You are on page 1of 25

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Sejarah penemuan sinar-X oleh Wilhem Conrad Rontgen, seorang ahli fisika berkebangsaan jerman melalui percobaannya pada tanggal 8 November 1995, telah memberikan perkembangan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk dalam dunia kedokteran. Prinsip dari radiodiagnostik yaiyu sinar-X yang mengenai suatu objek akan menghasilkan gambaran radiograf yang dapat membantu menegakkan diagnosa adanya suatu kelainan penyakit. Pemeriksaan Radiologi merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan pada kelainan Patologis maupun Traumatis dapat membantu dalam menentukan diagnosa suatu penyakit. Tidak menutup kemungkinan juga dapat digunakan untuk mendiagnosa adanya tumor di dalam rongga mulut. Tumor rongga mulut (oral neoplasm) adalah suatu pertumbuhan abnormal di dalam dan di sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikendalikan dan tidak berguna bagi tubuh.Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut, palatum, lidah, dan di dalam tulang rahang. Tumor adalah istilah klinis yang menggambarkan suatu pembengkakkan, dapat karena oedema, perdarahan, radang, dan neoplasia.

1.2 Rumusan masalah Dengan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah, yaitu bagaimanakah gambaran radiografi dari berbagai macam tumor rongga mulut?

1.3 Tujuan permasalahan Untuk mengetahui cirri-ciri berbagai macam tumor rongga mulut melalui gambaran radiografi.

BAB 2. PEMBAHASAN

Tumor (neoplasma) merupakan sekumpulan sel yang membelah diri dengan sangat cepat sehingga tumbuh dan jumlahnya menjadi semakin banyak dan tidak terkendali. Untuk beberapa jenis tumor tertentu, kumpulan sel yang tumbuh dengan sangat cepat ini terlihat sebagai benjolan jika sudah mencapai tahap yang cukup lanjut. Dalam keadaan normal, pembelahan sel selalu terkendali. Di dalam tubuh kita terdapat sistem yang mengatur kapan sel membelah dan seberapa cepat sel - sel tersebut harus memperbanyak diri. Jika sistem pengaturan ini terganggu maka sel - sel akan membelah secara tidak terkendali sehingga menyebabkan timbulnya tumor. Sebenarnya perbanyakan jumlah sel ini dilakukan tubuh untuk menggantikan sel - sel yang secara rutin mengalami kematian serta untuk menambah jumlah sel tubuh pada masa pertumbuhan. Sel akan mati jika sudah mencapai masa tertentu. Tumor dapat bersifat jinak (benign) atau ganas (malignant). Tumor jinak (benign) bersifatt tidak menyerang dan menghancurkan jaringan yang berdekatan, tetapi mampu tumbuh membesar secara lokal. Biasanya setelah dilakukan operasi pengangkatan (tumor jinak), tumor jenis ini tidak akan muncul lagi. Tumor ganas (malignant) atau yang lebih dikenal dengan istilah kanker, yang memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berdekatan, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau menyebabkan terjadinya metastasis (migrasi sel ke tempat yang jauh). Tumor jinak biasanya terbungkus oleh semacam selaput yang membuat jaringan. Kumpulan sel - sel tumor ini terpisah dengan jaringan yang normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tumor jinak biasanya tidak membahayakan kesehatan penderitanya. Sedangkan pada tumor ganas, kecepatan pembelahan selnya sangat tinggi dan sel - selnya menunjukkan keabnormalan yang relatif besar. Tumor ganas tidak terbungkus oleh selaput seperti halnya tumor jinak sehingga akan menyulitkan untuk mengangkat sel tumor ganas sampai bersih melalui metode pembedahan sehingga biasanya pengobatan atas tumor ganas ini dilakukan dengan menggunakan metode penyinaran atau kemoterapi. Tumor ganas juga bisa menyerang dan merusak jaringan di sekitarnya. Sel - sel tumor bisa masuk ke dalam pembuluh

darah dan menyebar ke bagian - bagian tubuh yang lainnya. Proses penyebaran sel tumor ganas ini disebut sebagai metastasis. Metode pengobatan pada neoplasma antara lain dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Beberapa teknik operasi antara lain intralesional atau intrakapsuler, eksisi marginal, eksisi luas serta operasi radikal. Teknik intralesional atau intrakapsuler dilakukan dengan cara eksisi/kuretase tumor.

2.1 Tumor Jinak Rongga Mulut 2.2.1 Tumor Jinak Odontogen Rongga Mulut Merupakan tumor yang berasal dari sel-sel odontogen yang meliputi jaringan epitel gigi, jaringan ikat mesenkim atau gabungan dari keduanya Neoplasma yang terjadi hanya dari satu/semua jaringan pembentuk gigi/ mengandung sel odontogenik pada stadium pertumbuhan tanpa menghasilkan suatu struktur intersel yang mmiliki krakteristik. Yang termasuk epitel odontogen: sisa enamel organ, perkembangan enamel organ, epitel kista odontogen, sel basal mukosa rongga mulut. Sekelompok lesi yang kompleks dan punya sifat klinis dan gambaran histologi yang bervariasi. Berupa neoplasia sebenarnya (true neoplasma) dan neoplasia bentukan salah menyerupai tumor (tumor-like malformation atau hamartomas) Merupakan interaksi antara epitel odontogen dengan jaringan ikat mesenkim odontogen.

Menurut WHO 1992, berdasarkan asal sel / jaringan tumor, tumor jinak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

A. Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odontogen. Tumor ini dibagi menjadi empat tipe, yaitu : 1) Ameloblastoma Ameloblastoma merupakan tumor odontogen yang berasal dari enamel organ (ameloblas) yang merupakan sel pembentuk gigi, yang secara klinis sering ditemui dan paling umum, tumor ini tumbuh lambat, terlokalisir, sebagian besar jinak.

Ameloblastoma merupakan neoplasma polimorpus yang dimana terdapat proliferasi epitel odontogenik yang tediri atas 2 macam yakni Tipe Follikuler tersusun dari enamel organ yang dimana terdapat pulau pulau / folikel dari sel epitel. Kemudian Tipe Plexiform, epitel dibentuk dari kontinuitas anatomizing strands. Kedua tipe tersebut sama sama terdapat jaringan stroma di dalamnya. Tumor ini merupakan lanjutan perkembangan kista yaitu kista dentigerous yang berkembang menjadi tumor yaitu ameloblastoma.

Gambaran klinis ameloblastoma pada rahang bawah kanan

Ameloblastoma dibagi menjadi 3 yaitu : a. Ameloblastoma multikistik (solid) Gambaran klinis : asymptomatis, pembesaran tumor menyebabkan ekspansi rahang tidak sakit dan tidak disertai parastesia. Gambaran radiografi : sangat khas pada lesi-lesi yang radiolusen multikistik, jika berkembang menjadi lokus yang besar digambarkan seperti buih sabun (soap bubble) & jika lokus masih kecil digambarkan seperti honey combed, terlihat bukal dan lingual korteks terekpansi, resorbsi akar gigi, pada beberapa kasus berhubungan dengan erupsi M3.

Honey combe

Soap buble

Gambar rontgenologis ameloblastoma

b. Ameloblastoma unikistik Gambaran klinis : pada mandibula khususnya region posterior, asymptomatik, menimbulkan pembengkakan pada rahang, pertumbuhan lambat, lokalis. Gambaran radiografi : Tampak gambaran radiolusen berbatas jelas mengelilingi mahkota M3 yang tidak erupsi. c. Ameloblastoma Gambaran klinis : simptomatis, bertangkai, ulserasi atau berupa lesi mukosa alveolar/ berupa gingiva peduculated. Diameter lesi <1,5cm, ditemukan pada pasien usia lanjut. Sering ditemukan pada gingiva posterior / mukous alveolar, sering terjadi pada mandibula. Gambaran radiografi : Tampak radiolusen, permukaan tulang alveolar sedikit erosi.

Gambar A : ameloblastoma multikistik Gambar B : ameloblastoma unikistik Gambar C : ameloblastoma periferal

2) Calcifying ephitelial odontogenic tumor (Pinborg Tumor) Gambaran Klinis: Jarang ditemukan, tidak ada faktor predileksi, kebanyakan pada regio posterior madibula, symptomatis berupa sakit ringan, terdapat pembengkakan, terlokalisir, pertumbuhan lambat. Rontgenologis: Dijumpai lesi unilokuler, tetapi juga ditemukan multilokuler lebih sering dari pada skallop. Adanya strktur berkalsifikasi dengan ukuran dan densitas yg variatif. Berhubungan dengan adanya impaksi pada gigi M3. Campuran antara radiolusen dan radiopak, dengan pulau-pulau padat banyak tersebar dan bervariasi di seluruh bagian.

Rontgenologis Calcifying ephitelial odontogenic tumor (Pinborg Tumor)

3) Squamous odontogenic tumor Gambaran Klinis: Tumor ini berasal dari transformasi neoplasi dari sisa-sisa epitel mallasez. Kelihatan berasal dari ligamen periodontal dan berhubungan dengan permukaan lateral akar gigi dan gigi tidak erupsi. Melibatkan proc. alveolar dan maksila. Tidak ada faktor predileksi sisi dan jenis kelamin. Symptomatis berupa sakit ringan berupa pembengkakan gingiva, Gigi goyang, pertumbuhan lambat. Rontgenologis: Gambaran rontgen tidak menunjukkan gambaran yang spesifik, menunjukkan kerusakan tulang yang berbentuk triangular di sebelah lateral akar gigi. Kadang juga

adanya kerusakan tulang arah vertical, lesi menunjukkan gambaran sklerosis, diameter > 1,5cm

Rontgenologis Squamous odontogenic tumor

B. Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen dan melibatkan ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa pemebentukan jaringan keras gigi. 1) Odontoma Tumor ini dipertimbangkan sebagai anomali perkembangan (hamartomas) agak jarang disebut neoplasia sesungguhnya. Tumor ini dibagi menjadi dua tipe yaitu compound dan compleks odontoma. Compound odontoma mengandung struktur seperti gigi, sedangkan complex odontoma mengandung masa dominan dari enamel dan dentin dan bentuknya tidak menyerupai gigi. Gambaran Klinis: Asymtomatik, biasanya terjadi pada usia setengah baya, pada pemeriksaan rontgen ditemukan dengan gigi yang tidak erupsi, lesi kecil, jarang menjadi besar, bisa menjadi besar sampai 6cm sehingga menyebabkan ekpansi rahang, sering di maksila dari pada mandibula, ada pembengkakan. Rontgenologis: Compound odontoma menunjukkan kumpulan struktur yang mirip gigi dengan ukuran dan bentuk variatif dikelilingi daerah radiolusen yang tipis.Memiliki massa

gigi lebih dari 20 gigi-gigi kecil dengan srtuktur cacat serta berhubungan dengan gigi yang erupsi. Complex odontoma menunjukkan gambaran radiopak pada struktur gigi yang dikelilingi garis radiolusen tipis. Massa gabungan tunggal seperti material dan tak ada kemiripan anatomi gigi apapun. Muncul sebagai massa yang buram dikelilingi oleh tepi sempit lucent.

Radiograf Complex Odontoma

Radiograf Compound Odontoma

2) Ameloblastic fibroma Merupakan tumor campuran jaringan Epitel dan jaringan mesenkim. Gambaran Klinis: Cenderung pada usia muda dekade kedua, melibatkan laki-laki sedikit lebih umum dibandingkan perempuan. Lesi kecil asymtomatic, pada lesi yang besar

menyebabkan pembesaran rahang. Sisi posterior mandibula paling sering, lokalis, dan pertumbuhannya lambat. Rontgenologis: Lesi menunjukkan gambaran radiolusen, berbatas tegas, dan lesi menunjukkan sklerotik, dihubungkan pada gigi yang tidak erupsi, lesi yang besar melibatkan ramus asenden mandibula.

Gambaran Rontgenologis Ameloblastic fibroma

3) Ameloblastic fibro-odontoma Merupakan sebuah tumor yang gambaran umumnya merupakan suatu fibroma ameloblastik tetapi juga mengandung enamel dan dentin. Peneliti berpendapat tumor ini merupakan suatu tahap dalam perkembangan suatu odontoma. Dalam beberapa kasus tumor tumbuh progresif menyebabkn perubahan bentuk dan kehancuran tulang. Gambaran Klinis: Dapat melibatkan kedua rahang, tidak ada faktor predileksi jenis kelamin, pada umumnya asymptomatis, terlokalisir dan terjadi pembengkakan setempat.

Rontgenologis: Secara umum menunjukkan gambaran radiolusen unilokuler, berbatas tegas. Jarang ditemukan radiolusen multilokuler. Lesi mengandung sejumlah bahan terkalsifikasi dengan radiodensitas dari struktur gigi. Bahan kalsifikasi menunjukkan gambaran multiple, radiopak yang kecil dan bergabung menjadi besar dan keras.

Gambaran Rontgenologis Ameloblastic Fibro-Odontoma

C. Tumor yang berasal dari ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan epitel odontogen. 1) Odontogenic myxoma / myofibroma Gambaran Klinis: Jarang dijumpai, merupakan neoplasia yang pertumbuhannya lambat, terlokalisir, tapi mempunyai sifat invasif dan agresif. Berasal dari jaringan ikat dental papilla. Umumnya pada faktor predileksi usia, melibatkan kedua rahang pada mandibula bisa korpus maupun ramus, asymptomatis, menyebabkan gigi goyang, ekspansi menipis. Rontgenologis: Lesi tampak radiolusen yang dipisahkan oleh gambaran tulang trabekular. Batas lesi dengan tulang tidak berbatas jelas.

Radiografi odontogenic myxoma

2) Cementoblastoma Gambaran Klinis: Asymptomatis, dapat melibatkan seluruh gigi gligi baik RA dan RB anterior atau posterior. Apabila lesi cukup besar secara klinis menunjukkan suatu ekspansi tulang sehingga ada pembengkakan rahang, terlokalisir, sering disebabkan trauma pada jaringan periodontal. Rontgenologis: Lesi menunjukkan suatu massa radiopak yang melekat pada apeks gigi penyebab. Batas lesi dengan jaringan sekitarnya dipisahkan suatu gambaran Radiolusen yang tipis. Gambaran radiografis dari sementoblastoma ini mirip dengan gambaran radiografis pada hipersementosis.

Radiograf cementoblastoma

2.2.2 Tumor Jinak Non Odontogen Rongga Mulut A. Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Jaringan Ikat Mulut 1) Jaringan Pembuluh Saraf Neurofibroma Merupakan neoplasi jinak yang relatif tidak umum, secara histologi mengandung campuran sel-sel schwann neoplastik dan akson-akson yang tersebar. Neoplasia berkembang dari berkas syaraf dan batang saraf yang besar, menghasilkan pembesaran tumor.

Gambaran Klinis: Pada pemeriksaan palpasi tampak lebih kenyal dari pada jaringan lunak sekitarnya, sering digambarkan sebagai konsistensi kistik, menyerupai tekstur jaringan adiposa. Batas dengan jaringan lunak sekitarnya sulit dibedakan, menunjukkan adanya variasi warna, antara warna pucat hingga agak kekuningan dengan dilindungi warna yang bervariasi coklat, kulit atau mukosa terlihat normal. Neurofibroma memiliki variasi bentuk antara lain tumor-tumor bertangkai nodular terlokalisir, bersegmen, linier, ekspansi batang saraf lobular, lesi besar, menimbulkan deformasi, mempunyai masa tumor, dan kecil.

Gambaran radiografi Neurofibroma dapat terjadi dalam kanalis mandibula, di tulang cancellous, dan di bawah periosteum tersebut. Batas tepi terdapat radiolucen tajam didefinisikan dapat corticated. Namun, meskipun bersifat jinak dan pertumbuhan yang lambat, beberapa lesi ini memiliki batas yang tidak jelas. Tumor biasanya muncul unilokular namun terkadang juga memiliki bentukan multilocular. Neurofibroma pada saraf gigi rendah menunjukkan pembesaran fusiform kanal.

Radiograf Neurofibroma

Neurilemoma / Schawannoma Neurilemoma adalah tumor yang berasal dari neuroectodermal, yang timbul dari sel-sel Schwann yang terbentuk dalam lapisan yang menutupi saraf perifer. Tumor ini tidak memiliki potensi untuk transformasi menjadi ganas. Gambaran klinis Neurilemoma tumbuh lambat, dapat terjadi pada setiap usia (tapi paling sering muncul dalam dekade kedua dan ketiga), dan terjadi dengan frekuensi yang sama pada laki-laki dan perempuan. Mandibula dan sakrum adalah yang paling umum. Lesi ini menyebabkan beberapa gejala selain yang berkaitan dengan lokasi dan ukuran tumor. Keluhan umum adalah pembengkakan. Meskipun nyeri jarang kecuali encroaches tumor pada saraf yang berdekatan, paresthesia mungkin timbul, terutama dengan lesi yang berasal dari saluran alveolar inferior. Nyeri, biasanya berkembang di lokasi tumor, jika parestesi terjadi, dirasakan anterior untuk tumor. Gambaran radiografi : Neurilemoma paling sering melibatkan mandibula, dengan kurang dari 1 dalam 10 kasus yang terjadi pada rahang atas. Tumor paling sering terletak dalam sebuah saluran saraf diperluas alveolar posterior foramen mentalis.

Radiograf Neurilemoma

2) Jaringan Mesoderm Osteoma Osteoma dapat terbentuk dari membran tulang tengkorak dan wajah. Penyebab osteoma tumbuh perlahan-lahan tidak jelas, tapi tumor mungkin timbul dari tulang rawan atau periosteum embrional. Hal ini tidak jelas apakah osteoma adalah neoplasma jinak atau hamartomas. Lesi ini mungkin soliter atau multiple terjadi pada satu atau banyak tulang. Osteoma berasal dari periosteum dan dapat terjadi baik di luar maupun di dalam sinus paranasal. Hal ini lebih sering terjadi pada sinus frontal dan ethmoid daripada di sinus maksila.

Gambaran klinis Osteoma dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering ditemukan pada orang tua lebih dari 40 tahun. Satu-satunya gejala dari berkembangnya osteoma adalah asimetri disebabkan oleh, pembengkakan tulang keras pada rahang. Pembengkakan tidak menimbulkan rasa sakit sampai ukuran atau posisi mengganggu fungsi. Meskipun osteoma sebagian kecil, beberapa

mungkin menjadi cukup besar untuk menyebabkan kerusakan parah, terutama yang berkembang di frontoethmoid tersebut wilayah.

Gambaran radiografi Osteoma terdiri semata-mata dari tulang kompak seragam radiopak dengan batas jelas yang mengandung tulang menunjukkan bukti cancellous struktur trabekula internal. Paling sering pada aspek posterior mandibula umumnya di sisi lingual ramus atau di perbatasan mandibula di bawah geraham. Lokasi lain termasuk daerah condylar dan coronoid.

Gb. a

Gb. b

Gambar a. radiograf panoramik menunjukkan osteoma di sudut mandibula (panah). Gambar b. radiograf rahang oblik lateral menunjukkan solid osteoma radiopak melekat pada batas inferior dari mandibula (panah)

2.2 Tumor Ganas Rongga Mulut A. Karsinoma Keganasan oral yang paling umum, dapat didefinisikan sebagai suatu tumor ganas yang berasal dari epitel permukaan. Hal ini ditandai awalnya oleh invasi sel-sel epitel ganas ke dalam jaringan ikat yang mendasari dengan penyebaran berikutnya ke jaringan lunak yang lebih dalam yang berdekatan tulang lokal-regional kelenjar getah bening dan akhirnya ke tempat yang jauh seperti paru-paru, hati, dan tulang.

Radiologic keganasan oral.

Karsinoma sel skuamosa umum melibatkan batas lateral dari lidah. Oleh karena itu paling umum untuk mengamati invasi tulang adalah posterior mandibula. Lesi dari bibir dan dasar mulut dapat menyerang anterior rahang bawah. lesi yang melibatkan gingiva terlampir dan tulang alveolar yang mendasari bisa tampak seperti penyakit inflamasi misalnya periodontal penyakit. Keganasan ini juga terlihat pada amandel, langit-langit lunak, dan vestibulum bukal. Hal ini jarang terjadi pada palatum.

Gambaran radiografi Karsinoma sel skuamosa dapat mengikis ke dalam tulang dasar dari segala arah, menghasilkan radiolusensi yang polymorphous dan tidak teratur garis. Invasi terjadi dalam salah satu setengah dari kasus dan ditandai paling sering oleh perbatasan tidak jelas, noncorticated . Jarang sekali perbatasan itu dapat tampil halus tanpa korteks, menunjukkan erosi yang mendasari daripada invasi. Jika keterlibatan tulang ekstensif, pinggiran tampak memiliki perpanjangan fingerlike sebelum menunjukkan zona kehancuran penulangan. Jika terjadi fraktur patologis, perbatasan menunjukkan tulang tipis tajam berakhir dengan perpindahan dari segmen dan massa jaringan yang berdekatan lunak. Sclerosis dalam struktur osseous dasar (mungkin dari penyakit radang sekunder) dapat dilihat dalam hubungan dengan erosi dari karsinoma permukaan. Struktur internal dari karsinoma sel skuamosa pada lesi rahang benar-benar radiolusen, struktur osseous asli dapat benar-benar hilang. Sesekali pulau kecil tulang trabekuler sisa normal terlihat dalam ini radiolusensi pusat. Bukti invasi tulang di sekitar gigi pertama mungkin muncul sebagai pelebaran ruang periodontal ligamen dengan hilangnya lamina dura yang berdekatan. Gigi mungkin muncul melayang di massa jaringan lunak radiolusen kehilangan dukungan dari tulang. Dalam tumor yang luas ini massa jaringan lunak dapat tumbuh dengan gigi di dalamnya, sehingga gigi terlalu tinggi dari posisi normal mereka. Tumor dapat tumbuh di sepanjang saluran neurovaskular rendah dan melalui foramen mentalis, mengakibatkan peningkatan lebar dan hilangnya batas kortikal kanal ini. Penghancuran yang berdekatan batas kortikal normal seperti lantai hidung, sinus maksilaris, atau piring mandibula bukal atau lingual mungkin terjadi. Aspek posterior rahang atas juga dapat dihapuskan. Batas inferior mandibula yang dapat thlflried atau dihancurkan. Jika tumor luas, fraktur patologis mungkin terjadi.

Gb. a

Gb. b

Gb. c

Gb. d

Gb. e

Gambar a-d, karsinoma sel skuamosa (panah), mengakibatkan kerusakan yang tidak teratur tulang. Perhatikan perusakan proses alveolar tepat dan dasar sinus maksilaris dan massa jaringan lunak (panah) di Gb.a. Dalam gambar film oklusal (Gb.b) lantai anterior hidung telah rusak (perhatikan kurangnya tulang hidung anterior), serta proses alveolar anterior. Gb. c, Tulang alveolar pendukung telah rusak dari seluruh gigi. Gb d, Menampilkan kerusakan perbatasan anterior ramus mandibula dengan karsinoma sel skuamosa.

B. Ameloblastoma ganas Malignant ameloblastoma didefinisikan sebagai ameloblastoma neoplasma ganas, karena menunjukkan kriteria histologis seperti mitosis meningkat dan abnormal dan hyperchromatic, besar, inti pleomorfik. Gambaran histologis mungkin tidak berkorelasi dengan perilaku klinis. Di sisi lain, karsinoma ameloblastic adalah anameloblastoma dengan khas fitur histologis jinak yang serta ganas karena perilaku biologis, yaitu, metastasis.

Gambaran klinis : Lesi ini dapat berperilaku sebagai ameloblastoma jinak, menunjukkan massa meluas keras rahang dengan gigi tergeser dan mungkin longgar serta pada mukosa atasnya normal. Nyeri dari jaringan lunak atasnya telah dilaporkan. Penyebaran metastasis mungkin ke kelenjar getah bening leher rahim, paru-paru, atau organ dalam lainnya, serta kerangka, terutama tulang belakang. Perluasan lokal dapat terjadi ke tulang yang berdekatan, jaringan ikat, atau kelenjar ludah. Tumor ini paling sering terjadi antara dekade pertama dan keenam kehidupan dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

Gambaran radiografi : Lesi ini lebih sering terjadi di mandibula daripada di rahang, dengan sebagian besar terjadi di daerah premolar dan molar, di mana ameloblastoma biasanya ditemukan. Lesi yang tampak unilokular atau, lebih umum, multilocular,

memberikan penampilan sarang lebah atau sabun-gelembung pola seperti yang terlihat dalam ameloblastomas jinak. Sebagian besar septa yang kuat dan tebal.

Radiograf ameloblastoma ganas

C. Osteosarkoma Osteosarcoma adalah neoplasma ganas tulang yang osteoid diproduksi langsung oleh stroma malignant. Ketiga jenis histologis utama chondroblastic, osteoblastik, dan fibroblastik osteosarcoma. Penyebab osteosarkoma tidak diketahui, tetapi mutasi genetik

virus dan penyebab telah diusulkan. Hal ini juga dikenal terjadi dalam hubungan dengan penyakit Paget dan displasia fibrosa setelah iradiasi terapi.

Gambaran radiografi Osteosarcoma mungkin sepenuhnya radiolusen, campuran radiolusen-radiopak, atau cukup radiopak. Struktur osseous internal dapat mengambil penampilan tulang butiran-atau sklerotik-muncul, bola kapas, gumpalan, atau sarang lebah struktur internal di daerah dengan kerusakan yang berdekatan dari osseous sudah ada sebelumnya struktur internal yang dihasilkan, struktur trabekuler normal rahang hilang. Pelebaran membran periodontal dikaitkan dengan osteosarcoma tetapi juga terlihat pada keganasan lain. Dinding antral atau hidung korteks mungkin hilang pada lesi rahang atas. Lesi mandibula dapat menghancurkan korteks dari saluran neurovaskular dan dura lamina yang berdekatan. Atau, saluran neurovaskular dapat simetris melebar dan membesar. Efek pada periosteum dibahas dalam diskusi di pinggiran.

Menunjukkan ruang ligamen melebar (panah) dan kepadatan dari mandibula di wilayah molar pertama lebih besar dari normal karena pembentukan tulang abnormal dari tumor.

D. Chondrosarcoma/Chondrogenic sarkoma Merupakan tumor ganas yang berasal dari tulang rawan. Empat subtipe histologis, yang berkembang paling umum di wilayah kraniofasial, adalah sel jernih, terdiferensiasi, myxoid, dan bentuk mesenchymal. Tumor ini mungkin terjadi terpusat dalam tulang, di pinggiran tulang, atau jarang, dalam jaringan lunak. Tumor ini bisa timbul secara

langsung dari tulang rawan atau mungkin terjadi dalam tumor jinak kartilaginosa. Dalam kasus yang terakhir,ini disebut chondrosarcoma sekunder.

Gambaran klinis : Chondrosarcoma umumnya terjadi pada usia berapa pun, meskipun mereka lebih sering terjadi pada orang dewasa (usia rata-rata 47 tahun). Penyakit ini mempengaruhi laki-laki dan perempuan dengan prevalensi sama. Seorang pasien dengan chondrosarcoma mungkin memiliki massa perusahaan atau keras relativitas tively durasi panjang. Pembesaran lesi ini dapat menyebabkan nyeri, sakit kepala, dan kelainan bentuk. Tanda-tanda kurang sering dan gejala termasuk perdarahan dari tumor atau dari leher gigi, defisit saraf sensorik, proptosis, dan gangguan visual. Selalu tumor ditutupi dengan kulit di atasnya normal atau mukosa kecuali sekunder ulserasi. Jika chondrosarcoma terjadi di atau dekat daerah TMJ, trismus atau fungsi sendi abnormal dapat terjadi.

Gambaran radiografi : Lesi umumnya bulat, bulat telur, atau lobulated. Umumnya perbatasan mereka didefinisikan dengan baik dan pada waktu corticated, sedangkan di lain waktu mereka berbaur dengan tulang normal yang berdekatan. Chondrosarcomas biasanya menunjukkan beberapa bentuk kalsifikasi di dalam pusatnya, sehingga memberi gambaran radiolusen-radiopak campuran. Pada saat campuran ini menunjukkan bentuk dimakan ngengat tulang bergantian dengan pulau tulang sisa terpengaruh oleh tumor. Lesi jarang sekali radiolusen. Struktur radiopak sentral telah digambarkan sebagai flocculent, menyiratkan fitur snowlike. Kalsifikasi difus dapat ditumpangkan pada latar belakang tulang yang menyerupai butiran atau groundglass-muncul tulang abnormal. Pemeriksaan yang cermat dari area flocculence dapat mengungkapkan nidus radiolusen sentral, yang mungkin tulang rawan dikelilingi oleh kalsifikasi. Hasilnya adalah bulat atau daerah berbintik.

Menunjukkan Chondrosarcoma, dari rahang atas anterior, dengan kalsifikasi tidak teratur dalam struktur internal dari tumor (panah).

E. Fibrosarcoma Fibrosarcoma merupakan neoplasma yang terdiri dari fibroblas ganas yang memproduksi kolagen dan elastin. Etiologi tidak diketahui, meskipun dapat timbul secara sekunder pada jaringan yang telah menerima tingkat terapi radiasi. Gambaran radiografi Sebagian besar kasus fibrosarcoma dari rahang terjadi pada mandibula, Dengan jumlah terbesar ini terjadi di daerah premolar-molar.Pinggiran dan bentuk. Fibrosarcoma memiliki tidak jelas batas-batas yang digambarkan sebagai compangcamping, kurang dibatasi dan noncorticated dan kurangnya ada kemiripan kapsul. Tumor ini umumnya berbentuk 'dengan cara yang menunjukkan bahwa mereka telah tumbuh di sepanjang tulang, sehingga mereka cenderung memanjang melalui ruang sumsum. Perbatasan radiografi tidak menunjukkan tingkat tumor karena lesi ini biasanya infiltratif. Jika lesi jaringan lunak terjadi berdekatan dengan tulang, mereka dapat menyebabkan depresi piring-seperti di tulang yang mendasari atau menyerang sebagai sebuah karsinoma sel skuamosa. Akhirnya, sclerosis dapat terjadi pada tulang normal yang berdekatan dengan fibrosarcoma pada perifer tulang atau pusat. Lesi tampak radiolusen sepenuhnya. Jika lesi tidak terlalu agresif, baik tulang rahang sisa atau reaktif pembentukan tulang osseus terjadi. Efek yang paling umum pada struktur yang berdekatan adalah kehancuran. Pada mandibula, prosesus alveolar,

perbatasan inferior rahang, dan korteks dari saluran neurovaskular hilang. Pada rahang atas, lantai rendah dari sinus maksilaris, dinding posterior rahang atas, dan lantai hidung dapat dihancurkan. Pada rahang baik, lamina dura dan korteks folikel yang dihapuskan. Penghancuran lempeng kortikal luar biasanya disertai dengan massa jaringan lunak yang menonjol. Resorpsi akar jarang.

Radiograf Fibrosarcoma

BAB 3. PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tumor merupakan sekumpulan sel yang membelah diri dengan sangat cepat sehingga tumbuh dan jumlahnya menjadi semakin banyak dan tidak terkendali. Tumor dibagi menjadi 2 yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak kecepatan pembelahan sel - selnya tidak terlalu tinggi dan sel - sel hasil pembelahan yang cepat tersebut masih menunjukkan keabnormalan yang relatif rendah, sedangkan tumor ganas kecepatan pembelahan selnya sangat tinggi dan sel - selnya menunjukkan keabnormalan yang relatif besar serta tidak mempunyai selaput seperti halnya tumor jinak sehingga bisa menyerang dan merusak jaringan di sekitarnya. Sel - sel tumor bisa masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke bagian - bagian tubuh yang lainnya. Tumor jinak dibagi menjadi 2 yaitu tumor jinak odontogen dan non odontogen. Tumor jinak odontogen berasal dari sel-sel odontogen yang meliputi jaringan epitel gigi, jaringan ikat mesenkim atau gabungan dari keduanya. Tumor yang tergolong dalam tumor jinak odontogen antara lain : Ameloblastoma, Calcifying Odontogenic Tumor (Pinborg Tumor), Squamous Odontogenic Tumor, Odontoma, Ameloblastis Fibroma, Ameloblastic Fibroodontoma, Odontogenic Myxoma/Myofibroma, Cementoblastoma. Sedangkan tumor jinak non odontogen bukan berasal dari sel-sel odontogen, antara lain Neurofibroma, Neurilemoma/Schawannoma dan Osteoma. Tumor ganas pada rongga mulut antara lain : Karsinoma, Ameloblastoma ganas, Osteosarcoma, Chondrosarcoma serta Fibrosarcoma. Metode pengobatan pada neoplasma antara lain dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Beberapa teknik operasi antara lain intralesional atau intrakapsuler, eksisi marginal, eksisi luas serta operasi radikal. Teknik intralesional atau intrakapsuler dilakukan dengan cara eksisi/kuretase tumor.

DAFTAR PUSTAKA Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut (Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga Mulut). Yogyakarta : Penerbit Andi. White, Stuart C dan Michael J. Pharoah. 2009. Oral Radiology Principles and Interpretation (Edisi 6). China : Mosby Elsevier. Pindborg, Jens J.1991. Kanker dan Prakanker Rongga Mulut (alih bahasa). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

You might also like