You are on page 1of 24

ATOM

Artikel Mahasiswa Fisika

Problematika Bahasa di Indonesia


Bahasa Indonesia Merambah ASEAN

isi Ed

OM AT
ah ikel M t aF asisw

ta i ercip dah t h menjad erin ruba t Ar e grah h anu an pena b Imajinasi san bua res . li Se go w rinter an tu etika n tintan p kumpul i Coreldra k g a am cetak grasi dal n teknolo s5, e a C terint n sentuh otodhop h a a h deng ampur P plah sud i dalam ng : ic ka am ika. indu Fisika X5 d gga leng tivitas k Fis Pel ikan a did : sehin uman kre ahasiswa iran dan n Pen Jawab k a a rangk , Artikel M san pemi iswa Jurus M etua ra as gungtha Wisnaw : K ATO hasil pe mi, mah . ng a Pena I Gede Ya edaksi a Inilah at dari ka ikan Fisik R ek Fitri g d pin kerin an Pendi d ke VI n emim Ni Ka aksi : yang lora bula rus P Ju TOM an ge A Red an edisi ark an taris utra Wiryaw i : dalah 2. Berdas ober ini d inti dari re lit P ia In t Sek rah A 201 ks satu n Ok tahun a di bula ada salah hasa gu Reda Astuti N ta s i baha daskan p a yaitu ba esia kam nggoek Ari WidiiaAryanti A ad n sa lan pemud gk ndo gan Ma ber ah K agita k Vin asa I ump atu, bah a Tantan dapun Kade e Tisna S iarta s Ni rs m .A I Mad h Edi Bud wan peme angkat te Indonesi a ini yaitu a a n g tr meng n Bahasa emlih tem embanga ina I Nen Agus Pu k ik a m ut : rk e Dep al kami rang pe h sedem ayo I Kad n i a n & Lie Perdanra rasio ingat sek usia suda n tema in a esai de Par a Put a y n D G meng aban ma . Pemiliha ma adan r arm a le Eka D perad abih maju engan di eri dan lu Putu l d g rupa iperkuat alam ne esia. d d juga gan dari asa Indon n lalui tanta i bagi bah kami ini. r ng nege elinta jalah T ng m bitan ma Maha PU ala ner h LA Yang e 1 agai a Berb proses p ari Tuhan , akhirny sia one 3 a nd dalam n, restu d ala upay rbit tepat AN a di I u te eg ahas bah ASE ARA pat ami aB Nam engan s VI da akasih k r Mafia matik ia Meram WANC d e 4 le Esa Prob ndones disi k esa erim WA anyakan I I OM e ktunya. T eluarga b a AT IN ert asa Dip OP 6 wa ak an Bah kerj asih pada an kepad ika) atas ng diberik rti B sa M k BB s ha 7 ucap siswa Fi antuan ya ini. Sepe k, esia si Ba a h isten Indon incangan L sa Eks (Mah nya dan b n majala g tak reta Baha am Perb OFI a n PR 8 sama penerbit ading ya karya ini an. Dal ras esia a g bahwa am Ke 0 purna dal ah, tiad ari don Kerja sikan 1 sa In d esem at an pep si menya uh dari k t Baha plika UTAN sih, d a , Ber arus Dia redak sangat j mi sanga saran LIP a 12 isiplin stasi H a h D masi dari itu, k kritik dan aca. Fisik Pre n dikan ATURE ka emb Ma harapka endi FE tis 14 mat m an P g men aca. Sela Jurus tas HUT n Fan LEPAS pemb si pu ITA 16 resta ,P BER ndonesia 17 Tulis I arya uhan AI hasa at K g Ba Partikel T Berk an ES Pand 8 yang an 1 Sela saha u ewira kan K idi Pend

isika

n suna i Su s edak R

kata Pra

DAF

I R IS TA

si 6 Edi

LAPUT

PROBLEMATIKA BAHASA DI INDONESIA


Berbicara tentang permasalahan bahasa Indonesia, tidak terlepas dari tantangan bahasa Indonesia kedepannya. Tantangan bahasa Indonesia tidak hanya berasal dari luar namun juga terdapat tantangan dari dalam.
ahasa pada dasarnya digunakan dalam berbagai keperluan dan berbagai fungsi bagi penggunanya. Dengan bahasa seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain, bahasa merupakan alat komunikasi, bahasa dapat menunjukkan identitas suatu bangsa atau rumpun, bahasa dapat digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan, bahkan bahasa juga dapat digunakan untuk menunjukkan status sosial seseorang. Begitu banyaknya penggunaan bahasa bagi kehidupan manusia, sehingga bahasa menjadi suatu hal yang vital dan sangat penting untuk diperbincangkan. Merujuk kepada tataran bahasa yang lebih khusus, bahasa nasional suatu negara dapat dijadikan simbol negara tersebut. Indonesia, sebagai salah satu negara multikultural memiliki beragam pulau, suku, budaya, dan bahasa daerah. Kebhinekaan yang dimiliki Indonesia menjadikan negeri ini perlu untuk mewujudkan suatu upaya penyatuan keberagaman tersebut tanpa harus mengurangi atau mematikan multikultural yang ada tersebut. Bahasa Indonesia merupakan salah satu solusi untuk memadukan keberagaman yang serta penyeragaman bahasa Indonesia memunculkan dilema dengan keberadaan bahasa daerah yang notabena merupakan bahasa ibu. Tidak ada yang salah dengan keberadaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, muncul paradoks antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah yang memunculkan opini jika hanya menjunjung salah satu bahasa tersebut, maka bahasa yang lain akan terancam. Untuk sebagian besar orang, opini tersebut memang dirasakan benar adanya. Bahasa Indonesia masih tetap eksis, walaupun berada ditengah-tengah perkembangan bahasa daerah saat ini. Bahasa Bali masih dominan memiliki andil dan dipergunakan dalam komunikasi oleh masyarakat, sehingga kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama mengalami pergeseran, tutur Durpa, seorang budayawan Buleleng. Hal ini tak senada dilontarkan oleh Wistari selaku wakil duta bahasa UNDIKSHA tahun 2012. Menurut Wistari, bahasa Indonesia di Bali masih tetap dominan dibandingkan dengan bahasa Bali itu sendiri. Kita bisa melihat dari keadaan masyarakat saat ini, banyak orang tua yang mengajarkan anak Bahasa Indonesia sejak kecil, bahkan ada juga yang menyebabkan anak kecil tidak tahu bahasa Bali, tutur Wistari dengan antusias. Dua pendapat yang berbeda

merta digunakan dalam menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mulai diperluas untuk dipelajari dan dipahami oleh seluruh lapisan masayarakat Indonesia dengan menggunakan program pendidikan dan upaya-upaya lainnya. Indonesia merupakan suatu negara kepualauan yang tentunya memiliki banyak pulau yang terpisah oleh wilayah-wilayah perairan. Untuk akses pemerataan bahasa Indonesia sering mengalami kendala dan ini mengganggu bahkan menghambat pemerataan bahasa Indonesia di Negara Indonesia sendiri. Hal tersebut adalah salah satu tantangan Bahasa Indonesia di dalam negeri. Salah satu hal yang sering diwacanakan untuk diupayakan adalah dengan melaksanakan program pemerintah untuk memeperluas penggunaan Bahasa Indonesia ke seluruh pelosok negeri, khususnya di daerah-daerah terpencil. Memasuki tataran bahasa yang lebih mengkhusus, tantangan bahasa Indonesia berikutnya terletak pada kepemilikian bahasa itu sendiri. Kita sebagai bangsa Indonesia, jika menyebutkan dan menggunakan bahasa Indonesia, pasti dalam diri muncul perasaan memiliki Indonesia. Namun, kendala

LAPUT

Pak Durpa
ini sama-sama memiliki alasan yang kuat dan jika menilik pada tataran ilmiah, keduanya memiliki bukti yang diperoleh dari hasil observasi dan memunculkan hipotesis yang bisa dicarikan kebenarannya. Ini bukanlah opini yang baru muncul, tapi opini yang sudah lama muncul yang hingga saat ini masih layak untuk diperbincangkan. Dua perbedaan pendapat tersebut, akan lebih bijak jika mampu menyeimbangkan pelestarian dan keberadaan bahasa Indonesia itu sendiri. Menurut Bagus Mardhana salah satu dosen dari Jurusan Pendidikan Fisika yang juga seorang enterpreneurship, bahasa Indonesia dari segi ekonomi sebenarnya memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Sisi menarik dari bahasa Indonesia itu terletak pada keunikan dan keberagaman bahasa yang membangun bahasa Indonesia itu sendiri. Masyarakat luar mengatakan bahasa Indonesia itu menarik karena bahasa Indonesia tersusun dari beragam bahasa daerah, sehingga masing-masing daerah memiliki bahasa daerah dan bahasa Indonesia, tutur Bagus Mardhana dengan tegas. Dengan penengahan yang diungkapkan oleh Bagus Mardhana, tersirat makna bahwa bahasa Indonesia letaknya berdampingan dengan bahasa daerah. Pendapat serupa didukung pula dengan pernyataan Era, salah seorang guru Bahasa Indonesia muda di SMA Negeri 4 Singaraja, yang menuturkan

Wistari
bahwa terdapat fenomena diglosia bahasa Indonesia. Diglosia sendiri berarti adanya perpaduan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Sekali lagi, pernyataan tersebut mendukung opini yang menyebutkan bahwa memang benar adanya keunikan bahasa Indonesia yang diakibatkan oleh bahasa daerah. Tantangan bahasa Indonesia berikutnya terkait dengan dua bahasa Indonesia yang memiliki perbedaan aliran. Tentu sudah tidak asing lagi dengan keberadaan bahasa Indonesia yang formal dan bahasa Indonesia yang non formal. Disinilah letak tantangan pengembangan bahasa Indonesia yang benar. Generasi muda sekarang cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang non formal. Sebenarnya tidak ada yang salah dan tidak ada yang saling menghambat antara bahasa Indonesia yang formal dengan yang non formal, asalkan tahu menggunakan bahasa tersebut, tutur Bagus Mardhana lebih lanjut. Dalam hal ini, tantangan sebenarnya dari permasalahan yang satu ini adalah seberapa mampu menggunakan bahasa Indonesia sesuai konteks. Hal ini didasarkan atas pertimbangan adanya ungkapan 'Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar'. Baik dalam tataran konteks penggunaan bahasanya dan benar dalam kesesuaian bahasa dengan kaidah yang tepat. Era modern seperti sekarang, membawa angin segar pada kemajuan di segala aspek kehidupan,

Pak Bagus Mardhana


termasuk kemajuan pada bahasa. Jika memasuki cakupan global, tantangan bahasa Indonesia berikutnya terkait dengan bahasa asing yang kini mulai marak berkembang di Indonesia. 'Bahasa Indonesia versus bahasa asing' adalah istilah yang sering diutarakan oleh orang-orang pada umumnya. Bahasa asing dalam hal ini bukan sekadar bahasa asing yang telah diserap olah bahasa Indonesia, namun lebih mengarah pada pembelajaran dan penggunaan bahasa asing secara menyeluruh. Saat ini, ada isu yang mengungkapkan keprihatinan bahasa Indonesia akibat bahasa asing, namun ada juga yang mengungkapkan bahasa Indonesia bisa tambah kuat dengan kehadiran bahasa asing. Kekuatan bahasa Indonesia ditengah bahasa asing terletak pada kemudahan dalam mempelajari bahasa Indonesia sendiri sehingga kini bahasa Indonesia mulai meluas untuk dipelajari di negera lain. Sementara, kemajuan IPTEK memberikan bahasa asing lahan basah untuk berkembang dengan produk-produk IPTEK yang dominan menuntut penggunaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Dengan demikian, ini menjadi tantangan lagi untuk bahasa Indonesia. Tantangan bahasa Indonesia merupakan fenomena yang terjadi untuk menguji, seberapa kuatkah bahasa Indonesia di Indonesia. (dp)

LAPUT

BAHASA INDONESIA MERAMBAH ASEAN


google.com

Ilustrasi kebersamaan anggota ASEAN

Potensi bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN kian terbuka. Hampir sepertiga masyarakat di kawasan ASEAN telah menguasai bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di ASEAN ini pernah diusulkan delegasi Indonesia yang mengikuti ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) di Kamboja. Antusiasme yang tinggi terhadap bahasa Indonesia adalah poin utama untuk perkembangan bahasa di luar negeri. Apabila hal ini terus berkembang pesat, menjadikan bahasa Indonesia sebagai kebanggaan tersendiri. Menurut Ibu Ida Ayu Made Darmayanti, S.Pd.,M.Pd. yang juga seorang di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNDIKSHA mengatakan bahwa bahasa Indonesia tentu dapat dijadikan sebagai bahasa komunikasi dalam ASEAN Community, bila pemimpim masing-masing Negara yang tergabung dalam ASEAN sepakat menggunakannya. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi warga Indonesia. Bahasa Indonesia saat ini sudah diterima di kawasan ASEAN walaupun belum secara resmi. Bahasa Indonesia sendiri telah digunakan seperti di Negara Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina dan Vietnam. Namun, perbedaan dari masingmasing Negara hanya terletak pada dialek dalam pelafalan bahasa Indonesia. Menurut warga asing Bahasa Indonesia terdengar lucu dan unik sehingga merekapun tidak merasa bosan untuk mempelajarinya. Pesona bahasa Indonesia semakin meluas di luar cangkupan negeri ini. (N_PW)

ahasa Indoneisa sangat berpotensi menjadi bakal bahasa pemersatu kawasan Asia Tenggara yang sudah terikat dalam Assosiation of South East Asian Nations (ASEAN) yang akan membentuk ASEAN Community 2015. Bahasa Indonesia sangat memungkinkan bakal menjadi bahasa pemersatu karena keunggulan serapan dari bahasa Indonesia lebih banyak kepada lokal. Namun, dalam pemenuhannya, masyarakat Indonesia perlu membenahi tata bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia sebenarnya adalah bahasa yang kaya dan unik. Sehingga disinilah daya tarik bahasa Indonesia di mata Internasional. Mengingat dengan hal itu, maka bahasa Indonesia berpeluang untuk dipromosikan dalam pemilihan bahasa pemersatu ASEAN. Satu poin tambahan dari bahasa Indonesia adalah pengguna bahasa Indonesia sangat besar tutur Kakak Ni Kadek Wirahyuni, S.Pd.,M.Pd yang merupakan Duta Bahasa Provinsi Bali tahun 2008. Mimpi bangsa Indonesia untuk menjadikan bahasa ASEAN juga harus memenuhi syarat lain. Jumlah penutur bahasa Indonesia lebih besar dibanding penutur bahasa Inggris. Selain itu, luas penyebaran bahasa Indonesia sudah merambah ke berbagai Negara di dunia dan banyak dipelajari oleh warga Negara lain. Saat ini sudah terbukti betapa banyaknya

perguruan tinggi di kota-kota besar di banyak Negara yang mengajarkan bahasa Indonesia. Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., seorang Guru Besar Pendidikan Bahasa Indonesia di UNDIKSHA menyebutkan bahwa bahasa Indonesia memiliki peluang untuk dipromosikan sebagai bahasa kawasan ASEAN. Kita mengetahui bahasa Indonesia merupakan salah satu rumpun Melayu, sehingga memiliki kemungkinan untuk bersanding dengan bahasa lain di ASEAN. Tapi bahasa Indonesia memiliki persaingan yang ketat dengan bahasa Malaysia tutur Bapak Sutama yang juga merupakan Pembantu Rektor I. Senada dengan hal tersebut, Dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNDIKSHA, Bapak I Dewa Gede Budi Utama, S.Pd. menuturkan bahwa bahasa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi bahasa yang digunakan oleh ASEAN dalam konteks ASEAN Community 2015. Peluang itu ada, namun disanalah letak tantangan kita sebagai bangsa Indonesia, kita harus bisa menunjukkan jati diri untuk bisa tampil di kancah yang lebih tinggitambah beliau. Bahasa Indonesia mampu menjadi bahasa ASEAN karena dipandang mudah untuk dipelajari. Tidak seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab yang mengenal tenses yang terdiri dari saat ini, yang akan datang atau waktu lampau.

ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

WAWANCARA
EKSISTENSI BAHASA INDONESIA MASIH DIPERTANYAKAN
Bahasa Indonesia mulai dipertanyakan eksistensinya apalagi sekarang ada isu Asian Economic Community (AEC) mulai bergejolak. Salah satunya, berkenaan dengan isu penggunaan satu bahasa untuk Asean. Apakah bahasa Indonesia bisa bersaing dengan bahasa-bahasa Negara lain untuk memenangkan satu bahasa tersebut? Jawabannya ada di cuplikan wawancara dengan salah satu dosen muda Undiksha yang masih menuntut ilmu S-2 di Universitas Udayana, I Dewa Gede Budi Utama, S.Pd. Menurut pengamatan bapak, kesulitan apa yang dihadapi untuk mempelajari bahasa Indonesia untuk berbagai kalangan, baik siswa, mahasiswa maupun masyarakat ? Bukan sulit berbahasa, tetapi sulit berbahasa yang baik dan benar, karena kita terbiasa dengan budaya lisan. Kita belajar bahasa selama ini cenderung ke budaya lisan, seperti kita dengar melalui televisi, dan pergaulan sehari-hari. Itu yang menyebabkan bahasa Indonesia terasa sulit. Andai saja kita lebih dekat dengan budaya teks (budaya baca) bahasa kita akan cenderung lebih baik. Menurut Bapak, bagaimana kedudukan bahasa Indonesia diantara bahasa daerah yang ada di Indonesia & bahasa Indonesia yang dimodifikasi ? Sebenarnya masing-masing punya fungsi sendiri-sendiri. Bahkan bagi bahasa Indonesia, bahasa lain bisa berdampak baik maupun buruk. Bahasa daerah menjadi baik jikalau bahasa daerah menutupi keterbatasan bahasa Indonesia begitu juga bahasa asing. Kata serapan itu akan berdampak negatif kalau tidak ditata. Misal, ketika kita mengambil istilah asing begitu saja seperti mengupload, men-download, padahal kata-kata tersebut sebenarnya sudah dibuatkan bahasa Indonesianya. Semuanya bagus, tetapi tempatkanlah masingmasing pada tempatnya. Bahasa gaul bagus untuk pergaulan, tapi jika bahasa gaul menggunakan bahasa yang baku akhirnya akan menjadi tidak bagus. Bahasa itu tidak hanya menyampaikan pesan tetapi juga menjadi sebagai alat ekspresi dan komunikasi. Bagaimana menurut pandangan bapak mengenai orang yang berbicara informal ketika acara formal dan sebaliknya, misal ketika di kampus ? Apakah itu memang kesalahan dari pembacanya atau pengaruh lingkungannya ? Susah mengharapkan seseorang berbicara dengan bahasa baku ketika berbicara di depan. Bahasa formal dipakai ketika pidato dan sambutan. Itu baru situasi yang benar-benar harus steril dari ketidakbakuan bahasa. Meskipun di kelas, di kampus tetap kita memakai bahasa yang komunikatif dan ekspresif. Kalau yang adik maksud situasi formal itu adalah kampus masih wajar menggunakan bahasa nonformal. Berbicara mengenai bahasa Indonesia lebih global, dimana kita ketahui banyak orang berlomba-lomba belajar bahasa asing ketika ingin melamar pekerjaan. Nah, dalam konteks tersebut, bagaimanana menurut bapak, apakah bahasa Indonesia bisa disejajarkan dengan bahasa asing ? Apakah bahasa Indonesia terjajah atau masih bisa eksis ?

ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

WAWANCARA
Menurut saya, kedepannya pemerintah dan perusahaan harus membuat kebijakan yang menguntungkan bagi bahasa Indonesia. Ketika melamar pekerjaan jangan hanya menuntut nilai TOEFL tetapi juga UKBI (Unit Ketrampilan Berbahasa Indonesia), sehingga bahasa Indonesia semakin berwibawa dimata penggunanya sendiri. Bahasa Indonesia berguna kan karena bersifat pragmatis. Kalau dikatakan bahasa Indonesia sebagai lambang Negara, alat persatuan, itu kan hanya idealnya saja. Sekarang gunakan bahasa untuk kegiatan yang bernilai pragmatis. Untuk lulus misalnya dari pendidikan tertentu, skor ketrampilannya harus sekian, sehingga ada motivasi bagi pengguna bahasa untuk belajar lebih giat tentang bahasa Indonesia, tidak hanya belajar bahasa Inggris. Motornya adalah pemerintah, sehingga sikap positif terhadap bahasa Indonesia terbentuk bagi penggunanya sendiri dan bahasa Indonesia bisa tetap eksis. Menurut bapak, apakah tantangan bahasa Indonesia secara keseluruhan ? Tantangan pertama, kurangnya kebijakankebijakan menyangkut bahasa Indonesia. Misalnya, adanya persepsi lain dari sekolah internasional yang menggunakan pengantar bahasa Inggris, padahal bahasa Inggris bisa jadi menghambat pemahaman. Internasional kan karena kualitas bukan dari bahasanya. Boleh tidak menggunakan bahasa Indonesia kalau punya tujuan khusus. Seperti saya yang mengajar bahasa Indonesia kepasa orang asing, dimana saya menggunakan bahasa asing untuk mengajarinya. Itu kan situasi khusus, jadi saya tidak salah. Tantangan kedua di ranah penggguna, sikap positif terhadap bahasa cenderung lemah. Misalnya, orang lebih bangga pintar bahasa Inggris atau bahasa Jepang ketimbang bahasanya sendiri. Terkait dengan isu AEC. Ada wacana di tahun 2015, 10 negara di Asean akan mengadakan perdagangan bebas, dimana setiap Negara bisa melakukan transaksi ekonomi secara bebas, membuat mata uang se-ASEAN dan menggunakan satu bahasa seASEAN. Menurut bapak, apakah bahasa Indonesia berpeluang untuk kita promosikan sebagai bahasa ASEAN ? Punya, karena dari segi jumlah pengguna, bahasa Indonesia yang paling besar. Kedua, bahasa Indonesia adalah rumpun bahasa Melayu, dan bahasa Melayu digunakan di banyak Negara. Ketiga, secara ekonomis kita punya peluang besar dimana bahan baku kita banyak, dan juga kita merupakan pasar yang produktif. Jadi dalam perdagangan kita bisa jadi sentral, karena bahasa tidak terlepas dari politik dan ekonomi serta sosial budaya. Siapa yang politik, ekonomi dan sosial budayanya kuat dia akan menjadi sentral. Dalam setiap peluang pasti terdapat kelemahan dan kelebihan, menurut bapak apa kelemahan dan kelebihan peluang yang bapak sebutkan tadi agar bisa diantisipasi. Kelebihannya, pengguna bahasa Indonesia yang besar, secara struktur bahasa Indonesia sudah modern sehingga polanya lebih mudah dipahami. Apapun kemajuan bahasa lain, kita terbuka. Ada opini yang menyebutkan, bahasa Indonesia saja belum meng-Indonesia. Masih ada orang yang menggunakan bahasa daerah, tidak semua bisa bahasa Indonesia. Bagaimana kita bisa membawa bahasa Indonesia ke dunia luar ? Itu kekhawatiran yang wajar, tapi rasanya hampir semua wilayah sudah berbahasa Indonesia, kecuali mungkin yang di pedalaman Kalimantan seperti itu. Karena wilayah kita sangat luas, kultur dan budaya kita banyak wajar ada hal seperti itu. Jadi kematangan bahasa Indonesia bisa kita lihat dari 2 aspek yakni langkah ke dalam dimana memperluas jejaring penggunaan bahasa dan menambah kualitasnya. Upayanya bisa dilakukan di pemerataan akses informasi dan pemerataan pendidikan, sehingga jika hal tersebut baik maka bahasa Indonesia tidak perlu dipelajari. Langkah keluarnya menyebar bahasa Indonesia keluar negeri dan mematangkan segi aturan bahasa. Bagaimana saran bapak untuk mengajak orang berbahasa Indonesia yang baik dan benar ? Berkata lewat bahasa Indonesia belum menjamin orang berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Caranya belajar bahasa Indonesia tidak hanya dari apa yang kita dengar tetapi juga belajar secara alami dari tulisan. Ragam Tulis lebih dekat dengan bahasa formal. Kalau mau berbahasa yg baik dan benar, dekatkan dengan bahasa tulis melalui tulisan. Nama : I Dewa Gede Budi Utama,S.Pd. TTL : Padang Tegal Tengah, 3 Mei 1984 Alamat : Jalan Srikandi, Gang Mawar, Singaraja Riwayat Pendidikan : SDN 5 Ubud SMPN 1 Ubud SMAN 1 Ubud S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNDIKSHA
ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

OPINI

BAHASA INDONESIA (BUKAN) BAHASA BIASA


Oleh : Ngurah Wiryawan

Kontradiktif di dalam dan di luar negeri, bahasa Indonesia bagaikan dua mata uang logam. Perbedaan mencolok ini terjadi akibat bahasa Indonesia dipandang dari berbagai sudut. Apresiasi terhadap bahasa di dalam negeri sangat lemah, bahkan sebagian masyarakat Indonesia enggan mempelajari dan memahami dengan benar bahasa Indonesia itu. Namun, kalangan dunia memandang bahasa Indonesia sebagai bahasa yang patut untuk ditekuni dan disejajarkan dengan bahasa Internasional.
agam bahasa Indonesia menjadi sebuah daya tarik bagi masyarakat di luar negeri untuk mempelajari dan mendalaminya. Tidak seberat belajar bahasa Inggris yang dipenuhi oleh tata bahasa dan pola-pola kalimat yang membingungkan. Ataupun bahasa Mandarin yang susah dilafalkan dan beragam hurufhurufnya. Bahasa Indonesia dipandang bahasa yang mudah untuk dilafalkan dan tidak terikat oleh berbagai tata bahasa. Buktinya, para wisatawan mancanegara hampir fasih dalam menggunakan bahasa Indonesia. Ketertarikan mempelajari bahasa Indonesia bukan hanya terlihat dari fasih dalam melafalkannya. Berbagai lembaga pendidikan di luar negeri bahkan membuka program studi bahasa Indonesia. Sebuah apresiasi tinggi terhadap kekayaan bangsa. Bahasa Indonesia telah berkembang dan sudah ada di 45 negara di dunia. Berdasarkan penghitungan dari situs artikel media internet, bahasa Indonesia menduduki peringkat ketiga di Asia setelah bahasa mandarin dan Jepang dalam hal penggunaan bahasa di dunia maya. Bahkan, bahasa Indonesia akan dipersiapkan sebagai bahasa resmi kawasan Asia Tenggara. M e m a n g b u d a y a mempengaruhi bahasa ataupun sebaliknya. Penghargaan terhadap

keberadaan bahasa Indonesia merupakan penghargaan terhadap budaya Indonesia itu sendiri. Budaya yang mendunia akan membawa bahasa Indonesia mendunia pula. Hal inilah yang pula turut andil dalam perkembangan peradaban bahasa Indonesia di dunia. Menawan dari budaya menjalar menuju bahasa.

perlu ditekuni dengan serius. Ternyata ketidakistimewaan bahasa Indonesia di dalam negeri telah berkembang dan mengakar pada setiap orang. Keingintahuan untuk mempelajari bahasa lain lebih besar daripada bahasa sendiri. Globalisasi dan arus perkembangan tidak selamanya membawa ketidakistimewaan bahasa Indonesia. Para penikmat bahasa dari generasi muda memiliki kreativitas tersendiri dalam memaknai bahasa Indonesia. Bahasa yang dimodifikasi (alay) merupakan salah satu pemaknaannya. Memang dipandang sebagai bahasa yang kurang tepat, tapi bagi mereka bahasa tersebut wujud mereka masih ingin menghargai bahasa Indonesia.

Kerja keras yang dimilihi stekholders dalam mengembangkan bahasa Indonesia bukan dalam waktu singkat. Apresiasi masyarakat Indonesia dirasakan kurang terhadap hal tersebut. Sangat dibanggakan di luar negeri namun kurang dukungan. Minat dalam menekuni bahasa Indonesia oleh masyarakat menjadi batu sandungan ketika bahasa Indonesia gencar di luar negeri. Berbagai upaya dalam penyadaran pentingnya bahasa Indonesia dirasa Generasi muda dan tak digubris oleh masyarakat. masyarakat Indonesia hendaknya kini lebih peduli terhadap bahasa Globalisasi bukan sekedar nasional. Bahasa Indonesia suatu saat penyebab. Pelajar dan masyarakat nanti akan menjadi bahasa yang Indonesia memandang bahasa sejajar dengan bahasa internasional. I n d o n e s i a y a n g d i g u n a k a n Perlu didukung dan dipelajari lebih komunikasi setiap hari sudah mereka mendalam akan bahasa Indonesia kuasai dengan baik. Bahasa tersebut. Jangan sampai masyarakat Indonesia dirasa sebagai bahasa biasa terlalu asyik berada dalam arus tak perlu diistimewakan. Lihat saja globalisasi sehingga meninggalkan hasil Ujian Nasional (UN) setiap bahasa Indonesia. Betapa pun tahunnya menyudutkan bahasa s u l i t n y a , p r i n s i p u n t u k Indonesia sebagai biang kerok tidak mengembangkan bahasa Indonesia di lulusnya siswa sekolah menengah. dalam dan di luar negeri harus Tapi pernahkah kita menyadari diprioritaskan. Semuanya bertujuan bahwa, ketika kita ingin mempelajari agar bahasa Indonesia dihargai di luar bahasa Indonesia terpintas dalam negeri, tapi juga diapresiasi di dalam pikiran bahwa bahasa Indonesia tidak negeri.(N_PW)

ATOM Edisi 6
Aspirasi Mahasiswa

OPINI

BAHASA INDONESIA DALAM PERBINCANGAN


Oleh : Ida Ayu Made Darmayanti, S.Pd.,M.Pd.
Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ahasa Indonesia sudah tak asing lagi di kancah internasional. Tak hanya orang Indonesia, bahasa negeri kita, mulai gencar dipelajari oleh orang bukan Indonesia. Warga asing mulai tertarik mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia baik dalam situasi formal maupun informal. Hal ini terlihat di kampus kita UNDIKSHA, banyak mahasiswa asing belajar bahasa Indonesia. Hanya saja apakah itu sekedar tuntutan keadaan atau memang benar para mahasiswa asing itu niat belajar bahasa Indonesia. Tetapi dari tuntutan itulah mereka akhirnya berniat mempelajari bahasa Indonesia secara mendalam ***. Keunikan bahasa Indonesia membawa bahasa ini memiliki tempat tersendiri di hati pemakainya. Unik, karena bahasa Indonesia tak perlu pusing memikirkan grammar layaknya di bahasa Inggris dan tak perlu memikirkan status sosial untuk mengucapkan kalimat layaknya bahasa daerah Bali. Sehingga bahasa Indonesia nyaman digunakan sebagai bahasa sehari hari baik untuk pergaulan dan situasi formal sekalipun. Hanya saja penggunaan bahasa Indonesia di kedua ranah itu berbeda. Saat berada di situasi formal, pastilah menggunakan bahasa yang benar. Yakni benar menurut kaidah bahasa Indonesia. Sedangkan situasi nonformal seperti pergaulan, selayaknya memakai bahasa Indonesia yang baik. Yakni

baik menurut situasi dan konteks saat berkomunikasi dengan orang. *** Hanya saja belakangan ini, remaja hanya memikirkan bahasa yang baik menurut mereka. Kadang mereka nyeleneh dalam menggunakan bahasa. Di saat acara formal mereka menggunakan bahasa tidak baku atau mencampur adukkan bahasa asing, bahasa pergaulan dan bahasa baku itu sendiri. Padahal seperti kita ketahui, bahasa Indonesia bagi sebagian besar remaja dijadikan bahasa ibu mereka. Sepantasnya, para remaja itu tahu mana bahasa yang tepat digunakan saat acara formal dan bahasa yang mana pas digunakan untuk acara nonformal. Tetapi itulah tantangan bahasa Indonesia kedepannya. *** Tantangan lainnya datang dari ketertarikan anak muda terhadap bahasa yang unik dan menarik dari kelompok tertentu. Seperti sekarang, merebaknya kelompok alay dimana bahasa kelompok itu melebih-lebihkan bahasa baku Indonesia. Hal itu sangat memberikan pengaruh besar terhadap pembendaharan kata yang digunakan anak muda. Sehingga kembali berujung pada penggunaan bahasa yang salah dalam keadaan tertentu. *** Walaupun remaja sering nyeleneh dalam penggunaan bahasa, tetapi bahasa Indonesia tetap eksis di mata mereka. Mereka sebenarnya mencintai bahasa ibu mereka, hanya saja karena

pengaruh bahasa-bahasa luar, mereka akhirnya menyelenehkan bahasa ibu mereka sendiri dan menciptakan bahasa baru yang menurut mereka enak dipakai untuk pergaulan mereka. *** Tantangan selanjutnya datang dari keinginan untuk menjadikan bahasa Indonesia nomor satu di ASEAN (Acociation South East Asian Nation). Hal itu berawal dari isu AEC (Asian Economic Community) dimana akan diadakan perdagangan bebas. Salah satu hal penting yang menjadi bagian perdagangan bebas itu adalah penggunaan satu bahasa untuk sepuluh negara di ASEAN. Bahasa Indonesia menjadi kandidat yang cukup mendapat saingan dari bahasa negara lain. Tapi menilik kembali pada keunikan bahasa Indonesia di atas, bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai bahasa komunikasi dalam AEC bila pemimpin masingmasing negara yang bergabung dalam AEC sepakat memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi mereka. Apabila bahasa Indonesia mampu menyaingi dan menjadi pemenang, maka hal itu akan menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi warga Indonesia. *** Untuk berjuang meraih kebanggan itu, anak muda Indonesia menjadi tonggak untuk terus mencintai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Agar nantinya bahasa Indonesia tetap lestari di hati generasi selanjutnya. (vk)
ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

PROFIL
Disiplin, Bersih, dan Kerja Keras
Orang yang tahu menempatkan dirinya, memiliki disiplin yang tinggi, kerja keras, dan menjaga kebersihan adalah kunci dari kesuksesan. Apa yang dicapai sekarang adalah hasil dari perbuatan kita yang dibumbui dengan pengalaman.

egitu untaian kata yang diucapkan oleh Bapak Sutama, salah satu dosen dari Jurusan PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) Universitas Pendidikan Ganesha. Beliau adalah seorang dosen yang meniti karir dari awal tanpa kenal menyerah dan selalu gigih untuk bisa tampil sebagai orang yang sukses d a n b i s a dibanggakan oleh keluarga. Dosen empat anak ini s a n g a t menjunjung tinggi disiplin, kebersihan dan kerja keras, karena sejak kecil ajaran tersebut telah diwariskan oleh orang tuanya hingga kini masih melekat kuat dibenak lakilaki yang bernama lengkap Prof. Dr. I Made Sutama, M . P d . Berangkat dari keluarga yang berkecukupan, membuat beliau tidak terlena dan malas untuk mengasah diri. Latar belakang kedua orang tua yang berbeda, menyebabkan adanya darah hasil akulturasi dari ayah yang seorang guru dan ibu yang seorang pedagang di dalam

diri beliau. Tiga sifat yang sering diucapkan beliau adalah hasil didikan orang tua beliau, dimana disiplin dan kebersihan diperoleh dari ayah sedangkan kerja keras diperoleh dari sosok ibu. Setiap yang beliau kerjakan selalu termotivasi pada sosok kedua orang tua yang mengajarkan beliau segala hal. Ayah seorang Bapak Sutama dulu pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah, sehingga darah kedisiplinan sangat kental diturunkan pada anaknya. Beliau juga menuturkan kisah masa kecilnya yang sering membantu ibunya berjualan di pasar. Namun, beliau tetap merasa nyaman dengan ajaran kedisiplinan dan didikan kerja keras dari orang tuanya. Bagi saya, apa yang diajarkan pada saya pasti memiliki arti tersendiri untuk saya kedepannya, tutur laki-laki yang sangat mengindahkan peraturan ini. Siapa sangka, Bapak Sutama yang kini menjabat sebagai Pembantu Rektor 1 ini, dulunya adalah mantan seorang guru SD tahun 1979-1980 dan juga pernah menjadi seorang guru SMP pada tahun 19851988. Bagi saya, pencapaian secara bertahap akan lebih awet dan lebih berarti daripada pencapaian secara instant tutur dosen hobi berpetualang ini dengan murah senyum. Anak kedua dari empat bersaudara ini menuturkan bahwa dirinya saat masih menjadi guru SMP sudah diangkat menjadi calon dosen Bahasa Indonesia yang waktu itu Undiksha masih bernama FKIP Unud.

Doc. Lembaga

PROFIL
Sama dengan kebanyakan dosen Bahasa Indonesia pada umumnya, Bapak Sutama sejak menempuh studi keguruan berkelanjutan dari Strata 1 sampai Strata 3. Selama menekuni pendidikan, beliau memiliki banyak pengalaman yang berkaitan dengan bahasa Indonesia. Saat ditanya mengenai pandangan beliau seputar bahasa Indonesia, beliau memberikan pendapat tentang bahasa Indonesia yang saat ini berada dalam dilema. Jika bahasa Indonesia disandingkan dengan bahasa daerah dan bahasa pergaulan, maka bahasa Indonesia dikategorikan dengan bahasa yang kaya. Tentu saja begitu, coba lihat orang tua zaman sekarang, berbicara dengan anaknya kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia, tutur dosen yang menyandang gelar lulusan terbaik saat menempuh studi strata 1 tersebut. Disamping itu, beliau juga berpendapat bahwa bahasa Indonesia masih dikatakan miskin jika disandingkan dengan bahasa-bahasa asing yang sedang maraknya di Indonesia kini. Seperti misalnya, bahasa Korea yang dapat dikatakan bahasa asing yang barubaru ini masuk ke wilayah Indonesia, kini mulai digandrungi peminat. Jika berbicara pada tataran bahasa di negara-negara yang tergabung dalam organisasi ASEAN, beliau berpendapat bahwa bahasa Indonesia memiliki saingan dengan bahasa Malaysia. Bahasa Indonesia yang notabena sebagai rumpun bahasa Melayu, memiliki kesamaan dengan bahasa Malaysia. Inilah yang patut diwaspadai saat ini. Dengan modal pengalaman yang mapan, dosen yang pernah ikut kegiatan Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) ini melihat banyak fenomena tentang bahasa Indonesia disekitarnya. Beliau menuturkan bahwa bahasa Indonesia juga memiliki peluang untuk dipromosikan ke luar. Ragam bahasa yang unik & rumpun yang sama dengan rumpun bahasa Melayu merupakan keunggulan dari bahasa Indonesia itu sendiri, ungkap Bapak Sutama dengan lugas. *** Terlepas dari pandangan-pandangan beliau mengenai bahasa Indonesia, beliau juga menuturkan bahwa pergaulan dan keikutsertaan dalam organisasi juga dapat dipandang sebagai sarana pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia. Sehingga, beliau pun selama menjadi mahasiswa hingga sekarang tetap ikut berorganisasi. Baginya, organisasi melatih kita dalam hal komunikasi dan menambah pengalaman kita. Tidak tanggung-tanggung, beliau sering terlibat dalam organisasi baik di dalam kampus hingga di luar kampus, bahkan jabatan yang dipangku pun tidak main-main. Jabatan yang dipangku saat beliau masih sebagai mahasiswa yaitu sebagai sekretaris HMJ PBSI pada tahun 1981-1983, kemudian menjabat sebagai Ketua Bidang 2 Senat Mahasiswa FKIP Unud pada tahun 1983-1984, dan terakhir beliau menjabat sebagai Ketua Senat FKIP Unud. Disamping aktif dalam organisasi kemahasiswaan, beliau juga senang meneruskan hobinya berpetuang dengan mengikuti kegiatan sebagai Mapala. Saat itu mapala diwadahi dengan adanya UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Mapala Wana Prastha Dharma. Karena kektifannya itu, beliau sampai-sampai dilantik sehari sesudah yudisium. Tidak hanya saat masih menjadi mahasiswa, setelah menjadi dosen beliau juga dipercaya untuk memangku beberapa jabatan di UNDIKSHA. Kepercayaan tersebut tentunya didasari atas banyak alasan, sehingga Bapak Sutama bisa memegang jabatan seperti sekarang ini. Saya sendiri membiarkan semuanya mengalir tanpa adanya obsesi yang berlebihan pada jabatan. Yang saya tahu, dengan bantuan kerja keras, kedisiplinan, dan tentunya hidup bersih agar sehat sehingga bisa mencapai seperti sekarang, tutur beliau dengan tegas. Selain beliau memiliki jabatan di kampus, beliau juga ikut aktif pada organisasi diluar kampus. Saat ini, beliau masih dipercaya dan aktif dalam KMHD dan PHDI Kabupaten Buleleng. Sebagai seorang aktivis, beliau sering merasa tidak nyaman jika tidak melakukan kegiatan apapun. Semangat, kedisiplinan, keramahan yang ditunjukkan oleh seorang Prof. Dr. Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd, menunjukkan betapa berharganya pencapaian dengan bakti dan usaha.(dp)

Nama : Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd TTL : Gianyar, 24 April 1960 Alamat : Desa Pemaron, Singaraja Pendidikan : - SD N 1 Ubud - SMPN 1 Ubud - SPG Negeri Denpasar - FKIP Universitas Udayana (S1) - IKIP Malang (S2 dan S3) Pengalaman jabatan : - Pembantu Dekan 1 Fakultas Bahasa dan Seni (2002-2006) - Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (2006-2011) - Pembantu Rektor 1 Universitas Pendidikan Ganesha (2011-sekarang)

PROFIL

Prestasi Harus Diaplikasikan


Nama : Ni Kadek Wirahyuni, S.Pd, M.Pd TTL : Singaraja, 27 Mei 1987 Hobi : Membaca Orang Tua Ayah : I Made Suarja Ibu : Ni Made Sriwati Pendidikan : TK Lab Undiksha SD Lab Undiksha SMPN 1 Singaraja SMAN 4 Singaraja Universitas Pendidikan Ganesha (S1, lulus tahun 2009) Universitas Pendidikan Ganesha (S2, lulus tahun 2011) Prestasi : Duta Bahasa Provinsi Bali (tahun 2008) Duta Bahasa Favorit Provinsi Bali (tahun 2008) Duta Bahasa Harapan 1 Nasional (tahun 2008) Komisi V pada Kongres Bahasa Nasional (tahun 2008-sekarang) Pemakalah/narasumber pada seminar kebahasaan di FMIPA UNDIKSHA

Jujur, saya baru sejak kuliah menekuni bahasa Indonesia dan mulai aktif pada bahasa. Awalnya, saya memilih jurusan bahasa Indonesia karena iseng saja, namun sekarang akhirnya menjadi kecanduan untuk selalu belajar dan berprestasi di bidang bahasa.
restasi merupakan suatu hal yang sangat dibanggakan dan ingin dicapai oleh semua orang. Tentu karena dengan prestasi akan terlihat kemampuan seseorang pada bidang tertentu. Dengan prestasi yang dicapai, niscaya kemudahan dalam mencari pekerjaan akan diperoleh dan beberapa keuntungan lainnya. Berprestasi, itulah kata yang memang pantas untuk diungkapkan pada sosok perempuan asli Singaraja yang akrab disapa Ira ini. Ira adalah seorang alumni dari Universitas Pendidikan Ganesha yang lulus pada tahun 2009 untuk strata 1 dan lulus pada tahun 2011 untuk strata 2 di tempat yang sama.

Doc. Pribadi

Perempuan yang dalam waktu dekat ini akan melepas masa lajangnya memang sosok yang mengejutkan pada prestasinya. Dia mengaku bahwa masa-masa sekolahnya tidak terlalu menekuni bidang menulis atau bahasa. Namun, saat memasuki bangku kuliah, dia mendapat pemandangan yang merubah pikirannya. Melihat banyaknya prestasi yang diukir oleh mahasiswamahasiswa UNDIKSHA, khususnya mahasiswa Jurusan PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), membuatnya tergugah untuk menjadi satu diantara mereka yang berhasil mengharumkan nama jurusannya, terlebih lagi mengharumkan UNDIKSHA.

10

ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

PROFIL
Awalnya, saya tidak yakin akan bisa mencapai semua itu. Saat itu, saya hanya memikirkan untuk berusaha maksimal, karena pengalaman yang lebih penting, ucap perempuan yang senang membaca majalah ini. Ira mulai sering diikutkan pada beberapa ajang semenjak duduk di semester 5. Dia berusaha dari awal untuk bisa menunjukkan diri. Pada tahun 2008, Ira diikutkan pada ajang Pemilihan Duta Bahasa Provinsi Bali yang pada zamannya diadakan di Balai Bahasa Denpasar. Dalam pemilihan Duta Bahasa tersebut, peserta dituntut untuk membuat esai, tes wawancara, dan juga dituntut untuk tampil menggunakan tiga (3) bahasa. Saat itu, dengan segala kemampuan dan berbekal pengetahuan yang diperolehnya dari kecil hingga duduk di bangku kuliah, Ira berusaha keras untuk tidak mengecewakan dalam ajang tersebut. Alhasil, tidak tanggung-tanggung, dua gelar pun berhasil diraihnya. Saat itu juga, Ira mendapat gelar Duta Bahasa Provinsi Bali dan Duta Bahasa Favorit Provinsi Bali yang sekaligus mewakili Bali pada tingkat nasional. Pada saat menjadi wakil Bali di ajang nasional, Ira melihat para pesingnya begitu hebat, sehingga timbul rasa kurang percaya diri pada dirinya. Namun, bukan Ira namanya jika dia tidak tampil maksimal. Meskipun pada akhirnya dia hanya bisa menjadi Juara Harapan 1 di tingkat Nasional, namun dia tetap bangga bisa mewujudkan cita-citanya untuk membanggakan jurusannya dan membanggakan UNDIKSHA. Mungkin karena hal lain, sewaktu ada acara yang diadakan oleh Balai Bahasa Pusat, ada beberapa dosen UNDIKSHA yang hadir dalam acara itu dan kaget melihat saya disana, ucap Ira sambil tersenyum. Disanalah dia berhasil menunjukkan diri sebagai pribadi yang berprestasi dan patut diperhitungkan di UNDIKSHA. *** Prestasi yang ditorehkan Ira seseuai dengan pendidikannya saat itu yang memilih Jurusan PBSI. Berawal dari keisengannya memilih Jurusan PBSI, dia berhasil berprestasi dan menggugurkan kata 'iseng' untuk bahasa Indonesia dalam dirinya. Semenjak persiapan untuk mengikuti ajang Duta Bahasa tersebut, Ira menjadi kecanduan pada bahasa Indonesia. Saat ditanya pandangannya mengenai bahasa Indonesia, Ira menjawab dengan sangat antusias. Bahasa Indonesia di Bali mengalami diglosia bahasa. Diglosia diartikan sebagai bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh bahasa daerah. Untuk bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu adanya penyesuaian dengan membaca serta akan lebih efektif jika sering mengikuti lomba. Jika ditanya mengenai bahasa Indonesia dengan bahasa asing, menurut saya bahasa asing tidak selalu menjadi momok menakutkan bagi eksistensi bahasa Indonesia di negeri sendiri. Karena bagi saya, jika pengguna bahasa dapat memporsikan bahasa Indonesia dan memposisikan bahasa Indonesia dengan baik, maka bahasa Indonesia justru akan lebih unik dan lebih tangguh. Nah, itulah tantangan bahasa Indonesia kedepannya, tutur anak kedua dari tiga bersaudara ini. Dengan prestasinya, Ira menjadi semakin peka dengan perkembangan bahasa Indonesia. Dia juga mengungkapkan bahwa kesulitan penggunaan bahasa Indonesia yang benar karena seringnya masyarakat menggunakan bahasa lisan yang cenderung komunikatif daripada bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah baku berbahasa. Sehingga masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang non formal dan terkadang acuh mempelajari bahasa Indonesia yang formal. Oleh karena itu, Ira menyampaikan ungkapan jangan membenarkan apa yang lazim, tapi lazimkanlah apa yang benar. Ungkapan itu menurutnya sesuai dengan apa yang dilihat dan dialaminya dimasyarakat mengenai bahasa Indonesai. *** Prestasi yang diperolehnya pada bidang bahasa memudahkan perjalanan karirnya untuk menjadi guru Bahasa Indonesia. Saat ini, Ira menjadi guru Bahasa Indonesia di SMAN 4 Singaraja, guru Bahasa Indonesia honorer di SMAN Bali Mandara, dan ditempat lainnya. Tidak hanya itu kesibukannya saat ini, sebagai salah seorang yang pernah menjabat sebagai duta Bahasa, Ira kini masih sibuk untuk menjalankan program penyuluhan bahasa, duta aksara, dan kegiatan lainnya. Saya bangga bisa melakukan sesuatu dengan kemampuan dan prestasi saya bagi bahasa Indonesia, bahasa yang membesarkan nama saya, tutur Ira menutup perbincangan saat itu.(ft)

Awalnya, saya tidak yakin akan bisa mencapai semua itu. Saat itu, saya hanya memikirkan untuk berusaha maksimal, karena pengalaman yang lebih penting
Wirahyuni
ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

11

LIPUTAN

Hari Ulang Tahun Jurusan Pendidikan Fisika ke-48


Hari ulang tahun Jurusan Pendidikan Fisika dirayakan dengan serangkaian kegiatan yang meliputi Olimpiade Fisika V, Lomba Karya Tulis Ilmiah Sains (LKTIS), Lomba Penelitian Tindakan Kelas (LPTK), kegiatan bersama di lingkungan Jurusan Pendidikan Fisika, hingga berakhir dengan acara MGS (Malam Gelar Seni). Hari jadi Jurusan Pendidikan Fisika yang ke-48 menciptakan terobosan baru untuk mengadakan LPTK, sehingga LPTK kali ini adalah kagiatan perdana pada HUT Jurusan Pendidikan Fisika.
Doc. Panitia

lang tahun Jurusan Pendidikan Fisika yang ke-48 kali ini memiliki nuansa yang sedikit berbeda dari ulang tahun sebelumsebelumnya. Perbedaannya terletak pada jumlah lomba yang diadakan kali ini bertambah dengan adanya LPTK (Lomba Penelitian Tindakan Kelas) dan perbedaan berikutnya terletak pada puncak HUT dengan acara MGS (Malam Gelar Seni) yang dikemas berbeda dan lebih meriah.

satu program wajib untuk menyambut HUT Jurusan dan juga sebagai ajang memperkenalkan Olimpiade Fisika UNDIKSHA serta sebagai ajang uji pengetahuan bagi peserta. Pada saat pengumuman juara, SMPN 1 Singaraja berhasil menyabet piala bergilir rektor untuk kategori SMP dan piala bergilir rektor kategori SMA berhasil diraih oleh SMAN 4 Denpasar.

Foto bersama Juara Olimpiade


Doc. Panitia

Presentasi LKTI
Doc. Panitia

Kegiatan seperti Olimpiade Fisika merupakan kegiatan yang rutin diadakan setiap menjelang ulang tahun Jurusan Pendidikan Fisika. Mungkin terdapat sedikit hal yang menjadi pertanyaan pembaca, mengapa olimpiade yang diadakan oleh HMJ Pendidikan Fisika disebut Olimpiade Fisika V, padahal kegiatan ini berlangsung turun temurun hingga sekarang HMJ Pendidikan Fisika berusia 48 tahun? Pada mulanya kegiatan yang kini disebut olimpiade adalah kegiatan LCC (Lomba Cerdas Cermat), namun seiring dengan perkembangannya, LCC diganti dengan beberapa nama hingga menjadi olimpiade. Pada tahun ini, Olimpiade Fisika V diadakan pada tanggal 21-22 September 2012, yang diikuti oleh 192 pelajar SMP dan 123 pelajar SMA se-Bali. Kegiatan yang memperebutkan piala bergilir Rektor UNDIKSHA ini, menjadi salah

Kegiatan berikutnya yaitu kegiatan LKTIS (Lomba Karya Tulis Ilmiah Sains) yang merupakan kegiatan yang baru terlaksana dua kali. Pada tahun ini, LKTIS diperluas pendaftaran pesertanya hingga ke Jawa Timur dan Nusa Tenggara, ini dikarenakan dengan pengadaan sistem pendaftaran lewat e-mail. Dengan perluasan peluang pendaftaran, LKTI kali ini mendapat peserta dari Jawa Timur. Jumlah peserta LKTI tahun ini sebanyak 13 karya dan kemudian

12

ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

LIPUTAN
disaring menjadi delapan (8) besar yang akan melakukan presentasi. Ini berbeda dengan tahun lalu yang disaring hanya sampai pada enam (6) besar saja. Perbedaan yang lainnya lagi, tahun ini finalis yang lolos delapan besar diminta untuk membuat poster dari karya tulis yang dibuat untuk dinilai juga. Pemilihan delapan finalis yang presentasi tersebut didasari oleh penilaian makalah yang telah dikirim sebelumnya pada panitia. Makalah dinilai oleh tiga juri yang sekaligus menilai presentasi di babak final pada tanggal 21 September 2012 di ruang Seminar MIPA. Untuk tahun ini, kembali piala juara LKTIS Jurusan Pendidikan Fisika didapatkan oleh SMAN 1 Semarapura. ini melahirkan SMAN 2 Semarapura sebagai juara 1. Disela-sela waktu antara kegiatan olimpiade dan puncak HUT Jurusan Pendidikan Fisika, diadakan kegiatan bersama yang bertujuan untuk memupuk rasa kebersamaan dan rasa persaudaraan yang lebih akrab. Kegiatan bersama tersebut diantaranya jalan santai, pembersihan di lingkungan HMJ Pendidikan Fisika, dan pembersihan ke Pantai Indah yang sekaligus dijadikan kegiatan 'go happy'. Selain itu, untuk menciptakan lingkungan HMJ yang sportif, maka dilakukan kegiatan olahraga futsal di salah satu arena futsal di Singaraja. Pertandingan dilakukan antar kelas dan tentunya dengan menjunjung tinggi kebersamaan. Puncak perayaan HUT Jurusan Pendidikan Fisika diadakan pada hari Senin, 1 Oktober 2012 yang bertempat di Gedung Kesenian Gde Manik. Puncak HUT kali ini berbeda dengan puncak HUT tahun lalu. Tahun ini, perayaan HUT dimeriahkan dengan MGS (Malam Gelar Seni) yang semakin memesona dengan adanya pementasan tari kebesaran Mafia yang merupakan tari identitas mahasiswa Fisika. Garapan gamelan yang dipadukan dengan instrumen modern, menambah kemeriahan dan keluhuran MGS Pendidikan Fisika kala itu. Selain pementasan tersebut, pada acara MGS Pendidikan Fisika juga diadakan lomba band antar jurusan se-FMIPA. HMJ Pendidikan Biologi berhasil menjadi juara dalam ajang tersebut dan berhak tampil pada puncak perayaan HUT. Malam Gelar Seni tahun ini juga dimeriahkan dengan pementasan icon wajib dari HMJ Pendidikan Fisika yaitu pementasan 'Genjek Mafia, Joged Mafia, dan Abang Girang'. Pementasan tersebut berhasil menarik minat penonton. Disamping sebagai puncak perayaan HUT Jurusan Pendidikan Fisika yang ke-48, MGS kali ini juga dirangkaikan dengan acara pelepasan wisudawan dan wisudawati yang lulus tahun ini. Satu lagi yang memberi nilai plus pada puncak MGS kali ini, yaitu bintang tamu salah satu group band indie dan band mahasiswa lainnya. Rangkaian acara dalam rangka HUT Jurusan Pendidikan Fisika tahun ini penuh nuansa yang kental dengan kreativitas mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika. Namun, diantara semua kesuksesan yang dicapai melalui berbagai macam kegiatan sampai pada puncak perayaan HUT, poin kerja sama dan solidaritaslah yang menjadi tonggak semua pencapaian tersebut. (ft)

Juara LPTK
Doc. Panitia

Berikutnya, kegiatan yang tidak kalah menarik dan sama-sama bergengsi disamping Olimpiade Fisika dan LKTI, kegiatan LPTK (Lomba Penelitian Tindakan Kelas) yang 'launching' perdana ini menjadi kegiatan yang berhasil menuai sukses. Sesuai dengan namanya, LPTK diikuti oleh guru-guru SMP dan SMA se-Bali. Meskipun baru pertama kali, kegiatan ini telah mendapat respon yang sangat baik dari sekolah-sekolah yang ada di Bali. Terbukti dengan jumlah peserta yang cukup banyak yaitu 13 peserta. Sistem LPTK menggunakan setengah dari sistem LKTI, dimana peserta diwajibkan mengumpulkan makalah LPTK, namun pada sistem penilaiannya, LPTK berbeda dengan LKTI. Makalah dan presentasi LPTK dinilai bersamaan dan semua peserta yang mendaftar mendapat kesempatan untuk presentasi, artinya tidak ada pemilihan delapan besar seperti pada kegiatan LKTI. Suasana presentasi LPTK sangat kondusif dengan adanya keatusiasan dari peserta dan interaksi yang sangat atraktif antara penguji dengan peserta. Lomba yang diadakan pada tanggal 22 September 2012

Jalan Santai
Doc. Panitia

Tari MAFIA
Doc. Panitia

13

FEATURE

Berkat Karya Tulis, Prestasi pun Fantastis


Apa benar, Ngurah salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika UNDIKSHA, karena karya tulisnya banyak faedah yang didapat? Iya, benar sekali, ide segarnya yang dituangkan melalui karya tulis ilmiah, Ngurah bisa mencapai semua itu. Laki-laki asal Mengwi ini, dari SMA hingga kini tak pernah absen untuk menciptakan prestasi lewat karya tulis ilmiah dan baru-baru ini meraih juara Harapan 1 untuk Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Provinsi.
Belajar dari SMP, dan sekarang ya beginilah.., itulah tutur kata dengan wajah penuh ide dari seorang Ngurah saat ditanya mengenai awal dia terjun belajar menulis. Ngurah, nama sapaan seorang I Bagus Ngurah Alit Putra Wi r y a w a n . D e b u r a n o m b a k memecah kesunyian, kerlap-kerlip pasir indah bak cahaya yang terdispersi oleh prisma, garis tegas bagaikan busur pembatas bumi dan langit, semuanya itu adalah pemandangan yang paling digemari Ngurah. Ngurah memiliki kecintaan yang tinggi pada sains dan memiliki obsesi menjadi seorang guru sains. Disamping ingin menjadi guru, lakilaki yang mengaku pernah melihat hantu ini juga memiliki cita-cita alternatif sebagai sebagai seorang peneliti ilmiah. Sejak kecil, dukungan orang tua Ngurah memang tidak main-main untuk membangkitkan dan mengembangkan hobi yang sekaligus menjadi batu loncatan untuk menggapai cita-citanya. Keinginan menulisnya semakin tergugah bagaikan air bah yang tak terbendung lagi saat masih duduk di bangku SMP tepatnya di SMP N 2 Mengwi. Melalui jendela kacamatanya, Ngurah melihat banyak orang yang bisa terbang ke luar kota karena menulis, mendapat penghargaan karena menulis, b i s a melanjutkan d i sekolah/perg uruan tinggi f a v o r i t k a r e n a menulis, b a h k a n mendapat uang karena menulis p u l a . Sebagus dan seberuntung itukah orang yang bisa menulis? Pertanyaan itu benarb e n a r melayanglayang dan menghantui kepalanya. Sejak itu, dia mulai mengambil seribu langkah, berjuang mulai dari nol untuk menulis dan menapaki karir menulisnya. Ngurah bertekad menulis tidak hanya karena kegemarannya, namun juga karena dia telah memiliki target untuk bisa melanjutkan kuliah di Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Pribadi yang damai seperti angin pagi, membuatnya selalu mujur akan ide. Masa-masa emas saat masih

Doc Panitia

di SMP membuat Ngurah semakin bergairah untuk melanjutkan membuat karya tulis lagi. Masa SMA untuk sebagian besar orang seusianya adalah masa-masa yang identik dengan gaya anak muda zaman sekarang, namun ini berbeda dengan Ngurah yang sedang gencargencarnya menghasilkan karyakarya tulis ilmiah. SMA Negeri 1 Mengwi adalah tujuannya melebarkan sayap untuk karya tulis ilmiah. Pilihannya tidak salah, karena di sekolah tersebut dia menjadi lebih mantap untuk

14

Edisi 6

ATOM
Aspirasi Mahasiswa

FEATURE
teladan-teladan tangguh yang dilihatnya di sekolah tersebut. Orang-orang yang dilihatnya berkecimpung di bidang-bidang yang berbeda namun tidak surut prestasi juga. Salah satu yang diketauhinya ialah seorang kakak kelasnya yang sangat jago dalam hal debat Bahasa Inggris. Baru kelas 1 SMA dia sudah bisa berlaga di kejuaraan debat nasional, sangat hebat kakak kelas saya itu, tutur Ngurah saat mengucapkan kekagumannya pada sosok kakak kelasnya kala itu. Senyum sumringah dan senyum rendah hati yang selalu terlukis di wajahnya setiap dia membicarakan mengenai pengalamannya saat SMA yang sarat prestasi dibidang karya tulis ilmiah. Masa itu, Ngurah berhasil meraih beberapa juara LKTI yang diadakan oleh Universitas Udayana dan Universitas Pendidikan Ganesha bahkan juga ikut menorehkan prestasi ditingkat nasional. Prestasi yang begitu gemilang untuk ukuran anak SMA. Te r l e p a s d a r i S M A , perjalanan menulis karya ilmiah tidak berhenti sampai disana. Apabila dilihat dari sosok laki-laki kelahiran Kapal, 20 April 1992 ini, kita akan mengetahui buah karya tulis ilmiahnya yang kini merambah ke bidang PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang sedang gencar-gencarnya didengungkan di kalangan mahasiswa UNDIKSHA. Sebelum membicarakan prestasi karya tulis ilmiahnya, mari kita tengok sejenak awal Ngurah menginjakkan kakinya sebagai mahasiswa asli UNDIKSHA. Saat OKK, diam merupakan rumusan original dari seorang Ngurah. Dia tidak terlalu senang untuk berbicara, sekalipun berbicara yang ilmiahilmiah. Namun, tidak selalu seperti itu, saat ditanya dalam forum atau lomba, maka lontaran kata baru akan muncul. Marambah lagi pada kegiatan Ramah Tamah Fakultas MIPA dan Ramah Tamah Jurusan Pendidikan Fisika, dia mulai membuka diri untuk bergaul dengan orang-orang yang asing baginya. Pada awalnya, Ngurah menyusuri dan melakukan identifikasi serta analisis teman di kalangan kerabat barunya. Dia akhirnya berhasil menemukan 11 personil yang untuk saat itu memiliki kemiripan persepsi dengannya. Namun akhirnya, karena suatu hal, 11 orang tersebut mengalami penyusutan jika diibaratkan dengan kasus seleksi alam. Sehingga, sampai saat ini hanya tersisa 3 orang dari kesebelasan yang terbentuk pada awalnya. Kartika, Yastari, dan Dwi Juliartha, ketiganya adalah namanama orang kini selalu seperti magnet dengan Ngurah. Persahabatan yang sangat akrab, baik senang maupun susah, samasama dirasakan oleh keempat sekawan ini. Jika melihat ketiga teman seperjuangan Ngurah ini, mereka juga orang-orang besar di organisasi, sehingga sesuai dengan Ngurah yang juga senang berorganisasi. Ada yang menjadi sekretaris 2 SMF MIPA, Korbid 1 SMF MIPA, dan satunya lagi sebagai Ketua UKM Bridge. Tidak hanya sebatas teman, Ngurah menjalani persahabatan dengan saling memahami karakteristik masingmasing sahabatnya, begitu pula dengan sahabat-sahabatnya. Semasih saya bisa untuk berkarya, semasih terdapat ide-ide yang bisa dijadikan karya tulis ilmiah, saya akan tetap berkarya, ucap mahasiswa semester 5 Jurusan Pendidikan Fisika ini. Jika kita menanyakan mahasiswa fisika lainnya soal karya tulis ilmiah dan prestasi dari Ngurah, tentu semua akan mengatakan hal yang sama. Ngurah tidak pernah tidak menulis karya tulis. Hebatnya lagi, dia selalu mendapat penghargaan dari bakat menulis karya tulis ilmiah. Untuk soal menulis PKM, hingga saat ini, PKM buah karyanya selalu lolos dan didanai Dikti. Baik PKMP (PKM Penelitian), PKM-K (PKM Kewirausahaan), PKM-M (PKM Pengabdian pada Masyarakat), PKM-T (PKM Teknologi), dan PKM-KC (PKM Karya Cipta), semua diketahuinya mulai dari komponen PKM hingga strategi penulisan PKM yang efektif dan yang berpeluang untuk lolos didanai. Bicara soal pembuatan PKM yang dilakukukan oleh Ngurah, ide-ide yang dijadikan bahan baku dalam pembuatan PKM selalu up-date. Baginya, sesuatu yang aktual dan berbau originalitas akan menambah nilai karya tulis tersebut, sehingga menambah peluang untuk sukses. Keberhasilan Ngurah dalam bidang PKM terbukti saat semester 1, PKMP yang dibuatnya berhasil lolos didanai, kemudian PKM-KC merupakan PKM terbaru dikelompok PKM Hibah juga berhasil lolos dan didanai, dan kini dia sedang dalam proses pembuatan PKM tahun ini dan bersiap-siap untuk membuat PKM yang menambah poin prestasinya lagi. Kita tunggu saja, prestasi apa lagi yang akan dibuahkan oleh tangan kreatif seorang Ngurah Putra Wiryawan. Karena kontribusi dan prestasinya yang gemilang di bidang karya tulis dan PKM tentunya, Ngurah dipercaya untuk tergabung dalam organisasi POKJA (Kelompok Kerja) KIM (Karya Ilmiah Mahasiswa) yang merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan rintisan terbaru Lembaga UNDIKSHA. Bergabung dengan para pembesar PKM di jurusan dan fakultas lainnya se-UNDIKSHA. Tidak sembarang orang yang yang bisa tergabung di organisasi ini, suatu hal yang wajar jika Ngurah ikut tergabung di organisasi orangorang bernalar ini, begitu kurang lebih istilah yang akrab terdengar di kalangan mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika UNDIKSHA. (aw)

ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

15

BERITA LEPAS

Selayang Pandang Bahasa Indonesia


Sebagai identitas kultur bangsa, bahasa memainkan peran penting sebagai jembatan komunikasi menerobos diversitas linguistik yang berbeda satu sama lain dan memungkinkan para penuturnya menjangkau dunia pendidikan modern. Namun seiring pergolakan zaman sejarah bahasa Indonesia mulai terkikis zaman. Saatnya kita menengok kembali kebelakang riwayat perjalanan bahasa Indonesia hingga saat ini. Sudah menjadi kewajiban sebagai pengamal sumpah pemuda untuk memaknai bahasa Indonesia dengan lebih mendalam. ahasa melayu merupakan akar berdirinya bahasa Indonesia. Sejak abad ke VII bahasa melayu sudah menjadi bahasa nusantara, hal ini dibuktikan dengan penemuan beberapa prasasti antara lain tulisan yang terdapat pada Batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380, prasasti kedukakan bukit, Palembang tahun 683, Prasati Talang Tuo, di Palembang tahun 684, Prasati kota kapur, di Bangka barat tahun 686 dan prasati karang brahi bangko, Meranggi, Jambi tahun 688. Penyebaran agama islam di pelosok nusantara membawa serta penyebaran bahasa melayu. Catatan sejarah bahasa Indonesia menyiratkan bahasa Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat baik dari luas wilayah, para pengguna maupun struktur bahasa Indonesia itu sendiri. Bahasa Melayu

yang dipakai di wilayah-wilayah diseluruh Indonesia dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Penyerapan kosa-kata dari berbagai bahasa terutama bahasa Sansekerta, bahasa Persia, bahasa Arab dan bahasabahasa eropa. Hal ini menyebabkan bahasa Indonesia menjadi semakin kaya akan kosakata dan semakin terstruktur. Melalui momen sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928, para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan ini secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan republik Indonesia. Selanjutnya bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa

dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Seiring dinamika perkembangannya bahasa Indonesia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Proses ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun semenanjung Malaya. Hingga saat ini bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup yang terus melahirkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan. (tan) Sumber: Wikipedia dan Kompas

16

ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

BERITA LEPAS

Partikel Tuhan
erkembangan ilmu pengetahuan saat ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi seluruh aspek kehidupan. Berbagai penemuan dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya memberikan kontribusi dalam perkembangan sains secara menyeluruh. Seperti penemuan yang saat ini sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh dunia mengenai ditemukannya partikel yang disebut dengan Partikel Tuhan. Dua tim ilmuwan dari CERN Eropa telah mengumumkan penemuan sebuah partikel baru yang konsisten dengan teori-teori mengenai Higgs Boson. Dua tim ilmuwan dari CERN Eropa telah mengumumkan penemuan sebuah partikel baru yang konsisten dengan teori-teori mengenai Higgs Boson. Sebenarnya, Partikel Tuhan sudah diwacanakan penemuan awalnya sejak lama. Namun, eksistensi dari partikel tersebut masih diragukan dan dipercayakan. Tokoh yang menemukan cikal bakal partikel yang disebut partikel tuhan tersebut bernama Bose dari India yang kental dengan membuka jalan penemuan partikelpartikel subatomik lainnya. Namun, tokoh fenomenal yang mengenalkan lebih jauh mengenai partikel yang susah ditemukan bernama Higgs. Pada mulanya, partikel subatomik dibedakan menjadi dua jenis yaitu boson yang diambil dari ilmuwan bernama Bose dan fermion yang diambil dari ilmuwan bernama Enrico Fermi. Partikel Higgs adalah sebuah partikel yang membentuk sebuah obyek, baik itu molekul, sebutir apel, sebuah kereta, hingga sesosok manusia, dia adalah massa. Pada dasarnya partikel-partikel yang membentuk suatu atom memiliki sifat berbeda-beda. Higgs-boson merupakan partikel paling susah untuk ditemukan dan merupakan partikel subatomik yang paling misterius. Partikel Higgs merupakan partikel yang kini dikenal dengan nama Partikel Tuhan. Partikel ini mengidentifikasikan bahwa semua benda yang memiliki massa, mempunyai medan massa tertentu. Dengan partikel ini, pertanyaan mengapa setiap benda memiliki massa dapat terjawab. Partikel Tuhan yang sebenarnya

merupakan partikel yang sama dengan partikel Higgs adalah partikel yang memberi partikel-partikel fundamental yang menjadi blok pembangun semesta ini massa yang dibutuhkannya. Tanpa massa, partikelpartikel itu hanya berpendar di alam semesta dalam kecepatan cahaya dan tidak pernah membentuk bintangbintang dan planet-planet. Dengan penemuan partikel ini, hilangnya jejak model fisika standar yang menjelaskan terbentuknya alam semesta dapat ditemukan dengan pendekatan menggunakan partikel ini. Dibalik penemuan yang mencengangkan dunia ini, munculnya Partikel Tuhan membuat wacana seputar partikel subatomik ini menjadi kontroversial. Penemuan partikel yang pada mulanya diragukan keberadaannya ini memang menjadi penemuan yang memukau. Pasalnya, partikel ini saat diumumkan ada oleh Higgs, dibantah oleh badan-badan penerbit jurnal ilmiah karena kurang sahihnya bukti-bukti yang menyebutkan atau memperkuat keberadaan partikel ini. Namun, setelah tanggal 4 Juli 2012 CERN Eropa mangadakan penelitian dengan menggunakan alat pemukul raksasa untuk memukul atom yang sangat kecil guna menemukan partikel terkecil ini. Polemik mengenai Partikel Tuhan terlebih lagi dengan adanya penganugerahan Nobel bagi kelompok orang yang berhasil menemukan kebenaran dari keadaan partikel ini. Keberadaan Partikel Tuhan sebagai salah satu penemuan yang diibaratkan DNA dalam ilmu fisika ini, bukan berarti ada hubungan yang sangat spesifik antara ilmu tersebut dengan Tuhan. Pemberian nama partikel tuhan lebih didasari oleh partikel ini sebagai paertikel penyusun alam semesta. Meskipun saat ini keberadaan partikel ini sudah diakui, namun masih saja terdapat opini yang meragukan keberadaan dan identitas partikel subatomik ini. (Dikutip dari : kompas.com, yahoo.com, vivanews.com & tempo.com)
ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

17

ESAI
Juara 1 Lomba Esai dalam rangka Dies Natalis UNDIKSHA VI

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN:
SEBUAH UPAYA PENGHAPUSAN LABEL

NEGERI BURUH
Oleh: I Made Tulus Budhi Anggara, S.Pd

Ada satu kejadian yang sempat membuat hatiku terenyuh. Ketika itu, aku berada di salah satu SMA Negeri di Bali dalam rangka penelitian untuk skripsi. Dua orang siswa kelas XII sedang duduk mengobrol santai di bawah pohon ketapang di halaman depan sekolah. Aku yang tidak sengaja berada di dekat mereka, mendengar isi pembicaraan kedua siswa yang baru saja menyelesaikan ujian nasional tersebut. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa ia sedang kebingungan menentukan perguruan tinggi yang akan dipilihnya. Sebenarnya ia bercita-cita ingin menjadi pegawai CircleK sebuah nama mini market. Syarat menjadi pegawai di sana adalah minimal berpendidikan D-III. Namun ia bingung harus melanjutkan studi kemana. Cerita itu sedikit tidaknya membuat kita berpikir, apakah yang sebenarnya diajarkan selama ini oleh sekolah kepada para siswanya? Apakah hanya sekadar proses transfer ilmu dari buku atau kepala guru ke kepala siswa? Jika benar, maka slogan gantungkanlah cita-cita mu setinggi langit agaknya tidak tepat lagi bila ditempel di dinding-dinding ruang kelas. Seorang siswa kelas XII dari salah satu SMA favorit di Bali hanya bercita-cita menjadi pegawai mini market patut menjadi bahan renungan para pendidik di negeri ini. Mungkin bukan satu, tapi masih banyak ada siswa lain yang hanya menggantungkan cita-citanya menjadi seorang buruh atau pegawai. Sekali lagi, apakah pendidikan di negeri ini hanya bertujuan mencetak sebanyak-banyaknya buruh? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Ya, karena Indonesia memang dikenal sebagai negeri buruh. Tidak, karena dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dengan jelas sudah dipaparkan bahwa pendidikan bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kreatif, berkarakter, unggul, dan berdaya saing. Secara implisit, pernyataan dalam UU tersebut menyiratkan bahwa negara menginginkan agar
ATOM Edisi 6
Artikel Mahasiswa Fisika

Doc. Pribadi

setiap lulusan mampu menjadi sosok yang berkompeten dan mampu mengangkat kesejahteraan bangsa. Bukan hanya sekadar menjadi buruh. Lantas, dimana permasalahannya? Dilihat dari segi fisik dan aksesibilitas, upaya pemerintah selama ini memang patut diacungi dua jempol. Bagaimana tidak, anggaran yang digelontorkan dan program yang dilakukan telah berhasil meningkatkan 1) angka partisipasi sekolah tiap tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, angka partisipasi sekolah (APS) pendidikan menengah tahun 2008 sebesar 69,5 persen, pada tahun 2009 sebesar 70,24 persen, dan pada tahun 2010 sebesar 70,97 persen (BPS, 2010). Laporan ini menunjukkan bahwa grafik partisipasi penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan setiap tahun selalu mengalami peningkatan; 2) Jumlah penduduk buta aksara semakin berkurang sejalan dengan berhasilnya program pemberantasan buta aksara yang telah dilaksanakan; 3) Peningkatan jumlah sekolah terakreditasi dan berstandar internasional di masingmasing daerah; serta 4) Realisasi program-program unggulan seperti sekolah gratis, dan sebagainya. Rasanya dengan bukti-bukti itu pendidikan di Indonesia sudah bisa dikatakan bebas masalah. Dalam euforia dan prestasi yang membanggakan itu, ternyata masih ada satu keganjilan

18

ESAI
yang berbuntut permasalahan. Keganjilan itu muncul dari pertanyaan sudahkah pendidikan di negeri ini membekali para siswa untuk mampu unggul dalam persaingan perebutan peluang hidup di masa depan?. Tampaknya pertanyaan itu belum dapat terjawab tuntas, dan justru menjelma menjadi permasalahan mendasar di negeri ini yaitu rendahnya kesejahteraan penduduk. Permasalahan itu bermula dari tingginya angka pengangguran di Indonesia. Kondisi itu terjadi karena jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak sebanding dengan jumlah lowongan pekerjaan. Pada bulan Agustus 2011 saja, jumlah pengangguran di Indonesia telah mencapai angka 7,7 juta orang (BPS, 2011). Tingginya angka pengangguran mengindikasikan dua hal yaitu 1) rendahnya mutu lulusan, dan 2) kurangnya jiwa kewirausahaan. Mutu lulusan yang rendah sebenarnya tidak menjadi faktor dominan penyebab tingginya jumlah pengangguran sebab pola perekrutan tenaga kerja dewasa ini relatif banyak diwarnai unsur kolusi dan nepotisme. Calon tenaga kerja yang lebih berpeluang diterima adalah mereka yang memiliki relasi dan modal. Seleksi penerimaan pegawai hanya sebuah bentuk formalitas belaka yang terlampau sering mengabaikan kualitas pelamar. Oleh karena itu semakin banyak saja sarjana-sarjana berkualitas yang tersingkir dari kompetisi penerimaan tenaga kerja. Faktor kedua yaitu kurangnya jiwa kewirausahaan pada lulusan di Indonesia. Faktor ini diyakini menjadi alasan utama permasalahan pengangguran di Indonesia. Mindset setiap lulusan yang cenderung hanya selalu menjadi job seeker bukan job creator menyebabkan jumlah pengangguran relatif bertambah tiap tahunnya. Hal itu tentu dipengaruhi pula oleh budaya masyarakat Indonesia yang terkesan membanggakan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan daripada status seorang wirausaha. Masyarakat merasa lebih terhormat dan senang bila berhasil menjadi seorang PNS atau karyawan suatu perusahaan daripada menjadi pedagang (wirausaha). Selain adanya tunjangan sosial dan finansial yang stabil dan pasti, menjadi PNS atau karyawan juga tidak berisiko mengalami kebangkrutan layaknya seorang wirausaha. Penanggulangan terhadap masalah pengangguran harus bertitik tolak dari pengubahan pola pikir masyarakat, khususnya para lulusan. Harus ada upaya untuk menumbuhkembangkan spirit berwirausaha. Mengetahui hal itu, pemerintah pun mulai menggagas program kewirausahaan. Program itu diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya hibah program mahasiswa wirausaha (PMW) untuk perguruan tinggi, program Entrepreneurship and Enterprise Development (EED) guna memberdayakan masyarakat miskin dan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM), serta meluncurkan ProgramGerakan Tunas Kewirausahaan Nasional (Getuk Nasional) untuk memobilisasi siswa SMA termasuk pemuda dan mahasiswa menjadi wirausaha muda. Semua program tersebut merupakan bentuk pendidikan kewirausahaan yang nantinya diharapkan mampu menjadi pionir pertumbuhan jumlah wirausaha di Indonesia. Bila diselisik lebih jauh, akar permasalahan pengangguran adalah minimnya jiwa kewirausahaan pada masyarakat. Pembentukan jiwa sangat erat dengan pembangunan karakter dan internalisasi nilai-nilai dalam budaya masyarakat. Dengan demikian sebenarnya terdapat dua prinsip yang harus menjadi pertimbangan pemerintah sebelum menawarkan program kewirausahaan kepada masyarakat. Kedua prinsip itu adalah, 1) pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu manifestasi konsep pendidikan karakter, sehingga efektivitasnya sangat bergantung dari sedini apa pendidikan itu mulai diberikan; 2) Pembentukan karakter kewirausahaan juga perlu didukung oleh budaya masyarakat yang kondusif. Budaya yang dimaksud yaitu adanya transformasi paradigma masyarakat terhadap profesi wirausaha sebagai sektor pembangun perekonomian bangsa. Konsekuensi prinsip yang pertama adalah pendidikan kewirausahaan akan semakin optimal bila dimulai sedini mungkin sebab perkembangan fisik, mental, dan spiritual manusia baru terbentuk pada usia dini. Hal itu berarti karakter kewirausahaan dalam diri seseorang hanya dapat terbentuk melalui pendidikan yang bertahap dan berkesinambungan. Bertahap berarti bahwa pendidikan kewirausahaan perlu diberikan sejak dini, dan muatan materinya harus disesuaikan dengan ciri perkembangan psikologis anak. Berkesinambungan artinya bahwa pendidikan kewirausahaan perlu diajarkan terus menerus. Mulai dari pendidikan dini hingga pendidikan tinggi, anak-anak perlu diajarkan tentang kewirausahaan. Prinsip yang kedua memberi petunjuk bahwa konten pendidikan kewirausahaan tidak boleh lepas dari kehidupan masyarakat. Artinya, muatan materi dalam pelajaran kewirausahaan selayaknya dilandasi wawasan kearifan lokal. Konsep berwawasan kearifan lokal yang dimaksud yaitu muatan dan arah pendidikan kewirausahaan yang dikembangkan di sekolah harus relevan dengan; 1) potensi perekonomian lokal dan 2) nilai-nilai sosial dan

19

ESAI
budaya masyarakat setempat. Pertama, pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan di sekolah harus disesuaikan dengan ciri dan potensi perekonomian masyarakat di lingkungan sekitar sekolah. Satu contoh, Desa Sibetan terkenal sebagai pusat perkebunan salak di Bali. Potensi salak di sana sangat melimpah sehingga mayoritas masyarakat desa Sibetan berprofesi sebagai petani salak. Dengan adanya pendidikan kewirausahaan, anak-anak yang berasal dari desa Sibetan atau sekitarnya diajak dan diberikan pelatihan tentang upaya mengoptimalkan potensi salak yang ada dengan berbagai strategi.Strategi yang ditempuh dapat berupa diversifikasi produk olahan salak, perluasan pangsa pasar, peningkatan sayap promosi, pemanfaatan limbah salak sebagai kerajinan tangan, atau penjualan produk olahan salak dengan sistem Multilevel Marketing. Kedua, pendidikan kewirausahaan juga selayaknya diselaraskan dengan kearifan lokal yakni nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat. Nilainilai luhur tersebut merupakan prinsip-prinsip hidup yang dipegang dan dilaksanakan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya, kehidupan masyarakat di Bali sangat erat dengan konsep Tri Hita Karana (THK).THK ini menekankan pentingnya keselarasan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan manusia lainnya (Pawongan), dan manusia dengan lingkungan (Palemahan). THK dapat digunakan sebagai konten dalam pembelajaran kewirausahaan. Suatu contoh yang dapat dikaji misalnya seorang wirausahawan dalam mengembangkan bisnis perusahaannya harus senantiasa dijiwai rasa syukur kepada Tuhan. Rasa syukur itu dapat ditunjukkan dengan pemberian sumbangan atau menjadi donatur tetap suatu yayasan kemanusiaan. Inilah konsep parahyangan dalam implementasi kewirausahaan. Seorang entrepreneur juga seyogianya menjaga hubungan dan silaturahmi dengan para karyawannya, mitra bisnisnya, dengan para konsumen, distributor, dan masyarakat di lingkungannya. Ini merupakan implementasi konsep pawongan dalam kewirausahaan. Terakhir adalah seorang wirausahawan harus memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan di sekitar tempat usahanya. Harus ada analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ketika memulai dan menjalankan usahanya. Pengaruh hasil buangan seperti limbah dan sampah hasil produksi pabrik juga sangat penting untuk diperhatikan agar tidak sampai mencemari lingkungan. Ini merupakan penerapan konsep palemahan dalam pendidikan kewirausahaan. Ketiga konsep ini saling terkait dan menjadi landasan pengambangan suatu usaha. Apabila konsep ini dipegang teguh oleh setiap entrepreneur, maka pencapaian keberhasilan usahanya akan semakin cepat. Implementasi pendidikan kewirausahaan perlu mendapat dukungan semua pihak. Pemerintah berperan sebagai penggagas sekaligus pendukung utama program pendidikan ini. Sekolah sebagai tempat pelaksanaan pendidikan perlu diberikan otonomi dalam merancang kurikulum agar sinkron dengan kearifan lokal yang ada. Dukungan terakhir adalah dari masyarakat yaitu berupa penciptaan iklim yang kondusif dalam rangka menumbuhkembangkan kultur kewirausahaan. Ketiga pihak ini harus selalu sinergis. Apabila peran salah satu pihak tidak optimal, maka hal yang sama akan terjadi pada hasilnya. Tidak seratus persen benar bila ada pendapat yang mengklaim bahwa upaya penumbuhkembangan jiwa kewirausahaan pada masyarakat dapat dilakukan dengan pemberian bantuan modal kredit lunak kepada masyarakat, atau menggagas gerakan kewirausahaan nasional, atau optimalisasi peran kampus, atau hanya mengadakan seminar bertemakan kewirausahaan. Itu semua hanya upaya tentatif. Permasalahan yang dihadapi bangsa ini tidak bisa dianggap remeh. Urat nadi permasalahan adalah lemahnya karakter masyarakat, maka melalui pendidikanlah krisis itu dapat ditanggulangi. Pendidikan kewirausahaan dinilai sebagai kunci utama pengentasan problem pengangguran sekaligus peningkatan kualitas perekonomian bangsa. Upaya ini memang tidak termasuk program sekali jalan yang sekali dilaksanakan langsung mendapatkan hasil. Diperlukan komitmen dan dedikasi yang luar biasa untuk memulai dan melanjutkannya. Di tengah carut marut urusan negara, memang upaya ini terlihat terlalu idealis. Namun dalam kondisi yang serba tidak ideal sekalipun, kita harus selalu berusaha berpikir, berkata, dan berbuat secara ideal apabila negeri ini tidak ingin dijuluki sebagai negeri buruh lagi.

20

Karikatur

Bahasaku bukan untuk ditukar...

Bahasaku, Indonesiaku Dimanapun berada, Bahasa Indonesia juga berada Indah tempatnya, Indah pula bahasanya

You might also like