You are on page 1of 22

FRAKTUR TERTUTUP KLAVIKULA

A. DEFINISI Terdapat beberapa pengertian tentang fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literatur (Musliha, 2010) : 1. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang. 2. Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000), fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. 3. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. 4. Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. 5. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya, misalnya Klavikula (tulang Kolar). Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang tejadi pada tulang Klavikula. Definisi fraktur Klavikula (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture), fraktur Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang selangka. Hal ini sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan langsung ke klavikula. Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang 1

sebagai tempat

penyimpanan kalsium,

fosfat

dan

garam magnesium. Namun

karena tulang

bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena: 1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran ataupun penarikan. 2. Tekanan yang berulang-ulang. Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal. 3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi dan berbeda-beda pada daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas mengenai patah tulang bagian klavikula.

B. ETIOLOGI FAKTUR KLAVIKULA Secara umum, menurut Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu : 1. Fraktur akibat peristiwa trauma. 2. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan. 3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang. Selangka juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada yang berada di antara tulang dada (sternum) dan tulang belikat (scapula). Sangat mudah untuk merasakan klavikula, karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus dengan otot tapi tulang ini hanya tertutup oleh kulit yang mencakup sebagian besar tulang Klavikula. Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada bayi (biasanya pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula tidak sepenuhnya mengeras atau mengembang sampai akhir remaja), atlet (karena risiko dipukul atau jatuh) atau diakibatkan oleh kecelakaan dan jatuh. Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan 2

sampai klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulangklavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Fraktur klavikula terjadi 30-60 kasus per 100.000 per tahun atau rata-rata 2,6-5% dari semua kasus patah tulang. Fraktur terjadi dua kali lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Sekitar setengah dari semua patah tulang klavikula terjadi pada anak di bawah usia 7 tahun. (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture)

C. PATOFISIOLOGI Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan disekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk dapat menyebabkan edema yang dapat menekan ujung syaraf yang bila berlangsung lama dapa menyebabkan Syndroma Kompartement. Fraktur klavikula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor. Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal klavikula. Klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. 3

D. GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

E. Klasifikasi Klasifikasi patah tulang secara umum adalah : 1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi : a. Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks. b. Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks(masih ada korteks yang utuh). 2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi: a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,tulang tidak menonjol melalui kulit.. b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi dalam 3 grade yaitu : 1) Grade I 2) Garade II 3) Grade III : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot. : seperti grade I dengan memar kulit dan otor. : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit. Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allmantahun 1967

dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok: 1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensikejadian 75-80%). 4

Pada daerah ini tulang lemah dan tipis. Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%). Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni, conoid dan trapezoid a) Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular. b) Tipe 2A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen. c) Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya. d) Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint. e) Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal berpindah keatas. f) Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen. 3. Kelompok 3 : patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

F. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment. Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempelsebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat. Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan silang selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami 5

fraktur biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk

mempercepat proses penyembuhan. Bagian tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (immobilisasi). Imobilisasi bisa dilakukan melalui: 1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. 2. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. 3. Fikasasi : a. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate) atau batanglogam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open reduction with internal fixation (ORIF). b. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik Pada prinsipnya penanganan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke - 4 sampai minggu ke 6 (pada saat 6

fase remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali normal. Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut : 1. Fraktur terbuka. 2. Terdapat cedera neurovaskuler. 3. Fraktur comminuted. 4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih. 5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion). 6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion). Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa nyeri. Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen.

G. PROGNOSIS Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir. Fraktur klavikula disertai multiple trauma

memberi prognosis yang lebih buruk daripada prognosis fraktur klavikula murni. Fraktur klavikula bisa sembuh sepenuhnya dalam waktu 12 minggu, tapi rasa sakit biasanya berkurang dalam beberapa minggu. Seringkali pasien kembali ke aktivitas penuh sebelum 12 minggu, terutama pada pasien yang lebih muda

(http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture). Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.

H. KOMPLIKASI Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah. Komplikasi akut : Cedera pembuluh darah 7

Pneumouthorax Haemothorax

Komplikasi lambat : Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG : Laboratorium : Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat didalam darah. Radiologi : X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untukmendeteksi struktur fraktur yang kompleks. Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur. Scan tulang, CT-scan/ MRI : Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

J. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah secara bertahap maupun mendadak. Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan asuhan keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan. Karakteristik unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem asuhan keperawatan antara lain : 1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat. 8

2. Keterbatasan sumber daya dan waktu. 3. Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia, seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas. 4. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. 5. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat. Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat di ruang gawat darurat meliputi : 1. Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat harus menerapkan prinsip Universal Precaution dan mencegah penyebab infeksi. 2. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menentukan diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan. 3. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi masalah biologi dan psikososial klien. 4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat. 5. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan. 6. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah dan cepat. 7. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga. Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan Keperawatan di ruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan klien gawat darurat. I. PENGKAJIAN a. Standar Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan. b. Keluaran Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat darurat. 9

c. Proses Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua : 1. Pengkajian Primer (primary survey) Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap

kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan. Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan : A = Airway dengan kontrol servikal Kaji : Bersihan jalan nafas Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas Distress pernafasan Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring

B = Breathing dan ventilasi Kaji : Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada Suara pernafasan melalui hidung atau mulut Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

C = Circulation Kaji : Denyut nadi karotis Tekanan darah Warna kulit, kelembaban kulit Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

D = Disability Kaji : Tingkat kesadaran Gerakan ekstremitas 10

GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P = pain/respon nyeri, U = unresponsive.

Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.

E = Eksposure Kaji : Tanda-tanda trauma yang ada.

2. Pengkajian Sekunder (secondary survey) Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki. a. Pengkajian Riwayat Penyakit : Komponen yang perlu dikaji : Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri) Waktu makan terakhir Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien. Metode pengkajian : 1) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien : S (signs and : tanda dan gejala yang diobservasi dan dirasakan klien A (Allergis) M (medications) : alergi yang dipunyai klien : tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi nyeri P (pertinent past

symptoms)

11

medical hystori)

: riwayat penyakit yang diderita klien

L (last oral intake : makan/minum terakhir; jenis makanan, solid or liquid) E (event leading to injury or illnes) : pencetus/kejadian penyebab keluhan ada penurunan atau peningkatan

kualitas makan

2) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri : P (provoked) : pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan dan mengurangi nyeri Q (quality) R (radian) S (severity) T (time) : kualitas nyeri : arah penjalaran nyeri : skala nyeri ( 1 10 ) : lamanya nyeri sudah dialami klien

b. Tanda-tanda vital dengan mengukur : Tekanan darah Irama dan kekuatan nadi Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan Suhu tubuh

c. Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi : 1) Pengkajian kepala, leher dan wajah Periksa rambut, kulit kepala dan wajah Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing. Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau keluaran lain seperti cairan otak. Periksa leher

12

Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan menelan. 2) Pengkajian dada Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks : Kelainan bentuk dada Pergerakan dinding dada Amati penggunaan otot bantu nafas Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi 3) Pengkajian Abdomen dan Pelvis Hal-hal yang perlu dikaji : Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi, abrasi, distensi abdomen dan jejas Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas Nadi femoralis Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST) Distensi abdomen

4) Pengkajian Ekstremitas Hal-hal yang perlu dikaji : Tanda-tanda injuri eksternal Nyeri Pergerakan Sensasi keempat anggota gerak Warna kulit Denyut nadi perifer

5) Pengkajian Tulang Belakang Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji : Deformitas Tanda-tanda jejas perdarahan 13

Jejas Laserasi Luka

6) Pengkajian Psikosossial Meliputi : Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun anggota keluarga Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang

dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat dan hiperventilasi. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan meliputi : 1. Radiologi dan Scanning 2. Pemeriksaan laboratorium 3. USG dan EKG

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai dengan kategori urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah dilakukan. Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan : Airway, Breathing dan Circulation. Diagnosa keperawatan Gawat Darurat yang dapat muncul pada kasus Fraktur Kalvikula antara lain : 1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergeseran fragmen tulang

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya gangguan


muskuloskeletal

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur

14

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. J DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVIKULA DEXTRA DI IGD RSUD UNDATA PALU I. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat Tanggal Pengkajian No. MR 2. Penanggung Jawab Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Agama Alamat Hubungan dgn klien 3. Pengkajian Primer Airway Breathing

: : : : : : : : :

Tn. J 23 Tahun Laki-laki SMP Petani Islam Desa Bomba, Kec. Marawola 23 oktober 2012 51-73-26

: : : : : : :

Ny. Heli 36 tahun Perempuan SD Islam Desa Marawola Kakak

Tidak terdapat sumbatan jalan nafas Spontan Dyspneu RR : 28 x/mnt Akral dingin Keringat dingin

Circulation

Disability

a. GCS : E4V5M6 b. Kemampuan motorik dan sensorik : - Nyeri tekan pada daerah klavikula sebelah kanan - Tangan kanan tidak bisa digerakkan/nyeri saat digerakkan

15

4. Pengkajian Sekunder Riwayat Kesehatan Utama : Klien masuk dengan keluhan sakit pada bahu sebelah kanan, luka lecet pada kiri + 4 cm, jejas pada daerah clavicula sebelah kanan (lebam dan bengkak), luka lecet pada jari telunjuk sampai jari manis. - Muntah 1 x - Mual - Nyeri dada terutama saat bernafas - Tangan kanan tidak bisa digerakkan Pengkajian Nyeri : P Q R S T Klien mengatakan nyeri bila bergerak, terutama pada daerah bahu sebelah kanan Klien mengatakan nyeri saat bernafas

Klien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk pada daerah klavikula Klien mengatakan nyeri pada daerah dada, daerah bahu sampai ke seluruh tangan kanannya Klien mengatakan kualitas nyeri pada skala 9 (skala yang diberikan 1-10)

Klien mengatakan nyeri dirasakan sejak dari tempat kejadian kecelakaan + 1 jam yang lalu 5. Tanda-Tanda Vital TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit

RR : 28 x/menit S : 36C

6. Head to Toe (Pengkajian Fokus) Kepala I : Ekspresi wajah meringis, tidak ada tanda-tanda perdarahan, konjungtiva anemis P : Tidak teraba adanya hematoma I : Tidak ada kelainan atau luka, leher nampak tegang saat meringis P : Tidak teraba adanya hematoma

Leher

16

Dada

Thoraks : I : Tampak luka lecet/jejas pada dada sebelah kiri + 4 cm, jejas pada daerah kalavikula sebelah kanan (bengkak dan lebam), nafas cepat dan dangkal P : Terasa adanya krepitasi pada tulang klavikula A : Simetris antara kedua paru Jantung : A : Tidak ada BJ tambahan

Abdomen

I : Tampak penggunaan otot-otot perut saat klien bernafas P : Tidak teraba adanya massa P : Tidak kembung A : Terdengar bising usus

Ekstremitas I : Tampak luka lecet pada jari telunjuk sampai jari manis sebelah kanan, klien tidak dapat menggerakkan tangan kanannya P : Teraba dingin pada ujung-ujung ekstremitas, teraba nadi radialis reguler I : Tampak pucat P : Berkeringat dingin 7. Pengkajian Psikososial : - Klien mengatakan cemas dengan kondisi bahu dan tangan kanannya - Nadi : 80 x/menit 8. Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis Radiologi Laboratorium Darah Pemeriksaan Lain Terapi/Anjuran Medis Infus RL 20 tts/mnt O2 Nasal 2 lpm Ketorolak 1 amp/IV Konsul ahli bedah Integumen

Pada hasil foto Thorax, HGB : 12 mg/dl nampak fraktur pada WBC : 4 mg/dl tulang klavikula sebelah kanan

Pembimbing Klinik,

Palu, ......................................2012 Mahasiswa,

Riny, S.Kep.Ns NIP. ............................................... Mengetahui, Pembimbing Akademik,

Arif Paskal Pokonda NIM PO70120112 002

(Irsanty Colein, Skp.Ns., MMed) NIP.................................................. 17

II.

ANALISA DATA KLASIFIKASI DATA DO : - Gelisah - Takipneu - Nafas dangkal dan cepat - RR : 28 x/menit DS : - Klien mengatakan sesak - Nyeri saat bernafas DO : - Ekspresi wajah meringis - Klien mengerang kesakitan - Tampak jejas pada daerah klavikula sebelah kanan, lebam dan bengkak - Terdapat krepitasi pada daerah fraktur DS : - Klien mengatakan seperti tertusuk-tusuk pada daerah klavikula sampai tangan kanannya - Klien mengatakan nyeri bila bergerak - Klien mengatakan nyeri dirasakan sejak dari lokasi kecelakaan - Klien mengatakan skala nyerinya pada skala 9 DIAGNOSA Perubahan pola nafas berhubungan dengan adanya gangguan muskuloskeletal

Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang

18

Nama : Tn. J Usia : 23 Tahun Jenis Kelamin : L


TGL./JAM SUBJEKTIF OBJEKTIF

No. MR : 51-73-26 Diagnosa Medis : Fraktur Tertutup Clavicula Dextra


DIAGNOSA PLAN IMPLEMENTASI EVALUATION

23-10-2012 - Klien mengatakan sesak - Dyspneu - Gelisah - Takipneu - Nafas dangkal dan cepat - RR : 28 x/menit Perubahan pola nafas berhubungan dengan adanya gangguan muskuloskeletal Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan menunjukkan pola pernafasan yang teratur dan reguler Kriteria Hasil : - Klien akan mengatakan sesak berkurang - Klien tampak tenang - RR dalam batas normal Intervensi : - Pantau pola pernafasan - Kaji tanda-tanda vital - Atur posisi klien senyaman mungkin - Kolaborasikan pemberian therapy

Pkl. Pkl. - Memantau pola nafas S : Klien klien mengatakan - Mengkaji tanda-tanda sesaknya vital berkurang - Mengatur posisi sesuai keinginan O : - Klien klien nampak - Memberikan O2 tenang nasal kanul 2 Lpm - RR : 20 - Memasang infus x/menit dengan cairan RL 20 tts/menit A : Tujuan Tercapai P : - Pertahankan posisi klien - Lanjutkan pemberian O2 nasal

Ttd,

(.........................)

19

23-10-2012 - Klien mengatakan seperti tertusuk-tusuk pada daerah kalivikula sampai tangan kanannya - Nyeri bila bergerak - Nyeri dirasakan dari tempat kecelakaan - Klien mengatakan skala nyerinya pada skala 9 - Ekspresi wajah meringis - Klien mengerang kesakitan - Tampak jejas pada daerah klavikula sebelah kanan, lebam dan bengkak Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri akan berkurang Kriteria Hasil : - Klien akan mengatakan nyeri berkurang - Skala nyeri 7 Intervensi : - Kaji skala nyeri - Jelaskan penyebab nyeri - Lakukan immobilisasi pada daerah daerah bahu sampai tangan kanan - Ajarkan tehnik relaksasi - Kolaborasikan pemberian analgesik

Pkl. - Mengkaji skala S: nyeri - Menjelaskan penyebab nyeri yang dirasakan klien - Menganjurkan klien agar tidak menggerakkan bahu dan tangan kanannya - Mengajarkan nafas O : dalam saat klien merasakan sensasi nyeri - Memberikan injeksi Ketorolak 1 amp/IV A :

Pkl. - Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang - Skala nyeri 7 - Nyeri dirasakan hilang timbul - Klien sekalikali masih meringis kesakitan Tujuan tercapai

P : - Lanjutkan immobilisasi pada daerah bahu sampai tangan kanan - Ingatkan klien tentang tehnik relaksasi - Kaji skala nyeri

Ttd,

(.........................)

20

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa Medis : Fraktur Tertutup Clavicula Dextra Keadaan Umum Pasien saat pindah ruangan : Keadaan umum : Baik Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 64 x/menit RR : 20 x/menit S : 36C Klien sekali-kali masih tampak meringis Nyeri dirasakan hilang timbul Terpasang O2 nasal 2 liter/menit Terpasang Infus dengan cairan RL 20 tetes/menit

21

DAFTAR PUSTAKA Price, S.A.,dkk,. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2, 2006, EGC, Jakarta Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda, NIC, NOC, 2010, Nuha Medika, Yogyakarta Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesi, Diagnosis Keperawatan Defini dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta Wilkinson J M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi Bahasa Indonesia, 2006, EGC, Jakarta Basic trauma Life support, Pro Emergency (Bab XII) Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture L Joseph Rubino, 2006, Clavicle Fractures, http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm. Mardhink Zhadja, ml.scribd.com/doc/89379199/fraktur-klavikula

22

You might also like