Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah yang banyak di jumpai masyarakat, baik karena penyakit periodontal, maupun masalah-masalah yang lainnya. Kehilangan gigi menimbulkan banyak masalah, baik masalah estetik, fonetik, maupun mastikasi seseorang. Hal ini yang menyebabkan penggunaan gigitiruan merupakan hal yang sangat penting. Dalam makalah ini, akan dibawakan modul tiga tentang Gigi Tiruan Penuh dan reparasi gigi tiruan. Kehilangan gigi bukan tidak mungkin terjadi pada semua gigi dalam satu rahang. Hal ini menunjukkan bahwa, Gigi Tiruan Sebagian Lepasan tidak lagi di indikasikan untuk pasien dengan keluhan seperti itu. Untuk itulah, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai penggunaan Gigi Tiruan Penuh. Selain itu, pada scenario dua modul ini, ada dijelaskan mengenai pasien yang memiliki keluhan bahwa gigi tiruannya longgar dan menimbulkan rasa nyaman. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan, bahkan setelah insersi gigi tiruan yang harus mampu ditangani dokter. Pada makalah ini dijelaskan bahwa seorang dokter gigi tidak hanya dituntut untuk mengerti mengenai pemasangan gigi tiruan, tetapi juga harus mengerti tentang instruksi pada pasien pasca insersi GT, reparasi apabila terjadi masalah pada gigi tiruan, dan sebagainya. Di makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal-hal yang lebih lanjut tentang gigi tiruan, khususnya gigi tiruan penuh.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang menyebabkan pasien sering merasakan sakit pada uluhati dan bagaimana pertimbangan prostodonsi nya? 2. Apa diagnose pada kasus? 3. Apakah rencana perawatan berdasarkan kasus pada scenario 1!
GIGI TIRUAN PENUH Page 1
4. Jelaskan indikasi dan kontra indikasi perawatan pada kasus, kekurangan dan kelebihan perawatan pada kasus! 5. Gambarkan dan jelaskan desain perawatan pada kasus! 6. Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum melakukan pembuatan GT? 7. Jelaskan retensi dan stabilitas pada GT! 8. Jelaskan prosedur mencetak anatomis dan fisiologis pada GTP! 9. Jelaskan prosedur pembuatan gigitan! 10. Jelaskan cara pemilihan dan penyusunan gigi artificial! 11. Jelaskan prosedur pembuatan GTP! 12. Jelaskan prosedur try in GTP ! 13. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum GTP! 14. Jelaskan kesalahan dan kegagalan dalam pembuatan GT! 15. Jelaskan macam-macam pekerjaan reparasi dan reparasi pada kasus! 16. Jelaskan teknik dan bahan relining, rebasing, dan reparasi GT! 17. Jelaskan instruksi apa yang diberikan dari drg kepada pasien pengguna GTP! 18. Jelaskan prognosis perawatan pada kasus! 19. Apa dampak jika tidak dilakukan reparasi pada GT sesuai scenario 2 khususnya terhadap mukosa mulut dan jaringan pendukung lainnya? dan pada saat dan sesudah insersi
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui hubungan penyakit ulu hati yang terjadi pada pasien dan masalah prostodonsia. 2. Untuk mengetahui diagnose pada kasus yang ada di scenario. 3. Untuk mengetahui rencana perawatan pada kasus scenario 1. 4. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi perawatan pada kasus, kekurangan dan kelebihan perawatan pada kasus. 5. Untuk mengetahui desain perawatan pada kasus. 6. Untuk mengetahui persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembuatan GT. 7. Untuk mengetahui retensi dan stabilitas pada gigi tiruan. 8. Untuk mengetahui prosedur mencetak anatomis dan fisiologis pada GTP.
GIGI TIRUAN PENUH Page 2
9. Untuk mengetahui prosedur pembuatan gigitan. 10. Untuk mengetahui cara pemilihan dan penyusunan gigi artificial. 11. Untuk mengetahui prosedur pembuatan GTP. 12. Untuk mengetahui prosedur try in. 13. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan pada saat dan sesudah insersi GTP. 14. Untuk mengetahui kesalahan dan kegagalan dalam pembuatan gigitiruan. 15. Untuk mengetahui macam-macam pekerjaan reparasi dan reparasi pada kasus. 16. Untuk mengetahui teknik dan bahan relining, rebasing dan reparasi GT. 17. Untuk mengetahui instruksi apa yang diberikan dari dokter gigi kepada pasien pengguna GTP. 18. Untuk mengetahui prognosis perawatan pada kasus. 19. Untuk mengetahui dampak jika tidak dilakukan reparasi pada gigitiruan sesuai scenario 2 khususnya terhadap mukosa mulut dan jaringan pendukung lainnya.
Page 3
BAB II PEMBAHASAN
2. Diagnosis
Pemeriksaan Subjektif Anamnesis: Pasien perempuan Usia 49 tahun Keluhan Utama: Skenario 1 (Gigitiruan penuh) sulit mengunyah merasa minder dalam pergaulan
GIGI TIRUAN PENUH Page 4
sering sakit pada ulu hati Skenario 2 (Gigitiruan longgar) Setelah 6 bulan pemakaian gigi tiruan pasien kembali dengan keluhan Pemakaian gigi tiruannya sakit Selalu terlepas pada saat dipakai makan Sisa makanan sering tertumpuk dibawah gigi tiruannya Pemeriksaan Objektif Pemeriksaan klinis: edentulos RA RB masih terdapat gigi 35, 31 dan 44 mobil derajat 3 terdapat tonjolan pada ridge regio anterior RA Setelah serangkaian pemeriksaan dilakukan dari kasus ini pasien dapat didiagnosis mengalami: Kondisi sistemik: Pencernaan terganggu Maag Kondisi dental: Edentulous totalis rahang atas dan rahang bawah et causa ekstraksi
3. Rencana Perawatan
Kondisi sistemik, sakit pada ulu hati Konsultasi gizi dan pemberian suplemen untuk memperbaiki pola makan Gigi 35, 31 dan 44 mobile derajat 3 Rujuk ke bagian bedah mulut untuk dilakukan pencabutan pada gigi tersebut sebab gigi yang mobile derajat 3 sulit untuk dipertahannkan apalagi untuk dijadikan retensi perawatan prostodontik. Setelah pencabutan di lakukan maka pada rahang bawah akan menjadi edentulous totalis, dan diindikasikan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh.
Tonjolan pada ridge regio anterior RA Jaringan Flabby merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperlplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma atau luka yang tidak dapat ditoleransi pada residual ridge. Makin tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula derajat flabby mukosa. (Boucher,1990)
Page 5
Flabby ridge adalah kondisi jangan lunak yang berlebih diatas alveolar ridge dan sering terdapat pada anterior superior karena masih adanya gigi anterior pada mandibula. Alveolar telah mengalami resorbsi yang banyak, dan digantikan oleh jaringan fibrous, yang juga bisa bersifat hypermobile tissue. Hal ini mengakibatkan hasil akhir pembuatan prothesa stabilitas dan fungsi fisiologisnya akan berkurang. Pada kasus yang ekstrim hampir seluruh alveolar ridge mengalami perubahan.(Basker,RM)Perawatan flabby mukosa sebelum pembuatan gigi tiruan mutlak diperlukan agar dihasilkan fungsi yang baik ketika pasien menggunakan gigi tiruan. Manajemen pada kondisi ini masih sesuatu yang kontroversial, pendapat yang ada terbagi atas dua. Pendapat pertama dengan tindakan bedah, yaitu membuang jaringan fibrous linggir flabby yang sangat ekstrim dan daerah ridge yang bergerak saja secara hati-hati pada setiap kasus, dimana kondisi kesehatan pasien juga harus diperhatikan. Mengurangi linggir yang atrofi dengan pembedahan menyebabkan linggir yang rendah dan datar atau linggir yang tajam dengan lapisan mukosa yang tipis. (Basker,RM) Pendapat kedua mempunyai pandangan yang berlawanan, menganggap bahwa tindakan bedah hendaknya dihindari karena jaringan fibrosa dapat berfungsi sebagai bantalan yang mengurangi trauma pada jaringan tulang dibawahnya. Bila jaringan lunak diambil, harus diganti dengan bahan landasan gigi tiruan yang lebih tebal dan berat berikut sulkusnya menjadi dangkal. Menurut Boucher (1994) hampir semua kasus flabby dapat dibuatkan gigi tiruan dengan baik tanpa tindakan bedah. Pembuatan gigi tiruan lengkap dikatakan berhasil apabila memiliki retensi yang memadai, stabilisasi dan dukungan (support) yang baik seperti keseimbangan otot-otot yang memadai. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan lengkap pada kasus flabby antara lain yaitu tehnik pencetakan. Tujuan utama pencetakan adalah untuk memperoleh retensi, stabilisasi dan support bagi gigi tiruan yang berguna untuk menjaga kesehatan jaringan di dalam rongga mulut. Terdapat beberapa teknik pencetakan dalam management flabby mukosa ini. Meski demikian tujuan dari semua teknik tersebut umumnya sama, yaitu untuk mengurangi pergerakan (distorsi) pada flabby tissue selama berfungsi. Bahan cetak yang digunakan yaitu hidrocolloid irreversible (alginate), impression plaster dan low atau medium viscosity
Page 6
elastomer. Untuk mendapatkan cetakan awal dapat menggunakan tehnik minimal displacive atau selective pressure impression tehnik. (Finber Allen, 2005) Pada pasien edentolus khususnya dengan mukosa flabby, selain teknik mencetak kita juga harus memperhatikan konstruksi sendok cetak dan bahan cetak. Jenis cetakan bagaimanapun yang akan dibuat, sendok cetak merupakan bagian yang terpenting dari prosedur pembuatan cetakan. Sendok cetak tidak boleh menyebabkan distorsi atau perubahan bentuk pada jaringan dan struktur yang harus berkontak dengan tepi-tepi serta permukaan poles gigi tiruan. Sendok cetak perorangan dibuat dengan peripheral seal yang disesuaikan per individu sehingga dapat mengendalikan jaringan lunak disekitar cetakan tetapi tidak menimbulkan distorsi. Edentulos RA Edentulous totalis ini diindikasikan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh.
SKENARIO 2 Gigi tiruan longgar Pada gigitiruan yang mengalami kelonggaran, kita bisa melakukan relining untuk fungsi mengembalikan gigi tiruan.
GIGI TIRUAN
PENUH
seluruh rahang
region layak
dipertahankan
penggunaan GT kemungkinan buruk. Gigi asli yang Masih tersisa terdapat Ada kesempatan
layak
dipertahankan
Gigi asli yang masih ada sudah tidak layak untuk dijadikan penyangga untuk gigitiruan sebagian.
Pendukung
Gigi asli yang masih ada sudah tidak layak untuk dijadikan gigi
penyangga untuk Gigitiruan Sebagian Bila dibuatkan Lebih stabil dan retetif kemudian efektif pilihan dan
dibuatkan
Page 8
GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya. Keadaan umum dan mulut sehat. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya prognosa dan yang kondisi pasien
akan diperoleh.
BERDASARKAN BAHAN PEMBUATANNYA KEUNTUNGAN Warna menyerupai gigi Mudah direstorasi kembali bila patah tanpa mengalami distorsi Mudah dibersihkan Mudah pengerjaannya dan KERUGIAN Mudah patah Menimbulkan macam-macam porositas Suatu termal konduktor yang baik Dapat mengalami perubahan bentuk Toleransi pasien kurang Dapat menimbulkan alergi
Pada scenario 2, akan diberikan pembahasan mengenai reparasi pada gigi tiruan. Dalam hal ini, ada indikasi dan kontra indikasi relining dan rebasing. INDIKASI RELINE :
Page 9
Ketika GT kehilangan atau kurang adaptasinya terhadap mukosa pendukungnya sedangkan semua faktor oklusi, estetik, relasi sentrik, DVO dan material basis GT baik. Hilangnya retensi GT Ketidakstabilan GT Food under denture (akumulasi makanan di bawah basis GT) Abused mucosa / Iritasi pada mukosa pendukung
KONTRA INDIKASI RELINE : 1. Gigi tiruan yang usang 2. 7 mm Kehilangan dimensi vertical lebih dari 7 mm 3. Inflamasi mukosa yang signifikan 4. Estetik gigi tiruan yang buruk 5. Masalah pengucapan akibat gigi tiruan INDIKASI REBASE : Under extended basis GT Untuk membuat post dam Terjadi resorpsi tulang alveolar yang local atau menyeluruh
INDIKASI REPARASI : GT masih dapat dikembalikan ke dalam mulut dengan baik. Basis akrilik GT retak atau patah Clasp GTS patah Penambahan clasp GTSL Penambahan anasir GT baru karena ada pencabutan gigi
Page 10
b. Tulang yang tajam dan tidak teratur c. Undercut ridge d. Prominent maxillary tuberosities e. Tori
2. Perluasan basis gigi tiruan 3. Pengap perifer (peripheral seal) Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan kekuatan terhadap pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan antara lain: Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigitiruan lawan atau gigi asli. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah. Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke permukaan poles. Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan otot dan tekanan fisik. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan GTP. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTP, terutama GTP rahang atas: 1) Faktor fisis: Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal dan lingual gigi tiruan bawah. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat fovea palatine. 2) Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif. 3) Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi olehbasis gigi tiruan. 4) Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagaipegangan terutama pada rahang atas.
Page 13
5) Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untukmenghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi. Stabilisasi pada gigi tiruan lengkap merupakan kekuatan menahan darisuatu gigi tiruan terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi(adanya tekanan fungsional).
Prosedur mencetak: Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Instruksi pada pasien Persiapan pasien seperti preparasi dan profilaksis, control saliva, dan control pasien hipersensitif Posisi pasien dan operator untuk rahang atas operator berada di belakang kanan pasien, kepala pasien setinggi dada operator, mulut pasien setinggi siku operator, dan kalau rahang bawah operator berada sebelah kanan depan pasien, mulut pasien setinggi antara bahu dan siku operator Try in sendok cetak ke mulut pasien Aduk bahan cetak dengan perbandingan 1 : 2 hingga homogen (halus dan mengkilat) Masukkan bahan ke sendok cetak Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien Mengisi daerah undercut Sentering Mengangkat bibir atas atau menurunkan bibir bawah Menekan sendok cetak, ditekan bagian tengah palatum supaya bahan mengalir secara merata kemudian baru tekan bagian posterior dan anterior
GIGI TIRUAN PENUH Page 14
Melepas sendok cetak dari rahang Mengeluarkan sendok cetak dari dalam mulut Evaluasi hasil cetakan anatomis: Hasil cetakan tidak boleh poreus, robek atau terlipat Hasil cetakan harus mencakup batas anatomis Tepi cetakan harus bulat Tepi sendok cetak tidak boleh terlihat Semua bagian ridge dan daerah jaringan lunak sampai batas mukosa bergerak dan tidak bergerak tercetak dengan baik Pengecoran dengan dental stone (gips tipe III) Cetak Fisiologis Membuat sendok cetak buatan/individuil Alat dan bahan: self curing akrilik, api spiritus, scalpel/lecron, bur, malam merah Gambar 2 batas pada model studi dengan pensil yiatu batas untuk muscle triming tepat difornik pada model dan batas untuk untuk sendok cetak buatan yaitu 2 mm dari fornik. Selapis lembar malam merah diatas permukaan jaringan sebagai wax spacer untuk bahan cetak Buat lobang pada malam di daerah molar dan caninus kiri atau kanan untuk stop vertical Aduk resin akrilik dan letakkan adonan merata di atas malam dan lubang stop vertical serta meliputi garis tepi Buat tangkai dari resin, untuk rahang atas cukup satu ditengah bagian anterior dengan posisi tangkai kearah bawah supaya tidak mengganggu pada saat muscle trimming Setelah resing mengeras lepaskan sendok cetak perotangan dari model Sempurnakan tepi sendok cetak Mencoba sendok cetak perorangan dalam mulut pasien dan periksa apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum dilakukan border molding/muscle trimming Border molding/muscle trimming Rahang Atas Letakkan green stick compound yang telah dipaskan pada tepi sendok cetak, dari ujung distal atau hamular notch ke frenulum bukalis.
Page 15
Panaskan lagi diatas api spiritus kemudian celupkan kedalam air hangat/tampering. Sendok cetak dengan GSC yang hangat tadi dimasukkan kedalam mulut pasien yang dibuka lebar, gerakkan rahang bawah ke kanan, kiri dan protrusive. Daerah frenulum bukalis secara unilateral, tarik pipi keluar ke bawah kemudian kedepan, ke belakang, ulangi pada posisi berlawanan. Lunakkan lagi compound pada frenulum bukalis secara unilateral. Sayap labial secara unilateral, lunakka compound, tarik bibir keluar dan kebawah atau pasien diminta melakukan gerakan menghisap. Lunakkan compound pada frenulum labialis serta tarik bibir atas ke depan. Rahang Bawah Sayap disto lingual dan area buccal self Daerah disto lingual dan post mylohyoid secara bilateral Lunakkan compound, masukkan ke mulut dan lidah, ditekan di distal palatum, kemudian ke vestibulum bukalis kanan dan kiri Membuat lubang pada sendok cetak Tujuan pembiatan lubang adalah untuk mengurangi tekanan waktu mencetak dan sebagai retensi bahan cetak terhadap sendok cetak serta mengalirkan sisa bahan cetak.lubang dibuat setelah sendok cetak siap untuk dicetak,karna jika dibuat kubang dulu,daerah yang nenerima tekanan berlebihan tidak dapat dikontrol (tekanan hidrolok terbebas), Teknik pembuatannya: Setelah sendok cetak dudukan tepat dan tepi sempurna, maka buatlah lubang pada: di atas puncak ridge molar atas dan bawah, daerah palatum keras sekitar garis tengah, daerah mukosa rahang yang mudah bergerak (flabby) untuk mencegah distorsi jaringan tersebut Lubang dibuat dengan bur bulat no.8 Berjarak tiap lubang 5mm Boxing dan Beading Tujuanya adalah: untuk mempertahankan bentuk tepi hasil yang tercatat pada model kerja.bentuk tepi dari hasil cetakan akan direproduksi menjadi bentuk tepi gigitiruan. Teknik pembuatannya : siapkan gulungan lilin atau beading wax setebal lebih 3-5 mm kemudian dicetakan dibawah ditepi seluruh hasi ceakan.
GIGI TIRUAN PENUH Page 16
untuk rahang atas penempelan beading wax berakhir dibelakang prossesus alveolarbagian posterior sebelah kiri kanan.untuk rahang bawah meliputi seluruh tepi hasil cetakan bagian labial,bukal dan lingual. untuk bagian lingual ,tempat lidah ditutupi dengan selembar wax yang digabung dengan beading wax yang sudah dicetakan. dibaguan luar beading wax diletakan untuk memebntuk basis dari model. kemudian hasil cetakan yang dilakukan boxing dicor dengan gips stone untuk mendapatkan model kerja ( model). beading dan boxing juga menggunakan wax sebelum diisi dengan gips dan metode ini yang lebih sering digunakan.bahan gips pada sendok cetak menggunakam algianat untuk menstabilkan posisi sendok cetak.
Page 17
posterior). Galangan gigit rahang bawah dibuat berkontak bidang dengan galangan gigit rahang atas bila dioklusikan. Pembuatan Galengan Gigit Fungsinya menggantikan prosesus alveolar yang telah hilang setelah mengalami resorpsi karena hilangnya gigi. Memperhatikan 3 daerah kontak yang berbeda antara kedua rahang, yaitu 2 daerah posterior dan 1 daerah anterior Galengan gigit dibuat di atas lempeng gigit Bahan terbuat dari malam model atau wax Galengan gigit dibuat dengan membentuk wax menjadi suatu gulungan memanjang yang kemudian diletakkan di atas lempeng gigit, kira-kira di pros. alveolaris Bentuk segi empat atau trapesium Guna galengan gigit untuk menentukan dukungan yang wajar bagi bibir dan pipi, menetapkan hubungan antar rahang, dan untuk tempat menyusun gigi-geligi. Penentuan Relasi Rahang dengan Bantuan Galengan Gigit Cara ini digunakan bila ada satu atau lebih daerah perluasan distal, atau sadel tertutup yang cukup lebar atau bila gigi yang masih ada sudah tidak kontak. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Penentuan Gigit a. Pastikan bahwa tidak ada gigi asli yang kontak prematur dan blocking b. Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee: Gigi yang ekstrud Bila gigi ekstrud sampai dengan 2 mm dapat dilakukan enameloplasty. Bila ekstrud lebih dari 2 mm, diindikasikan pemakaian gigi tiruan cekat. Reduksi gigi bisa terbatas oleh ukuran pulpa, panjang mahkota klinis ataupun keduanya. Jika ukuran pulpa mengganggu reduksi gigi, terapi endodontic harus dilakukan sebelum preparasi. Bila gigi sudah ekstrud cukup parah, misalnya berkontak dengan rigde antagonis dapat menimbulkan masalah. Bila tulang alveolar telah mengikuti erupsi gigi tersebut maka gigi tersebut dapat di cabut atau merekontur tulang tersebut. Gigi yang Tipping atau Malposisi
Page 18
Gigi posterior cenderung tipping ke anterior ketika terdapat ruang di mesial. Perawatan ortodontik untuk pergerakan gigi minor dapat digunakan untuk uprighting gigi tersebut. c. Berkurangnya Dimensi Vertikal d. Gigi dapat mengurangi dimensi vertikal seperti pada kasus atrisi dan intrusi. Bila hal ini terjadi perlu dilakukan peningkatan dengan menggunakkan resin acrylic overlay temporary removable device yang digunakan 24 jam selama 1-3 bulan. (Setelah pencetakan model kerja) Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee: Pada saat menggigit galangan gigit, tidak boleh dengan tekanan yang besar karena dapat menyebabkan displacement (pergerakan) mukosa dibawah basis, terutama pada kasus free end sehingga dapat mengakibatkan oklusi modeh rahang atas dan rahang bawah tidak tepat. Pencegahan: Sebelum pasien menggigit (beroklusi), lunakkan permukaan galengan gigit sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tekanan waktu beroklusi. Dapat juga dengan mengurangi galangan gigit 1mm, kemudian diganti dengan bahan cetak Zinc Oxide Eugenol Pasta atau gips cetak. Bila beroklusi, akan terlihat gambaran oklusal gigi antagonis pada galangan gigit dan tekanan yang diterima mukosa tidak besar. e. Insisal gigi anterior tidak boleh menyentuh basis galangan gigit rahang atas. f. Bagian posterior galangan gigit rahang atas tidak boleh menekan retromolar pad rahang bawah. g. Pada pembentukan basis model kerja, bagian posterior tidak boleh terlalu tinggi, karena dapat mengganggu oklusi model rahang atas dan rahang bawah.
Kurva manson Pemasangan gigi anterior: axisnya bersudut 5 terhadap mid line incisalnya menyentuh bite rim RB bagian 1/3 permukaan labial agak depresi axisnya bersudut 100 terhadap mid line incisalnya berjarak 1-2 mm dari bite rim RB permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim axisnya tegak lurus/ hampir sejajar dengan garis median incisalnya menyentuh bite RB bagian 1/3 labioservikal lebih prominen bagian servikal permukaan labial sedikit depresi axisnya tegak lurus dengan bidang insisal, sedikit ke labial perhatikan overjet dan overbite axisnya sedikit miring ke mesial dengan permukaan labial tegak lurus bidang insisal letaknya diantara axisnya sedikit ke mesial bagian servikal permukaan labial lebih prominen letak tonjolnya di antara Pemasangan gigi posterior, didahului dengan pemasangan gigi rahang atas kemudian pemasangan rahang bawah: axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal menggantung 1 mm axis tegak lurus bite rim RB kedua tonjol menyentuh bite rim RB sumbu gigi condong ke distal
GIGI TIRUAN PENUH Page 20
tonjol mesiopalatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung axis lebih miring daripada semua tonjol menggantung Gigi posterior RB yang harus dipasang pertama adalah gigi tonjol mesiopalatinal terhadap :
relasi Angle)
axisnya tegak lurus bite rim letaknya di antara antara P1 dan Caninus RA axisnya tegak lurus bite rim letaknya di antara P1 dan P2 RA axisnya tegak lurus bite rim tonjol mesiobukal tonjol mesio-bukal berada di antara tonjol mesiodistal dan dengan tonjol bukal terletak di fossa sentral antara dengan tonjol bukal terletak di fossa sentral
Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah Cara membuat : Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base plate, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTP, agar tersedia ruang yang cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border material). Sellac dilunakkan dengan cara memanaskan di atas lampu spiritus lalu ditekan diatas study model. Sellac dipotong sesuai batas-batas yang telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan kaninus kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai batas penekanan saat mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah dengan pembuatan postdam area yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak agar tidak mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat lubanglubang pada sendok cetak untuk mengurangi tekanan pada waktu mencetak. Lubang dibuat dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan jarak masing-masing lebih dari 5 mm.
b. Membuat cetakan model kerja Sendok cetak : Sendok cetak individual Bahan cetak : Elastomer (Exaflec) Metode mencetak : mucodynamic Cara mencetak: Rahang Atas Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operatordisamping kanan belakang. Pasien mengucapkan ah untuk mencetak vibrating line. Pasien mengucapkan oh untuk mencetak frenulum buccalis,frenulum labialis superior. Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting Cetakan dilepas dan dicuci Rahang Bawah Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah
Page 22
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operatordisamping kanan depan. Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulumlingualis. Pasien mengucapkan oh untuk mencetak frenulum buccalis,frenulum labialis inferior. Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting Cetakan dilepas, dan dicuci c. Membuat base plate Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone. Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga dibuatpostdam. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dariwax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate yang diperolehdihaluskan dan di atasnya dibuat bite rim dari wax. Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik,posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum retromolar dan media/linguadibatasi oleh linea mylohyoidea. Sedangkan untuk rahang atas adalah:peripheral seal dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating line danhamular notch. KUNJUNGAN III Tahap Klinis a. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan. Retensi adalah dayatahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan stabilisasi adalahdaya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi pengunyahanberlangsung. Retensi dapat di amati dengan memberikan tekanan padasalah satu sisi gigi tiruan (jika gigi tiruan terungkit, maka gigi tiruantersebut tidak retentif) atau dengan memberikan usaha pelepasan (gigitiruan yang retentif adalah gigi tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi dapatdiamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan mengucapkan ah.Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah tempatketika difungsikan. Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi / kohesi saliva.Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alatterjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over extension plat. Solusikeadaan ini adalah dengan
GIGI TIRUAN PENUH Page 23
mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal padaunder extension plat, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang, dan alatmenjadi tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat platyang baru. b. Penentuan profil pasien. Profil pasien disesuaikan dengan ras pasientersebut. Dalam kasus ini, pasien termasuk ras mongoloid yang memilikiciri khas profil cembung. Kecembungan profil dibuat dengan tonus ototlabial sebagai parameternya. Profil yang ideal, terbentuk jika otot bibirdalam keadaan isotonus. Apabila bibir tampak hipertonus, maka bagiananterior bite rim terlalu cembung sehingga harus dikurangi. Sebaliknya,jika bibir tampak hipotonus, maka bite rim kurang cembung sehinggaperlu ditambah dengan malam merah. c. Pencatatan Maxillo-mandibular relationship (MMR), caranya: Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran oklusaldiusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik dibawah ini : 4 mm dari meatus acusticus externus telinga kanan dan kiri spina nasalis anterior Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dandiisolasi. Selanjutnya record blok dipasang dengan posisi bite rim RA danRB harus tertutup secara sempurna (tidak boleh ada celah dan merupakansuatu garis lurus). Kemudian dicari dimensi vertical (inter occlusal distance),didapatkan dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut samadengan jarak hidung sampai dagu (PM = HD). Pada keadaan rest posisiPM = HD. Pengecekkan dimensi vertikal dapat dilakukan denganmengucapkan huruf M. Huruf M terdengar jelas jika dimensi vertikalcukup. Free way space dicek dengan pengucapan huruf S (huruf Sterdengar mendesis). Jika free way space kurang, maka huruf S sulitterucap, demikian halnya jika free way space berlebihan (terasa semburansaliva ketika pengucapan huruf S). Bite rim rahang atas dibuat sejajar dengan garis chamfer (garisyang berjalan dari ala nasi sampai titik tertinggi dari porus acusticusexternus) untuk bagian posterior dan sejajar garis pupil untuk bagiananterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm dibawah garis
Page 24
bibir atas/lower lip line (pada waktu posisi istirahat). Alat yang digunakan adalahocclusal guide plane. d. Centric relation record Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada suatu relasivertikal yang ditetapkan pada posisi mandibula paling posterior.HD = PM 2 mm. Pengurangan 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi bite rim rahang bawah dengan maksud sebagai free way space. Caramenentukan relasi sentrik yaitu dengan mengintruksikan pasien
untukmenengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga prosessusCondyloideus akan tertarik pada fossa bagian belakang karena tarikan dariotot dan mengintruksikan untuk menelan berulang-ulang. Untukmendapatkan sentrik relasi pasien disuruh melakukan gerakan mandibulaberulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut. Setelahmendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dangaris ketawa. Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan kemudian dicek dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka danmenutup mulut kemudian dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dantetap kedudukannya dalam keadaan oklusi sentrik. Rahang atas dan rahang bawah difiksasi dengan double V-grooveshape, caranya: dibuat V-groove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1;pada rahang bawah daerah Vgroove dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rimrahang bawah diberi gulungan malam kecil yang telah dilunakkan dibawahV-groove RA. V-groove pada RA diolesi vaselin. Rahang atas dan bawahdikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat,kemudian lakukan membuka dan menutup berulang-ulang. e. Pemasangan pada artikulator Jenis artikulator yang digunakan adalah anatomical type yang disebut freeplane articulator.Bagian-bagian articulator ini adalah: upper member, lower member,incisal guide pin dan mounting table. Cara kerja : Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar superiorpertama. Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan pedoman: garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garistengah mounting table, tepi luar
GIGI TIRUAN PENUH Page 25
anterior bite rim RA menyinggunggaris incisal edge mounting table, jarum horizontal incisal guide pinujungnya menyentuh tepi luar anterior dari bite rim model RA dantepat pada garis tengah bite rim. Fiksasi dengan wax pada mounting table. Buat adonan gips. Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahanpada bagian atas model kerja RA lalu upper member digerakkan kebawah sampai menekan gips yang ada pada model kerja RA. Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gipsyang memfiksir upper member dengan model RA kemudian tunggusampai keras. Mounting table dilepas dari artikulator kemudian artikulator dibalik. Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan oklusinya. Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gipsdituang pada model kerja RB kemudian lower member digerakkan kebawah sampai menekan adonan gips, setelah itu artikulator dibalik dangips dirapikan. KUNJUNGAN IV Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahangbawah. Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa: 1. Overbite dan overjet 2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut) 3. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa) 4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m). Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. KUNJUNGAN V Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior.Urutan pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB, setelah itu try inpada pasien.Untuk pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan: a. Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson b. Dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva VonSpee
Page 26
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.Perhatikan inklinasi dan kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukanpengamatan tehadap: 1. Oklusi 2. Stabilisasi gaya working dan balancing side 3. Estetis dengan garis kaninus 4. Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan. Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTP sebelum diproses dengan caramelatih pasien untuk memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruantersebut : 1. Dilatih berfungsi : bicara, menelan, mengunyah 2. Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan berkali-kali 3. Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik, dan oklusi sentrik
KUNJUNGAN VI Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, laludilakukan pengamatan pada : Oklusinya Stabilisasinya dengan working side dan balancing side Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lainsampai tidak ada gangguan KUNJUNGAN VII Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut dandiperhatikan retensi, oklusi dan stabilitas. Setelah itu berikan instruksi kepada pasien mengeni pemeliharaan dan penggunaan protesa. KUNJUNGAN VIII Setelah pemasangan GTP selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol adalah: a. Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak,ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah adarasa sakit.
Page 27
b. Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradanganatau perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi
Stabilisasinya dengan working side dan balancing side Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lain sampai tidak ada gangguan
Page 29
c. Stabilisasi Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.
Kontak oklusal defleksi pada molar 2 Kontak oklusal defleksi unilateral Penekanan dari basis gigi tiruan Iritasi pada daerah retro milohioid Perluasan berlebihan dari tepi gigi tiruan Gangguan oklusal anterior pada gerakan protrisif Kontak oklusal Iritasi pada daerah tuberositas Perubahan dimensi dari gigitiruan RA Penekanan dari basis gigitiruan Iritasi pada daerah raphe mediana Hilang dukungan Relief tidak cukup Kontak incisal berlebihan pada relasi sentrik Iritasi mukosa labial Bentuk berlebihan dari permuk. Labial gigi tiruan Tekanan dari bibir Iritasi yang seiringan pada sulkus labial, daerah retro milohioid Kebiasaan mengunyah yang jelek Gigi tiruan Rahang Atas longgar d. Hilangnya Retensi dan Stabilisasi Rahang Atas Gigi tiruan jatuh saat mulut dibuka lebar Basis posterior kurang luas Kurang post. Palatal seal Perluasan berlebihan pada bukkal, labial, hamular notch Gigi tiruan jatuh saat bernyanyi atau berbicara Kesalahan oklusi Kurang posterior palatal seal Perluasan kurang Perluasan berlebihan
GIGI TIRUAN PENUH Page 31
Gigi tiruan jatuh atau bergeser dari sisi seimbang Hubungan gigi terhadap linggir alveolus tidak tepat Gangguan di atas tonjol bukal, rahang atas, dan gigi rahang bawah, pada satu sisi kerja atau fungsioanal Kontak oklusal defleksi pada tonjol-tonjol sisi seimbang Hilang retensi bila ketawa Perluasan gigi tiruan tidak tepat Aktivitas otot wajah ekstrim Hilang retensi bila mencoba bersiul Gangguan pada border seal Kurangnya retensi menyeluruh Gangguan oklusi berlebihan Kurang border seal Bentuk tepi gigi tiruan yang salah Menurunnya jaringan daerah pendukung gigi tiruan Rahang Bawah Gigi tiruan terlepas Gangguan oklusal Hubungan susunan gigi dengan otot di sekitarnya Bentuk permukaan Gigi tiruan yang dipoles Posisi lidah yang retraksi Masalah pysikogenik
15.Reparasi
Reparasi gigi tiruan terdiri atas: a. Relining/pelapisan kembali Melapik (relining) suatu gigi tiruan adalah menempatka bahan baru pada permukaan basis gigi tiruan tanpa mengambil bahan basis gigi tiruan dalam jumlah yang berarti. b. Rebasing/Penggantian basis
Page 32
Mengganti basis (rebasing) membutuhkan teknik yang lebih rumit, melibatkan pengambilan seluruh basis gigi tiruan dan menggantinya dengan bahan yang baru c. Rekonstruksi
Pada kasus, dilakukan relining untuk memperbaiki gigi tiruan yang longgar.
Berbagai daerah ceruk pada permukaan dalam basis gigi tiruan diambil dan dibuat cetakan pada bagian dalam gigi tiruan. Untuk ini digunakan bahan cetak fungsional, yang didiamkan di dalam mulut selama satu atau dua hari; atau cetakan dibuat dengan menggunakan compound cetak (tracing stick) dan pasta cetak. Sejumlah bahan pelapik dapat digunakan langsung di dalam mulut. Bahan-bahan ini tidak membutuhkan pekerjaan laboratorium selain pemolesan atau pengasahan tepi-tepinya, tetapi sebagian besar dari bahan ini memburuk atau berubah warna setelah beberapa bulan, dan biasanya kurang memuaskan dibandingkan dengan bahan-bahan yang diproses di laboratorium. Teknik Mencetak Langkah Pertama : a. Terlepas dari macam bahan cetak yang digunakan , langkah pertama pada setiap pelapikan adalah mempersiapkan gigi tiruan agar mudah dilepas dari model. b. Sayap gigi tiruan yang terlalu panjang dikurangi, dan daerah ceruk diambil dari permukaan basis gigi tiruan tanpa mengurangi kelebihan sayap secara berlebihan. c. Kemudian bentuk tepid an postdam gigi tiruan disesuaikan dengan menggunakan kompoun batang hingga retensinya baik. d. Setelah memperbaiki bentuk perifer, dibuat sebuah lubang dengan diameter 3 mm di lengkung langit-langit gigi tiruan, dan setelah dikeringkan ditempatkan selapis tipis pasta cetak pada seluruh permukaan basis. Gigi tiruan dimasukkan ke dalam mulut sambil ditekan kuat-kuat sampai bahan cetak mengeras.
GIGI TIRUAN PENUH Page 33
Langkah Kedua e. Bila kedua gigi tiruan harus dilapik, cetakan rahang bawah dibuat lebih dahulu. Bahan cetak akan membuat gigi tiruan bawah stabil sementara cetakan rahang atas dibuat. f. Waktu mencetak rahang bawah, gigi tiruan bawah ditahan dengan jari kita di region premolar, dan pasien diminta untuk mengangkat dan menjulurkan lidahnya sehingga ujung lidah menyentuh bibir atas, dan punggung lidah menyentuh palatum saat mulut dalam keadaan setengah tertutup. Hendaknya lidah tidak diberi kesempatan untuk melakukan gerakan-gerakan, karena gerakan-gerakan ini akan menimbulkan lipatan-lipatan pada bahan cetak di lingualis. g.Gigi tiruan atas dipasang dengan menekannya kuat-kuat ke atas dan ke belakang. h.Pasien diminta untuk menekuk lidahnya kebelakang sambil mengatupkan gigi pada relasi sentrik sampai gigi tiruan menduduki tempatnya. Perhatikan benar-benar agar pasien tidak memajukan rahang bawahnya, karena hal ini dapat mendorong gigi tiruan atas ke depan dan gigi tiruan bawah ke belakang, dan menghasilkan oklusi yang salah. i. Bila sudah puas bahwa oklusi sudah benar, sebaiknya gigitiruan atas di tahan di tengahtengah palatum dengan jari daripada percaya pada kemampuan pasien untuk
mempertahankan hubungan kedua rahang dalam relasi sentrik. Bila gigitiruan akan diganti basisnya, sebaiknya digunakan cara yang tidak langsung. Cara Tidak Langsung
Pada cara tidak langsung, sendok cetak digunakan untuk membuat cetakan, dan gigi tiruannya dipasang pada model, yang kemudian dipasang pada articulator. Kemungkinan kesalahan disini sudah tentu lebih besar, tetapi kesalahan-kesalahan ini dapat dikurangi dengan menggunakan bahan-bahan cetak fungsional pada permukaan dalam gigi tiruan selama satu atau dua hari sebelum menggunakan cara yang tidak langsung. Gigi tiruan akan ditempatkan pada model dengan lebih tepat. Bila basis kedua gigi tiruan akan diganti, kesalahan dapat diperkecil lagi dengan membuat catatan lilin di antara gigi atas dan bawah setelah pembuatan cetakan. Bila dimensi vertical perlu dinaikkan, tanda untuk bidang median dan bidang oklusal dapat diberikan pada catatan lilin. Setelah model dibuat, bagian palatum dan sayap gigi tiruan dikurangi atau dibuang agar gigi
GIGI TIRUAN PENUH Page 34
tiruan dapat ditempatkan dengan tepat di atas model. Catatan lilin diletakkan pada tempatnya dan kedua model dipasang pada articulator. Akrilik berbentuk tapal kuda dengan gigi-gigi diatasnya ditempelkan dengan lilin pada model sehingga titik mesio-insisal dan bidang oklusal berimpit dengan cetakan lilin. Lilin kemudian digunakan untuk membentuk basis gigi tiruan atas yang baru. Kemudian gigi tiruan bawah yang sudah dikurangi dioklusikan dengan yang atas, dan basisnya disselesaikan seperti pada rahang atas. Gigi tiruan kemudian dicobakan di dalam mulut untuk memeriksa oklusinya sebelum diproses.
17.
Page 35
Pasien secara berangsur-angsur akan melupakan beratnya maslaah yang dihadapinya. Banyak pasien yang menunjukkan bahwa gigi tiruannya selalu enak dipakai walaupun terpaksa menjalani beberapa periode yang sulit. o Penampilan dengan gigi tiruan baru Pasien harus mengerti bahwa penampilannya dengan gigi tiruan baru secara berangsur-angsur akan menjadi lebih alami (wajar). Saat pertama kali gigitiruan dipasang, ia akan merasa aneh dan terasa seolah-olah mulutnya penuh, dan pipi serta biibirnya terasa membengkak. Hal ini akan seccara bertahap membaik setelah pasien kehilangan ketegangan dan lebih percaya diri. o Pengunyahan dengan Gigi Tiruan Baru Belajar mengunyah secara memuaskan dengan gigi tiruan baru biasanya memerlukan paling sedikit 6-8 minggu. Pasien akan menjadi bosan kecuali jika mereka menyadari bahwa periode belajar ini harus dijalani. Pasien dapat diberitahu bahwa otot-otot ini harus mempelajari apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan. o Bicara dengan Gigi Tiruan Baru Penyesuaian lidah untuk menerima perubahan begitu besar sehingga sebagian pasien dapat berbicara lancer dengan gigi tiruanny yang baru dalam beberapa minggu. o Kebersihan Mulut dengan Gigi Tiruan Pasien harus diyakinkan akan pentingnya mempertahankan kebersihan mulut guna pemeliharaan kesehatan rongga mulutnya. Pasien harus dianjurkan untuk mencuci gigi tiruan dan mulutnya jika mungkin setiap kali sesudah makan. Sekali dalam sehari gigi tiruan perlu dikeluarkan dari mulut dan direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan sekurang-kurangnya 30 menit. Merendam gigi tiruan di dalam larutan itu selama satu malam malah lebih baik. Setelah gigi tiruan dikeluarkan dari larutan pembersih, harus disikat dulu dengan sikat yang lunak dan dicuci sampai bersih. Sebaiknya penyikatan dilakukan di atas ember berisi air atau dilandasi dengan basah agar tidak pecah bila terjatuh.
GIGI TIRUAN PENUH Page 36
o Mempertahankan Sisa Alveolar Tulang alveolar tidak diciptakan untuk menerima beban kunyah yang ditimbulkan oleh gigi tiruan lengkap. Karena itu pasien, khususnya jika kesehatan umumnya agak terganggu, mungkin akan mengalami iritasi pada jaringan atau rasa tidak enak pada mukosa mulutnya, pasien disarankan untuk melepas gigi tiruannya dan mengistirahatkan mulutnya untuk sementara waktu untuk menghindari semakin memburuknya jaringan yang teriritasi. Namun, pasien disarankan untuk menggunakan beberapa jam sebelum berangkat ke klinik, sehingga titik-titik yang menimbulkan sakit dapat terlihat dengan jelas,dan perbaikan dapat dilakukan secara tepat. Yakinkan pasien bahwa hanya dokter gigilah yang bisa memperbaiki gigitiruan yang rusak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbaikan sendiri oleh pasien tersebut. Pasien juga disarankan untuk melepas gigitiruan pada malam hari agar jaringan pendukung dapat beristirahat dari tekanan yang jatuh pada tulang alveolar. Bubungan alveolar dapat rusak karena pemakaian lem adhesive gigi tiruan dan bahan pelapis yang dipasang sendiri. Sebaiknya dokter juga menyiapkan instruksi tertulis atau bahan penyluhan formal yang lain untuk pasien.
18.Prognosis Perawatan
Prognosis adalah suatu perdiksi terhadap kemungkinan keberhasilan dalam suatu perawatan yang dibuat berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis penyakit dan faktor-faktor resikonya. Prognosis ditentukan sesudah diagnosis ditetapkan dan sebelum perawatan dilakukan. Dalam menentukan prognosis, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antaralain: a. Faktor klinis, seperti usia pasien, keparahan penyakit dan kerja sama pasien. b. Faktor sistemik, seperti penyakit diabetes dan faktor genetik. c. Faktor lokal seperti oral hygiene, faktor anantomis dan faktor prostetik. Menurut M.M. House (1937), prognosis perawatan di tentukan oleh karakter pasien :
GIGI TIRUAN PENUH Page 37
Philosopical Mind o Rasional, tenang, seimbang dan percaya pada dokter. o PROGNOSIS : Baik.
Exacting or Critical Mind o Serba teratur, terlalu hati-hati, ingin segala sesuatu secara tepat, kadangkadang keseehatannya buruk. o PROGNOSIS : Baik jika sikap kritis dan tendensinya sepadan dengan kecerdasannya.
Hysterical Mind o Gugup dan tidak memperdulikan kesehatan mulutnya. o Keputusan relative meragukan. o Tidak kooperatif dan sulit menerima alas an. o PROGNOSIS : Relatif, karena penderita cenderung mengeluh dan mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya.
Indifferent Mind o Cuek terhadap penampilan dan mastikasinya. o Tidak mau merepotkan diri terhadap pemasangan protesa. o PROGNOSIS : Buruk, kecuali jika penerangan dan instruksi berhasil dengan baik.
Menentukan prognosis memerlukan estimasi akurat dari : Penyakit yang terjadi bersamaan Keparahan masalah Sikap pasien Reaksi sebelumnya yang merugikan Kemampuan untuk mematuhi dan berkeja sama Besarnya keutungan melawan biaya dan resiko yang ditimbulkan Beberapa hal yang memepangaruhi prognosis : Bedah Mulut
Page 38
Keadaan penyakit sistemik (meliputi kemampuan untuk bertahan mengatasi tekanan bedah, perhatian terhadap bakteremia, status koagulasi, imunosupresi), ankilosis, gigi yang dirawat endodontik, kelebaran jaringan ridge yang terkeratinisasi, kontur ridge, potensi ridge maksila dan mandibula untuk fraktur, dan lain-lain. Protesa cekat Karies, kebersihan muut, penyakit periodontal, plane oklusal, kebiasaan parafungsional, dukungan tulang, keadaan gigi penyangga, status endodontik, dentisi/gigi-gigi yang berlawanan, jumlah dan posisi gigi yang akan digantikan, dan lain-lain. Gigi tiruan lepasan sebagian Dimensi vertikal (vertikal space), karies, penyakit periodontal, bruxism, konfigurasi dan integritas abutment, ketangkasan pasien, kebersihan mulut, saliva, dan lain-lain. Gigi tiruap lengkap Persepsi kebutuhan pasien, dimensi vertikal, bentuk dan ukuran rahang, hubungan rahang, status neuromotorik, refleks muntah, torus, dan lain-lain.
Iritasi pada ridge bisa disebabkan oleh beberapa factor, misalnya vertical dimensi yang berlebihan, free way space yang hilang, bisa pula oleh relasi horizontal yang tidak benar pada protesa rahang atas dan rahang bawah yang bisa menyebabkan protesa tidak stabil, oleh kontak premature dalam oklusi sentrik, atau karena penyusunan gigi posterior di luar dukungan tulang. Semua kemungkinan ini harus diperiksa bila pasien mengeluhkan rasa sakit pada ridgenya.
GIGI TIRUAN PENUH Page 39
Kadang-kadang pula, iritasi mukosa pada daerah perifer biasanya disebabkan oleh ketebalan tepi-tepi protesa dan hal ini tentu dengan gampang dapat diperbaiki dengan mengurangi tepitepinya.
Page 40
Kesimpulan : Dari pembahasan yang sudah disampaikan di atas, kita bisa menarik beberapa kesimpulan yang berdasarkan pembahasan.
1. Keluhan: Rasa sakit pada uluhati :Gigi yang hilang menyebabkan terjadinya gangguan
pengunyahan dapat mempengaruhi asupan makanan dan status gizi seseorang. Efisiensi pengunyahan sangat dipengaruhi oleh status fungsional gigi geligi di rongga mulut. Kemampuan penurunan fungsi pengunyahan berhubungan dengan proses pencernaan di dalam tubuh. 2. Diagnosis Kondisi sistemik: Pencernaan terganggu Maag Kondisi dental: Edentulous totalis rahang atas dan rahang bawah et causa ekstraksi 3. Rencana Perawatan Kondisi sistemik, sakit pada ulu hati Konsultasi gizi dan pemberian suplemen untuk memperbaiki pola makan Gigi 35, 31 dan 44 mobile derajat 3 Rujuk ke bagian bedah mulut untuk dilakukan pencabutan pada gigi tersebut sebab gigi yang mobile derajat 3 sulit untuk dipertahannkan apalagi untuk dijadikan retensi perawatan prostodontik. Setelah pencabutan di lakukan maka pada rahang bawah akan menjadi edentulous totalis, dan diindikasikan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh. Tonjolan pada ridge regio anterior RA Perawatan flabby mukosa sebelum pembuatan gigi tiruan mutlak diperlukan agar dihasilkan fungsi yang baik ketika pasien menggunakan gigi tiruan. Manajemen pada
kondisi ini masih sesuatu yang kontroversial, pendapat yang ada terbagi atas dua. Pendapat pertama dengan tindakan bedah, yaitu membuang jaringan fibrous linggir flabby yang sangat ekstrim dan daerah ridge yang bergerak saja secara hati-hati pada setiap kasus, dimana kondisi kesehatan pasien juga harus diperhatikan. Mengurangi linggir yang atrofi dengan
Page 41
pembedahan menyebabkan linggir yang rendah dan datar atau linggir yang tajam dengan lapisan mukosa yang tipis. (Basker,RM) Pendapat kedua mempunyai pandangan yang berlawanan, menganggap bahwa tindakan bedah hendaknya dihindari karena jaringan fibrosa dapat berfungsi sebagai bantalan yang mengurangi trauma pada jaringan tulang dibawahnya. Bila jaringan lunak diambil, harus diganti dengan bahan landasan gigi tiruan yang lebih tebal dan berat berikut sulkusnya menjadi dangkal. Menurut Boucher (1994) hampir semua kasus flabby dapat dibuatkan gigi tiruan dengan baik tanpa tindakan bedah. Pembuatan gigi tiruan lengkap dikatakan berhasil apabila memiliki retensi yang memadai, stabilisasi dan dukungan (support) yang baik seperti keseimbangan otot-otot yang memadai. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan lengkap pada kasus flabby antara lain yaitu tehnik pencetakan. Edentulos RA Edentulous totalis ini diindikasikan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh.
SKENARIO 2 Gigi tiruan longgar Pada gigitiruan yang mengalami kelonggaran, kita bisa melakukan relining untuk fungsi mengembalikan gigi tiruan.
4. Indikasi, Kontraindikasi, Kelebihan, dan Kekurangan Perawatan Indikasi Edentulous pada seluruh regio rahang Gigi asli yang tersisa tidak layak untuk dipertahankan Gigi asli yang masih ada sudah tidak layak untuk dijadikan gigi penyangga untuk Gigitiruan Sebagian Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh. Kontraindikasi Gigi asli masih layak untuk dipertahankan
GIGI TIRUAN PENUH Page 42
Masih terdapat gigi asli yang mampu dijadikan penyangga untuk gigitiruan pengganti gigi yang hilang INDIKASI RELINE : Ketika GT kehilangan atau kurang adaptasinya terhadap mukosa pendukungnya sedangkan semua faktor oklusi, estetik, relasi sentrik, DVO dan material basis GT baik. Hilangnya retensi GT Ketidakstabilan GT Food under denture (akumulasi makanan di bawah basis GT) Abused mucosa / Iritasi pada mukosa pendukung
KONTRA INDIKASI RELINE : 6. Gigi tiruan yang usang 7. 7 mm Kehilangan dimensi vertical lebih dari 7 mm 8. Inflamasi mukosa yang signifikan 9. Estetik gigi tiruan yang buruk 10. Masalah pengucapan akibat gigi tiruan INDIKASI REBASE : Under extended basis GT Untuk membuat post dam Terjadi resorpsi tulang alveolar yang local atau menyeluruh
INDIKASI REPARASI : GT masih dapat dikembalikan ke dalam mulut dengan baik. Basis akrilik GT retak atau patah Clasp GTS patah Penambahan clasp GTSL Penambahan anasir GT baru karena ada pencabutan gigi Kelebihan dan KekuranganGigitiruan Penuh berdasarkan material yang digunakan Akrilik Kelebihan Warna menyerupai gigi
GIGI TIRUAN PENUH Page 43
Mudah direstorasi kembali bila patah tanpa mengalami distorsi Mudah dibersihkan Mudah pengerjaanya dan manipulasinya Kekuatannya cukup Harganya cukup murah dan tahan lama Kekurangan Mudah patah Menimbulkan macam-macam porositas Suatu termal konduktor yang baik Dapat mengalami perubahan bentuk Toleransi pasien kurang Dapat menimbulkan alergi
5.
Desain Perawatan pada Kasus DESAIN UTAMA GIGI TIRUAN PENUH RAHANG ATAS Material : - Basis akrilik - Anasirgigiakrilik RAHANG BAWAH Material : - Basis akrilik - Anasirgigiakrilik Keterangan: Warna merah : basis GT akrilik Warna hitam : tanda x (gigi hilang tapi tidak diganti)
6.
Page 44
Sebelum melakukan prosedur pembuatan gigi tiruan maka diperlukan persiapan dalam mulut (mouth preparation) yang dapat berakibat patologis terhadap jaringan karena penggunaan gigitiruan. Sehingga diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu dan melakukan perawatan yang terdiri atas dua hal yang mempengaruhi keadaan rongga mulut yaitu terkait mukosa oral dan tulang. Keadaan yang mempengaruhi mukosa oral a. Denture stomatitis b. Palatal infl ammatory papillary hyperplasia c. Angular stomatitis (angular cheilitis) d. Shallow sulci e. Denture-induced hyperplasia f. Prominent frena. Keadaan yang mempengaruhi tulang a. Patologis tulang b. Tulang yang tajam dan tidak teratur c. Undercut ridge d. Prominent maxillary tuberosities e. Tori
7.
Retensi dan Stabilitas Gigitiruan Penuh RETENSI Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigitiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan retensi GTL adalah : o Tekanan Permukaan o Gaya-gaya dalam Cairan o Tekanan Atmosfer Retensi terutama dipengaruhi oleh tiga factor dalam desain gigi tiruan : 1. Ketepatan kontak antar basis gigi tiruan dan mukosa mulut 2. Perluasan basis gigi tiruan 3. Pengap perifer (peripheral seal)
Page 45
Stabilisasi pada gigi tiruan lengkap merupakan kekuatan menahan darisuatu gigi tiruan terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi(adanya tekanan fungsional).
8.
Prosedur Mencetak Anatomis dan Fisiologis Cetak Anatomis Prosedur mencetak: Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Instruksi pada pasien Persiapan pasien seperti preparasi dan profilaksis, control saliva, dan control pasien hipersensitif Posisi pasien dan operator untuk rahang atas operator berada di belakang kanan pasien, kepala pasien setinggi dada operator, mulut pasien setinggi siku operator, dan kalau rahang bawah operator berada sebelah kanan depan pasien, mulut pasien setinggi antara bahu dan siku operator Try in sendok cetak ke mulut pasien Aduk bahan cetak dengan perbandingan 1 : 2 hingga homogen (halus dan mengkilat) Masukkan bahan ke sendok cetak Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien Mengisi daerah undercut Sentering Mengangkat bibir atas atau menurunkan bibir bawah Menekan sendok cetak, ditekan bagian tengah palatum supaya bahan mengalir secara merata kemudian baru tekan bagian posterior dan anterior Melepas sendok cetak dari rahang Mengeluarkan sendok cetak dari dalam mulut Pengecoran dengan dental stone (gips tipe III) Cetak Fisiologis Membuat sendok cetak buatan/individuil Border molding/muscle trimming Membuat lubang pada sendok cetak Boxing dan Beading
Page 46
9.
Prosedur Penentuan Gigitan (Record Block) Pembuatan oklusi jika oklusi tidak ada Dengan basis dan galangan gigit pada rahang atas dan rahang bawah: 1. Tentukan DV istirahat 2. Dapatkan DV oklusal 3. Tentukan relasi sentris 4. Fixasi galangan gigit rahang atas dan bawah
10.
Pemilihan dan Penyusunan Gigi Artifisial Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan gigi: Penyusunan gigi anterior : inklinasi,tonjol gigi,dan sebaginya Penyusunan gigi posterior didasarkan oleh berbagai kurva antara lain: Kurva spee Obliq Kurva manson Pemasangan gigi anterior: axisnya bersudut 5 terhadap mid line incisalnya menyentuh bite rim RB bagian 1/3 permukaan labial agak depresi axisnya bersudut 100 terhadap mid line incisalnya berjarak 1-2 mm dari bite rim RB permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim axisnya tegak lurus/ hampir sejajar dengan garis median incisalnya menyentuh bite RB bagian 1/3 labioservikal lebih prominen bagian servikal permukaan labial sedikit depresi axisnya tegak lurus dengan bidang insisal, sedikit ke labial perhatikan overjet dan overbite
Page 47
axisnya sedikit miring ke mesial dengan permukaan labial tegak lurus bidang insisal letaknya diantara axisnya sedikit ke mesial bagian servikal permukaan labial lebih prominen letak tonjolnya di antara Pemasangan gigi posterior, didahului dengan pemasangan gigi rahang atas kemudian pemasangan rahang bawah: axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal menggantung 1 mm axis tegak lurus bite rim RB kedua tonjol menyentuh bite rim RB sumbu gigi condong ke distal tonjol mesiopalatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung axis lebih miring daripada semua tonjol menggantung Gigi posterior RB yang harus dipasang pertama adalah gigi tonjol mesiopalatinal terhadap :
relasi Angle)
axisnya tegak lurus bite rim letaknya di antara antara P1 dan Caninus RA axisnya tegak lurus bite rim letaknya di antara P1 dan P2 RA
GIGI TIRUAN PENUH Page 48
axisnya tegak lurus bite rim tonjol mesiobukal tonjol mesio-bukal berada di antara tonjol mesiodistal dan
11.
Prosedur Pembuatan Gigitiruan Penuh KUNJUNGAN I Anamnesa dan pemeriksaan obyektif Membuat cetakan studi model Sendok cetak : stock tray Bahan cetak : elastic impression (alginat) Metode mencetak : mucostatic
KUNJUNGAN II Membuat dan mencoba sendok individual Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah Membuat cetakan model kerja Membuat base plate
KUNJUNGAN III Tahap Klinis Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan. Penentuan profil pasien. Pencatatan Maxillo-mandibular relationship (MMR), caranya: Centric relation record Pemasangan pada artikulator
KUNJUNGAN IV Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahangbawah. Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa: 1. Overbite dan overjet
GIGI TIRUAN PENUH Page 49
2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut) 3. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa) 4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m). Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. KUNJUNGAN V Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior.Urutan pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB, setelah itu try inpada pasien.Untuk pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan: a. Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson b. Dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva VonSpee Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.Perhatikan inklinasi dan kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukanpengamatan tehadap: 1. Oklusi 2. Stabilisasi gaya working dan balancing side 3. Estetis dengan garis kaninus 4. Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan. KUNJUNGAN VI Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, laludilakukan pengamatan pada : Oklusinya Stabilisasinya dengan working side dan balancing side Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lainsampai tidak ada gangguan KUNJUNGAN VII Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut dandiperhatikan retensi, oklusi dan stabilitas. Setelah itu berikan instruksi kepada pasien mengeni pemeliharaan dan penggunaan protesa.
Page 50
KUNJUNGAN VIII Setelah pemasangan GTP selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol adalah: a. Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak,ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah adarasa sakit. b. Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradanganatau perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi
12.
Prosedur Try-In Gigitiruan Penuh Prosedur try-in meliputi beberapa tahap pada bebrapa kali kunjungan, yaitu dari kunjungan keempat hingga keenam. Berikut urutannya: Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa: Overbite dan overjet Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut) Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa) Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m). Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. Setelah pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas dilakukan try-in pada pasien dengan memeriksa: Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson Dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva Von Spee Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in. Perhatikan inklinasi dan kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan tehadap: Oklusi Stabilisasi gaya working dan balancing side Estetis dengan garis kaninus Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan. Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu dilakukan pengamatan pada : Oklusinya
Page 51
Stabilisasinya dengan working side dan balancing side Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lain sampai tidak ada gangguan
13.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Insersi Faktor yang harus diperhatikan adalah pengamatan terhadap gigiruan berupa: 1. Permukaan polis/permukaan mekanis 2. Permukaan anatomis/permukaan yang menghadap jaringan Pada saat insersi a. Arah pemasangan b. Hambatan saat pemasangan Setelah Insersi Setelah protesa diinsersikan dalam mulut dan diperhatikan: a. Retensi b. Oklusi c. Stabilisasi
14.
Kesalahan-Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Gigitiruan Penuh a. Estetis b. Fonetik c. Iritasi Jaringan Lunak d. Hilangnya Retensi dan Stabilisasi
15. 16.
Reparasi Reparasi gigi tiruan terdiri atas: Relining/pelapisan kembali Rebasing/Penggantian basis Rekonstruksi Teknik dan Bahan Reparasi Cara Langsung
Page 52
Berbagai daerah ceruk pada permukaan dalam basis gigi tiruan diambil dan dibuat cetakan pada bagian dalam gigi tiruan. Untuk ini digunakan bahan cetak fungsional, yang didiamkan di dalam mulut selama satu atau dua hari; atau cetakan dibuat dengan menggunakan compound cetak (tracing stick) dan pasta cetak. Sejumlah bahan pelapik dapat digunakan langsung di dalam mulut. Bahan-bahan ini tidak membutuhkan pekerjaan laboratorium selain pemolesan atau pengasahan tepi-tepinya, tetapi sebagian besar dari bahan ini memburuk atau berubah warna setelah beberapa bulan, dan biasanya kurang memuaskan dibandingkan dengan bahan-bahan yang diproses di laboratorium. Cara Tidak Langsung
Pada cara tidak langsung, sendok cetak digunakan untuk membuat cetakan, dan gigi tiruannya dipasang pada model, yang kemudian dipasang pada articulator. Kemungkinan kesalahan disini sudah tentu lebih besar, tetapi kesalahan-kesalahan ini dapat dikurangi dengan menggunakan bahan-bahan cetak fungsional pada permukaan dalam gigi tiruan selama satu atau dua hari sebelum menggunakan cara yang tidak langsung. Gigi tiruan akan ditempatkan pada model dengan lebih tepat. 17. Instruksi kepada Pasien Instruksi untuk pemeliharaan protesa : 1) Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas 2) Protesa dijaga kebersihannya 3) Protesa dijaga agar tidak mudah lepas Diberikan instruksi kepada pasien untuk: Beradaptasi dengan protesa tersebut sampai biasa; Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot dibawahnya dapat beristirahat; Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan; Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik; dan Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus memakainya.
GIGI TIRUAN PENUH Page 53
18.
dalam suatu perawatan yang dibuat berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis penyakit dan faktor-faktor resikonya. Prognosis ditentukan sesudah diagnosis ditetapkan dan sebelum perawatan dilakukan. Dalam menentukan prognosis, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antaralain: a. Faktor klinis, seperti usia pasien, keparahan penyakit dan kerja sama pasien. b. Faktor sistemik, seperti penyakit diabetes dan faktor genetik. c. Faktor lokal seperti oral hygiene, faktor anantomis dan faktor prostetik. Menurut M.M. House (1937), prognosis perawatan di tentukan oleh karakter pasien : Philosopical Mind o Rasional, tenang, seimbang dan percaya pada dokter. o PROGNOSIS : Baik. Exacting or Critical Mind o Serba teratur, terlalu hati-hati, ingin segala sesuatu secara tepat, kadangkadang keseehatannya buruk. o PROGNOSIS : Baik jika sikap kritis dan tendensinya sepadan dengan kecerdasannya. Hysterical Mind o Gugup dan tidak memperdulikan kesehatan mulutnya. o Keputusan relative meragukan. o Tidak kooperatif dan sulit menerima alas an. o PROGNOSIS : Relatif, karena penderita cenderung mengeluh dan mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya. Indifferent Mind o Cuek terhadap penampilan dan mastikasinya. o Tidak mau merepotkan diri terhadap pemasangan protesa. o PROGNOSIS : Buruk, kecuali jika penerangan dan instruksi berhasil dengan baik. 19. Dampak Jika Tidak Dilakukan Reparasi Iritasi Mukosa
Page 54
Iritasi pada ridge bisa disebabkan oleh beberapa factor, misalnya vertical dimensi yang berlebihan, free way space yang hilang, bisa pula oleh relasi horizontal yang tidak benar pada protesa rahang atas dan rahang bawah yang bisa menyebabkan protesa tidak stabil, oleh kontak premature dalam oklusi sentrik, atau karena penyusunan gigi posterior di luar dukungan tulang. Semua kemungkinan ini harus diperiksa bila pasien mengeluhkan rasa sakit pada ridgenya. Kadang-kadang pula, iritasi mukosa pada daerah perifer biasanya disebabkan oleh ketebalan tepi-tepi protesa dan hal ini tentu dengan gampang dapat diperbaiki dengan mengurangi tepitepinya (Sharry, 1974).
Page 55
DAFTAR PUSTAKA
Boucher LJ and Renner RP. Treatment of Partial Edentolus Patient. St Louis-TorontoLondon: The CV Mosby Co.1982. Zarb GA dkk. Buku Ajar Prosthodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher.alih Bahasa MardjonoD. EGC Jakarta. 1994. Monica Mihaela et.al. Clinical Histological and Therrapeutic Study regarding the variations of the edentulous ridges mucosa. Romanian journal of Morphology and embriology 2009, 50(3) 441-445. Basker, RM. Prostethetic Treatment of the Edentolous Patient. 4th edition.BlackWell. Finber, Allen. Management Flabby Mucosa.Dental journal. 2005 Watt, david M dan MacGregor, A. Roy. 1992. Membuat Desain gigi Tiruan Lengkap. Jakarta: Hipokrates. Sharry, JJ. 1974 : The Psychologic Aspect, Complete Dentures Prosthodontics, Edisi ke3, McGraw-Hill Book Company, New York-Toronto
Page 56