --Acquired reflexes. Refleks yang didapat setelah adanya pembelajaran. Contoh: pemain piano yang refleks memencet tuts piano saat membaca partitur,setelah sebelumnya telah cukup lama mempelajarinya 2. Sifat dasarnya --Somatic reflexes / refleks yang dikontrol dari sistem muscular. Misalnya refleks lutut yang ditekuk / patellar reflex. --Visceral reflexes / refleks yang dikontrol dari aktivitas sistem lain. 3. Banyaknya sinaps

--Monosypnatic reflexes / Merupakan refleks simple, impuls berjalan dari neuron sensorik ke neuron motorik melalui sinaps tunggal di dalam korda spinalis. Sinaps hanya ada satu. Contoh: lutut yang diketuk --Polysynaptic reflexes / Merupakan refleks yang berjalan dari neuron sensorik ke neuron motorik melalui banyak sinaps. 4. Pusat informasi

--Spinal reflexes. Informasi diolah di spinal/tulang belakang

--Cranial reflexes. Informasi diolah di otak Informasi diolah di spinal/tul bel 1. The stretch reflex / refleks regangan. Di refleks akan terjadi perubahan pada panjang otot rangka. Contoh: patellar reflex / refleks patela. Jadi kalau patelanya diketuk pake palu, reseptor di ototnya akan meregang / memanjang. Lalu pada akhirnya, setelah melewati lengkung refleks, respons yang dihasilkan adalah ototnya berkontraksi dan kaki kita menendang. 2. The tendon reflex / refleks tendon Refleks ini dapat mencegah terjadinya kerusakan pada tendon, karena adanya efek inhibitorik yang menahan regangan yang diterima, terdapat di neuron motorik 3. Withdrawal reflexes / reflek menarik Hasil: pergerakan menarik / menjauhi rangsangan. Contohnya: refleks menarik tangan saat terkena penggorengan yang panas. 4. crossed extensor reflexs 3 refleks tadi (yang refleks regangan, refleks tendon, dan refleks menarik) rangsangan dan responsnya terjadi pada sisi yang sama dari tubuh. Sedangkan crossed extensor reflexs berlawanan. Jadi respons muncul pada sisi yang berlawanan dari rangsangannya. Contoh: saat menginjak paku. Refleks kita adalah mengangkat kaki. Crossed extensor reflexs ini akan menegakkan kaki yang satu lagi untuk menahan / menopang berat badan kita. Di refleks ini, akson dari neuron penghubung merespon nyeri/sakit nya selain ke sisi yang sama, juga ke sisi lain dari korda spinalis dan merangsang neuron motorik dan meneruskan ke reseptor.

2.4.2 Anatomi dan Mekanisme Lengkung Refleks

1. Reseptor. Dapat berupa sel yang terspesialisasi ataupun dendrit dari sebuah neuron sensorik. Reseptor berfungsi menerima rangsangan,dan mengubahnya menjadi energi listrik. 2. Jalur aferen. Neuron sensorik bekerja di jalur ini,menghantarkan impuls dari reseptor menuju ke pusat integrasi 3. Pusat integrasi. Di jalur ini,neuron konektor/penghubung bekerja di dalam korda spinalis. Disini rangsangan di proses dan menghasilkan respons yang sesuai. 4. Jalur eferen. Neuron motorik berfungsi menghantarkan impuls dari pusat integrasi menuju ke efektor 5. Efektor. Biasanya berupa otot ataupun kelenjar. Efektor akan melakukan respons sesuai perintah dari pusat integrasi. Contohnya,otot akan berkontraksi dan menjauhi kompor yang panas sebagai respons dari rangsangan yang diterima reseptor.

2.5 Sistem Limbik

Sistem limbik mencakup bagianian-bagianian sebagianai berikut ini: lobus-lobus korteks serebrum, nukleus basal, talamus, hipotalamus Korteks serebrum : lapisan luar yang terdiri dari substansia grisea Nukleus basal (nukleus kaudatus, putamen, globus palidus, klaustrum):

terdiri dari massa substansia grissea, terletak jauh di dalam substansia alba serebrum.

Memiliki peran kompleks dalam mengontrol gerakan; menghambat tonus otot (ketegangan akibat mengerutnya otot (kontraksi)), memilih dan mempertahankan aktivitas motorik, membantu memantau dan mengkoordinasi kontraksi-kontraksi menteap yang lambat

Tidak secara langsung mempengaruhi neuron motorik eferen yang menyebabkan kontraksi otot, tetapi bertindak dengan memodifikasi aktivitas-aktivitas yang sedang berlangsung di jalur-jalur motorik.

Untuk melaksanakan perannya, nukleus basal menerima dan mengirim banyak informasi, seperti diisyaratkan oleh banyaknya jumlah serat yang berhubungan dengan mereka ke daerah lain di otak

Talamus: o Sebagianai pusat integrasi sinaps untuk pengolahan pendahuluan semua masukan sensorik dalam perjalanan ke korteks o Menyaring sinyal yang tidak bermakna dan mengarahkan impulsimpuls sensorik penting ke daerah-daerah somatosensorik yang sesuai o Bersama dengan batang otak dan daerah asosiasi korteks, penting untuk kemampuan mengarahkan perhatian ke rangsangan menarik

Hipotalamus o o Kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat terkait di bwh talamus Pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatis penting dan sebagianai penghubung penting antara sistem saraf dan sistem endokrin. o Mengontrol suhu tubuh, rasa haus dan pengeluaran urine, asupan makanan, sekresi hormon-hormon hipofisis anterior, menghasilkan

hormon-hormon hipofisis posterior, kontrol kontraksi uterus dan pengeluaran susu, sebagianai pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, berperan dalam pola perilaku dan emosi o Daerah otak paling jelas dalam pengaturan langsung lingkungan internal, contoh: tubuh merasakan kedinginan hipotalamus mencetuskan respons internal meningkatkan pembentukan panas dan untuk menurunkan pengeluaran panas (misal konstriksi pembuluh darah kulit untuk mengurangi aliran darah hangat ke permukaan tubuh) Talamus secara positif memperkuat perilaku motorik volunter yang telah dimulai korteks serebrum, nukleus basal memodulasikan aktivitas ini dengan menggunakan efek inhibisi terhadap talamus untuk menghilangkan gerakangerakan antagonistik Jaringan interaktif yang kompleks pada sistem limbik berkaitan dengan emosi, polapola perilaku sosioseksual dan kelangsungan hidup dasar, motivasi, dan belajar. Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (marah, takut, dsb) ditambah respons fisik nyata berkaitan dengan perasaan tersebut. Respons berkaitan dengan pola-pola perilaku spesifik (persiapan menyerang jika dibuat marah) dan ekspresi emosional (tertawa, menangis) Pola-pola perilaku mencakup pola-pola yang ditujukan bagiani kelangsungan hidup individu (menyerang, cari makanan) dan yang diarahkan untuk kesinambungan spesies Hubungan antara hipotalamus, sistem limbik, dan daerah-daerah kortikal yang lebih tinggi berkenaan dengan emosi dan perilaku masih belum dipahami dengan jelas. Tampaknya keterlibatan hipotalamus dalam sistem limbik bertanggung jawab terhadap respons-respons internal involunter berbagianai sistem tubuh dalam mempersiapkan tindakan yang sesuai untuk menyertai keadaaan emosional tertentu. Dalam melaksanakn aktivitas perilaku yang kompleks, individu harus berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Mekanisme-mekanisme korteks yang lebih tinggi dipanggil untuk ikut berperan dalam menghubungkan sistem limbik dan hipotalamus

ke dunia luar. Pada tingkat sederhana, korteks menyediakan mekanisme-mekanisme saraf yang perlu untuk implementasi aktivitas otot rangka yang sesuai. Korteks sangat penting untuk kesadaran akan perasaan-perasaan emosional. Korteks dapat memperkuat, memodifikasi, atau menekan respons-respons perilaku dasar, sehingga tindakan dapat dipandu dengan perencanaan, strategi, dan penilaian yang didasarkan atas pemahaman mengenai keadaan. Motivasi adalah kemampuan untuk mengarahkan perilaku ke tujuan spesifik. Sebagianian ditujukan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisik spesifik berkaitan dengan homeostasis. Dorongan homeostasis mencerminkan keinginan subjektif berkaitan dengan kebutuhan tubuh spesifik yang memotivasi perilaku yang seusai untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Contoh sensasi haus yang menyertai defisit air dalam tubuh mendorong individu minum untuk memuaskan kebutuhan homeostasis akan air. Neurotransmiter norepinefrin, dopamin, dan serotonin berperan dalam

mekanisme-mekanisme neurofisiologis mendasar yang bertanggung jawab terhadap observasi psikologis dorongan perilaku dan emosi. Norepinefrin dan dopamin secara kimiawi diklasifikasikan sebagianai katekolamin, zat perantara di daerahdaerah menghasilkan kecepatan tertinggi stimulasi diri. Defisiensi fungsional serotonin atau norepinefrin diperkirakan berperan pada depresi, keadaan kehilangan seluruh minat, suasana hati tidak menyenangkan, dan ketidakmampuan merasakan kesenangan. Keduanya adalah zat perantara sinaps di daerah-daerah otak yang terlibat dalam kenikmatan dan motivasi. Belajar adalah akuisisi pengetahuan atau keterampilan sebagianai konsekuensi dari pengalaman, instruksi, atau keduanya. Belajar sangat bergantung pada interaksi organisme dengan lingkungannya. Satu-satunya yang membatasi efek pengaruhpengaruh lingkungan terjadi pada belajar adalah pembatas biologis yang dipaksakan oleh kekhususan spesies dan peran genetik individual. Ingatan adalah simpanan pengetahuan yang didapat untuk sewaktu-waktu dipanggil kembali. Belajar dari ingatan membentuk dasar bagiani individu untuk mengadaptasikan perilaku mereka pada keadaan ligkungan tertentu. Tanpa mekanisme ini, individu tidak dapat merencanakn inteeraksi yang berhasil dan

menghindari menyenangkan.

secara

sengaja

keadaan-keadaan

yang

diperkirakan

tidak

Perubahan saraf yang berperan dalam retensi atau penyimpanan pengetahuan dikenal sebagianai memory trace (jejak ingatan). Penyimpanan informasi yang didapat dilaksanakan plg sedikit dalam 2 tahap: ingatan jangka panjang dan ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek berlangsung beberapa detik sampai jam, ingatan jangka panjang tersimpan berharihari sampai bertahun-tahun. Proses pemindahan dan fiksasi jejak ingatan jangka pendek menjadi simpanan ingatan jangka panjang dikenal sebagianai konsolidasi. Informasi baru simpanan ingatan jangka pendek konsolidasi (dengan latihan) simpanan ingatan jangka panjang Kapasitas penyimpanan ingatan jangka panjang jauh lebih besar dari ingatan jangka pendek, karenanya diperlukan waktu lebih lama untuk memperoleh kembali informasi dari ingatan jangka panjang daripada ingatan jangka pendek. Berbagianai aspek informasi mengenai jejak-jejak ingatan jangka panjang tampaknya diolah dan dikodifikasi, kemudian disimpan bersama dengan ingatan lain dari jenis yang sama, contoh ingatan visual disimpan secara terpisah dari ingatan auditorik. Organisasi ini mempermudah pencarian simpanan ingatan di masa mendatang untuk menggali kembali informasi yang diinginkan. Daerah otak yang diperkirakan berperan dalam inagatn adalah lobus temporalis, korteks prafrontalis, daerah-daerah lain di korteks serebrum, sistem limbik dan serebelum. Lobus temporalis dan sistem limbik penting untuk memindahkan ingatan baru ke simpanan jangka panjang. Hipokampus, bagian medial yang memanjang di lobus temporalis dan merupaakn bagian dari sistem limbik berperan penting dalam ingatan jangka pendek yang melibatkan integrasi berbagianai rangsangan terkait dan juga penting untuk konsolidasi menjadi inagtan jangka panjang. Hipokampus diyakini hanya sesaat menyimpan ingatan jangka panjang baru dan kemudian mengirim ingatan tersebut ke daerah-daerah korteks untuk disimpan secara lebih permanen. Hipokampus dan daerah sekitarnya berperan penting dalam inagatn deklaratif yaitu ingatan mengenai fakta-fakta yang sering terbentuk setelah hanya sekali pengalaman.

Sedangkan daerah sekitar lobus temporalis, dan sistem limbik, serebelum tampaknya berperan penting dalam ingatan prosedural, melibatkan keterampilan motorik yang diperoleh memlalui latihan berulang. Memori prosedural sering tidak mudah untuk didiskusikan, atau dijelaskan. Bahkan ketika kita tidak bisa menjelaskan bagianaimana kita melakukan sesuatu, kita sering dapat menggunakan ingatan prosedural tanpa sadar berpikir tentang bagianaimana melakukan sesuatu atau bagianaimana berproses. Belajar dan ingatan prosedural digunakan dalam hal-hal seperti naik sepeda, belajar mengetik, belajar memainkan alat musik atau belajar berenang. Kita dapat mengendarai mobil dari satu tempat ke tempat lain sepanjang hari tanpa menyadari proses mengemudi hampir sepanjang waktu, dan benar-benar aman. Sekali sebuah memori prosedural telah dilatih secara mental atau dipraktekkan secara fisik sampai dengan kuat dalam ingatan jangka panjang, bisa tahan sangat lama-lama. Suatu ingatan tunggal tersimpan dalam perubahan pola sinyal yang disalurkan melalui sinaps-sinaps dalam jaringan saraf yang luas, bukan di dalam sebuah neuron. Ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang tampaknya disebabkan oleh mekanisme yang berbeda. Bukti yang ada mengisyaratkan bahwa inagatn jangka pendek melibatkan modifikasi sementara pada fungsi sinaps yang sudah ada, misal perubahan sesaat jumlah neurotransmiter yang dikeluarkan sebagianai stimulasi di dalam jalur-jalur saraf yang bersangkutan. Sebaliknya, inagatn jangka panjang diperkirakan melibatkan perubahan struktural atau fungsional yang lebih permanen di antara neuron-neuron di dalam otak. Ada dua bentuk ingatan jangka pendek, yaitu sensitisasi dan habituasi. Habituasi adalah penurunan ketanggapan terhadap pemberian stimulus indiferen yang berulang-ulang. Sensitisasi adalah peningkatan ketanggapan terhadap rangsangan ringan setelah sebuah rangsangan yang kuat atau mengganggu. Penelitian mengenai mekanisme yang terjadi pada sensitisasi dan habituasi dilakukan oleh para ilmuwan menggunakan siput laut Aplysia. Siput laut Aplysia secara refleks menarik insangnya apabila siphon (organ pernapasan di atas insangnya) disentuh. Neuron aferen yang berespons terhadap sentuhan pada siphon secara langsung bersinaps dengan neuron motorik eferen yang mengontrol penarikan insang. Siput mengalami habituasi jika siphon disentuh berulang-ulang sehingga siput belajar untuk mengabaikan ransangan dan tidak lg menarik insangnya sebagianai respons. Sensitisasi terjadi apabila siput mendapat pukulan keras pada siphonnya. Kemudian hewan itu akan menarik

insangnya lebih kuat sebagianai respons, walaupun terhadap sentuhan ringan. Perbeadaan keduanya disebabkan oleh modifikasi protein-protein saluran di terminal prasinaps neuron-neuron aferen tertentu. Modifikasi kemudian menyebabkan perubahan pengeluaran transmiter. Pada habituasi, penutupan saluran Ca++ mengurangi masuknya Ca++ ke dalam terminal prasinaps, menyebabkan penurunan pengeluaran neurotransmiter. Akibatnya, potensial pascasinaps berkurang dibandingkan normal, sehingga terjadi penurunan atau hilangnya respons perilaku yang dikontrol oleh neuron eferen pascasinaps (penarikan insang). Berbeda dengan habituasi, pada sensitisasi terjadi peningkatan pemasukan Ca ++ ke dalam terminal prasinaps sehingga terjadi peningkatan pengeluaran neurotransmiter yang menimbulkan potensial pascasinaps lebih besar, akibatnya respons penarikan insang lebih kuat. Sensitisasi tidak menimbulkan efek langsung pada saluran Ca ++ prasinaps, melainkan secara tidak langsung meningkatkan masuknya Ca++ melalui fasilitasi prasinaps. Neurotransmiter serotonin dikeluarkan dari interneuron terfasilitasi yang bersinaps pada terminal prasinaps untuk menimbulkan peningkatan pengeluaran neurotransmiter prasinaps sebagianai respons terhadap suatu potensial aksi. Serotonin melakukannya dengan mencetuskan pengaktifan perantara-kedua AMP siklik di dalam terminal prasinaps yang menyebabkan saluran K+ tersumbat, akibatnya memperlama potensial aksi di terminal prasinaps karena keluarnya K+ dari saluran K+ diperlukan agar potensial aksi dapat kembali pada keadaan istirahat (repolarisasi). Karena adanya suatu potensial aksi menyebabkan pembukaan saluran Ca++ di terminal, potensial aksi yang berkepanjangan memungkinkan peningkatan influks Ca++ berkaitan dengan sensitisasi.

2.6 Sistem Endokrin 2.6.1 Fungsi Sistem Endokrin Sistem endokrin mempunyai 5 fungsi umum, yaitu:

Membedakan sistem saraf dan sistem reproduksi pada janin yang sedang berkembang. Menstimulasi urutan perkembangan tersebut. Mengkoordinasi sistem reproduksi.

Memelihara lingkungan internal secara optimal. Melakukan respon korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.

2.6.2 Klasifikasi Hormon Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya 1.Golongan Steroidturunan dari kolestrerol 2.Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat 3.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil Thyroid,Katekolamin 4.Golongan Polipeptida/Protein Insulin,Glukagon,GH,TSH Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon 1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak 2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air Berdasarkan lokasi reseptor hormon 1.Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler 2.Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran) Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam Hormon yang senyawa cAMP,cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler Jenis hormon: Tropik Fungsi utamanya mengatur sekresi hormon kelenjar endokrin lain secara fungsional. Contoh: TSH dari kelenjar hipofisis mengatur sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid Nontropik Menimbulkan pengaruhnya terutama pada jaringan non-endokrin menggunakan kelompok second messenger sel:kelompok

Hormon pada umumnya mempengaruhi sel sasaran dengan mengubah aktivitas protein intrasel dengan beberapa cara. Sebagian kecil hormone hidrofilik setelah berikatan menimbulkan perubahan permeabilitas sel dengan mengubah konfirmasi (bentuk) protein pembentuk saluran yang sudah ada dalam membrane Sebagian besar hormone hidrofilik mengaktifkan system perantara kedua di dalam sel sasaran sehingga mengubah aktivitas protein intrasel yang sudah ada (biasanya enzim) untuk menimbulkan pengaruh yang diinginkan Hormone lipofilik mengaktifkan gen spesifik di sel sasaran untuk menimbulkan pembentukan protein intrasel baru yang kemudian menyebabkan efek yang diinginkan

2.6.3 Klasifikasi Kelenjar Endokrin


A. KELENJAR ENDOKRIN SENTRAL 1. Hipotalamus Pada kelenjar hipotalamus, hormon yang dikeluarkan adalah hormon yang melepaskan dan menghambat, atau disebut hormon hipofisiotropik. Jenisjenisnya adalah TRH (Thyrotropin Releasing Hormone) CRH (Corticotropi Releasing Hormone) GnRH (Gonadotropin-releasing hormone) GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone) GHH ( Growth Hormone Inhibiting Hormone ) PRH ( Prolactine Releasing Hormone ) PIH ( Prolactine Inhiniting Hormone )

Sel sasaran dari kelenjar hipotalamus adalah hipofisis anterior. Fungsi utama dari kelenjar hipotalamus adalah mengontrol pengeluaran hormon-hormon di hipofisis anterior.

2.Hipofisis i. Posterior Disebut juga neurohipofisis. Berasal dari pertumbuhan berlebihan otak. Terdiri dari jaringan saraf ii. Anterior Disebut juga adenohipofisis. Berasal dari penonjolan dari atap mulut. Terdiri dari jaringan epitel kelenjar Hipotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu system neurosekretorik yang mengeluarkan hormone vasopressin dan oksitosin 1. Vasopressin Merupakan hormone antidiuretik (ADH). Fungsinya adalah meningkatkan retensi H2O ginjal dan menyebabkan kontraksi otot polos arteriol. 2. Oksitosin Fungsinya adalah merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu pengeluaran bayi selama persalinan dan mendorong pengeluaran susu dari kelenjar mammaria (payudara) selama menyusui.

Hipofisis anterior mensintesis sendiri hormone-hormonnya dan kemudian dikeluarkan ke darah. Kelenjar ini mengeluarkan 6 macam hormone, yaitu: 1. Hormon pertumbuhan (Growth Hormone ; GH ) Fungsi : mengatur pertumbuhan tubuh secara keseluruhan dalam

metabolisme perantara a. Pengatur : GHRH (Growth Hormone-Releasing Hormone) bersifat

stimulatorik b. GHIH (Growth Hormone-Inhibiting Hormone) bersifat inhibitorik

Defisiensi : karena tidak adanya hormone pertumbuhan, tidah ada

GHRH, dan pertumbuhan terhalang karena jaringan tidak berespons secara normal terhadap hormone pertumbuhan. Hiposekresi : cebol (dwarfism) akibat retardasi

a. Pada anak-anak pertumbuhan tulang

gangguan pertumbuhan otot dan kelebihan lemak subkutis b. Pada masa dewasa penurunan kekuatan otot dan penurunan kepadatan tulang Hipersekresi :

a. Pada anak-anak yang lempeng epifisisnya belum menutup pertambahan tinggi yang mencolok tanpa gangguan proporsi tubuh (gigantisme) b. Pada remaja setelah epifisis menutup pertumbuhan tinggi lebih lanjut tidak terjadi ; tulang menjadi lebih tebal ; jaringan lunak, terutama jaringan ikat dan kulit berpoliferasi (akromegali) Hormon lain yang 0penting untuk pertumbuhan selain GH:

a. Hormon Tiroid b. Hormon Insulin c. Hormon Androgen d. Hormon Esterogen

2. Hormon Tirotropin Thyroid Stimulating- Hormone (TSH)

Fungsi : merangsang sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan

kelenjar tiroid

3. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) Fungsi : merangsang sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan

meningkatkan pertumbuhan kelenjar adrenal

4. Follicle Stimulating-Hormone (FSH) Fungsi : pada pria untuk memproduksi sperma sedangkan pada

wanita untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium

5. LH Fungsi : pada pria untuk merangsang sel interstisium Leydig di testis

untuk mengeluarkan hormone seks (testosterone) sehingga hormone ini juga disebut ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone. Sedankan pada wanita untuk ovulasi, pembentukan korpus luteum pasca ovulasi yang menghaasilkan hormone di ovarium, dan pengaturan sekresi hormone esterogen dan progesterone oleh ovarium

6. Prolaktin (PRL) Fungsi : meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukan

susu pada wanita ; pada pria mungkin menginduksi pembentukan reseptor LH testis

B. KELENJAR ENDOKRIN PERIFER

1. Kelenjar Tiroid Kelenjar thyroid merupakan organ yang mensekresikan terutama

hormon 3,5,3-l-triiodotironin

(T3) dan 3,5,3,5-l-

tetraiodotironin

(T4), yakni hormone tiroid. Hormon Tiroid berperan sebagai regulator penting bagi laju metabolisme basal keseluruhan dan penentu utama laju metabolik tubuh keseluruhan. Fungsi hormone tiroid adalah untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi system saraf. Hormon ini membutuhkan Iodium untuk aktifitas biologiknya. Pada kelenjar Thyroid T3 dan T4 terikat pada thyroglobulin, tempat berlangsungnya biosintesa hormon ini. Pembebasan T3 dan T4 dari thyroglobulin memerlukan enzim proteolitik yang distimulasi oleh TSH (atau cAMP) tetapi dihambat oleh Iodium dan oleh Litium seperti Litium Karbonat yang digunakan untuk terapi manik depresif .Efek ini dimanfaatkan dengan penggunaan Kalium Iodida untuk terapi hiperthyroidisme. T3 dan T4 yang berada di sirkulasi berikatan dengan protein darah yaitu : - TBG ( 85 % ) - TBPA - Albumin (sedikit ) Aktifitas biologik hormon ini adalah oleh fraksi yang tidak terikat (bebas) Mekanisme Kerja Hormon T3 dan T4 berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan afinitas yang tinggi di nukleus sel sasaran. Di sitoplasma hormon ini berikatan pada tempat dengan afinitas yang rendah spesifik DNA, menginduksi atau dengan reseptor spesifiknya. Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio merepresi sintesis protein dengan meningkatkan atau menurunkan transkripsi gen. Dari transkripsi gengen ini timbul perubahan dari tingkat transkripsi m RNA mereka. Perubahan tingkat mRNA ini mengubah tingkatan dari produk protein dari gen ini.Protein ini kemudian memperantarai respon

hormon Thyroid. Hormon Thyroid dikenal sebagai modulator tumbuh kembang penting pada usia balita

2. Kelenjar Adrenal --Korteks Adrenal Terdiri dari 3 lapisan, yaitu zona glomerulosa (paling luar), zona fasikulata (bagian tengah dan terbesar), dan zona retikularis (paling dalam). Menghasilkan hormone steroid di sebelah luar (Hormon adrenokorteks) Berdasarkan efek primernya, hormone steroid adrenal dibagi menjadi 3 macam, yaitu: a. mineralkortikoid, terutama Aldosteron. Dihasilkan di zona

glomerulosa. Fungsinya untuk mempengaruhi keseimbangan mineral (elektrolit) b. Glukokortikoid, terutama kortisol. Dihasilkan di dua

lappisan dalam korteks terutama zona fasikulata. Berperan dalam metabolisme glukosa, protein, dan lemak. Memiliki efek metabolic, permisif dan anti-inflamasi dan imunosupresif. c. Hormon seks, endrogen dan esterogen. Diproduksi di zona

fasikulata dan zona retikularis dan gonad yang jumlahnya lebih banyak. Androgen pada pria dihasilkan di testis (testosterone) dan esterogen pada wanita dihasilkan di ovarium. Kedua hormon ini tidak menimbulkan efek maskulinisasi atau feminsme. Yang dapat menimbulkannya adalah Androgen dehidroepiandosteron (DHEA). Pada pria jumllahnya lebih sedikit dibandingkan testosterone sedangkan pada wanita jumlahnya lebih banyak.

--Medula Adrenal Merupakan bagian system saraf yang mengalami modifikasi.

Menghasilkan katekoalamin di bagian dalam. 3. Pankreas Menghasilkan dua macam hormone, yaitu insulin dan glucagon Insulin Berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak darah ; meningkatkan anabolisme molekul-molekul nutrient kecil. Gen insulin 11. manusia terdapat pada lengan pendek dari .

kromoson

Insulin disekresikan

sebagai

preproinsulin

Preproinsulin suatu peptida rantai panjang dengan BM 11.500. Rangkain reticulum pemandu/sequence dan kemudian yang bersifat Hydropfobik terjadi proses

berfungsi untuk signal mengarahkan molekul ini ke endoplasma dikeluarkan.Disini pembelahan molekul preproinsulin oleh enzim-enzim mikrosomal menghasilkan molekul proinsulin (BM kira-kira 9000). Proinsulin diangkut ke badan golgi dimana berlangsung proses pengemasan menjadi klatrin.Granula-granula granula-granula ini sekretorik berlapis matang, mengandung insulin yang

terdiri dari 51 asam amino ;terkandung dalam rantai A 21 asam amino dan rantai B 30 asam amino serta C-Peptida . Insulin disekresikan dari pancreas 40-50 unit/hari (15-20%

dari penyimpanan) Sekresi insulin dapat berlangsung secara : Sekresi insulin basal: terjadi tanpa adanya rangsangan

eksogen.Ini merupakan jumlah insulin yang disekresikan dalam keadaan puasa Sekresi insulin yang dirangsang : sekresi insulin karrena

adanya respon terhadap rangsang eksogen. Glukagon Bersifat antagonis dengan hormone insulin. Bekerja terutama di hati.

Somastotatin Polipeptida Pankreas

4. Paratiroid Hormon Paratiroid dihasilkan oleh Kelenjar Paratiroid. Hormon ini memiliki sel sasaran yakni tulang, ginjal dan usus. Fungsi utama dari hormon paratiroid adalah untuk meningkatkan konsentrasi kalsium plasma, menurunkan konsentrasi fosfat dalam plasma dan merangsang pertumbuhan vitamin D.

2.6.4 Mekanisme Sekresi dan Kontrol Hormon Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan hormon. Sistem umpan balik negatif ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa. 2.7 Sistem Reproduksi 2.7.1 Fungsi Sistem Reproduksi Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi sehingga dengan

demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau seksual. 2.7.2 Anatomi dan Struktur Organ Reproduksi

A. Pria
Dibedakan menjadi organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.

-Organ reproduksi luar terdiri dari : 1.Penis : merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi pada saat dikhitan/sunat. 2.Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur suhu yang sesuai bagi spermatozoa.

-Organ reproduksi dalam terdiri dari : 1.Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang dan akan menghasilkan sel-sel sperma serta hormone testosterone. Dalam testis banyak terdapat saluran halus yang disebut tubulus seminiferus. 2.Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok yang keluar dari testis. Berfungsi untuk menyimpan sperma sementara dan mematangkan sperma. 3.Vas deferens merupakan saluran panjang dan lurus yang mengarah ke atas dan berujung di kelenjar prostat. Berfungsi untuk mengangkut sperma menuju vesikula seminalis.

4. Saluran ejakulasi merupakan saluran yang pendek dana menghubungkan vesikula seminalis dengan urethra. 5. Urethra merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan terdapat di penis.

Kelenjar pada organ reproduksi pria 1. Vesikula seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga disebut dengan kantung semen, berjumlah sepasang. Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran reproduksi wanita. 2. Kelenjar Prostat merupakan kelenjar yang terbesar dan menghasilkan getah putih yang bersifat asam. 3. Kelenjar Cowpers/Cowpery/Bulbourethra merupakan kelenjar yang menghasilkan getah berupa lender yang bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran urethra.

B. WANITA

B. WANITA Dibedakan menjadi organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.

Organ reproduksi luar terdiri dari : 1. Vagina merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam vagina ditemukan selaput dara. 2. Vulva merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar dan terbagi menjadi 2 bagian yaitu : -Labium mayor merupakan sepasang bibir besar yang terletak di bagian luas dan membatasi vulva.

-Labium minor merupakan sepasang bibir kecil yang terletak di bagian dalam dan membatasi vulva

Organ reproduksi dalam terdiri dari : 1. Ovarium merupakan organ utama pada wanita. Berjumlah sepasang dan terletak di dalam rongga perut pada daerah pinggang sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel ovum dan hormon wanita seperti : Estrogen yang berfungsi untuk mempertahankan sifat sekunder pada wanita, serta juga membantu dalam prosers pematangan sel ovum.Progesterone yang berfungsi dalam memelihara masa kehamilan. 2.Fimbriae merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium. 3.Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae. 4.Tuba fallopi merupakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya. 5.Oviduct merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi. Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya. 6.Uterus merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding yaitu : -Perimetrium yaitu lapisanyang terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus. -Miometrium yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan kembali ke bentuk semula setiap bulannya. -Endometrium merupakan lapisan terdalam yang kaya akan sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahanmaka dinding endometrium inilah yang akan meluruh bersamaan dengan sel ovum matang. 7.Cervix merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina.

8.Saluran vagina merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina. 9.Klitoris merupakan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva. Sering disebut dengan klentit.

2.7.3 Mekanisme Terjadinya Spermatogenesis dan Ooogenesis Gametogenesis Proses pembentukan gamet (sel kelamin) yang terjadi melalui pembelahan meiosis. Gametogenesis berlangsung pada sel kelamin dalam alat perkembangbiakan. Gametogenesis meliputi spermatogenesis (pembentukan spermatozoa atau sperma) dan Oogenesis (pembentukan ovum) A. Spermatogenesis o Di dalam testis jantan dewasa spermatogenesis terjadi secara terus menerus. o Setiap ejakulasi pada semen seorang laki-laki mengandung 100-650 juta sel sperma, dan seorang laki-laki dapat ejakulasi setiap hari tanpa mempengaruhi kualitas sperma untuk mampu membuahi ovum. o Sperma memiliki kepala yang mengandung nukleus haploid yang dilindungi oleh akrosom. o Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yakni enzim yang membantu sperma menembus selaput-selaput pelindung sel telur (korona radiata dan zona pelusida) o Di belakang kepala sperma terdapat badan sperma yang mengandung banyak mitokondria, yang berfungsi menyediakan ATP yang sangat berguna untuk energi pergerakan sperma di dalam organ kelamin dalam organisme. o Untuk bergerak sperma memiliki ekor yang cukup panjang yang berasal dari mikrotubulus.

Proses Spermatogenesis: Terjadi di dalam testes tepatnya pada tubula seminiferus, Dinding tubula seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel sel spermatogonia dan juga sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa dan untuk fagositosis. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis. Pada masa pubertas, spermatogonia (sel punca/stem cell) membelah diri secara mitosis sehingga menghasilkan lebih banyak spermatogonia. Pada manusia, spermatogonia mengandung 23 pasang kromosom atau 46 kromosom (diploid) Beberapa spermatogonia membelah diri kembali, sedangkan lainnya berkembang menjadi spermatosit primer yang juga mengandung kromosom sebanyak 46 kromosom. Sel sel spermatosit primer tersebut kemudian membelah secara meiosis I menjadi dua spermatosit sekunder yang jumlah kromosomnya menjadi setengahnya (23kromosom haploid). Selanjutnya spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis II menjadi empat spermatid. Jadi, spermatid. Selanjutnya spermatid berdiferensi menjadi sel kelamin dewasa yang disebut

spermatozoa atau sperma. Ini juga memiliki 23 kromosom (haploid).

Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari. Siklus spermatogenesis berlangsung rata rata 74 hari. Artinya , perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa matang memerlukan waktu rata rata 74 hari. Sementara itu pemasakan spermatid menjadi sperma memerlukan waktu dua hari. Proses pemasakan spermatid menjadi sperma dinamakan spermiogenesis dan terjadi didalam epididimis.

Pada pria dewasa normal, proses spermatogenesis terus berlangsung sepanjang hidup, walaupun kualitas dan kauntitasnya makin menurun dengan bertambahnya usia.

Hormon

dari

kelenjar

hipofisis

yang

berperan

proses

pembentukan spermatozoa: LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Sedangkan untuk menghambat terdapat hormon inhibin. Kelenjar aksesori Vesikula seminalis (tempat penampungan sperma) kantung semen/mani berfungsi untuk memberi nutrisi untuk sperma Kelenjar prostat (penghasil cairan basa untuk melindungi sperma) Kelenjar bulbouretra / cowper (penghasil lendir untuk melumasi saluran sperma)

B. Oogenesis o o Merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Produksi sel ovum diawali dengan pembelahan mitosis sel germinal primordial dalam embrio yang menghasilkan oogonia (sel punca/stem cell) diploid (2n)

Di dalam ovarium terdapat oogonium yang bersifat diploid dan akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer yang terlindung di dalam folikel

Oogenesis telah dimulai sejak perempuan berusia lima bulan dalam kandungan. Pada saat berusia enam bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis, namun proses ini tidak dilanjutkan hingga perempuan mengalami pubertas.

o o

Oosit primer tersebut berada pada keadaan istirahat (dorman) Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit primer, namun saat mencapai pubertas, perempuan hanya memiliki dua ratus ribu oosit primer saja, sisanya mengalami degenerasi selama pertumbuhan.

Saat memasuki masa pubertas, anak akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya menjadi oosit sekunder dan meiosis tahap kedua jika terjadi penetrasi sel sperma.

o o

Oosit primer akan menghasilkan oosit sekunder dan polosit primer. Oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II namun tidak sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi.

o o

Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Jika ada sperma yang masuk, meiosis II akan dilanjutkan kembali sehingga menghasilkan satu ootid dan satu polosit sekunder.

Polosit primer juga akan menghasilkan dua polosit sekunder sehingga akan ada tiga polosit dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.

Tahapan Folikulogenesis (siklus hidup dari folikel) Folikulogenesis merupakan proses perkembangan folikel di dalam ovari, yang melibatkan beberapa proses yaitu rekrutmen, seleksi, pertumbuhan, pematangan, dan ovulasi. Ada tiga tahap perkembangan folikel : 1. 2. 3. Tahap Preovulasi Tahap Ovulasi Tahap Post-Ovulasi

Tahap Pre-ovulasi Tahap preovulasi merupakan masa perkembangan folikel di dalam ovari:

1. Sel-Sel Kelamin Primordial

Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam

kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.

2. Folikel Primordial

Sebelum lahir, bagian korteks pada ovari wanita berisi sejumlah besar folikel. Folikel primordial ini berisi oosit imatur yang dikelilingi sel granulosa bertipe pipih selapis yang tersegregasi dari sekitar oosit sampai ke membran basal. Sel-sel ini diam, hanya memperlihatkan sedikit atau tidak memperlihatkan aktifitas sel sama sekali. Pada kehamilan tujuh bulan, folikel primordial telah terbentuk pada gonad janin sebanyak tujuh juta folikel (Guerin 2008). Selama perkembangan masa janin ovarium mengandung lebih dari tujuh juta folikel primordial. Namun banyak yang mengalami atresia (involusi) sebelum lahir dan yang lain hilang setelah lahir. Pada saat lahir terdapat dua juta ovum, tetapi 50% bersifat atretik. Selama perkembangan terjadi atresia terus menerus, dan jumlah ovum di kedua ovarium pada saat pubertas adalah kurang dari tiga ratus ribu yang masuk ke tahap pre-ovulasi (Ganong 2003).

3. folikel Primer

Oosit membesar, sel folikel jadi kubus atau silindris, lalu bermitosis membentuk sel-sel granulosa, yang terdiri dari beberapa lapis menandakan perubahan folikel primordial menjadi folikel primer. Sel-sel granulosa membentuk zona pelusida. Untuk komunikasi antara folikel dan oosit menggunakan sinyal parakrin. Pada tahap folikel primer terbentuk reseptor FSH, tetapi tidak tergantung pada gonadotropin sampai tahap antral. Oosit primer ini hanya menempuh meiosis I sampai tahap leptoten profase (Heffner dan Schust 2008).

Kapsul polimer glikoprotein yang disebut zona pellusida terbentuk disekitar oosit memisahkannya dari sel granulosa di sekelilingnya.

4. Folikel Sekunder

Pada tahap ini aktifitas mitosis folikel tinggi dan menyebabkan bertambahnya lapisan sel granulosa yang disebut membran granulosa. Membran granulosa ini mulai mensekresikan cairan folikel. Dengan berkumpulnya cairan folikel dari membran granulosa maka terbentuk kantung kecil yang berisi cairan diantara sel-sel granulosa. Kantung-kantung kecil tersebut menyatu sehingga membentuk kantung yang lebih besar, yang kemudian akan berkembang menjadi antrum. Pada tahap ini folikel disebut juga dengan folikel sekunder vesikuler. Biasanya pada wanita hanya satu folikel sekunder yang terus berkembang (Ownby 2007). Folikel sekunder akhir disebut juga folikel preantral. Proses perubahan sel primodial sampai preantral dikenal dengan inisiasi rekrutmen yang berlangsung selama 120 hari pada manusia (Gambar 5). Secara histologi folikel preantral ditandai dengan oosit yang berkembang sempurna dikelilingi oleh zona pelusida Meiosis I sampai pada tahap diploten profase.

5. Folikel Tersier

Folikel tersier juga dikenal sebagai folikel antral, ditandai dengan pembentukan rongga berisi cairan yang berdampingan dengan oosit dan disebut antrum. Struktur dasar dari folikel matang sudah terbentuk. Folikel tersier dapat mencapai ukuran yang besar yang dihambat dengan tersedianya FSH. Dengan perintah yang berasal dari gradien morfogenik yang dilepaskan oosit, sel granulosa pada folikel tersier mulai berdiferensiasi menjadi empat sub bagian:

a. b. c. d.

Korona radiata yang mengelilingi zona pelusida Membrana melapisi bagian dalam membran basal Periantral berdampingan dengan antrum Cumulus oophorous yang menghubungkan membran, corona radiata dan sel granulosa.

Pada tahap ini juga terjadi proses kematian folikel yang dikenal dengan atresia, dan ditandai dengan apoptosis radikal dari semua bagian sel dan oosit. Faktor utama yang dapat menyebabkan atresia adalah hormon. Dalam mekanisme terjadinya atresia, kadar Inhibin (FSH suppressing substance) tinggi sehingga kadar hormon FSH menjadi rendah. Sebagai feedback dari rendahnya kadar FSH, maka hormon LH dan estradiol meningkat kadarnya (Anonim 2009).

6. Folikel de Graaf (Matang)

Folikel yang tidak dominan berdiameter antara 200m sampai dengan 2mm, folikel ini dapat mengalami atresia. Folikel yang dominan berdiameter 5mm sampai dengan 10mm dan akan terus berlanjut ke tahap berikutnya (Wikipedia 2009). Perkembangan oosit pada tahap ini berlangsung sampai dengan metafase pada meiosis II, dan setelah itu berhenti (Heffner dan Schust 2008). Oosit yang diselaputi beberapa lapis sel granulosa berada dalam suatu tonjolan ke dalam antrum, disebut cumulus oophorus. Kalau terjadi ovulasi tonjolan inilah yang lepas ke luar ovarium, dan sel granulosa sekeliling oosit disebut corona radiata. Oosit kini disebut ovum, meski meiosis II belum diselesaikan. Polosit I (polar bodi) yang terbentuk akhir meiosis I berada di luar oosit, sebelah dalam zona pelusida. Meiosis II diselesaikan kalau ovum dibuahi (Heffner dan Schust 2008).

Tahap Ovulasi

Pada hari ketiga belas siklus menstruasi, folikel akan membentuk sebuah bukaan yang disebut stigma dan melepaskan oosit bersama sel kumulus dalam proses yang disebut ovulasi. Oosit sekarang memiliki kemampuan untuk melakukan fertilisasi dan akan bergerak turun menuju tuba falopi dan pada akhirnya diimplantasikan di uterus. Oosit yang sudah berkembang sempurna (gamet) memasuki siklus menstruasi (Ownby 2007).

Tahap Post Ovulasi

Corpus Hemorrhagicum Setelah ovulasi, peluruhan dari folikel yang tersisa biasanya menghasilkan struktur yang disebut corpus hemorrhagicum, folikel yang pecah segera terisi darah. Perdarahan ringan dari folikel ke dalam rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen bawah

singkat (mittelschmerz). Sel-sel granulosa dan teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi, dan bekuan darah dengan cepat diganti oleh sel luteal (Ganong 2003).

Corpus Luteum Pada sebagian besar spesies, LH dari kelenjar pituitari mengarahkan luteinisasi dan menstimulasi sel granulosa untuk menghasilkan progesteron. Sel granulosa berproliferasi membesar dan berubah menjadi sel granulosa lutein. Pada beberapa spesies termasuk manusia, kumpulan lipid berpigmen kuning (lutein) dan lipid-lipid lainnya menandai perubahan menjadi sel granulosa lutein. Jika terjadi fertilisasi, corpus luteum dipertahankan dan mensekresikan progesteron (Ownby 2007). Sel luteal yang kaya lemak dan berwarna kekuningan, membentuk korpus luteum. Hal ini mencetuskan fase luteal siklus menstruasi, saat sel-sel luteum mensekresikan estrogen dan progesteron. Pertumbuhan korpus luteum bergantung pada kemampuannya membentuk vaskularisasi untuk memperoleh darah. Bila terjadi kehamilan, korpus luteum menetap dan biasanya tidak terjadi lagi periode menstruasi sampai setelah melahirkan (Ganong 2003).

Corpus Albicans Bila tidak terjadi kehamilan, korpus luteum mulai mengalami degenerasi sekitar 4 hari sebelum menstruasi berikutnya (hari ke-24 siklus menstruasi) dan akhirnya digantikan dengan jaringan ikat membentuk korpus albikans (Ganong 2003).

Pembelahan Meiosis Pertama

Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masingmasing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.

Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.

Pembelahan meiosis kedua

Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.

2.7.4 Mekanisme Terjadinya Fertilisasi o Sel-sel sperma udah sampai di daerah oosit sekunder (oosit yang telah dikeluarkan dari folikel de graaf yg matang) sel sperma tersebut belum bisa langsung membuahi oosit hingga 7 jam karena sperma harus dan akan mengalami kapasitasi , yaitu serangkaian perubahan fungsional yang menyebabkan ekor sperma bergerak lebih bertenaga dan menyiapkan membran plasma sel sperma tsb untuk berdifusi dengan membran plasma oosit sekunder. o Setelah sel sperma sampai di ampulla tuba uterine, akan terjadilah yang namanya fertilisasi atau konsepsi. o Selama proses fertilisasi tsb, sel sperma yang pertama kali menembus oosit sekunder, yang berhasil mengalahkan pesaing2nya yang berjumlah 200 itu harus menembus (penetrasi) dua lapisan pada oosit sekunder, yaitu: o Corona radiata, merupakan sel2 granulosa yang mengelilingi oosit sekunder, hal ini dilakukan oleh enzim2 yang terdapat didalam akrosom sel sperma. kalo untuk menembus corona radiata ini dgn enzim hialuronidase, dan o Zona Pellucida, merupakan lapisan glikoprotein bening antara corona radiata dan membran plasma oosit. setelah sel sperma berhasil melakukan penetrasi ke corona radiata, maka kepala sel sperma akan bersinggungan dgn zona pellucida oosit

Sel sperma yang pertama sekali berpenetrasi ke zona pellucida dan mencapai membran plasma oosit yang akan berdifusi dengan oosit sekunder. Setelah itu secara otomatis akan terjadi block terhadap polyspermy.

Membran cell oosit akan mengalami depolarisasi, yg berperan sbg block terhadap polyspermy (fast block to polyspermy). Depolarisasi juga akan memicu pelepasan ion kalsium intraseluler, yang menstimulasi eksositosis sekresi vesikel oosit, namanya neorinamidase, molekul tsb akan meninaktifkan ZP3 dan memperkeras zona pellucida (Slow block to polyspermy)

Setelah satu sel kepala spermatoza berhasil menembus oosit sekunder, maka oosit tersebut akan mengalami pembelahan meiosis II secara sempurna (tadinya sebelum dibuahi, pembelahan oosit tersebut hanya sampai pada fase metafase meiosis II), dan akan dilepaskan badan polar II. terjadilah aktivasi sel telur (ovum), inti ovum akan menjadi pronukleus betina, spermatozoa akan melepas ekornya dan membentuk pronukleus jantan. kedua pronuklei akan melebur di tengah2 sitoplasma sel telur, terbentuklah zigot.

Pembelahan zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Selsel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya yang disebut blastomer.

Sesudah 3 4 kali pembelahan : zigot memasuki tingkat 16 sel, disebut stadium morula (kira kira pada hari ke 3 sampai ke 4 pasca fertilisasi).

Morula terdiri dari inner cell mass (kumpulan sel sel di sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel di sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblast sampai plasenta).

Kira kira pada hari ke 5 sampai ke 6, di rongga sela sela inner cell mass merembes cairan menembus zona pelusida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan sel luar.

Pada stadium ini disebut embrioblas dan outer cell mass disebut trofoblas.

Pengaruh Hormon dalam Oogenesis

Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel de Graaf, Folikel de Graaf menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi menghambat sekresi FSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang, sehingga akhirnya tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali.

2.7.5 Mekanisme Terjadinya Implantasi Nidasi atau implantasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil fertilisasi ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5 sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel sel trofoblast zigot tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus ( terjadi nidasi ).

Setelah nidasi, sel sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin.

2.7.6 Mekanisme Terjadinya Menstruasi ( Siklus Menstruasi ) Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.

Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon

progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.

You might also like