You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN Diskusi kelompok berlangsung pada hari Jumat tanggal 18 Maret 2011 dan hari Senin, tanggal

21 Maret 2011. Diskusi berlangsung masing- masing selama 2 jam terdiri atas dua sesi pertemuan yang bertempat di ruangan 205. Diskusi diikuti oleh 14 orang mahasiswa, sepanjang diskusi semua peserta mengikuti jalannya diskusi dengan baik. Dalam diskusi kali ini, kelompok diskusi kami dipimpin oleh Andyan Yugatama dan didampingi oleh Oktaria Lutfiani sebagai sekretaris. Topik diskusi yang diberikan adalah Seorang Wanita yang Mengeluh Jantungnya Berdebar-debar dan Nyeri Dada. Terjadi perdebatan antara anggota diskusi mengenai masalah yang terjadi. Diskusi diawasi oleh dr. Azwardi Roezin. Sp.B dan berjalan dengan baik.

BAB II LAPORAN KASUS Nyonya Ana (39 tahun) ke poliklinik tempat saudara bekerja sebagai dokter, datang diantar suaminya dengan keluhan jantungnya kadang-kadang berdebar dan dadanya terasa nyeri. Sejak beberapa bulan terakhir. Saat ini jantungnya kembali berdebar dan tadi pagi dia seperti akan pingsan. Sebenarnya Nyonya Anna pernah berobat ke dokter dan dinyatakan menderita penyakit jantung. Ia diberi obat yang mesti diminumnya 3 kali sehari. Tetapi setelah beberapa hari, Nyonya Anna menghentikan meminum obat itu karena menyebabkannya sakit kepala. Iapun mendapat obat lain yang diminumnya sekali sehari. Tetapi itupun dihentikannya setelah hamper seminggu Karena perutnya terasa sakit dan pedih dan nafsu makannya menurun. Beberapa hari yang lalu tinjanya berwarna hitam. Pada awal pertemuan didapatkan : Nyonya Anna nampak sakit sedang, kurus, kelihatan cemas Suhu : 37,8 C TD GDS Nadi RR : 155/85 mmHg : 170mg/dl : 112x/menit, tidak teratur, volume berubah-ubah : 20x/menit

Pada anamnesis lanjutan, didapatkan Nyonya Anna juga mengeluh tubuhnya semakin kurus. Sudah tiga tahun Nyonya Anna tidak mendapat haid lagi. Napsu makannya biasa namun ia sulit tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Nyonya Anna tampak cemas, kurus, dengan pandangan matanya yang terus diarahkan ke dokter. Kelenjar tiroid membesar pada inspeksi maupun palpasi. Paru-paru tidak ada kelainan. Jantung : HR : sulit ditentukan Irama: tidak teratur sama sekali BJ I dan II: tidak konstan Bising: (-)

Abdomen: Lemas , hepar dan lien tak teraba Extremitas: edema -/Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan: + Hb + Leukosit + SGOT + SGPT + Ureum + Kreatinin + EKG : QRS rate : Pada lead II : ST elevasi / depresi : Gelombang Q patologis: 120x/menit panjang tidak tampak gelombang P (-) (-) : 10,5 g/dl : 6300/ ml3 : 36u/l : 45 u/l : 40mg/dl : 0,75 ml/dl

+ C X R: CTR =62% dengan elongasi aorta, paru tak tampak infiltrate

INTERPRETASI DATA + Identitas : Nama Umur Status Alamat : Anna : 39 tahun : Menikah :-

Jenis Kelamin : Perempuan

+ Keluhan Utama : Mengeluh jantungnya berdebar-debar dan kadang disertai nyeri dada + Anamnesis Tambahan : 1. Riwayat penyakit sekarang Nyeri dada o Bagaimana sifat nyerinya (apakah tumpul atau tajam, menjalar atau tidak) o Intensitasnya dan frekuensi, serta ada aktifitas yang memperberat atau memperingan nyeri dada tersebut o Adakah pencetus nyeri dada Adakah gejala gejala seperti polidipsi, polifagi, dan poliuri (sering haus, sering lapar, dan sering buang air seni dalam jumlah banyak) Apakah ada tremor, ada rasa pusing yang tidak diakibatkan obat ? Apakah ada gangguan pencernaan seperti diare ? Apakah penglihatan sering silau? Apakah sekresi air mata banyak? Apakah sulit tidur ? Apakah sering demam ? Apakah ada gangguan menstruasi? Apakah sering merasa gerah dan berkeringat?

.2. Riwayat penyakit dahulu Penyakit jantung apa yang diderita? Apakah pernah didiagnosa diabetes? 4

3. Riwayat penyakit keluarga - Adakah anggota keluarga yang menderita DM, penyakit hipertensi? 4. Riwayat pengobatan - Obat apa yang telah diberikan oleh dokter sebelumnya, terutama yang menyebabkan sakit kepala? - Apakah obat-obat penurun sakit kepala yang dibeli tanpa resep dokter - Apakah ada obat yang diminum untuk hipertensi, obat untuk penyakit gula bila ada? + Pemeriksaan Fisik yang Diharapkan : 1. Keadaan Umum : Tampak lemah, gelisah, cemas, Bicaranya cepat Emosional dan sulit berkonsentrasi Nadi cepat Tekanan darah tinggi mungkin hipertensi sistolik RR meningkat/ normal Suhu meningkat/ normal

2. Tanda vital :

Ditambah berat badan dan tinggi badan untuk menghitung BMI pasien 3. Kepala : Mata seperti melotot, menonjol keluar (exoptalmus), jarang berkedip(lid lag), fissure palpebra melebar, TIO dengan dilakukan palpasi dapat meningkat, hipersekresi air mata dapat ada atau tidak. 4. Leher : Bisa ada struma atau tidak ada 5. Kulit : Banyak berkeringat, basah, licin 6. Ekstremitas : dapat ditemukan tremor, tidak terkoordinasi 7. Kardiovaskular : palpitasi terasa 8. Respirasi : tampak sulit bernapas sebagai respon hipoksemia 9. Abdomen : Periksa hepar dan lien

+ Pemeriksaan Fisik pada pasien: KU Leher Paru-paru Jantung Abdomen Ekstremitas : Cemas, kurus, pandangan mata terus diarahkan ke dokter : kelenjar tiroid membesar pada inspeksi maupun palpasi : Tidak ada kelainan : HR sulit ditentukan, irama tidak teratur sama sekali, BJ I dan BJ II tidak konstan, dan bising (-) : lemas, hepar dan lien tidak teraba : edema -/- (pada pembahasan)

Masalah Gangguan Kardiovaskular

Dasar Masalah Nyeri dada, takhikardi, palpitasi, penggunaan obat jantung, ekg abnormal, cardiomegali,elongasi aorta, HR sulit di tentukan, irama tidak teratur, BJ I dan II tidak konstan, Lemas, kurus, palpitasi, hipertensi, sakit kepala pada pagi hari, amenorea, pembesaran kelenjar tiroid, gangguan mata, gangguan jantung, Hipertensi, penggunaan obat jantung (kemungkinan golongan nitrat) Melena, napsu makan hilang, perut terasa nyeri dan pedih

Hipotesis Penyebab Hipertiroid

Hipertiroidisme (Tirotoksikosis)

Hipersekresi hormone tiroid (grave, tumor, iodium berlebihan)

Chepalgia

Gangguan kardiovaskular, simpatis meningkat. Konsumsi obat anti nyeri golongan yang mengganggu COX 1 (aspirin), erosi lambung, tumor. Hipertiroid melena, penyakit anemia defisiensi, Adanya proses penumpukan karbohidrat dibelakang bolamata Gangguan hormonal Hipertiroid, gangguan aktivitas simpatis

Gangguan saluran cerna atas

Hipertensi Anemia Gangguan mata

Tekanan darah meningkat Hb menurun, melena Mata pasien terus tertuju ke dokter

Amenorea Insomnia

Tidak datang haid 3 tahun Gangguan tidur

Patofisiologi dari masalah A. Gangguan Kardiovaskular: 7

Secara garis besar efek hipertiroid terhadap jantung terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu efek langsung hormone tiroid terhadap jantung dan interaksinya dengan katekolamin. Secara fisiologis, hormone tiroid memiliki beberapa efek, diantaranya efek simpatomimetik (mirip simpatis), sehingga menyebabkan hormone tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin). Dengan demikian tiroid menimbulkan efek permisif ini dengan menyebabkan proliferasi reseptor spesifik katekolamin di sel sasaran. Ketanggapan jantung terhadap katekolamin dalam darah meningkat, sehingga menyebabkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung dengan demikian curah jantung meningkat palpitasi.(1) B. Hipertiroidisme Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. (6) Berikut ini adalah Etiologi dari hipertiroid : 1. Overproduksi hipertiroid : Graves disease Adenoma folikular Adenoma hipofisis Insensitivitas hipofisis Penyakit hipotalamus Germ cell tumor (choriocarcinoma) Teratoma ovarium Metastase dari karsinoma folikular kelenjar tiroid Tiroiditis Granulomatosa Tiroiditis subakut Obat-obatan yang menyebabka tirotoksikosis

2. Destruksi Kelenjar Tiroid

3. Lainnya

Pada Graves disease, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang menyerupai TSH, biasanya bahan bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. (1) Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal. (1) Gejala hipertiroid dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Penurunan berat badan (kurus) : metabolisme meningkat sehingga, lipolisis juga meningkat dan berujung pada penurunan berat badan beserta hiperlipidemia. Proteolisis yang meningkat juga menrunkan masa otot yang juga berpengaruh pada berat badan. 2. Cemas : Pada hipertiroid rangsangan simpatis meningkat karena adanya sifat simpamomimetik akibat sensitisasi katekolamin yang meningkat 3. Tremor : . efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik. 4. Goiter : pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormone hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar dan secara makroskopis dapat terlihat sebagai goiter 5. Exopthalmus : Bila pasien ini menderita graves disease (karena dikatakan pasien penglihatannya tertuju pada dokter saja), maka exoptalmus yang terjadi adalah karena proses autoimun dimana antigen retrobulbar yang mirip dengan reseptor 9

TSH sehingga terjadi inflamasi retrobulbar dengan pembengkakan otot mata, infiltrasi limfosit, akmulasi asam mukopolisakarida, dan peningkatan jaringan ikat retrobulbar C. Cephalgia: Pada pemeriksaan yang pertama kali (saat datang ke dokter pertama kali), nyeri dada yang dirasakan oleh Ny.Anna diduga oleh dokter sebagai angina pectoris. Selanjutnua dokter memberikan terapi terhadap diagnosa sementaranya berupa obat golongan nitrat, seperti nitrogliserin (ISDN). Pemberian obat tersebut memberi efek vasodilatasi pada pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan cepalgia. D .Gangguan Saluran Cerna Bagian Atas (Melena) Pada pasien dikeluhkan nyeri pada perutnya dan didapati tinja berwarna hitam (melena). Melena merupakan tinja yang bercampur dengan darah dari saluran cerna bagian atas, dan melalui proses pencernaan pada akhirnya keluar berwarna hitam. Penyebabnya perdarahan saluran cerna bagian atas kemungkinan akibat pasien meminum NSAID dimana menghambat COX 1 sehingga pembentukan prostaglandin yang berfungsi untuk memproteksi mukosa lambung terhambat, akibatnya asam lambung dapat dengan mudah mengerosi mukosa lambung dan terjadi perdarahan, Selain itu, tumor dan ulkus peptikum parah juga dapat menyebabkan perdarahan lambung. Hemoglobin yang terdapat dalam darah akan bercampur dengan asam lambung, teroksidasi, dan menjadi hematin asam yang berwarna coklat. Kemudian makanan yang bercampur hematin asam turun melalui proses pencernaan di usus halus dan usus besar sehingga terjadi proses kimiawi tertentu. Alhasil tinja berwarna hitam pada saat defekasi. (2) E. Hipertensi: Dalam tubuh terdapat pembuluh darah arteriol yaitu pembuluh resistensi utama. Pembuluh ini memiliki lapisan otot polos yang tebal yang dipersarafi oleh serat saraf simpatis. Otot polonya juga peka terhadap banyak perubahan kimiawi local dan terhadap beberapa hormone dalam sirkulasi. (6) Lapisan otot polos berjalan sirkuler mengelilingi arteriol, sehingga apabila berkontraksi, lingkaran pembuluh (dan jari- jarinya) menjadi lebih kecil resistensi meningkat aliran darah melalui pembuluh darah berkurang. 10

Dalam keadaan hipertiroid, maka mekanisme simpatomimetiknya berlebih rangsangan simpatis pada otot arteriol meningkat resistensi meningkat hipertensi F. Anemia Pada pasien didapatkan kadar hemoglobin sebesar 10,5 mg/dl dimana menunjukan anemia. Anemia pada pasien dapat diakibatkan melena yang diserita pasien atau akibat defisiensi (fe, folat, vitamin b12). (6) G. Gangguan pada mata Terjadi penumpukan karbohidrat kompleks yang menahan air. Retensi cairan di belakang mata mendorong bola mata ke depan, sehingga mata menonjol keluar dari ruang orbita. Bola mata dapat menjadi sangat menonjol sehingga kelopak mata tidak dapat menutup sempurna dan menyebabkan mata kering, teriritasi, dan rentan mengalami ulkus kornea. (2) H. Amenorrea Kelenjar tiroid normal diperlukan sekali untuk pengeluaran LH Hipofisis, menstruasi ovulatoar, fertilitas, dan kehidupan fetus. Peningkatan TRH akan meningkatkan hormone prolaktin sehingga menyebabkan hiperprolaktinemia, peningkatan ini menghambat FSH dan LH, sehingga menghambat pembentukan folikel dan terjadi gangguan haid. I.Insomnia peningkatan aktivitas simpatis menyebabkan peningkatan eksitabilitas neuromuscular sehingga terjadi insomnia. + Pemeriksaan Labolatorium Pasien Hasil Labolatorium Hb: 10,5 g/dl , N: 12-16 g/dl Leukosit : 6300 /mm3, N : 5000-10000 SGOT : 36 u/l, N : 5-41 u/l SGPT : 45 u/l, N : 5-40 u/l Ureum : 40 mg/dl, N : 15-40 mg/dl Interpretasi Menurun (Anemia) Normal Normal Meningkat Normal 11

Kreatinin : 0,7 mg/dl, N : 0,5-1,5 mg/dl + Pemeriksaan Penunjang Radiologi :

Normal

+ CTR : 62 %, N : < 50%, artinya terjadi pembesaran pada jantung + Elongatio Aorta : target organ damage EKG : + QRS rate :120x/menit, N : 60-100x/menit, meningkat, + Pada Lead II panjang tidak tampak gelombang P, kemungkinan adanya gangguan depolarisasi atrium + ST elevasi/depresi normal + Gelombang Q patologis (-) + Pemeriksaan tambahan dan penunjang lainnya yang diperlukan : Pemeriksaan tambahan 1. Labolatorium TSH, T3, T4, TSI 2. Endoskopi : untuk mengetahui adanya lesi pada saluran pencernaan bagian atas. 3. SADT : untuk mengetahui morfologi dan ukuran dari eritrosit Pemeriksaan Penunjang 1. Iodium Radioaktif (I-131) 2. USG kelenjar tiroid +Rencana Penatalaksanaan Tiga metode umum untuk menekan sekresi hormone tiroid yang berlebih : 1. Pengangkatan secara bedah sebagian kelenjar tiroid yang hipersekretif 2. Pemberian yodium radioaktif yang, setelah terkumpul di kelenjar tiroid oleh pompa yodium, secara selektif menghancurkan jaringan kelenjar tiroid 3. Penggunaan obat anti tiroid yang secara spesifik menggangu sintesis hormone tiroid. (contoh: PTU dan metimazole) Pada pasien ini, terapi yang diberikan dapat bersifat medikamentosa maupun non medikamentosa, yaitu: 12

1.Medikamentosa(1): + Obat antitiroid: a. Yodium radio aktif Karena pasien ini mengalami hipertiroid dengan gangguan jantung yang merupakan indikasi dari pemberian yodium radioaktif ini. Selain itu yodium radioaktif ini dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk menilai fungsi tiroid.Berdasarkan pengalaman ahli dikatakan bahwa pengobatan ini tidak mengganggu fertilitas, tidak bersifat karsinogenik ataupun teratogenik. Pada pasien wanita usia produktif sebelum diberikan yodium radioaktif perlu dipastikan tidak hamil walaupun tidak ditemukan kelainan pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapatkan pengobatan. (1) b. Metimazole Metimazole merupakan obat pilihan untuk obat antitiroid + Obat jantung hipertiroid: a. Propanolol (beta blocker) Propanolol diberikan pada pasien ini guna mengontrol hipertensi, dan sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala-gejala overaktivitas simpatis, terutama palpitasi, kegelisahan atau rasa cemas yang dideritanya Propanolol tidak menyebabkan vasodilatasi dan menyebabkan penurunkan aktivitas renin plasma sehingga tekanan darah dapat diharapkan kembali normal. Propanolol juga berperan dalam menghambat tremor yang diakibatkan lepasan epinefrin yang berlebihan. (6) +Obat Untuk Saluran Cerna Bagian Atas Sukralfat Sukralfat digunakan untuk sitoproteksi mukosa lambung 2.Non medikamentosa: (6) Pada pasien sudah ditemukan gejala ofthalmopatia derajat ringan, maka tata laksana yang sesuai adalah: hentikan merokok, hindari cahaya terang, hindari debu, tidur dengan kepala terangkat, air mata buatan, hindari konsumsi garam berlebih. Pasien juga dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam dan dokter mata, agar penanganannya lebih komprehensif. Untuk pasien dapat diindikasikan rawat inap bila didapati tanda tanda gagal jantung. + Prognosis 13

Ad vitam :bonam, pada pasien hipertiroid yang mendapatkan tatalaksana adekuat dan terkontrol, tidak akan mengancam nyawa pasien Ad fungsionam Ad sanationam :dubia ad bonam, pada pasien hipertiroid fungsi dari kelenjar tiroid dan alat :dubia ad bonam, pada hipertiroid dilakukan pengobatan dalam jangka tubuh lainnya dapat kembali normal, kecuali keadaan eksoftalmus (dapat menetap) panjang, sehingga perlu dimonitoragar pengobatan dapat di berikan secara adekuat. (6) Kelemahan utama pengobatan dengan obat anti tiroid adalah angka kekambuhan yang tinggi setelah pengobatan di hentikan, 25-90 % . Kekambuhan di pengaruhi oleh beberapa factor, antara lain dosis, lama pengobatan, kepatuhan pasien, dan asupan yodium dalam makanan. Kadar yodium yang tinggi dalam makanan menyebabkan kelenjar tiroid kurang sensitive terhadap obat anti tiroid.

BAB III PEMBAHASAN Ny. Ana diduga menderita hipertiroid atas beberapa alasan. Pada Ny Ana keluhan utamanya adalah jantung yang berdebar dan nyeri. Di awal kita harus mencari tahu mengapa keluhan pasien dapat terjadi. Memang benar bahwa pasien sempat didiagnosa menderita penyakit jantung sejak beberapa bulan yang lalu, namun kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan non kardiovaskular lain yang dapat menyebabkan palpitasi dan nyeri dada pada pasien, kemudian dari nyeri dada pasien, maka kita patut menanyakan bagaimana sifat nyeri dada tersebut, untuk membedakan dari nyeri pleuritis yang tajam dan nyeri dada pada jantung yang menjalar dan bersifat berat. Kemudian setelah dianamnesis lebih lengkap didapatkan bahwa pasien sempat didiagnosis penyakit jantung namun obatnya dihentikan karena mengeluh pusing. Diketahui bahwa ada golongan obat jantung yaitu golongan nitrat yang dapat menyebabkan vasodilataasi pada pembuluh 14

darah otak sehingga menyebabkan pusing.maka dari itu kemudian dokter memberikan obat lain yang kemungkinan untuk mengobati pusing dari pasien. Pasien juga mengeluhkan bahwa tinjanya berwarna hitam atau kita sebut melena yang disebabkan adanya perdarahan saluran cerna bagian atas, termasuk lambung. Dalam pengobatan nyeri kepala seringkali digunakan OAINS. Dan seperti yang kita ketahui ada golongan obat OAINS yang dapat menyebabkan iritasi pada lambung yakni golongan yang menghambat COX 1 sehingga prostalgandin pada lambung pasien tidak dapat dibentuk dan mengurangi proteksi lambung terhadap asam lambung. Golongan OAINS inilah yang kemungkinan memicu perdarahan pada lambung pasien dan berujung pada melena. Kemudian didapatkan anamnesis lanjutan berupa pasien tidak mendapatkan haid lagi sejak tiga tahun sementara umur pasien belum masuk dalam masa menopause yakni 39 tahun, kemudian dia juga mengeluh kesulitan tidur. Amenorea pada pasien ini kemungkinan terjadi akibat hipertiroidisme.Penjelasannya, kelenjar tiroid normal diperlukan sekali untuk pengeluaran LH Hipofisis, menstruasi ovulatoar, fertilitas, dan kehidupan fetus. Peningkatan TRH akan meningkatkan hormone prolaktin sehingga menyebabkan hiperprolaktinemia, peningkatan ini menghambat FSH dan LH, sehingga menghambat pembentukan folikel dan terjadi gangguan haid. Untuk kesulitan tidur yang dialami pasien juga dapat diakibatkan karena aktivitas simpatis dari pasien meningkat (4) Pemeriksaan dilanjutkan dari keadaan umum pasien, ditemukan cemas, keadaan sakit sedang, dan kurus tampilannya. Kemudian mata pasien tertuju pada dokter, ini menunjukan kemungkinan adanya exopthalmus, namun sebaiknya dilakukan pemeriksaan palpasi maupun totnometri untuk mengetahui adanya exopthalmus pada pasien karena tidak semua exopthalmus menunjukan tampilan klinis, dan kondisi ini terdapat pada graves disease. Tekanan darah yakni 155/85mmHg yang merupakan hipertensi sitolik, dengan disertai nadi yang meningkat menjadi 112x/menit, volumenya berubah-ubah. Ditemukan juga dari pemeriksaan fisik tekanan darah pasien 155/85 mmhg dan pembesaran kelenjar tiroid yang ditemukan pada inspeksi maupun palpasi. Dari hasil inilah kami mulai mencurigai adanya keadaan hipertiroid pada pasien. Selain itu ada juga ananmnesis tambahan yang perlu ditanyakan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis (lihat bab II). (6)

15

Pemeriksaan fisik pada jantung, HR tidak dapat ditentukan dan iramanya tidak teatur sama sekali. Dari auskultasi, bunyi jantung I dan II tidak konstan namun bisingnya negatif. Ini menandakan adanya kecurigaan gangguan kontraktilitas dan peningkatan frekuensi jantung akibat hipertiroid (bila ada). Namun, bising negatif menandakan juga tidak adanya gangguan anatomis baik penyempitan maupun pelebaran katup.maka dari itu. Adapun pemeriksaan tambahan untuk jantung akan dilakukan EKG. (4) Pemeriksaan lab, di dapatkan hb 10,5 g/dl. Dilihat dari kondisi pasien yang mengalami melena dapat menjadi salahsatu etiologi anemia pada pasien. Maka, perlu dilakukan pemeriksaan SADT untuk memastikan etiologi lain dari anemia tersebut, contohnya anemia defisiensi besi, didapatkan sel eritrosit yang morfologinya seperti pensil. SGPT ditemukan sedikit meningkat, kemungkinan terjadi karena metabolisme pada hipertiroid yang meningkat sehingga aktifitas enzim serum glutamat pirufat transaminase yang terdapat pada hepar dan jantung ikut meningkat Rontgent thorax dilakukan dengan hasil CTR 62% dan di temukan elongasio aorta. CTR yang melebihi nilai normal (50%) dapat di interpretasikan sebagai cardiomegali yang menunjukkan kompensasi pasien terhadap hipertensi dan gangguan supply demand pada HR yang meningkat. Elongatio aorta juga menandakan target organ damage aorta. EKG menunjukkan QRS rate 120x /menit yang menunjukkan peningkatan kontraksi ventrikel (N: 60-100x/menit).pada lead II tidak nampak gelombang p yang berarti adanya gangguan depolarisasi atrium. Gangguan yang tersering pada hipertiroid adalah atrial fibrilasi pada 50% kasus. ST elevasi/depresi negatif menandakan tidak adanya infark maupun iskemik.Gelompang Q patologis negatif menandakan tidak adanya riwayat infark miokardium. Gambaran ini menandakan tidak adanya gangguan aliran darah ke jantung pasien melainkan adanya masalah peningkatan rangsangan jantung berlebihan atau gangguan depolarisasi atrium dan rangsangan simpatis yang meningkat bila pasien ini benar- benar mengalami hipertiroid. (1) Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka, kami mendiagnosis Nyonya Anna menderita hipertiroidisme yang sudah berkomplikasi pada jantung. Kemudian pasien juga sudah mengalami tirotoksikosis diman gejala klinis dari hipertiroidisme sudah terjadi pada pasien ini. Adapun diagnosis dari anemia dan melena pasien dibedakan dari patofisiologi dan pemeriksaannya, atau tidak berhubungan dengan hipertiroidisme dari pasien.

16

Untuk menunjang diagnosis hipertiroidisme maka dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu kadar TSH, T4, T3 dan TSI untuk mengetahui etiologi, ditambah dengan pemeriksaan isotop radioaktif untuk melihat ambilan presentase iodium radioaktif oleh kelenjar tiroid. Normalnya ambilan mencapai 5-15% pada jam 5, dan 10-30% pada jam ke 24, berguna untuk mendiagnosis keadaan hipertiroidisme ditinjau tinggi pada keadaan graves , adenoma toksik, dan struma multinodular toksi. Sedangkan rendah pada intake iodida yang berlebihan, hipertiroidisme faktibia, dll. (6) Pada pasien dilakukan juga USG untuk mendeteksi kelainan anatomi, jaringan ektopik, dan tumor metastasis. Membedakan kistik atau padat. Pada melena pasien bila dicurigai perdarahan yang hebat maka dapat dilakukan selain Endoskopi juga Sediaan Apusan Darah Tepi (SADT) untuk anemia pada pasien. Penatalaksanaan pada pasien dibagi medikamentosa dan medikamentosa. Untuk medika mentosanya diberikan Iodium radioaktif yag merupakan obat pilihan utama pada penderita dewasa diatas 30 tahun dan pada pasien ini terdapat gangguan jantung yang merupakan indikasinya. Metazolam juga dapat diberikan Propanolol diberikan pada pasien ini untuk mengontrol hipertensi, dan sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala-gejala overaktivitas simpatis, terutama palpitasi, kegelisahan atau rasa cemas yang diderita. Propanolol juga tidak menyebabkan vasodilatasi dan dapat menyebabkan penurunan aktivitas renin plasma sehingga tekanan darah dapat diharapkan kembali normal. Propanolol juga berperan dalam menghambat tremor yang diakibatkan lepasan epinefrin yang berlebihan. Sukralfat digunakan untuk sitoproteksi mukosa lambung agar lambung dapat terproteksi dari asam lambung

17

BAB V PENUTUP Berdasarkan ananmnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan tambahan lainnya,diagnosa Nyonya Anna adalah hipertiroid. Ucapan Terima Kasih Kami mengucapkan terima kasih kepada : -Tuhan Yang Maha Esa - Tutor pembimbing, yaitu Dr. AzwardiRoezin, SpB - Para dokter selaku narasumber dalam perkuliahan - Serta teman- teman yang telah memberikan kontribusinya dalam pembuatan makalah ini. Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca 18

BAB IV DAFTAR PUSTAKA 1. Hadle, Mac E. Endocrinology. 5thed: Thyroid Hormone. New Jersey: Prentice Hall: 2002 2. Harrison. Prinsip- prinsip ilmu penyakit dalam edisi 13. Jakarta EGC 2000;5:2144-2151. 3. Ramirez JI, Petrone P, Kuncir EJ, Asensio JA. Thyroid strom induced by strangulation. Southern Medical Association 204;97:608-610 4. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sel. 2nd ed : Organ Endokrin Perifer Kelenjar Tiroid. Jakarta: EGC;2002;p 645-51 5. Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati s, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5nded. Jilid 3: Metabolik Endokrin. Jakarta: Interna Publishing; 2009; p 1993-2008

19

LAMPIRAN 1. Kemungkinan etiologi dan pathogenesis hipertiroidisme

20

Sumber : http://www.lfhk.cuni.cz/patfyz/Intranet/Tables/60/12.2.jpg 2.

Mengenai patofisiologi hipertiroidisme, sumber : imglanding? q=hyperthyroidism+pathophysiology&um=1&hl=id&biw=1440&bih=769&tbs=isch:1&tbnid=h6 wHcLxLkGit_M:&imgrefurl=http://mythyroide.blogspot.com/2010/12/pathophysiology_28.html& imgurl=http://4.bp.blogspot.com/_UYO5k-LRBq4/TRmvfWZiX6I/AA 3. Jalur diagnosis hipertiroidisme

21

Sumber : http://www.aafp.org/afp/2005/0815/afp20050815p623-f2.gif

22

You might also like