You are on page 1of 15

MAKALAH

PENULISAN KARYA ILMIAH


Tentang :

Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui MBS

Disusun Oleh : Fuady Mukhtar 17177/2010

ADMINISTRASI ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyesaikan Makalah untuk mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu yang diberi judul Strategi Peningkatan Mutu Melalui MBS Tujuan penulisan makalah ini sebagai tugas akhir syarat mengikuti ujian pada mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah . Disamping itu juga untuk memperluas dan mengembangkan pengetahuan yang penulis miliki. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Prof. Dr. H. Rusdinal, M.pd, yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini ini,serta semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan makalah ini. Penulisan menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Padang, November 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Hal KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penulisan ...................................................................... D. Manfaat Penulisan .................................................................... BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Mutu Pendidikan .................................................... B. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah................................. C. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah ............................. D. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah ...................................... BAB III.PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah MBS ........................................................... B. Strategi Peningkatan Mutu melalui MBS ................................. BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran ........................................................................................ Daftar Pustaka 10 10 6 7 3 3 4 5 1 2 2 2 i ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia. Namun saat ini dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan mayarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik , sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat menjadi pesimis terhadap sekolah. Ada anggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu menciptakan mobilitas sosial mereka secara vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan pekerjaan yang layak. Sekolah kurang menjamin masa depan anak yang lebih baik. Sebagaimana diungkapkan di muka perubahan paradigma baru pendidikan kepada mutu (quality oriented) merupakan salah satu strategi untuk mencapai pembinaan keunggulan pribadi anak. Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini

menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, MBS tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan makalah ini adalah : 1. Apa itu mutu pendidikan ? 2. Apa itu manajemen berbasis sekolah (MBS) ? 3. Apa kaitan antara MBS dengan peningkatan mutu pendidikan ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penuisan makalah ini adalah : 1. Mendeskripsikan Pengertian dari Mutu pendidikan 2. Mendeskripsikan pengertian dari MBS 3. Menjelaskan kaitan atau hubungan antara MBS dengan peningkatan mutu pendidikan D. Manfaat Penulisan Selain memiliki tujuan penulisan, makalah ini juga memiliki manfaat penulisan yaitu : 1. Dapat membantu dalam memahami tentang mutu pendidikan 2. Dapat membantu dalam memahami tentang MBS 3. Dapat memahami tentang kaitan atau hubungan antara MBS dengan peningkatan mutu pendidikan disekolah

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Mutu Pendidikan Menurut Tampubolon mutu adalah paduan sifat-sifat produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan yang tersirat, masa kini dan masa depan (Tampubolon, Daulat P., 1992). Menurut Oemar Hamalik, Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normative dan segi deskriptif, dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kritria intrisik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni. manusia yang terdidik. Sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik. tenaga kerja. yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi belajar Mutu berkaitan dengan produk yang dapat berupa barang atau jasa. Sekolah merupakan institusi yang menghasilkan jasa pelayanan pendidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu adalah perpaduan sifat-sifat barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan bahkan melebihi harapan pelanggan, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Sedangkan mutu pendidikan adalah standar pengukuran kualitas pendidikan baik dari segi input, proses ataupun outputnya. Jadi dapat dikatakan sekolah yang bermutu adalah sekolah yang memiliki standar tertentu baik itu dalam kualitas sekolah, ataupun dari segi peserta didiknya, serta mampu mencapai sasaran hampir 100 %. B. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Istilah Manajemen berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari .School Based Management.. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.

Pengertian Manajemen berbasis Sekolah menurut beberapa ahli: Menurut E. Mulyasa : MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staff, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Menurut Nanang Fatah: MBS merupakan pendekatan politik yang bertujuan untuk mendesain ulang pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, komite sekolah, orang tua siswa dan masyarakat. Manajemen berbasis Sekolah mengubah sistem pengambilan keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat lokal Local Stakeholder C. Karakteristik MBS MBS memiliki karakter yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya, karakteristik tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki sehingga membedakan dari sesuatu yang lain. MBS memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Adanya otonomi yang luas kepada sekolah 2. Adanya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi 3. Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional 4. Adanya team work yang tinggi, dinamis dan professional Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat dilihat pula melalui pendidikan sistem. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan . Sebuah sistem sehingga penguraian karakteristik MPMBS berdasarkan berdasarkan pada input, proses dan output. 1. Input Pendidikan Dalam input pendidikan ini meliputi : a. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas b. Sumber daya yang tersedia dan siap c. Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi e. Focus pada pelanggan

2. Proses Dalam proses tersebut sejumlah karakter yaitu : a. PBM memiliki tingkat efektifitas yang tinggi b. Kepemimpinan sekolah yang kuat c. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif e. Sekolah memiliki budaya mutu f. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis

3. Output pendidikan Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya output dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu output berupa prestasi akademik yang berupa NEM, lomba karua ilmiah, dll D. Tujuan MBS Tujuan utama MBS adalah meningkatan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif.

BAB III PEMBAHASAN


A. Langkah-langkah MBS Secara umum dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-strategi berikut ini : 1. Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan

keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil. 2. Adanya peran serta masyarakat secara aktif, dalam hal pembiayaan, proses pengambian keputusan terhadap kurikulum. Sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat luas. 3. Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah dalam MBS berperan sebagai designer, motivator, fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah pimpinan yang memiliki kekuatan untuk itu. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan 4. Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orang tuanya, masyarakat dan para guru. Kepala sekolah jangan selalu menengok ke atas sehingga hanya menyenangkan pimpinannya namun mengorbankan masyarakat pendidikan yang utama. 5. Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara bersungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsep MBS itu sendiri. Siapa kebagian peran apa dan melakukan apa, sampai batas-batas nyata perlu dijelaskan secara nyata.

6. Adanya guidlines dari departemen pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan

membelenggu sekolah. Artinya, tidak perlu lagi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan MBS, yang diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing. 7. Sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawabannya setiap tahunnya. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dijalankan secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak terkait. 8. Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa. Perlu dikemukakan lagi bahwa MBS tidak bisa langsung meningkatkan kinerja belajar siswa namun berpotensi untuk itu. Oleh karena itu, usaha MBS harus lebih terfokus pada pencapaian prestasi belajar siswa. 9. Implementasi atau penerapan diawali dengan sosialsasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing pembangunan kelembagaan capacity building mengadakan pelatihan pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan dilapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan. B. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan melalui MBS Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi apa yang diharapkan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. An essential point is that schools and teachers will need capacity building if school-based management is to work. Demikian De grouwe menegaskan.

10

Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS. Strategi yang diharapkan bahwa penerapan MBS yang dapat meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan antara lain adalah: 1. Menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, dengan peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. 2. Mengkondisikan budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel, membiasakan sekolah membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat secara jelas sehingga masyarakat lebih percaya. 3. Peran Pemerintah pusat bertindak sebagai monitoring dan evaluasi termasuk pelaksanaan block grant yang telah diterima oleh sekolah. Sebagai model pendidikan yang dikembangkan pada penerapan Mutu Pendidikan Manajemen Berbasis Sekolah (MPMBS) untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekarang telah terjadi beberapa sekolah menerima (merekrut) siswa baru dengan mengadakan seleksi mandiri meskipun tekadang tanpa memperhatikan

11

kemampuan akademik siswa, maka muncul isu lewat belakang hal ini banyak terjadi pada tingkat SMP dan SMA favorit di Kota Padang.

12

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Satu cara yang berguna dalam menyimpulkan adalah melihat tantangan sebagai satu cara menciptakan suatu jenis sistem pendidikan baru yang sesuai abad ke-21. Kita membutuhkan sistem-sistem baru yang terus-menerus mampu merekonfigurasi kembali dirinya untuk menciptakan sumber nilai publik baru. Ini berarti secara interaktif menghubungkan lapisan-lapisan dan fungsi tata kelola yang berbeda, bukan mencari cetak biru (blueprint) yang statis yang membatasi berat relatifnya. Pertanyaan mendasar bukannya bagaimana kita secara tepat dapat mencapai keseimbangan yang tepat antara lapisan-lapisan pusat, regional, dan lokal atau antara sektor-sektor berbeda: publik, swasta, dan sukarela. Justeru, kita perlu bertanya Bagaimana suatu sistem secara keseluruhan menjadi lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya ?. (Bentley & Wilsdon, 2004). Secara sederhana dikatakan, manajemen berbasis sekolah bukanlah senjata ampuh yang akan menghantar pada harapan reformasi sekolah. Bila

diimplementasikan dengan kondisi yg benar, ia menjadi satu dari sekian strategi yang diterapkan dalam pembaharuan terus-menerus dengan strategi yang melibatkan pemerintah, penyelenggara, dewan manajemen sekolah dalam satu sistem sekolah B. Saran Bagi guru maupun sekolah hendaknya mengontrol dan memberikan pendidikan kepada siswa atau peserta didik yang sesuai dengan kemampuan siswa, tetapi tetap mengacu kepada tujuan pendidikan nasional sehingga siswa mampu bersaing dengan sekolah lain baik dalam tingkat daerah, nasional maupun internasional. Bagi peserta didik atau siswa hendaknya melakukan kegiatan PBM di sekolah dengan sebaik mungkin sehingga tujuan dari sekolah dan tujuan pendidikan 13

nasional dapat tercapai dengan efektif dan efisien, sekolah yang menggunakan sistem manajemen berbasis sekolah dapat membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar karena segala kebutuhan dan sarana yang di butuhkan siswa telah di penuhi sesuai dengan MBS tersebut. Dengan adanya makalah ini semoga peserta didik atau siswa dapat memanfaatkan sebaik mungkin dari sistem MBS tersebut dan bagi pengelola lembaga pendidikan, yaitu kepala sekolah maupun guru-guru yang bersangkutan dapat memberikan motivasi kepada siswa dan juga menjadi fasilitator bagi siswa atau pelajar yang masih perlu diberikan dorongan.

14

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet ke-12. Azra, Azyumardi, Inovasi Kurikulum, Edisi 01/Tahun 2003, Strategi Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah Dalam Era Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan. Depdiknas, MPMBS, Konsep & Pelaksanaan, Jakarta: Dirjen Dikdasmen 2001. Djauzak, Ahmad, Penunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di sekolah Dasar, Jakarta: Depdikbud 1996. Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Soal, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, Cet ke-5. Fatah, Nanang, Konsep Management Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah, Bandung: Pustaka Bani Quraisy 2003. www.google.com

15

You might also like