You are on page 1of 12

TEORI DASAR & PROSEDUR PERCOBAAN

SHINTA LEONITA (0906635772)



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi
yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi merupakan salah satu peristiwa
perpindahan massa yang prosesnya sering juga dilakukan dalam industri-industri. Proses
difusi minimal melibatkan dua zat, salah satu zat berkonsentrasi lebih tinggi daripada zat
lainnya atau dapat dikatakan dalam kondisi belum setimbang, Keadaan ini dapat menjadi
driving force dari proses difusi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas
secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap
terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah uap air dari
cerek yang berdifusi dalam udara. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain
adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul
yang diam dari solid atau fluida.
Pada percobaan ini, yang diteliti ialah proses difusi gas cair dan proses difusi cair-
cair. Pada percobaan ini digunakan cairan aseton dengan variasi temperature untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap proses difusi. Untuk difusi gas cair digunakan cairan yang
mudah menguap sehingga proses difusi mudah untuk dilihat. Pada difusi cair-cair digunakan
larutan yang mudah terurai ion-ionnya di dalam air sehingga proses difusi mudah untuk
diamati. Pada percobaan ini dilakukan variasi konsentrasi untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap proses difusi. Variasi ini dilakukan agar diperoleh suatu perbandingan dari kedua
variasi tersebut serta pengaruhnya terhadap koefisien difusi.

I.2 Tujuan
Mahasiswa dapat menggunakan persamaan dasar perpindahan massa untuk diaplikasikan
pada pengukuran koefisien difusi.




BAB II
TEORI

II.1 Difusi
Proses difusi terjadi karena adanya perpindahan massa suatu zat dimana massa dapat
berpindah dari kondisi dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan massa
dapat terjadi dalam fasa gas maupun cair. Peristiwa difusi berakhir jika telah mencapai
keadaan setimbang antara dua keadaan (pada keadaan sebelumnya terdapat perbedaan
konsentrasi sehingga keadaan belum setimbang). Proses difusi dapat terus-menerus
berlangsung jika perbedaan konsentrasi antara dua kondisi dipertahankan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan tempat akan berdifusinya suatu
molekul secara terus menerus. Proses difusi akan berhenti jika kondisi dari dua fluida sudah
sama atau setimbang.
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui
tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),difusi melalui saluran yang
terbentuk oleh protein trans membran (simple difusion by chanel formed), dan difusi
difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi melalui membran berlangsung karena molekul-
molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel
permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta
bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran sel juga sangat permeabel
terhadap molekul anorganik seperti O, CO
2
, OH, dan H
2
O. Beberapa molekul kecil khusus
yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat
melaluinya. Sementara itu, molekul molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa,
dan beberapa garam garam mineral, tidak dapat menembus membrane secara langsung,
tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus
membran. Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi
difasilitasi, yaitu pelaluan zat melalui rnembran plasma yang melibatkan protein pembawa
atau protein transporter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang memiliki
tempat perlekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap
molekul atau ion memiliki protein transporter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu
molekul glukosa diperlukan protein transporter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke
dalam sel. Protein transporter untuk glukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot
jantung, sel-sel lemak dan sel-sel hati, karena sel sel tersebut selalu membutuhkan glukosa
untuk diubah menjadi energi.
Walaupun penyebab difusi umumnya karena gradien konsentrasi,tetapi difusi dapat
juga terjadi karena gradien tekanan, karena gradien suhu, atau karena medan gaya yang
diterapkan dari luar seperti pada pemisah sentrifugal. Difusi molekuler yang terjadi karena
gradien tekanan (bukan tekanan parsial) disebut difusi tekanan (pressure diffusion), yang
disebabkan karena gradien suhu disebut difusi termal (thermal diffusion), sedangkan yang
disebabkan oleh medan gaya dari luar disebut difusi paksa (forced diffusion).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu :
- Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak
kecepatan difusi semakin tinggi.
- Ketebalan membran
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
- Luas suatu area
Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
- Jarak
Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
- Suhu
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat.
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya
Difusi molekular dapat didefinisikan sebagai perpindahan atau pergerakan suatu
molekul melewati suatu fluida dengan pergerakan yang acak. Dapat dibayangkan suatu
molekul yang bergerak lurus dan kemudian akan bergerak dengan acak akibat tabrakan
dengan molekul yang lain. Karena pergerakan melekul berlangsung dalam gerakan acak,
maka pergerakan molekul sering disebut sebagai Random-Walk Process. Difusi molekular
merupakan perpindahan suatu molekul melalui suatu fluida dengan pergerakan yang acak
dalam fluida diam atau dalam fluida yang mengalir secara laminer. Suatu molekul yang
bergerak lurus kemudian akan bergerak secara acak karena bertabrakan dengan molekul yang
lain, pergerakan molekul seperti ini disebut Random-Walk Process. Laju difusi dapat
dinaikkan dengan cara pengadukan sehingga kondisi kesetimbangan dapat lebih cepat
tercapai.

Gambar 1. Gerakan acak pada proses difusi

Peristiwa lain yang juga termasuk sebagai peristiwa difusi adalah tinta biru yang
diteteskan dalam air bening. Tinta akan berdifusi perlahan-lahan ke seluruh bagian air hingga
diperoleh kondisi kesetimbangan (tidak adanya gradien konsentrasi). Untuk menaikkan laju
difusi dapat dilakukan pengadukan, sehingga kondisi kesetimbanga dapat lebih cepat dicapai.
Difusi tidak terbatas hanya pada perpindahan lapisan stagnant (diam) zat padat atau zat cair
saja. Difusi juga terjadi dalam fase fluida pencampuran fisika dan pusaran Eddy aliran
turbulen, sama seperti aliran kalor dalam fluida dapat terjadi karena konveksi. Peristiwa ini
disebut difusi pusaran (Eddy diffusion).
Pada fluida yang mengandung banyak komponen yang akan berdifusi dalam keadaan
diam berlaku hukum Frick untuk campuran antara hukum A dan B,yaitu :
dz
dx
D c J
A
AB
AZ .
*
=
(1)
dengan :
J*
AZ
= flux molar komponen A pada arah sumbu z untuk arah molekular (kgmolA/s.m
2
)
D
AB
= difusi molekular molekul A melalui B (m
2
/s)
z = jarak difusi (m)
c = konsentrasi A dan B (kgmol/m
3
)
x
A
= fraksi mol dari A dari campuran A dan B.

Jika c adalah konstan, karena c
A
= cxA maka :
cdxA = d(cxA) = dcA (2)

Jika persamaan (1) disubstitusi ke persamaan (2) menghasilkan persamaan difusi untuk
konsentrasi yang konstan :
dz
dc
D J
A
AB
AZ .
*
=
(3)
Persamaan (3) umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi proses difusi molekular. Apabila
nilai c bervariasi, maka yang digunakan dalam persamaan (3) adalah nilai rata-ratanya. Untuk
aliran massa yang turbulen dengan konsentrasi yang konstan berlaku persamaan :
dz
dc
D J
A
M AB
AZ ) (
*
c + =
(4)
dengan M difusivitas massa turbulen dengan satuan m
2
/s.

II.2 Difusi Molekular pada Cairan
Laju difusi molekular untuk cairan lebih kecil apabila dibandingkan terhadap laju
difusi molekul gas. Hal ini disebabkan jarak antara molekul dalam fasa cair lebih rapat
apabila dibandingkan dalam fasa gas. Umumnya koefisien difusi untuk gas lebih besar hingga
105 kali koefisien difusi cairan. Namun fluks pada gas tidak berbeda jauh dari fluks dalam
cair yaitu 100 kali lebih cepat, hal itu disebabkan karena konsentrasi cair lebih besar daripada
konsentrasi dalam fasa gas.
- Persamaan difusi untuk cairan
Jarak molekul dalam cairan lebih rapat daripada dalam fasa gas, maka densitas dan
hambatan difusi pada cairan akan lebih besar. Hal ini juga menyebabkan gaya interaksi antar
molekul sangat penting dalam difusi cairan. Perbedaan antara difusi cairan dan difusi gas
adalah bahwa pada difusi cairan difusifitas sering bergantung pada konsentrasi daripada
komponen yang berdifusi.
Equimolar counterdiffusion, dimulai dengan persamaan umum fick kita dapat mensubstitusi
untuk NA = NB pada keadaan steady state,
1 2
2 1
1 2
2 1
) ( ) (
z z
c x C D
z z
C C D
N
A A AV AB A A AB
A


=
(5)
dengan, N
A
adalah flux komponen A dalam kgmol.A/s.m
2
, D
AB
adalah difusifitas A melalui
B dalam m
2
/s, c
A1
merupakan konsentrasi komponen A dalam kgmol/m
3
pada keadaan 1, dan
x
A1
fraksi mol komponen A dalam keadaan 1, dan c
AV
disefinisikan sebagai :
CAV =
2
2
2
1
1
|
|
.
|

\
|
+
=
|
.
|

\
|
M M
M
av

(6)
dengan c
AV
merupakan konsentrasi rata-rata total dari A+B dalam kgmol/m
3
, M
1
merupakan
berat molekul rata-rata larutan pada keadaan 1 dalam kg massa/ kgmol, dan
1
merupakan
densitas rata-rata pada keadaan 1.

II.3 Koefisien Difusi Cairan
Pada penentuan koefisien difusi cairan digunakan sel difusi. Sel difusi tersebut terdiri
atas N pipa kapiler yang panjangnya 5 mm dan diameternya 1 mm. Untuk satu pipa kapiler
proses difusi dapat digambarkan pada alat :


Gambar 2. Percobaan difusi cairan

Transfer nilai difusi :
JA =
L
c c
dL
dc
D
A A A 2 1

=
(7)
Jumlah mol yang telah berdifusi selama selang waktu dt melalui N pipa kapiler adalah:
VtangkiX.dcA =


N dt
L
c c d D
A A
.
4
. .
2 1
2
t
(8)
Vtangki
dt
dc
A
=
N
L
c c d
A A
(


2 1
2
4
. t
(9)

Jika k = C
M
.C
A
, dan dianggap C
A2
<<C
A1
maka:
D =
dt
dk
C C d
L V
A M
gki
. . .
. 4
2
tan
t
(10)
dengan :
Vtangki = volume tangki
L = panjang pipa kapiler
N = jumlah pipa kapiler
D = diameter pipa kapiler
C
A
= konsentrasi/molaritas A
C
M
= perubahan konduktifitas per mol
K = konduktifitas dan tangki

Tabel 1. Koefisien difusi cairan (geankopolis)
Solute Solvent
Temperatur Difusifitas
(cm
2
/s)
o
C
o
F
NH
3
air
12 285 1.64
15 288 1.77
O
2
air
18 291 1.98
25 298 2.41
CO
2
air 25 298 2
H
2
air 25 298 4.8
Metil alkohol air 15 288 1.26
Etil alkohol air
10 283 0.84
25 298 1.24
Acetic acid
air
9.7 282.7 0.769
25 298 1.26
benzena 25 298 2.09
Urea etanol 12 285 0.54
Air etanol 25 298 1.13
KCL

air 25 298 1.87
etilen glikol 25 298 0.119

II.4 Difusi Molekular Gas
Beberapa jenis proses difusi molekular pada gas, yaitu :
- Equimolar Counterdiffusion
Bila dua gas A dan B pada tekanan total konstan P dalam dua ruang yang terhubung
oleh pipa dimana terjadi difusi molekular pada kondisi steady seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.

Gambar 3. Equimolar counterdiffusion gas A dan gas B

Pengaduk pada tiap ruang berfungsi untuk menjaga agar konsentrasi pada tiap ruang tetap
seragam. Tekanan parsial pA
1
> pA
2
dan pB
2
> pB
1
. Molekul A berdifusi ke kanan dan
molekul B ke kiri. Karena tekanan total P konstan, maka jumlah mol A yang berdifusi ke
kanan harus sama dengan jumlah mol B yang ke kiri. Jika tidak, berarti tekanan total tidak
konstan, sehingga
- -
=
Bz Az
J J
(11)
Subskrip z berlaku jika arah pergerakannya jelas. Hukum Fick untuk B pada c konstan
dz
dc
D J
B
BA B
=
-
(12)
Karena P = p
A
+ p
B
= konstan, maka
c = c
A
+ c
B
(13)
Mendiferensialkan kedua sisi
dc
A
= dc
B
(14)
Menyamakan persamaan (3) dengan persamaan (12), diperoleh :
( )
dz
dc
D J
dz
dc
D J
B
BA B
A
AB A
= = =
- -
(15)
Mensubstitusi persamaan (14) ke (15), sehingga
D
AB
= D
BA
(16)
Hal ini menunjukkan bahwa untuk campuran gas biner A dan B, koefisien difusivitas D
AB

untuk A berdifusi ke B adalah sama dengan D
BA
untuk B yang berdifusi ke A.
- Difusi Gas A dan Gas B dengan Konveksi
Terjadi jika seluruh fluida berpindah dalam aliran konveksi ke arah kanan. Kecepatan
molar rata-rata seluruh fluida relatif terhadap titik diam adalah vM m/s. Komponen A tetap
berdifusi ke kanan, namun sekarang kecepatan difusi vAd diukur relatif terhadap fluida yang
bergerak. Kecepatan A relatif terhadap titik diam adalah jumlah dari kecepatan difusi dan
kecepatan konveksi.
vA = vAd + vM (17)
Persamaan umum untuk difusi plus konveksi :
( )
B A
A A
AB A
N N
c
c
dz
dx
cD N + + =
(18)

II.5 Koefisien Difusi Gas
Salah satu metode penentuan koefisien difusi gas adalah dengan menguapkan cairan
murni dalam tabung kapiler yang diisi dengan cairan A murni. Di atas bibir tabung dialirkan
gas B secara horizontal.

Gambar 4. Difusi gas dengan menguapkan cairan ke udara

Laju transfer massa penguapan adalah :
( )
MB
A A T AB
A
P
P P
z T R
P D
N
2 1
. .
.
=
(19)
Akibat penguapan yang terjadi, maka jumlah cairan A dalam tabung akan berkurang. Laju
pengurangan cairan A dalam tabung adalah sama dengan fluks N
A
dikalikan luas area
penampang tabung.
dt
dz
A
BM
A N
A
A
A

= .
(20)
Dengan menggabungkan persamaan (19) dan (20) menghasilkan :
( )
2 1
. . .
.
A A
MB
T AB
A
A
P P
P L T R
P D
dt
M
BM
=

(21)
Mengintegrasikan :
( )
} }
=
t
A A
BM
T AB
z
z A
A
dt P P
P T R
P D
dz z
BM
0
2 1
0
. .
.
(22)
diperoleh waktu penurunan level cairan, t
F
, sebesar :
( )
( )
2 1
2
0
2
. . . 2
. .
A A T AB A
BM A
F
P P P D BM
P T R z z
t

=

(23)
( )
2 1
2
0
2
. .
. . . 2
A A
BM
T AB A
P P
P T R
P D BM
z z =
(24)
Dikarenakan gas B terus menerus mengalir, maka konsentrasi gas A di bibir tabung selalu
sama dengan nol atau P
A2
= 0.
Dengan memplot z
2
z
0
2
vs t akan memberikan persamaan garis dengan slope S.
( )
1
. . .
. . . 2
A
BM A
T AB A
P
P T R
P D BM
S

=
(25)
atau
1
. . . 2
. . . .
A T A
BM A
AB
P P BM
S P T R
D

=
(26)
dengan :

A
= densitas cairan A
P
BM
=
( )
|
|
.
|

\
|

2
1
2 1
ln
B
B
B B
P
P
P P

P
A1
= tekanan uap cairan A
D
AB
= koefisien difusi A dalam B
BM
A
= berat molekul A
P
T
= tekanan total
T = temperatur absolute

Tabel 2. Koefisien Difusi Gas pada Tekanan 101.32 kPa
Sistem Temperatur Difusivitas
o
C K (cm
2
/s)
Udara - NH
3
0 273 0.198
Udara - H
2
O 0 273 0.22
25 298 0.26
42 315 0.288
Udara - CO
2
3 276 0.142
44 317 0.177
Udara - H
2
0 273 0.611
Udara - C
2
H
5
OH 25 298 0.135
Udara - n-heksana 21 294 0.08
Udara - benzene 25 298 0.0962
Udara - toluena 25.9 298.9 0.086
Udara- n-butanol 0 273 0.0703
25.9 298.9 0.087
H
2
- CH
4
25 298 0.726
H
2
- N
2
25 298 0.784
85 358 1.052
H
2
- benzena 38.1 311.1 0.404



















BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

III.1 Percobaan Difusi Gas-Cair :
1. Mengisi kapiler n 35 mm dengan cairan aseton murni, sebelum diisi tabung kapiler
dicuci terlebih dahulu dengan cairan sabun encer.
2. Merendam tabung kapiler dalam wadah waterbath, dan memasang termometernya
pada waterbath.
3. Mengatur jarak mikroskop dengan tangki (20-30 mm). Mengatur lensa agar fokus
pada tabung kapiler agar miniskus terlihat (miniskus akan terbalik).
4. Mengatur sliding vernier scale pada skala tertentu
5. Menyalakan pompa udara, kemudian mencatat level cairan.
6. Menyalakan temperatur kontroler dan mengatur pada temperatur 50
0
C, kemudian
menunggu hingga temperatur dalam keadaan steady state
7. Mencatat waktu (t) dan level cairan setiap interval waktu 4 menit selama 1jam.
8. Mengulangi percobaan 1-7 untuk suhu aseton 60
0
C

III.2 Percobaan Difusi Cair-Cair :
1. Mengisi sel difusi dengan KCL 1 M
2. Membersihkan cairan yang berlebih pada luar sel difusi
3. Menempatkan sel difusi ke dalam tangki, kemudian mengatur kedudukan sel
horizontal dan n 5mm di bawah garis tangki.
4. Mengisi tangki dengan aquades, mula-mula pembacaan adalah sekitar 10 S (apabila
tidak, berarti airnya kurang baik)
5. Memasang konduktometer
6. Menyalakan pengaduk agar konsentrasi merata
7. Mencatat konduktifitas setiap interval 4 menit dalam waktu 60 menit
8. Mengulangi langkah 1-7 untuk konsentrasi KCL 2M

You might also like