You are on page 1of 43

Pengukuran Aliran sungai

Rosadi Affandi
Disebutkan pengukuran aliran dengan alat ukur arus karena alat yang digunakan
untuk mengukur kecepatan adalah alat ukur arus yang umum disebut dengan
istilah current meter.
Ada beberapa cara pengukuran kecepatan aliran dalam suatu penampang
basah antara lain cara :
1. garis lengkung kecepatan ke arah vertikal
2. pengukuran dua titik kedalaman
3. pengukuran pada titik 0,6 kedalaman
4. pengukuran pada titik 0,2 kedalaman
5. pengukuran pada tiga titik kedalaman
6. pengukuran bawah permukaan.
Cara ini memerlukan pengukuran pada banyak titik dalam satu garis
vertikal dari permukaan air sampai ke dasar sungai. Pada umumnya pengukuran
dilakukan pada setiap 1/10 bagian ke dalam mulai dari titik 0,1 bagian sampai 0,9
bagian. Pongukuran cara ini disarankan agar mengukur pada titik 0,2; 0,6 dan 0,8
yang akan mempermudah menentukan hubungan antara kecepatan rata-rata
dengan kecepatan aliran pada ketiga titik tersebut.
Untuk menghindari adanya pengapuh gesekan udara maupun dasar sungai
maka disarankan untuk tidak mengukur pada titik kedalaman kurang dari 0,15
meter baik dari permukaan air maupun dari dasar sungai. Sedangkan untuk alat
jenis pigmy disarankan tidak mengukur pada titik kedalaman kurang dari 0,09
meter dari permukaan air maupun dari dasar sungai.
Kecepatan aliran rata-ratanya dapat dihitung dengan cara mengukur luas
antara garis lengkung kecepatan dan kedua sumbu ordinat kemudian membaginya
dengan panjang sumbu ordinat.
Cara ini umumnya digunakan pada lokasi yang kondisi alirannya sangat
tidak baik.
Pengukuran kecepatan aliran dengan cara ini dilakukan pada titik
kedalaman 0,2 dan 0,8 dari permukaan air. Kecepatan aliran rata-ratanya
diperoleh dengan merata-ratakan kecepatan pengukuran pada kedua titik tersebut.
Cara ini disarankan untuk tidak digunakan mengukur kecepatan pada
sungai yang kedalamannya kurang dari 0,76 meter karena pada kedalaman kurang
dari 0,76 meter titik kedalaman pada 0,8 dan 0,2 akan kurang dari 0,15 meter baik
dari permukaan maupun dasar sungai. Dengan mengingat bahwa diameter
baling-baling 0,12 meter maka hal ini akan ada pengaruh gesekan dasar sungai
maupun udara.
Cara pengukuran kecepatan aliran ini dilakukan pada titik 0,6 kedalaman
dari permukaan air. Cara ini dilakukan apabila cara dua titik tidak dapat
dilakukan. Hasil pengukuran pada titik 0,6 kedalaman ini adalah merupakan
kecepatan rata-rata pada vertikal yang bersangkutan.
Cara ini baru dapat digunakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Apabila kedalaman air antara 0,25 sampai 0,71 meter.
2. Apabila aliran sungai membawa banyak sampah sehingga sulit untuk
mengukur pada banyak titik.
3. Apabila ada suatu sebab lain sehingga alat ukur arus tidak dapat diletakkan
pada titik 0,8 kedalaman.
4. Apabila tinggi permukaan air sungai depat berubah dan pengukuran harus
dilaksanakan secara cepat.
Cara pengukuran ini dilakukan pada titik 13,2 kedalaman, dan untuk
menghitung kecepatan rata-rata pada vertikal yang bersangkutan masih harus
dikalikan dengan koefisien tertentu. Cara ini biasanya dilakukan untuk
pengukuran banjir dengan kecepatan aliran sangat tinggi sehingga pengukuran
pada titik 0,2 dan 0,8 kedalaman tidak dapat dilakukan. Apabila tidak mungkin
menduga kedalaman maka titik 0,2 kedalaman dapat ditentukan dari penampang
melintang di pos pengukuran yang sudah ada.
Harga koefisien yang biasa digunakan untuk menghitung kecepatan ratarata
dengan cara pengukuran pada 0,2 kedalaman adalah 0,88.
Pengukuran dilakukan pada tiga titik yaitu 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman dari
permukaan air. Sebenarnya cara ini merupakan gabungan antara cara dua titik
dengan cara pengukuran pada 0,6 kedalaman. Kecepatan rata-rata tiap jalur
vertikal diperoleh dengan merata-ratakan hasil pengukuran pada 0,2 dan 0,8
kedalaman kemudian hasil rata-ratanya di rata-ratakan lagi dengan hasil
pengukuran pada 0,6 kedalaman.
Cara ini biasa digunakan apabila distribusi kecepatan ke arah jalur vertikal
dianggap tidak normal, berdasarkan hasil pengukuran pada 0,2 dan 0,8
kedalaman, oleh karena itu cara penqukuran tiga titik ini hanya pada beberapa
jalur vertikal saja.
Apabila kenyataan di lapangan pada waktu hendak melaksanakan
pengukuran aliran ternyata sangat sulit mengukur kedalaman sehingga titik tempat
pengukuran sangat sulit ditentukan. Oleh karena itu dapat dilakukan dengan cara
pengukuran kecepatan sedikit dibawah permukaan, dengan demikian diharapkan
hasil pengukuran kecepatan ini tidak jauh berbeda dengan pengukuran kecepatan
permukaan. Untuk mendapatkan kecepatan rata-ratanya hasil ini harus dikalikan
dengan koefisien yang lebih kecil dari satu yang besarnya sangat bervariasi
tergantung dari distribusi kecepatan.
Sebelum mulai mengukur aliran sungai terlebih dulu harus dipilih lokasi
sekitar pos duga air yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Palung sungai harus sedapat Mungkin lurus dengan arah arus kecepatan yang
sejajar satu dengan yang lain.
2. Dasar sungai sedapat mungkin tidak berubah-ubah, bebas dari batu-batu besar,
tumbuhan air dan bangunan air yang menyebabkan jalur kecepatan tidak
sejajar satu dengan yang lain.
3. Dasar penampang sungai sedapat mungkin rata supaya pada waktu
menghitung penampang basah hasilnya mendekati sebenarnya.
Cara perhitungan besar aliran yang biasa digunakan adalah cara interval tengah
(mid section method), yaitu kecepatan rata-rata pada setiap garis kedalaman
dianggap sebagai kecepatan rata-rata dari luas segi empat yang dibatasi oleh dua
garis. Kecepatan rata-rata pada tiap vertikal dapat ditentukan dengan menarik
garis horisontal melalui titik dasar garis kedalaman vertikal sehingga memotong
kedua garis interval tengah yang berada pada posisi sebelum dan sesudahya.
Besar aliran pada setiap penampang basah dapat dinyatakan sebagai berikut :
x
x x x x
x x
d
b b b b
v q

=
+
2 2
) 1 ( ) 1 (


=
+
2
) 1 ( ) 1 ( x x
x x x
b b
d v q


Cara ini biasa dilakukan untuk pengukuran aliran puncak banjir. Karena pengukuran aliran
puncak banjir dengan alat ukur arus sangat sulit utuk dilaksanakan. Sulitnya pengukuran
banjir, karena

1. Kebanyakan banjir sungai di Indonesia terjadinya banjir pada malam hari.
2. Tidak bisa diperkirakan saat tibanya banjir sehingga tidak bisa diadakan persiapan untuk
melakukan pengukuran aliran banjir.
3. Kadang-kadang tidak tersedianya sarana pengukuran banjir.
4. Apabila dilakukan pengukuran dengan alat ukur arus kadang-kadang membahayakan
keselamatan team pengukur dan alat.





-


-



Pengukuran aliran tidak langsung dilakukan karena besar aliran langsung di dapat dari
pengukuran akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus- rumus hidrolika.
Variabel untuk rumus yang diperlukan diobservasi di lapangan. Cara ini dikenal dengan nama
metoda Slope Area.

Ada dua macam metoda slope area yaitu yang biasa dilakukan oleh United State of
Geological Survey (USGS) dengan dasar rumus Manning dan yang biasa dilakukan oleh
Institute of Hydrology (IOH) Inggris dengan dasar rumus Darcy Weisbach

Metoda ini sudah biasa dipakai oleh USGS dan telah diuji ketelitiannya. Dasar
metoda ini adalah rumus Manning pada aliran uniform yang diterapkan pada
aliran non uniform
2
1
3
2
1
S R A
n
Q =
dimana :
Q = besar aliran (m
3
/detik)
A = luas penampang melintang (m
2
)
R = A/O = jari-jari hidraulis (m)
O = keliling basah
S = kemiringan muka air
n = koefisien kekasaran
Apabila
3
2
1
R A
n
K = maka Q =
2
1
S K
Persamaan energi dalam aliran non uniform adalah :
(h + h
v
)
1
= (h + h
v
)
2
+ (h
f
)
1-2
+ k (h
v
)
1-2

Metoda ini cocok digunakan untuk sungai-sungai di pegunungan dengan
kemiringan cukup besar (0,4 4%) dan dasar sungai berbatu-batu
Perubahan tinggi muka air pada suatu alur menggambarkan adanya
kehilangan energi yang disebabkan oleh kemiringan dan kekasaran dasar. Besar
aliran ditentukan oleh bentuk penampang melintang, kemiringan dan kekasaran
dasar.
Besar aliran dihitung dengan menggunakan rumus :
Q = K Sf


Dimana: Q = besar aliran (m
3
/detik)
Sf = friction slope
K = konveyence
Dimana : K = A (g R)


2
1
)
8
(
f

A = luas penampang melintang (m
2
)
R = jari-jari hidraulis (m)
g = percepatan gravitasi
f = koefisien kekasaran Darcy-Weisbach
Apabila keadaan lapangan tidak memungkinkan untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur arusmaka pengukuran aliran dapat
dilakukand enganalat pelampung. Alat pelampung dapat terbuat dari kayu, bambu
atau bahan apa saja yang dapat mengapung dipermukaan air. Alat pelampung
yang digunakan dapat mengapung seluruhnya atau sebagian melayang dalam air.
Lokasi pengukuran harus pada bagian sungai yang lurus dan sebaiknya di
hulu lokasi pengukuran terdapat jembatan guna melepmarkan pelampung ke
dalam sungai.
Pada sungai yang alirannya snagat kecil dimana pengukuran dengan alat
ukur arus standar maupun alat ukur arus pigmy tidak dapat dilakukan maka untuk
mendapatkan hasil yang cukup teliti pengukuran aliran pada sungai tersebut dapat
dilakukan dengan cara volumetrik. Pengukuran aliran cara volumetrik ini adalah
dengan cara mencatat waktu yang diperlukan untuk mengisi tempat ukur yang
kapasitasnya sudah diketahui.
Peralatan pokok yang diperlukan untuk pengukuran dengan cara ini adalah
tempat ukur yang sudah ditera dan alat pencatat waktu. Volume pengukuran dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus :
V =
W
W W
1 2


Dimana :
V = volume air dalam tempat ukur (l)
W
2
= berat tempat ukur berisi air (kg)
W
1
= berat tempat ukur kosong (kg)
W = berat jenis air (kg)/l)
Pengukuran aliran dengan alat ukur arus pada sungai yang kecil, dangkal
dan arus lambat akan memberikan hasil pengukuran yang kurang teliti. Oleh
sebab itu mengukur aliran pada kondisi sungai seperti tersebut diatas sebaiknya
dengan menggunakan sekat ukur (weir plate) yang dapat dipindah-pindah sekat
ukur yang cocok untuk mengukur aliran pada sungai yang dangkal dan arus
lambat adalah v-notch 90.
Persamaan umum untuk menghitung aliran diatas sekat ukur berbentuk
segitiga, bersisi tajam dan bersudut 90 adalah :
Q = C h
5/2

Dimana :
Q = besar aliran
h = tinggi statis
C = koefisien besar aliran
Dengan metode ini besar aliran dihitung dari pengukuran luas penampang
dan kecepatan aliran yang diukur dengan menggunakan zat warna. Larutan zat
warna dimasukkan kedalam aliran dengan kecepatan tetap atau dengan cara
dituangkan satu kali saja. Zat warna yang digunakan adalah flour atu potasium
peroranganate atau zat warna lainnya yang mudah diamati perjalanannya
disepanjang sungai yang diukur.
Jarak antara dua tempat pengamatan yang berada di hulu dan di hilir
sungai, tergantung pada kondisi aliran. Kecepatan aliran dihitung dari jarak dibagi
waktu lamanya zat warna mengalir. Nilai kecepatan yang diperoleh hanya
merupakan harga perkiraan. Besar alirannya dihitung dengan persamaan berikut :
Q = A L / T ........................................ (3.6.1)
Dimana :
Q = besar alilran (m
3
/det)
A = luas penampang (m
2
)
L = jarak penampang (m)
T = waktu perjalanan zat warna (detik)
Pengukuran aliran dilakukan dengan cara mengalirkan larutan garam pada aliran
sungai. Larutan garam NaCl atau sodium dikromat dengan konsentrasi tertentu
ditempatkan pada botol atau jerigen dan dituangkan ke dalam aliran dengan besar
aliran tetap. Konsentrasi larutan garam ini adalah perbandingan antara berat garam
dan berat air, biasanya dinyatakan dengan Cl, sedangkan besar aliran larutan
garam yang dituangkan dari jerigen biasanya dinyatakan dengan ql. Konsentrasi
asli dari aliran air sungai disebelah hulu tempat larutan garam dituangkan
dinyatakan dengan Co. Besar aliran di bagian hilir sungai yang terukur adalah Q
ditambah dengan ql. Apabila konsentrasi larutan garam dibagian hilir dinyatakan
dengan C2, maka terdapat hubungan matematis sebagai berikut :
Q Co + q
1
C
1
= (Q + q
1
) C
2
, atau
Q Co + q
1
C
1
= Q C
2
+ Q
1
C
2
Q Co + Q C
2
= Q
1
C
2
Q
1
C
1
Q (Co C
2
= q
1
(C
2
C
1
)
Dari persamaan itu, maka besar aliran sungai dapat dihitung sebagi berikut :
Q =
) (
) (
2 0
1 2
1
C C
C C
q


Pengukuran aliran dengan metode isotop ialah dengan cara mengukur
pancara sinar gamma larutan kimia radioaktif yang dilarutkan ke dalam aliran
sungai. Prinsip menghitung besar aliran dengan metode ini adalah mengukur
pengurangan konsentrasi isotop sebagai akibat pengenceran aliran air sungai.
Larutan radioaktif yang digunakan biasanya BR82 yang memancarkan
sinar gamma dengan enersi 1,31 Mev dan mempunyai waktu paruh 36 jam.
Larutan ini dilarutkan di bagian hulu sungai, kemudian apabila telah bercampur
secara sempurna dengan aliran diukur pancaran sinar gammanya di bagian hilir,
dengan menggunakan alat detektor. Besar aliran dihitung dengan jumlah pulsa
atau jumlah count, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
N
A F
Q =
Dimana :
Q = besar aliran
F = pulsa/unit radioaktif/unit volume/unit waktu
A = jumlah zat radioaktif yang digunakan
N = jumlah pulsa
Secara umum ada beberapa cara untuk mengukur waktu perjalanan
gelombang suara yaitu :
1. Cara Time or phase defference
Cara ini dilakukan dengan menggunakan dua alat transducer yang dapat
memancarkan sinyal gelombang suara secara serentak. Satu transducer
memancarkan gelombang suara ke arah hulu dan transducer yang lain ke arah
hilir. Kecepatan aliran didpaat berdasarkan perbedaan waktu perjalanan
gelombang tersebut.
2. Cara phase comparison time sharing
Cara ini prinsipnya sama dengan butir satu hanya saja kedua alat transducer
tersebut memancarkan suara pada alur gelombang yang sama.
3. Cara frequency difference
Sinyal yang dipancarkan oleh satu transducer ke seberang bagian hulu akan
diterima oleh transducer yang lain. Sedangkan transducer kedua memancarkan
sinyal gelombang yang sama menyeberang ke bagian hilir. Perbedaan
frekuensi antara dua sirkuit tersebut adalah merupakan hasi pengukuran
kecepatan aliran.
4. Cara leading edge
Cara ini dengan mengeluarkan sinyal gelombang penek dari dua transducer secara
bersamaan. Satu sinyal gelombang bergerak menyeberang ke hulu dan sinyal yang
lain bergerak menyeberang ke hilir.
Cara ini masih dalam taraf pengembangan dan belum mencapai pada
tingkat menjadi salah satu cara yang praktis untuk mengukur aliran sungai. Cara
ini akan memperoleh hasil yang baik apabila digunakan untuk mengukur pada
sungai yang sangat kecil. Cara ini tidak disarankan untuk mengukur pada sungai
yang lebarnya lebih dari 100 meter.
Apabila konduktor listrik bergerak ke medan magnit akan menimbulkan
listrik dalam konduktor. Besarnya arus tergantung pada kekuatan medan dan
waktu gerakan. Air adalah merupakan penghantar listrik dan apabila bergerak
memotong medan magnit bumi atau sumber magnit buatan maka tegangan dalam
air akan seimbang dengan kecepatan aliran rata-rata.

Dasar persamaan dalam cara ini adalah :
E = H Vb
Dimana :
E = kekuatan elektromotif (volt)
H = medan magnit (tesla)
V = kecepatan aliran rata-rata (m/detik)
b = lebar palung sungai (m)
Debit dapat dihitung dengan rumus
Q = ( a * v )
Q = debit (m
3
/detik)
a = luas bagian penampang basah (m
2
)
v = kecepatan aliran rata-rata pada luas
bagian penampang basah (m/detik)
Perhitungan Debit Aliran
TUJUAN : UNTUK MENDAPATKAN KORELASI / HUBUNGAN
ANTARA TINGGI MUKA AIR DENGAN DEBIT ALIRAN
Gambar 5.5
LENGKUNG DEBIT
SUNGAI CITARUM - DAYEUH KOLOT
Dibuat berdasarkan data 1980 - 2002
Q = 17,9556 (H + 0,043)
1,4928
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
0 20 40 60 80 100 120 140
Debit (m
3
/det)
T
i
n
g
g
i

m
u
k
a

a
i
r

(
m
)
DEPARTEM PEKERJAAN UMUM
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGAIRAN
BALAI HIDROLOGI
BANDUNG
TABEL DEBIT SUNGAI
Nama sungai - Tempat S. walanae - Ujung Lamuru
Berlaku : 2002
koef isien a : 0.2500
koef isien b : 2.0700
koef isien c : 17.5900
H 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
M M
3
/S M
3
/S M
3
/S M
3
/S M
3
/S M
3
/S M
3
/S M
3
/S M
3
/S M
3
/S
-0.10 0.35 0.40 0.45 0.51 0.57 0.63 0.70 0.77 0.84 0.92
0.00 1.00 1.08 1.17 1.26 1.36 1.46 1.56 1.66 1.77 1.89
0.10 2.00 2.12 2.25 2.37 2.50 2.64 2.78 2.92 3.07 3.22
0.20 3.37 3.53 3.69 3.85 4.02 4.19 4.36 4.54 4.73 4.91
0.30 5.10 5.30 5.49 5.70 5.90 6.11 6.32 6.54 6.76 6.98
0.40 7.21 7.44 7.68 7.92 8.16 8.41 8.66 8.91 9.17 9.43
0.50 9.70 9.97 10.24 10.52 10.80 11.08 11.37 11.66 11.96 12.26
0.60 12.57 12.87 13.18 13.50 13.82 14.14 14.47 14.80 15.14 15.48
0.70 15.82 16.16 16.52 16.87 17.23 17.59 17.96 18.33 18.70 19.08
0.80 19.46 19.84 20.23 20.63 21.03 21.43 21.83 22.24 22.65 23.07
0.90 23.49 23.92 24.35 24.78 25.21 25.65 26.10 26.55 27.00 27.46
1.00 27.92 28.38 28.85 29.32 29.80 30.28 30.76 31.25 31.74 32.24
Rumus Persamaan : q = c * (h+a)
b
Luas Penampang basah dapat diukur
dengan melakukan pengukuran lebar
dan kedalaman aliran.
Kecepatan aliran dapat dapat diukur
dengan beberapa alat diantaranya :
alat ukur arus dan pelampung.
Kecepatan aliran yang diukur dengan alat ukur arus dapat dilaksanakan
diantaranya dengan cara :
merawas
perahu
kereta gantung
melintang
jembatan
Pelampung
PERALATAN PENGUKURAN ALIRAN
SATU SET CURENT METER
TERDIRI DARI :
1. Kabel ukur (meet cable)
2. Tongkat Duga (stang)
3. Counter
4. Kabel Kontak
5. Propeler (baling-baling)
6. Stop Watch
7. Pemberat (bandul)
8. Jaket Pelampung
9. Kartu Pengukuran
10. Sounding Riil

Current Meter
Tongkat Duga (Stang)
Kabel Kontak
Body Current
Meter
Propeler (baling-baling)
Ekor Current Meter
Persiapan Pengukuran
Gunakan Jaket Pelampung
Siap Ngukur Boss
Cek Kinerja Alat
Kabe ukur
Bentangkan kabel ukur
Siapkan Kartu
Pengukuran
peiskal
Penampang melintang sungai
Tahap-tahap Pengukuran

1. Catat tanggal, nama sungai, tempat pengukuran, rumus kecepatan, tinggi muka air hasil
pembacaan peilskal pada kartu pengukuran
2. Ukur lebar penampang basah;
3. Tentukan jumlah vertikal kedalaman dan jarak antara dua vertikal disesuaikan dengan
keadaan;
4. Periksa dan rakit alat ukur;
5. Hitung lama putaran propeler sebelum pengukuran pada tempat yang bebas pengaruh
angin;
6. Siapkan kartu pengukuran;
7. Ukur kedalaman jalur vertikal yang akan diukur kecepatan alirannya, kemudian tentukan
titik kedalaman pengukuran;
8. Catat pada kartu pengukuran jumlah putaran propeler pada setiap titik pengukuran;
9. Hitung kecepatan aliran pada titik-titik pengukuran dalam satu jalur vertikal dengan
rumus current meter dan ratakan;
10. Hitung luas bagian penampang melintang untuk setiap jalur vertikal kedalaman;
11. Hitung debit bagian untuk setiap jalur vertikal;
12. Ulangi butir 8) sampai dengan butir 12) untuk setiap jalur vertikal pada seluruh
penampang melintang;
13. Catat tinggi muka air tiap 10 menit apabila fluktuasi muka air selama pengukuran cukup
menyolok;
14. Jumlahkan debit bagian dari seluruh jalur vertikal;

merawas
Kereta gantung
PERAHU
JEMBATAN
Pelaksanaan Pengukuran dapat
dilaksanakan dengan cara :
Satu titik
Dua titik
Tiga titik
Cara satu titik
0,6
Pengukuran kecepatan aliran
dilakukan pada titik 0,6 kedalaman
dari permukaan air. Kecepatan
aliran pada 0,6 kedalaman tersebut
merupakan kecepatan rata-rata
vertikal kedalaman. Metode ini
digunakan apabila kedalaman air <
6 x propeler + 2 x jarak antara
sumbu alat ukur arus dan dasar
pemberat (pengukuran
menggunakan kabel penduga dan
pemberat). Metode ini juga
digunakan apabila metode lain
tidak mungkin dilakukan.

0,6
V V =
V =kecepatan rata-rata pada vertikal kedalaman (m/detik)
V
0,6
=kecepatan pada 0,6 kedalaman (m/detik)
0,8
0,2
Pengukuran kecepatan aliran dilakukan
pada titik 0,2 dan 0,8 kedalaman dari
permukaan air. Metode ini digunakan
apabila kedalaman air > 6 x propeler
(pengukuran menggunakan tongkat) atau >
6 x propeler + 2 x jarak antara sumbu
alat ukur arus dan dasar pemberat
(pengukuran menggunakan kabel penduga
dan pemberat).
Cara 2 titik
2
V V
V
0,8 0,2
+
=
V = kecepatan rata-rata pada vertikal kedalaman (m/detik)
V
0,2
= kecepatan pada 0,2 kedalaman (m/detik)
V
0,8
= kecepatan pada 0,8 kedalaman (m/detik)

0,8
0,2
0,6
Metode tiga titik
Pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada
titik 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman dari permukaan
air. Metode ini digunakan apabila kedalaman
air > 6 x propeler (pengukuran
menggunakan tongkat) atau > 6 x propeler +
2 x jarak antara sumbu alat ukur arus dan dasar
pemberat (pengukuran menggunakan kabel
penduga dan pemberat). Metode ini digunakan
apabila distribusi kecepatan ke arah vertikal
tidak normal.
Kecepatan rata-rata dihitung dengan rumus :
|
|
.
|

\
|
+
+ =
2
V V
V
2
1
V
0,8 0,2
0,6
= kecepatan rata-rata pada vertikal kedalaman (m/detik)
V
0,2
= kecepatan pada 0,2 kedalaman (m/detik)
V
0,6
= kecepatan pada 0,6 kedalaman (m/detik)
V
0,8
= kecepatan pada 0,8 kedalaman (m/detik)

DEPARTEM PEKERJAANUMUM
PUSAT PENELITIANDANPENGEMBANGANPENGAIRAN
BALAI HIDROLOGI
BANDUNG
PENGUKURANALIRAN
Dengan Current meter
No. Pengukuran :
Nama Sungai : Tempat :
Tanggal : Nama Pengukur :
Lebar : Luas Kec MA Debit
Cara Jum. Vert: Perub. MA cm waktu
Jenis Alat No. Alat No. Kincir
Rumus Kecepatan : n< ; v =n + ..m3/det
Rumus Kecepatan : n> ; v =n + ..m3/det
Alat Digunakan sejak tahun : Kalibrasi terakhir tgl :
Waktu Putaran sebelum Pengk m3/det
Grafik Disumur Sungai Waktu Putaran sesudah Pengk m3/det
Metoda pengukuran : merawas, perahu, cabble way
Mulai moving boat, dari jembatan
Peralatan Pengukuran : tongkat penduga;
pemberat Kg. Tag line Stop watch; perahu,
sounding reel; hand lines; sonic sounder; cable-car
Selesai winch Cable :

Tempat pengukuran :
Rata-rata
koreksi .. M, di hilir /hulu statsiun
M.A rata-rata .. M, di hilir /hulu jembatan (pilar)
Keadaan Saat mengukur :
Cuaca : Suhu Udara Oc Suhu Air Oc
Nol Peilskal : Tetap, berubah naik / turun m Sejak tanggal :
Kondisi lokasi :
a. aliran : laminer, turbulen, pengaruh back water
b. kemiringan MA : Bentuk penampang
c. Material dasar Material tebing
d. Section control / chanel control m, di hilir stasiun, material control :
e. tinggi aliran nol : m, aliran melimpah pada ma m
Catatan :
dihitung oleh tanggal diperiksa oleh :
Waktu
PEMBACAANMUKA AIR
Koefisien Rai Lebar Dalam Dalamnya Jumlah Waktu Luas Debit
Kincir Putaran Pada titik Rata-rata dikoreksi
Kecepatan
Perhitungan Kecepatan
Kecepatan dihitung berdasarkan persamaan
V= An + B
n = jumlah putaran
A,B = konstanta alat (dari pabrik)
V = kecepatan aliran (m/detik)
N = n/waktu

Contoh rumus propeler :

V = 0,2491 N + 0,0171 m/detik untuk N < 0,93
V = 0,2583 N + 0,0086 m/detik untuk N > 0,93

Perhitungan Debit Pengkukuran
Metode penampang tengah
(Mid Section Method)
( ) ( )

+
=
2
1 - x b - 1 x b
d V q
x x
x

+
=
=
1 n
1 i
i
q Q
Metode penampang rata-rata
(Mean Section Method)
( ) ( )
( )
1 - x
1 - x 1 - x
x
b b .
2
d d
.
2
V V
q
+ +
=
x
x
x

+
=
=
1 n
1 i
i
q Q

You might also like