You are on page 1of 6

Abstrak Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung,

stroke dan ginjal. Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah meliputi faktor yang tidak bisa dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, ras, dan umur. Sedangkan faktor yang dapat dikontrol yakni olahraga, makanan, alkohol, stress, rokok, kelebihan berat badan, kehamilan dan menggunakan pil kontrasepsi.2 Hipertensi dapat menjadi penyebab sekunder penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas darah. Data-data yang terdapat dalam laporan kasus ini diambil dari data primer, data sekunder, serta hasil pemeriksaan penunjang. Peran diagnosis holistik pada kasus ini sangat diperlukan untuk pemberian pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif dan berkesinambungan sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan menjadi optimal. Abstract Hypertension can caused many complications of any other diseases, such as cardiovascular disease, stroke and kidney. Many factors involves to caused hypertension such as uncontrolled factor are genetic, gender and age. The controlling factors are exercise, food, alcohol, stress, smoke habit, obese and pregnancy with contraseption pil. Hypertension can be secondary cerebrovascular disease (CVD) or stroke caused by pathology process of brain blood vessel system caused trombhoemboli, ruptur of brain wall blood vessel and the changed of blood viscosity. The data contained in these case reports taken from the primary data, secondary data, and the results of additional investigations. Holistic diagnostic role in this case is necessary for the provision of holistic health services, so that comprehensive and sustainable health services that has to be optimized.

Pendahuluan Sejak dasawarsa 1990-an telah terjadi pergeseran pola penyebab kematian dan sakit di Indonesia, yakni dari jenis penyakit infeksi ke penyakit yang bersifat degeneratif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995 menunjukkan penyebab utama kematian penduduk berusia di atas 35 tahun adalah penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah.1 Salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah hipertensi. Lebih kurang seperlima dari seluruh penduduk dewasa di seluruh dunia diperkirakan mengalami hipertensi. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1 miliar orang dengan angka kematian mencapai 7,1 juta orang per tahun. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia pada tahun 1995, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Mengingat hipertensi bersifat kronis, diperlukan penatalaksanaan jangka panjang dan holistik serta dukungan keluarga. Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah seseorang >140 mmHg (tekanan sistolik) dan >90 mmHg (tekanan diastolic) (Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of High Pressure VII, 2003). Hipertensi berkontribusi secara substansial terhadap risiko penyakit lain antara lain penyakit jantung koroner, trombo embolik, dan stroke dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan jantung, otak dan ginjal. Hipertensi merupakan penyakit sirkulasi darah yang merupakan pada rawat jalan maupun rawat inap di Rumah Sakit. Hasil pencatatan dan pelaporan Rumah Sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit) menunjukkan kasus baru penyakit system sirkulasi darah terbanyak pada kunjungan pada kunjungan rawat jalan maupun jumlah pasien keluar rawat inap dengan diagnosis penyakit Hipertensi tertinggi pada tahun 2007. Hasil Riskesdas 2007 prevalensi Hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terrendah di Papua Barat (20,1%). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008, penyebab kematian utama untuk semua umur adalah stroke (15,4%) yang disusul oleh TB (7,55%), Hipertensi (6,8%) dan cedera (6,5%). Bila dibandingkan dengan SKRT 1995 dan SKRT 2001, menurut empat kelompok penyebab kematian, tampak bahwa selama 12 tahun (1995 2007) telah terjadi transisi epidemiologi dengan meningkatnya proporsi penyakit tidak menular , yang diikuti dengan transisi demografi. Hal ini juga menunjukkan bahwa proporsi penyakit menular di Indonesia dalam 12 tahun telah menurun sepertiganya dari 44% menjadi 28%, dan proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dai 42% menjadi 60% termasuk di dalam penyakit tersebut adalah penyakit Hipertensi. Pada kasus ini, ditegakkan diagnosis hipertensi grade II atas dasar pemeriksaan tekanan darah 180/120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan 3 kali menurut rekomendasi pengukuran tekanan darah pada manusia. Berbagai faktor genetik, faktor lingkungan, intermediary phenotypes, seperti susunan saraf otonom, hormon, vasopressor/vasodepressor, struktur sistem kardiovaskular, volume cairan tubuh, fungsi ginjal, dan faktor hipertensinogenik, seperti stroke, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol yang tinggi, resistensi insulin, dislipidemi, asupan kalium rendah dan asupan kalsium rendah, mempunyai peranan dalam

peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer. Pada anamnesis tidak terdapat gejala penyakit yang sama seperti pada pasien di keluarganya. Ilustrasi kasus Tn. J usia 51 tahun adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai 1 orang istri dan 3 orang anaknya yang berjenis kelamin laki-laki , yang bertempat tinggal di Jl. Temu Giring no.5 RT 10 RW 08, Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur, datang ke Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih ( KDK KP ) pada tanggal 5 April 2011 atas keinginan sendiri yang didampingi oleh isteri dan seorang anaknya menggunakan bajaj. Saat turun bajaj, pasien dibantu oleh anaknya dan beberapa petugas kesehatan KDK, karena tidak mampu berjalan sendiri. Saat di meja TRIASE, pasien mengutarakan keluhannya yaitu seluruh badannya terasa lemas dan demam sejak 2 hari yang lalu. Lemas dirasa secara tiba-tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang hari Pasien tidak merasakan pusing yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala hebat yang disertai muntah yang menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak menentu. Keluhan tersebut membuat pasien sulit untuk beristirahat. Pada saat pertanyaan selanjutnya, pasien lebih banyak diam, dengan tatapan hampa dan terlihat lemas. Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan dan terkadang tersedak jika minum air. Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri di bagian dada sebelah kiri. Akan tetapi menurut keterangan dari isteri pasien, pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5 bulan yang lalu. Sehingga pasien saat ini mudah sekali marah dan juga aktifitas pasien saat ini terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat mengeluhkan bahwa saat ini sering mengompol. Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang mengandung santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien mengatakan bahwa pasien sekarang jarang sekali makan. Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke dokter. Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan sakit kepala dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah datang kembali untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol di warung jika sudah merasa sakit kepala Riwayat penyakit dahulu pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5 bulan yang lalu. Sehingga aktifitas pasien saat ini terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat mengeluhkan bahwa saat ini sering mengompol. Anak kedua pasien meninggal akibat penyakit kanker getah bening. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 180/120 mmHg, kemudian tensi sempat diulang karena tinggi, pasien langsung diberikan Nifedipine 1x1/2 tablet sublingual, 15 kemudian tekanan darahnya tetap 180/120 mmHg, 30 kemudian tekanan darah pasien masih 180/120 mmHg, Nifedipine diulang kembali 1x1 tablet sublingual, 15 kemudian tekanan darah pasien 170/110 mmHg, 30 kemudian 160/110 mmHg. Pemeriksaan fisik di mulut didapatkan bibir tidak simetris, cenderung lemah di bagian kiri, kulit bibir tampak kering, lidah tidak kotor. Pemeriksaan leher ditemukan Terdapat benjolan di leher bagian depan

sebelah kanan, ukuran kurang lebih 7 x 2 cm mulai dari superfisialis superior sampai dengan jugularis superior, terfiksir (+), massa padat (+), nyeri (-), hiperemi (-). Pemeriksaan reflex fisiologis semua tidak ada kelainan, sedangkan pemeriksaan reflex patologis yaitu reflex Babinsky positif untuk kedua ekstremitas bawah. Pemeriksaan nervus kranialis ditemukan kelainan pada nervus vagus (N.X) karena pasien sering tersedak. Pemeriksaan lab dilakukan saat pasien pertama kali berkunjung, didapatkan hemoglobin 17 g/dl, leukosit 5000 /mm3, trombosit 119.000 /mm3, hematokrit 50. Pasien didiagnosa : Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 110 mmHg. Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan. Saat ini pengobatan medikamentosa yang didapatkan adalah Piracetam 1x1 tablet selama seminggu, simvastatin 1x20 mg, Captopril 3x25 mg, Amlodipine 1x10 mg dan Cefixime 2x1 tablet. Pengawas minum obat sekaligus pelaku rawat pasien adalah istrinya sendiri namun pengetahuan yang dimiliki mengenai penyakit ini masih sangat minim. Sementara pengobatan non medikamentosa antara lain perubahan gaya hidup dengan pola makan sesuai dengan DASH (Dietary Approaching to Stop Hypertension), .., perlu konsultasi ahli gizi untuk pengaturan menu yang sesuai dengan jumlah kalori diatas. Pasien juga perlu untuk konsul ke psikiatri karena merasa selalu tidak diperhatikan oleh istri dan anakanaknya padahal dalam perjalanannya tidak seperti itu. Perlu diberikan juga edukasi mengenai faktor risiko genetik penyakit hipertensi untuk anak-anaknya. Diskusi Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, selama 12 tahun (1995-2007) proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu dari 42% menjadi 60% termasuk di dalamnya penyakit sistem sirkulasi darah dan salah satunya adalah penyakit Hipertensi. Penyakit sirkulasi darah menempati urutan teratas sebagai penyakit utama penyebab kematian di Rumah Sakit pada tahun 2007 dan 2008. Berbagai faktor genetik, faktor lingkungan, intermediary phenotypes, seperti susunan saraf otonom, hormon, vasopressor/vasodepressor, struktur sistem kardiovaskular, volume cairan tubuh, fungsi ginjal, dan faktor hipertensinogenik, seperti stroke, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol yang tinggi, resistensi insulin, dislipidemi, asupan kalium rendah dan asupan kalsium rendah, mempunyai peranan dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer. Faktor lingkungan yang banyak diperhatikan adalah intake garam. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan asupan garam antara 5 15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 20%. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Pada pasien ini diketahui bahwa pasien sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung santan dan gorengan, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi antara lain stress psikososial dan kurang olahraga.

Letak Jantung :

Fakta tentang jantung : Bila jantung berdenyut 70 kali / menit Sekali denyut 70cc darah 5 liter Curah Jantung 70cc darah mengitari 100.000 km pembuluh Berdenyut 100.000 x/hari 2,5 milyar x/ sepanjang hidup Memompakan darah lebih dari 227 juta liter

Gejala gejala yang ada pada pasien merupakan gejala gejala pasca stroke. Setelah kondisi penderita Stroke cukup stabil, prioritas penanganan masalah adalah bagaimana agar si penderita tetap memiliki hidup yang berkualitas, fungsional dan tidak tergantung pada orang lain baik secara fisik maupun emosional. Peningkatan kualitas hidup penderita pasca Stroke dapat dicapai dengan memelihara gaya hidup yang sehat yang meliputi: 1. Nutrisi yang tepat 2. Olahraga 3. Perawatan kesehatan yang baik Jika pernah mengalami Stroke, resiko untuk menderita Stroke kembali akan lebih besar dibandingkan pada orang yang belum pernah mengalami serangan Stroke. Dengan mengendalikan semua faktor resiko, penderita dapat mengurangi semua resiko tersebut. Serangan Stroke yang telah dialami mungkin telah lama berlalu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang lalu. Namun tentu saja gejala sisa dari penyakit Stroke itu sendiri menimbulkan masalah yang pada beberapa orang masih dirasakan. Hal ini tentu akan menurunkan kualitas hidup : menjadi tergantung dengan orang lain, menjadi lebih lamban dan seringkali juga ikut mempengaruhi pola makan sehari-hari dan akhirnya ikut mempengaruhi status nutrisi yang diterima oleh tubuh. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Karena pasca serangan Stroke, penderita sering mengalami kesulitan dalam menelan makanan karena refleks menelan yang masih belum baik, bagian-bagian tubuh yang masih lemah di wajah atau di tangan dan mobilitas yang terbatas. Kesemuanya ini tentu akan mempengaruhi kebiasaan makan sehari-hari. Suatu penelitian di Inggris dilakukan oleh dokter-dokter ahli gizi mengenai status gizi paisen-pasien yang pernah mengalami stroke diteliti status gizi pasien-pasien tersebut sebelum serangan dan pada saat masa pemulihan pasca serangan diperoleh hasil terdapat penurunan status gizi sebanyak 65 %. Asupan nutrisi memegang peranan penting sebagai bagian dari proses pemulihan setelah Stroke. Konsumsi makanan yang tepat dan seimbang dapat membantu penderita untuk dapat merasa lebih baik dan juga lebih kuat. Nutrisi yang tepat tidak hanya dapat membantu tubuh

memperbaiki jaringan tubuh yang telah rusak akibat serangan Stroke, tetapi juga memberikan energi dan memperbaiki stamina tubuh. Konsumsi banyak sayur dan buah. Dapat menurunkan resiko stroke berulang hingga 30 %. Konsumsilah 5 porsi buah dan sayuran setiap hari. Pilihlah protein rendah lemak. Kurangi konsumsi daging merah, sebaliknya konsumsilah ikan, ayam (tanpa kulit). Kebanyakan daging merah mengandung lemak jenuh yang menyebabkan timbunan lemak pada pembuluh darah arteri. Kurangi konsumsi garam. Konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Jangan tambahkan garam pada makanan yang kita makan dan hindari konsumsi makanan ringan yang mengandung banyak garam. Konsumsi makanan kaya serat. Makanan kaya serat membantu dalam mengontrol kadar lemak dalam darah. Konsumsilah sereal gandum, beras merah, roti dan pasta whole grain. Hindari konsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Hal ini mengurangi resiko Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu faktor resiko terserang stroke berulang. Batasi jumlah lemak dalam makanan yang kita konsumsi. Kita membutuhkan lemak dalam nutrisi, namun konsumsi yang terlalu banyak dapat menyebabkan plak dalam arteri dan menjadi masalah berat badan. Kendalikan berat badan. Memiliki berat badan overweight adalah faktor resiko timbulnya penyakit Hipertensi, Jantung dan Diabetes dimananya ketiganya adalah faktor resiko Stroke. 7 Langkah Sederhana Untuk Kesehatan KardioVaskular 1. Tidak / Stop Merokok 2. Kontrol Berat Badan (Body Mass Index < 25 kg/m2) 3. Olahraga teratur & konsisten (setidaknya 150 menit/minggu) 4. Diet sehat dan seimbang 5. Kontrol Tekanan Darah ( 120/80 mmHg) 6. Kendalikan kadar Kolesterol Darah ( < 200mg/dL) 7. Pertahankan gula darah tetap normal ( gula darah puasa <100mg/dL)

You might also like