You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT HYPERACTIVITY DISORSER (ADHD) I.

KASUS (MASALAH UTAMA) Anak Dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorser (ADHD) II. PROSES TERJADINYA MASALAH A. Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan hiperaktivitas k urang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakarakteris kan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif ( Townsend, 1998). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan . Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan (Klikdokte r, 2008) B. Manifestasi Klinik Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain : 1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-ge liat. 2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan 3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing 4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau k eadaan di dalam suatu kelompok 5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap perta nyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan 6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain 7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas bermain 8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiata n lainnya 9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang 10. Sering berbicara secara berlebihan. 11. Sering menyela atau mengganggu orang lain 12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan k epadanya 13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau k egiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinankemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat). III. PATOFISIOLOGI DAN MASALAH YANG PERLU DIKAJI A. Psikopatologi Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masa lah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairi abilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah. Singkatny a ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan m engatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa dep an. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk merespons si tuasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya di perkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan (Martin, 1998). Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti h

alnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berpe ran dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan , perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi m etabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang -orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemu kakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori fa ktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selal u disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gan gguan ADHD (Klik dokter, 2008). Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dip engaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan co ntrol aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracua nan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa persalina n (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan) (Kli kdokter, 2008). Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity Disor der mempunyai ciri-ciri anrtara lain: 1. Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil 2. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah 3. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas 4. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat 5. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau diam 6. Terus gelisah atau menggeliat 7. Sulit menunggu giliran 8. Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya 9. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan 10. Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan 11. Tampak tidak mendengar, sekalipu diajak berbicara secara langsung B. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperac tivity Disorder (ADHD) antara lain : 1. Pengkajian riwayat penyakit a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah s aat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todl er atau masuk sekolah atau day care. b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama , seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan pe rilaku yang membahayakan di rumah. c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi p erilaku anak. d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan a nak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil. 2. Penampilan umum dan perilaku motorik a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goy ang saat mencoba melakukannya. b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain den gan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas. c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakuka n suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan. d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topi k yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya 3. Mood dan Afek a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum. b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa. c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memi

liki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut. d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan 4. Proses dan isi pikir Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan 5. Sensorium dan proses intelektual a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau pers epsi seperti halusinasi. b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi terganggua n secara nyata. c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan. d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak d apat berhenti memikirkan sesuati. e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas 6. Penilaian dan daya tilik diri a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan s ering kali tidak berpikir sebelum bertindak b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, s eperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi. c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil. d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibanding kan dengan anak seusianya. e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekal i bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain. f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku m ereka sendiri 7. Konsep diri a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara u mum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah. b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak te man, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya mer asa terkucil sana merasa diri mereka buruk. c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri seba gai orang yang buruk dan bodoh 8. Peran dan hubungan a. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sos ial. b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan pers elisihan dengan saudara kandung dan orang tua. c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan be rperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi . d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yan g terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahk an memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga. e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisi k. f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang me ningkatkan penolakan anak. 9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenanga n untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik

. IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa kepe rawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain : 1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif 2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari sys tem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengaba ian anak 3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, r asa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara oran g tua dan anak yang tidak memuaskan 5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efek tif 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif 7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri 8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai per ilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jen gka waktu lama 9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebut uhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) intervensi ke perawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas anta ra lain : 1. Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terha dap prestasi yang buruk Tujuan : Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain ataua nak lain dengan kriter ia hasil : Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika berinteraksi dengan s taf atau anggota keluarga Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara mandiri Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan diingatkan Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga Intervensi: a. Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi perilaku klien. Rasional : Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat diidentifikas i dan diminimalkan. Demikian juga stimulus yang mempengaruhi klien secara positi f dapat digunakan dengan efektif b. Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi. Lakukan in tervensi satu pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan Rasional : Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal terganggu c. Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi (yaitu panggil nama k lien dan lakukan kontak mata) Rasional : Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal untuk patuh] d. Berikan instruksi secara secara berlahan dengan menggunakan bahasa yangs ederhana dan petunjukk yang kongkret Rasional : Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu (terutama jika instruksi tersebut kompleks dan abstraks)

e. kurat f.

Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas Rasional : Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima informasi yang a

Bagi tugas yang kompleks menjadi rugas-tugas kecil Rasional : Kemungkinan untuk berhasil akan meningkat dengan kurangnya ko mponen tugas yang rumit g. Barikan umpan balik positif untuk pencapaian setiap tahap Rasional : Kesempatan klien untuk mendapatkan keberhasilan dapat meningk at dengan memperlakukan setiap tahap sebagai kesempatan untuk berhasil h. Izinkan berisitirahat klien dapat berjalan-jalan Rasional : Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara yang t epat/dapat diterima sehingga ia dapat menyelesaikan tugas yang akan datang denga n lebih efektif i. Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas Rasional : Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia dapat me ngusahakan penyelesaian tugas j. Bantu klien menyelesaikan tugas pada awalnya Rasional : Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan tugas seca ra mandiri, memberi bantuan akan memungkinkan klien untuk berhasil dan menunjukk an cara menyelesaikan tugas 2. tif Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efek

Tujuan : Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pul ang, ditandai dengan : Espresi-ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri, pencapaian masala lu dan prospek-prospek masa depan Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa tak ut yang ektrim terhadap kegagalan. Intervensi : a. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis Rasional : Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka renc ana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak b. Sampaikan perhartian tanpa syarat bagi pasien Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai ma khluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri c. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada a ktivitas-aktivitas kelompok Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda d. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak Rasional : Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencanarencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif. e. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme si kap defensif Rasional : Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positi f membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien f. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa tak ut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanak an tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil deng an penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan Rasional : Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri g. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mende kati pencapaian tugas Rasional : Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku

ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan se cara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saa t ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap. 3. il: Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilak u maladaptif diri sendiri Intervensi : a. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas seh ari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan Rasional : Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran meme rlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi di ri sendiri atau orang lain b. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri Rasional : Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau peri laku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menya mpaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal. c. Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh diri. Tanyak an " Apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh diri?" dan "Bagaimana rencana and a untuk melakukannya Rasional : Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan mendekati adalah cocok untuk hal seperti ini. Anak yang mempunyai rencana yang dapat digu nakan adalah berisiko lebih tinggi dari pada yang tidak d. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan perse tujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul Rasional : Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan ses eorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu pe rjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan. e. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan -perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan. Rasional : Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon peril aku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan dat a dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifi kasi sebagai maladaptif. f. Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari percobaan memastikan Rasional : Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan ma rah, karena bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terl ihat sebagai suatu akibat dari kemarahan diarahkan pada diri sendiri g. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak Rasional : Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan. h. Coba untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas anak (mis alnya : kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola voli) Rasional : Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat bagi anak dengan cara ini. i. Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan dan teg angan mulai meningkat Rasional : Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengan kriteria has

j. Staf harus mempertahankan dan menyampaikan dengan sikap yang tenang terh adap anak Rasional : Ansietas adalah sesuatu yang mudah menjalar dan dapat ditrans misikan dari staf ke anak dan sebaliknya. Sikap yang tenang menyampaikan suatu r asa kontrol dan perasaan aman bagi anak. k. Sediakan staf yang cukup yang dapat memperlihatkan kekuatan pada anak ji ka diperlukan Rasional : Hal ini menyampaikan pada anak bukti pengendalian terhadap si tuasi dan memberikan beberapa keamanan fisik bagi staf. l. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek sfek samping ya ng merugikan Rasional : Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida , alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansie tas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi. m. Pembatasan-pembatasan mekanis atau ruangan isolasi akan diperlukan jika intervensi penurunan pembatasan tidak berhasil Rasional : Ini adalaj hak anak untuk mengharapkan penggunaan teknik-tekn ik yang menjamin keamanan anak dan orang lain dengan cara-cara yang paling kuran g pembatasannya. 4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari sys tem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengaba ian anak Tujuan : Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur d an dapat diterima sosial dengan kriteria hasil : Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk menip ulasi orang lain Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosi al Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat diteri ma secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk mengguna kannya sebagai respons terhadap rasa frustasi Intervensi : a. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis Rasional : penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses men ingkatkan harga diri b. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai makh luk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri c. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada a ktivitas-aktivitas kelompok Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda d. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai negatif Rasional : identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengemba ngkan aspek positif sehingga mempunyai koping individu yang efektif e. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme si kap defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan peng embangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif Rasional : Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan mening katkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak f. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut te rhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tu gas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan p ositif bagi usaha-usaha yang dilakukan

Rasional : Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri. 5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, r asa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara oran g tua dan anak yang tidak memuaskan Tujuan : Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi respons terhadap stres . Intervensi : a. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten di da lam berespons dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulus Rasional : Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan meningkatkan kepercaya an pada hubungan anak dengan staf atau perawat b. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau joging, bola voli, latihan dengan m usik, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan kelompok Rasional : tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfa at bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik c. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya d an untuk mengenali sensiri perasaan-perasaan tersebut padanya Rasional : Anak-anak vemas sering menolak hubungan antara masalah-masala h emosi dengan ansietas mereka. Gunakan mekanisme-mekanisme pertahanan projeksi dan pemibdahan yang dilebih-lebihkan d. Perawat harus mempertahankan suasana tentang Rasional : Ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain e. Tawarkan bantuan pada wajtu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologis Rasional : Keamanan anak adalah prioritas keperawatan f. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberaoa anak. Bagaimanapun juga a nak harus berhati-hati terhadap penggunaannya Rasional : sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan sentuhan sebagai suatu agres i g. Dengan berkurangnta ansietas, temani anak untuk mengetahui peristiwa-per istiwa tertentu yang mendahului serangannya. Berhasil pada respons-respons alter natif pada kejadian selanjutnyta Rasional : Rencana tindakan memberikan anak perasaan aman untuk penangan an yang lebih berhasil terhadap kondisi yang sulit jika terjadi lagi h. Berikan obat-obatan dengan obat penenang sesuai dengan yang diperintahka n. Kaji untuk keefektifitasannya, dan beri petunjukkepada anak mengenai kemungki nan efek-efek samping yang memberi penharuh berlawanan Rasional : Obat-obatan terhadap ansietas (misalnya diazepam, klordiasepo ksida, alprazolam) memberikan perasaan lega terhadap efek-efek yang tidak berjal an dari ansietas dan mempermudah kerjasama anak dengan terapi. 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif Tujuan : Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn s etiap malam dengan kriteria hasil: Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanp a terbangun Intervensi : a. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur Rasional : Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan b. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan ra sa takut dan ansietas-ansietas tertentu Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur

anak sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya c. Duduk dengan anak sampai dia tertidur Rasional : kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman d. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan da ri diet anak Rasional : Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur e. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat) Rasional : Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tid ur f. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal in i Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus ruti n dari istirahat dan aktivitas g. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan dalam keadaan ketakutan Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman. 7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang la in tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran dengan kriteria hasil : Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidakseimbangan dan keper luan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan kemuliaan Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain Anak berinteraksi dengan orang lain dengan situasi-situasi kelompok tanpa bersik ap defensif Intervensi : a. Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar Rasional : memfokuskan pada spek-aspek positif dari kepribadian dapat me mbantu untuk memperbaiki konsep diri b. Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan dan bagaiman a perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti menyalahkan oprang lain ka rena prilakunya sendiri Rasional : Pengenalan masalah adalah langkah pertama pada proses perubah an ke arah resolusi c. Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidaj mengancam untuk perilak u-perilaku yang tidak dapat diterima Rasional : Anak mungkin kurang pengetahuan tentang bagaiamna dia diterim a oleh orang lain. Berikan informasi ini dengan cara yang tidak mengancam dapat membantu untuk mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan d. Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan sifat defensif dan praktik bermain peran dengan respons-respons yang lebih sesuai Rasional : Bermain peran memberikan percaya diri untuk menghadapi situas i-situasi yang sulit jika hal-hal tersebut benar-benar terjadi e. Berikan dengans egera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku yang da pat diterima Rasional : Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan memberi seman gat untuk mengulangi perilaku-perilaku yang diinginkan f. Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran yang realistis, konkret da n memerlukan tindakan-tindakan yang cocok untuk mencapai sasaran-sasaran ini Rasional : Keberhasilan akan meningkatkan harga diri g. Evaluasi dengan anak keefektifan perilaku-perilaku yang baru dan diskusi kan adanya perubahan untuk perbaikan Rasional : Karena keterbatasan kemampuan untuk memecahkan masalah, bantu an mungkin diperlukan untuk menetapkan kembali dan mengembangkan strategi baru, pada keadaan di mana metode-metode koping baru tertentu terbukti tidak efektif.

8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai per ilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jen gka waktu lama Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan e fektif dalam berespons perilaku anak dengan kriteria hasil : Mengungkatkan dan mengatasi perilaku negatif pada anak Mengidentifikasi dan menggunakan sistem pendukung yang diperlukan Intervensi : a. Berikan informasi dan material yang berhubungan dengan gangguan anak dan teknik menjadi orang tua yang efektif Rasional : Pengetahuan dan ketrampilan yang tepat dapat meningkatkan kee fektifan peran orang tua b. Dorong individu untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan menggali alternatif cara berhubungan dengan anak Rasional : Konseling suportif dapat membantu keluarga dalam mengembangka n strategi koping c. Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang efekti f Rasional : Penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan mendorong kontinuitas upaya d. Libatkan saudara kandung dalam diskusi keluarga dan perencanaan interaks i keluarga yang lebih efektif Rasional : Masalah keluarga mempengaruhi semua anggota keluarga dan tind akan lebih efektif bila setiap orang terlibat dalam terapi tersebut e. Libatkan dalam konseling keluarga Rasional : terapi keluarga dapat membantu mengatasi masalah global yang mempengaruhi seluruh struktur keluarga. Gangguan pada salah satu anggota keluarg a akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga f. Rujuk pada sumber komunitas esuai indikasi, termasuk kelompok pendukung orang tua, kelas menjadi orang tua Rasional : mengembangkan sistem pendukung dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keefektifan orang tua. Pemberian model peran atau harapan untuk masa d epan. 9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebut uhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi Tujuan : Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan dengan kriteria hasil : Berpartisipasi dalam pembelajaran dan m,ulai bertanya dan mencari informasi seca ra mandiri Mencapai tujuan kognitive yang konsisten sesuai tingkat temperamen Intervensi : a. Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, akti vitas kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah, kafetaria yang ramai, aula yang ramai Rasional : Peredaan dalam stimulasi lingkungan dapat menurunkan distrakt ibilitas. Kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan untuk tepat pada tugas dan membantu klien mempelajari interaksi yang tepat dengan orang lain, menghindari rasa terisolasi b. Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi langkah Rasional : Keterampilan belajar yang terurut akan meningkat. Mengajarkan anak keterampilan pemecahan masalah, mempraktikkan contoh situasional. Keteramp ilan efektif dapat meningkatkan tingkat prestasi c. Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipas

i respons perilaku Rasional : penggunaan psikostimulan mungkin tidak mengakibatkan perbaika n kenaikan kelas tanpa perubahan pada ketrampilan studi anak d. Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, ana k, dan keluarga Rasional : keefektifan kognitif paling mungkin meningkat ketika terapi t idak terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya intervensi signifikan karena kura ngnya komunikasi interdisiplin. VI. EVALUASI Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD an tara lain : 1. Asietas dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu melak ukan agresi 2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan- perasaan yang sebenarnya 3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri 4. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya send iri 5. Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidakseimbangan d an keperluan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan kemuliaan 6. Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain 7. Anak berinteraksi dengan orang lain dalam situasi-situasi kelompok tanpa bersikap defensif 8. Anak mencari anggota staf untuk sosial, serta untuk interaksi terapeutik 9. Anak telah membentuk dan secara memuaskan mempertahankan, satu hubungan antar probadi dengan pasien lainnya 10. Anak dengan suka rela dan sesuai berpartisipasi di dalam aktivitas kelom pok 11. Anak mengungkapkan alasan-alasan bagi ketidakmampuan untuk membentuk hub ungan antar pribadi yang dekat dengan orang lain pada masa lalu 12. Anak mampu menunda pemuasan terhadap keinginannya tanpa terpaksa untuk m emanipulasi orang lain 13. Anak mampu mengeskpresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima sec ara sosial 14. Anak mampu mengungkapkan kemampuan kemampuan koping alternatif , dapat di terima secara sosial, sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk men ggunakannya sebagai respon terhadap rasa frustasi 15. Anak mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri 16. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrem terhadap kegiatan 17. Anak mampu untuk mengungkapkan perilaku-perilaku yang menjadi tanda keti ka ansietas mulai timbul dan tindakan yang sesuai untuk menghentikan perkembanga n dari kondisi tersebut 18. Anak mampu mempertahankan ansietas pada tingkat yang dapat dikendalikan 19. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur 20. Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat. Anak mampu untuk memulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun

DAFTAR PUSTAKA Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Isaac, A. (2005). Panduan Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC Klikdokter. (2008). ADHD. http://www.klikdokter.com/illness/detail/47. Diakses t anggal 18 April 2009 Martin, G. I. (1998). Terapi Untuk Anak ADHD (terjemahan). Cetakan II. Jakarta : Penerbit BIP Kelompok Gramedia Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri pedoman Untuk Pembuatan rencana Perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : pene rbit Buku Kedokteran EGC Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (terjemahan). Cetakan I. Jakar ta : Penerbit Buku kedokteran EGC

You might also like