Professional Documents
Culture Documents
PENGELOLAAN LANSKAP (ARL 412) DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAPERTA IPB 2012
PENGERTIAN
Lanskap/bentang alam & lingkungan Sumberdaya alam & lingkungan
erosi di hulu/sedimentasi di hilir ~ longsor ~ banjir bandang Penambangan ~ bared landscape, pasca tambang menjadi ugly landscape, pencemaran logam berat Perubahan tata-guna lahan dan penutupan lahan di perkotaan ~ berkurangnya RTH kota ~ berkurangnya daerah tangkapan air ~ rob pada kota pantai banjir Buruknya manajemen transportasi ~ peningktan populasi kendaran bermotor ~ emisi di atas ambang batas ~ polusi udara Buruknya kesadaran masyarakat dalam kebersihan ~ sampah bertimbun ~ pencemaran padat dan cair ~ banjir
PERKEMBANGAN PERATURAN
Pada dasarnya peraturan dan kebijaksanaan tentang
pengelolaan lanskap secara implisit termasuk ke dalam peraturan-peraturan dan kebijaksanaan yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan. Hukum-hukum yang berkaitan dengan lingkungan sendiri merupakan bidang ilmu yang masih relatif muda. Bila dilihat dari perjalanan perkembangan hukum lingkungan tersebut, panjang atau pendeknya sejarah tentang peraturan perundang-undangan berbagai aspek lingkungan tergantung dari apa yang dipandang sebagai environmental concern. Code of Hamurabi; Aqueducts.
berlebihan.
Abad ke 19: akibat adanya Revolusi Industri banyak peraturan/perundang-undangan dikeluarkan memuat ketentuan-ketentuan: pengendalian asap serta gangguan-gangguan yang ditimbulkannya, pengendalian pencemaran air. Di Inggris ada gerakan sanitasi memuat ketentuan mengenai pembuangan tinja, sampah, sanitasi perumahan, dll. Awal abad ke 20, hukum yang berkembang tidaklah ditujukan untuk melindungi lingkungan hidup secara menyeluruh, akan tetapi hanya untuk berbagai aspek yang menjangkau ruang lingkup yang sempit.
Pada 5-16 Juni 1972: Konperensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (United Nation
Conference on the Human Environment) di Stockholm Peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup berkembang dan bersifat menyeluruh ke berbagai pelosok dunia. Pada 15-18 Mei 1972: Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup Manusia dan Pembangunan Hukum Nasional di Bandung untuk menyusun COUNTRY REPORT.
Pada 28 Oktober 6 November 1981: Pertemuan Ad Hoc Meeting of Senior Government Officials Expert in Environmental Law di Montevideo, Uruguay menghasilkan hukum lingkungan merupakan alat yang penting untuk pengelolaan lingkungan secara layak dan untuk perbaikan kualitas kehidupan.
kewajiban negara dan tugas pemerintah untuk melindungi segenap sumberdaya dalam lingkungan hidup Indonesia untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia dan segenap umat manusia. Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dengan jelas memberikan hak penguasaan kepada Negara atas seluruh sumberdaya alam Indonesia dan memberikan kewajiban kepada negara untuk menggunakannya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Bab III, huruf B, butir 10. Pada GBHN 1973, dalam Bab III tercantum ketentuan tentang lingkungan hidup sebagai komitmen bangsa Indonesia pada pelaksanaan hasil Konperensi Stockholm. Ketentuan tersebut berlaku untuk program jangka panjang, sehingga tercantum kembali dalam GBHN-GBHN berikutnya. Keppres RI No. 11 tahun 1974 tentang Repelita II Bab 4 mengenai pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Keppres RI No. 27 tahun 1975 tentang Pembentukan Panitia Inventarisasi dan Evaluasi kekayaan alam.
7/1979. Keduanya merupakan penyempurnaan kebijaksanaan lingkungan. Disahkannya UU No. 4/1982 pada 11 Maret 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH) sebagai penjabaran ketentuan dalam GBHN 1978 . Materi bidang lingkungan sangat luas meliputi ruang angkasa hingga perut bumi dan dasar laut yang terdiri dari mulai sumberdaya manusia, sumberdaya alam hayati dan nonhayati, serta sumberdaya buatan. UU No. 4/1982 ini disusun antara lain untuk mengendalikan permasalahan lingkungan yang semakin meningkat, misalnya bagaimana menindak kalangan produsen selaku perusak lingkungan yang potensial dan bagaimana melindungi kalangan konsumen masyarakat umum selaku penderita kerusakan lingkungan potensial.
No. 23/ tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) sebagai pengganti UULH dan juga untuk mengakomodasikan berbagai prinsip yang telah disepakati dalam Konferensi di Rio de Jainero.
rangka pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai
Hak guna usaha air: hak untuk memperoleh dan mengusahakan air. Hak guna usaha air
dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari pemerintah sesuai dengan kewenangannya. Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Pengelolaan sumber daya air: berdasarkan wilayah sungai dengan keterpaduan air tanah dan air permukaan. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha
KULTURAL
ETIKA KEBIJAK AN
LANSKAP YG BERKELANJUTAN
LAHAN MERUPAKAN SUATU SUMBERDAYA YANG BERNILAI EKONOMI TINGGI & YANG SELALU DIPEREBUTKAN
PENGGUNAAN YANG BERLEBIHAN PENGGUNAAN YANG SUB-OPTIMAL PENGGUNAAN YANG SALAH
CONFLICT OF INTEREST
ETIKA
Aturan, kebiasaan yang berlaku pada wilayah tertentu (yang berlaku secara Universal disebut NORMA) Berhubungan dengan: Pengetahuan Lokal ~ Kearifan Lokal Nilai-nilai: baik atau buruk Hak/Kewajiban: Incentive/Disincentive PERATURAN: Apa yang sebaiknya dilakukan & dihindari untuk mewujudkan atau melestarikan suatu bentang alam/lanskap atau tatanan lanskap yg indah PERILAKU & TATA LAKU PERENCANA/PERANCANGPENGELOLA
Sumber: Arifin, Nurhayati, Suryadarma (2002) KEARIFAN LOKAL DALAM TATA RUANG DI BALI
LANSKAP LOKAL, LANSKAP VERNAKULAR LANSKAP ALAMI, LANGKA, UNIK TAMAN & LANSKAP IDENTITAS
PERATURAN/UU
ETIKA
GREEN POLICY
Kebijakan yang ramah lingkungan
Pembangunan yang memperhatikan, mengerti dan menghayati alam & lanskap serta komponen pembentuknya:
Perilaku & Karakter Kepekaan Keindahan
dengan tujuan untuk menjaga dan meningkatkankan kualitas lanskap/lingkungan (Contoh: Adipura, Kalpataru, Pembebasan Pajak alat-alat pengendali lingkungan) Sistem disinsentif ~ hukuman ~ punishment, bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan dan penurunan nilai lanskap serta pencemaran lingkungan (Contoh: Denda bagi pencemar, hukuman penjara bagi pelanggar aturan)
TINDAKAN BAIK
ECOLOGICAL PLANNING/DESIGN - MANAGEMENT KONSEP HIJAU DAN BERKELANJUTAN HEMAT LAHAN, HEMAT BAHAN, HEMAT ENERGI
Konservasi lanskap
Penataan tanpa kerusakan (biofisik, sosial, visual) Penataan yang sinergis-harmonis (tata kota, tata guna
Foto: HS Arifin
Foto: HS Arifin
Foto: HS Arifin
Contoh aksi untuk mengamankan sumber daya air dengan sumer resapan pada skala tapak di rumah tangga; penerapan lubang biopori selain untuk daur ulang sampah organik menjadi kompos juga berfungsi untuk resapan air.