You are on page 1of 17

Translasi Mata Uang Asing Pendahuluan 1.

1 Latar belakang Rio Tinto adalah sebuah perusahaaan multinasional yang beroperasi di 50 negara, perusahaan ini bergerak dibidang pertambangan. Pemegang sahamnya tersebar di banyak negara, perusahaan ini dipengaruhi oleh banyak mata uang dari berbagai negara yang berbeda. Beberapa macam mata uang yangpaling banyak digunakan seperti Dollar Australia, Dollar Kanada, Euro dan Dollar Amerika. Fluktuasi berbagai mata uang tersebut akan membawa pengaruh yang signifikan terhadap keuangan perusahaan. Isu yang menjadi perhatian adalah bagaimana tingkat nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi laba dan biaya operasional perusahaan. Pada perusahaan ini laporan keuangan disajikan dalam mata uang Dollar Amerika baik untuk pihak internal maupun bagi eksternal. Dalam hal pengakuan hutang perusahaan juga memakai Dollar Amerika sedangkan kelebihan kas diakui menggunakan baik Dollar Amerika maupun mata uang lainnya. Dampak pertukaran mata uang juga bisa mempengaruhi penjualan perusahaan, misalnya saja perusahaan menjual produk di Italia yang mana negara tersebut menggunakan Euro. Ketika melakukan pembayaran importir di Italia akan menukarkan Euro dengan Dollar, jika nilai tukar Dollar menurun pembeli akan mendapat keuntungan sehingga harga produk menjadi turun. Pengaruh perubahan nilai mata mata uang asing terhadap penjualan dan biaya dimasa yang akan datang disebut sebagai potensi risiko ekonomi (economic exposure). 1.2 Batasan Masalah Pada makalah ini akan dibahas mengenai translasi mata uang, dampak dari translasi tersebut dan berbagai metode akuntansi dalam melakukan translasi mata uang. Perlu dipahami bahwa translasi mata uang berbeda dengan konversi. Konversi mata uang adalah pertukaran mata uang suatu negara kedalam mata uang negara lain. Sedangkan ketika kita membahas mengenai translasi mata uang kita berbicara mengenai proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.

Landasan Teori 2.1 Pentingnya Translasi Mata Uang Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan konsolidasinya yang memungkinkan para pembaca laporan keuangan untuk mendapatkan pemahaman atas opersi perusahaan baik dalam negeri, maupun di luar negeri. Masalah biasa timbul karena nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Nilai kurs tukar variabel dan berbagai metode translasi dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, dapat membuat sulitnya membandingkan hasil keuangan perusahaan dengan perusahaan lain, maupun perbandingan hasil keuangan perusahaan antar periode. Alasan lainnnya mengenai pentingnya translasi adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan dalam menghadapi pengaruh perubahan mata uang dan memudahkan dalam berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar negeri. Translasi mata uang bisa terjadi di pasar spot, pasar forward, dan pasar swap. Untuk mata uang yang diperjualbelikan di pasar spot biasanya harus dikirim dalam waktu singkat atau segera. Kurs di pasar spot dipengaruhi banyak faktor seperti perbedaan inflasi, suku bungan dan ekspektasi nilai tukar dimasa yang akan datang. Kurs mata uang di pasar spot dapat dinyatakan langsung maupun tidak langsung. Maksudnya adalah jika dinyatakan langsung, kurs nilai tukar menunjukkan jumlah unit mata uang domestik yang diperlukan untuk memperoleh mata uang asing. Sedangkan koutasi tidak langsung menunjukkan, harga satu unit mata uang domestik dalam mata uang asing. Pasar forward (forward market), adanya perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu kedalam mata uang lain pada suatu tanggal dimasa depan. Di dalam pasar forward kita mengenal adanya premium dan diskonto. Diskonto terjadi bila tingkat pertukaran berikutnya lebih rendah dari tingkat pertukaran sekarang. Untuk Ttansaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot dan pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan.

2.2 Pengaruh Alternatif Kurs Terhadap Pelaporan Keuangan Dalam translasi mata uang asing kita mengenal Kurs kini (current) sebagai kurs nilai tukar pada tangga pelaporan keuangan. Ada juga kurs historis (historical), adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva dalam amata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika kewajiban dalam mata uang asing pertama kali terjadi. Sementara kurs rata-rata (average) yaitu rata-rata tertimbang dari kurs kini dan kurs historis. Penggunaan kurs historis melindungi laporan keuangabn dari keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing, yakni dari kenaikan dan penurunan dalam ekuivalen saldo mata uang asing yang timbul dari fluktuasi kurs antar periode pelaporan. Sedangkan kurs kini akan menimbulkan keuntungan dan kerugian translasi. Kita harus membedakan keuntungan dan kerugian transaksi dengan keuntungan dan kerugian translasi. Transaksi terjadi ketika perusahaan membeli atau menjual barang, dengan pembayaran yang dibuat dalam mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam/ meminjamkan mata uang asing. Sementara traslasi diperlukan untuk mempertahankan catatan akuntansi dalam mata uang pelapor. Untuk keuntungan dan kerugian transaksi terdiri atas: 1. Keuntungan dan kerugian atas transaksi yang terselesaikan: timbul dari nilai tukar yang digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang digunakan saat penyelesaian. Misalnya ketika meminjam sebuah perusahaan FC1.000 saat nilai tukar FC2=$1 dan mengkonversi ke dollar, maka pinjaman yang diterima $500. Jika kusr nilai tukar meningkat menjadi FC1=$1 saat pembayaran, maka perusahaan harus membayar $1000 dan mengalami kerugian $500. 2. Keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum direalisasi: timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi diselesaikan.misalnya pinjaman yang akan dibayarkan ditahun berikutnya. Keuntungan dan kerugian akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi.

2.3 Transaksi Mata Uang Asing Mata uang fungsional, mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika operasi anak perusahaan luar negeri relatif berdiri sendiri dan terintegrasi dalam negara asing, umunnya akan mengghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang lokal (negara tempat domisili). Jika perusahaan asing mempertahankan akun-akunnya dalam mata uang asing, maka mata uang pihak ketiga tersebut akan menjadi mata uang fungsionalnya. Tetapi jika sebuah perusahaan asing hanyalah perluasan dari sebuah induk perusahaan, maka mata uang fungsionalnya adalah mata uang di negara dimana perusahaan induk berada.

FAS No52, pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing di Amerika serikat mengharuskan perlakuan berikut untuk transaksi mata uang asing: 1. Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan dicatt dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tangggal tersebut.

2. Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo tercatat yang berdenominasi dalam suatu mata uang selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar terkini. Terdapat dua macam perlakuan akuntansi atas keuntungan dan kerugian transaksi yang diterapkan: 1. Perspektif Transaksi Tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik yang sudah diselesaikan maupun yang belum selesai) diperlakukan sebaga penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesaiaannya merupakan satu peristiwa tunggal. 2. Perspektif Dua transaksi, penagihan piutang dianggap sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut.

2.4 Translasi Mata Uang Asing Metode yang dipakai dalam translasi: 1. Metode kurs tunggal (single rate method) Yaitu, menetapkan suatu kurs nilai tukar dengan kurs kini atau kusr penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan kurs nilai tukar yang berkalu saat pos-pos tersebut diakui. Laporan keuangan operasi asing dipandang oleh perusahaan induk sebagai perusahaab otonomi yang memiliki dan

memiliki dominasi pelaporannya sendiri. Laporan konsolidasi mencerminkan perspektif mata uang setiap perusahaan yang hasilnya akan dikonsolidasikan. 2. Metode kurs berganda ( multiple rate method) Terdiri atas: a. Metode kini-non kini: aktiva lancar dan kewajiban dari anak perusahaan diluar negeri dikonversikan dalam mata uang Negara induk dengan kurs kini. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent) di translasi pada kurs historis. Sedangkan Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi yang ditraslasi berdasarkan kurs historis) ditanslasikan sebesar kurs rata-rata tertimbang.

b. Metode Moneter Nonmoneter : Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos nonmoneter (aktiva tetap, investasi jangka panjang dan persediaan) ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-nonkini. c. Metode temporal: translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian uang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Pos-pos moneter seperti kas, piurtang san utang di translasi berdasar nilai kini. Pos-pos non moneter ditranslasikan dengan kusrs yang mempertahankan dasar pengukuran awalnya. Keuntungan dan Kerugian Translasi Secara internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian-penyesuaian tersebut juga berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan-pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan, dengan pendekatan hibrid yang terletak diantara keduanya. Penangguhan Dikeluarkannya penyesuaian translasi dari laba periode secara umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang. Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari entitas asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan jika memasukkan penyesuaian seperti itu ke laba sekarang. Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi Penangguhan dan Amortisasi Beberapa pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait. Pendekatan ini dapat dikritik menurut dasar teori dan praktik. Sebagai contoh, teori keuangan menyatakan bahwa keputusan anggaran modal atas investasi aktiva tetap

merupakan

hal

terpisah

dari

keputusan

mengenai

bagaimana

mendanainya.

Menghubungkan kedua jenis keputusan tesebut lebih terlihat sebagai alat untuk melakukan perataan laba. Menyesuaikan beban bunga dapat dicurigai pula. Biaya peminjaman domestik tidak disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam suku bunga pasar atau nilai wajar utang. Penangguhan Parsial Pilihan ketiga dalam akuntansi untuk keuntungan atau kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian dengan sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan. Meskipun terdengar konservatif, penangguhan keuntungan translasi semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs. Lagi pula, melakukan penangguhan keuntugan translasi sementara mengakui kerugian translasi secara logika terlihat tidak konsisten. Pendekatan ini juga tidak memiliki kriteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu keuntungan translasi direalisasi. Tidak Ditangguhkan Pilihan terakhir adalah untuk mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apapun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan. Kriteria penangguhan sering dikritik sebagai sesuatu yang tidak konsisten terhadap dirinya sendiri dan tidak mungkin dapat dilakukan. Namun demikian, memasukkan keuntungan dari kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. 2.5 Perkembangan Akuntansi Translasi Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai insiatif pelaporan keuangan di AS yang mewakili pengalaman di negara-negara lain.

a. Sebelum 1965 Praktik translasi kebanyakan perusahaan AS dipandu oleh Accounting Research Bulletin No 4 (ARB No.4), yang kemudian diterbitkan kembali sebagai Bab 12 dalam ARB No.43. pernyataan ini mendorong penggunaan metode kini-nonkini. b. 1965-1975 Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang utang diperlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No.6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perubahan terhadap ARB No.43 ini memberikan pilihan translasi yang lain bagi perusahaan. c. 1975-1981 Untuk mengakhiri keanekaragaman perlakuan yang diperbolehkan menurut standar translasi sebelumnya, FASB mengeluarkan FAS No.8 yang dikontroversial pada tahun 1975. Pernyataan ini secara signifikan mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Isi yang sama pentingnya juga adalah penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi. Keuntungan dan kerugian translasi dan transaksi mata uang harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar. d. 1981-Hingga Kini Pada bulan Mei 1978, FASB mengundang komentar publik terhadap 12 pernyataan pertama yang dikeluarkannya. Kebanyakan dari 200 surat yang diterima menyinggung FAS No.8, yang mendorong agar FAS No.8 tersebut diubah. Dan, setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement of Financial Accounting Standards No.52 pada tahun 1981.

Translasi Apabila Mata Uang Lokal Merupakan Mata Uang Fungsional Jika mata uang fungsional merupakan mata uang asing yang digunakan dalam catatan

entitas asing, laporan keuangannya ditranslasikan ke dalam dolar dengan menggunakan metode kurs kini. Prosedur kurs kini yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Seluruh aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing ditranslasikan ke dalam dollar dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal neraca; akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis. 2. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar pada tanggal transaksi, meskipun kurs rata-rata tertimbang dapat digunakan untuk kepraktisan. 3. Keuntungan dan kerugian translasi tersebut dilaporkan sebagai komponen terpisah dalam ekuitas pemegang saham konsolidasi.

Translasi Apabila Dollar AS Merupakan Mata Uang Fungsional Seluruh keuntungan dan kerugian translasi yang berasal dari proses translasi dimasukkan

dalam laba periode berjalan. Secara khusus: 1. Aktiva dan kewajiban moneter dan aktiva nonmoneter yang dinilai berdasarkan harga pasar terkini ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal laporan keuangan; pos nonmoneter, lainnya dan akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis. 2. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata nilai kurs tukar selama periode berjalan, kecuali untuk pos-pos yang terkait dengan pos-pos nonmoneter. 3. Keuntungan dan kerugian translasi tercermin dalam laba periode berjalan.

Translasi Apabila Mata Uang Asing Merupakan Mata Uang Fungsional Suatu entitas asing dapat menggunakan sebuah mata uang asing dalam catatan

akuntansinya, apabila mata uang konvensionalnya adalah mata uang asing lainnya. Dalam situasi ini, laporan keuangan pertama-tama disajikan ulang dari mata uang lokal kedalam mata uang

fungsionalnya (metode temporal) dan kemudian ditranslasikan ke dalam dollar AS dengan menggunakan metode kurs kini. Sekali mata uang fungsional untuk sebuah entitas asing telah ditetapkan , FAS No. 52 mengharuskan mata uang tersebut digunakan secara konsisten, kecuali jika terjadi perubahan dalam keadaan ekonomi yang secara jelas mengindikasikan bahwa mata uang fungsional telah berubah.

2.5 Perdebatan Yang Terjadi a. Sudut Pandang Pelaporan Ketika menggunakan istilah mata uang fungsional, FAS No. 52 mengakomodasi baik sudut pandang pelaporan lokal maupun induk perusahaan dalam laporan keuangan konsolidasi. Juga disebutkan bahwa FAS No. 52 tidak konsisten dengan teori konsolidasi, yang bermaksud untuk menunjukkan laporan induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya seakan-akan kelompok usaha tersebut beroperasi sebagai satu perusahaan tunggal. Namun, anak perusahaan dengan mata uang fungsional adalah mata uang lokal relatif independen dari induk perusahaan. b. Apa Yang Terjadi Dengan Biaya Historis ? Dalam melakukan translasi suatu saldo yang diukur berdasarkan biaya historis dengan kurs nilai tukar kini akan menghasilkan jumlah dolar AS yang bukan biaya historis pos tersebut ataupun ekuivalen nilai terkininya. Jumlah yang ditranslasikan tersebut bertentangan dengan deskripsi teori. Biaya historis merupakan dasar GAAP AS dan kebanyakan aktiva luar negeri dari kebanyakan perusahaan multinasional memiliki pengukuran biaya historis. c. Konsep Laba Berdasarkan FAS No. 52, penyesuaian yang timbul dari translasi laporan keuangan dalam mata uang asing dan dari translasi beberapa transaksi langsung di laporkan dalam ekuitas pemegang saham, sehingga tidak melalui laporan laba rugi. Tujuan perlakuan ini kelihatannya adalah agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan angka laba yang lebih akurat dan tidak terlalu membingungkan. 2.6 Hubungan Translasi Mata Uang Asing Dengan Inflasi Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi

lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan. FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing. 2.7 PSAK 10 Tentang Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing Pernyataan ini diterapkan: (a) dalam akuntansi untuk transaksi dan saldo dalam mata uang asing, kecuali untuk transaksitransaksi derivatif dan saldo yang ada dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; (b) dalam menjabarkan hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk dalam laporan keuangan konsolidasi entitas, konsolidasi secara proporsional atau metode ekuitas; dan (c) dalam menjabarkan hasil dan posisi keuangan entitas kedalam suatu mata uang pelaporan. Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke dalam Mata Uang Fungsional Pengakuan Awal Suatu transaksi mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi yang timbul ketika suatu entitas: (a) membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam suatu mata uang asing. (b) meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang atau tagihan didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau

(c) memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan kewajiban yang didenominasikan dalam suatu mata uang asing.

Pelaporan pada Akhir Periode Pelaporan Berikutnya Pada akhir setiap periode pelaporan: (a) pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup; (b) pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan (c) pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.

Pembahasan Kasus: Studi empiris yang dilakukan Paul E. Holt dari A& M university mengenai perbedaaan laba yang dihasilkan dari berbagai metode translasi mata uang asing. Dia mengambil penelitian pada penggunaan 8 jenis metode translasi, tujuan penelitian adalah mengidentifikasi perbedaan signifikan diantara metode tersebut. Tujuan dari penelitian ini dicapai dengan mengambil langkah-langkah berikut: 1. Empat puluh delapan perusahaan AS yang dipilih secara acak termasuk Manuals Industri Moody untuk membangun basis data pra-pentranslasian laporan keuangan. Agar memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam sampel, perusahaan harus memiliki laporan tahunan tersedia untuk dua puluh tahun berturut-turut berakhir pada tahun 2002. Dua puluh tahun laporan keuangan yang diperlukan untuk secara akurat menentukan karakteristik temporal akun. 2. Sebelum mentranslasikan laporan keuangan, maka perlu untuk menentukan karakteristik temporal pra-translasi laporan akuntansi. Ini persyaratan selalu menjadi penghalang besar untuk penelitian empiris dalam mata uang penerjemahan. Penelitian ini mengatasi penghalang ini dengan memperkirakan karakteristik temporal dengan metode estimasi khusus dikembangkan dan diuji

3. Laporan keuangan dari masing-masing empat puluh delapan perusahaan yang ditranslasikann per tahun untuk periode sepuluh tahun yang berakhir pada tahun 2002, periode yang merupakan perwakilan dari berbagai nilai tukar relatif dan kondisi tingkat harga, menggunakan delapan terjemahan metodologi. Tiga metodologi nilai tukar yang meliputi sejarah GAAP di Amerika Serikat dimasukkan serta metodologi harga paritas. Termasuk penangguhan atau tidak menangguhkan keuntungan translasi dan faktor kerugian sebagai hasil dari delapan metodologi sebagai berikut: M1 = CNM / NDF, M2 = TRM / NDF, M3 = CRM / NDF, M4 = PPM / NDF, M5 = CNM / DEF M6 = TRM / DEF M7 = CRM / DEF M8 = PPM / DEF.

CNM = current-noncurrent method, TRM = temporal rate method, CRM = current rate method, PPM = price parity method, And NDF = non deferral of translation gains and losses, DEF = deferral of translation gains and losses

Penjelasan- Efek fariabilitas laba perusahaan dari masing-masing metode. Hasil CRM dalam variabilitas rata-rata tertinggi pendapatan dan PPM yang terendah antara nonpenangguhan metodologi, sebagaimana tercermin dari koefisien variasi rata-rata selama empat puluh delapan perusahaan studi. Demikian juga hasil CRM, dalam tertinggi rata variabilitas pendapatan dan PPM yang terendah di antara empat penangguhan metodologi. Untuk masingmasing dari empat metode (CNM, TRM, CRM, dan PPM), penundaan Keuntungan dan kerugian jelas menghasilkan rata-rata lebih rendah dari koefisien variasi dibandingkan non- penangguhan.

CRM menghasilkan koefisien rata-rata tertinggi variasi. PPM hasil dalam terendah apakah terjemahan keuntungan dan kerugian ditangguhkan atau tidak ditangguhkan. Bagi mereka yang dikritik PSAK # 8 karena variabilitas yang lebih besar dirasakan laba, yang Metodologi PPM dapat menyajikan alternatif menyenangkan. Metodologi yang menghasilkan koefisien variasi yang paling M8 dan M4, kedua metodologi PPM. Hasil ini tidak terduga karena deret waktu harga nomor paritas jelas bervariasi kurang dari time series nilai tukar (Holt, 1992). Menurut teori PPP, paritas harga time series merupakan kesetimbangan nilai tukar, bahwa nilai tukar yang mempertahankan neraca pembayaran di

Halaman 5 The Variabilitas Laba Di Mata Uang Asing Terjemahan Metodologi: Sebuah Perbandingan Empiris Tabel 1 Rata-rata Koefisien Variasi Di Perusahaan, 1993-2002 Rata-rata Koefisien Metodologi Variasi Peringkat M3 (CRM / NDF) M2 (TRM / NDF) M7 (CRM / DEF) M1 (CNM / NDF) M5 (CNM / DEF) M6 (TRM / DEF) M4 (PPM / NDF) M8 (PPM / DEF) 1.504 1.440 1.167 1.157 1.054 0.925 0.917 0.785 1 2 3 4 5 6 7 8 ekuilibrium tanpa perubahan bersih dalam cadangan internasional (Chief, 1982). Sebenarnya nilai tukar secara teoritis hasil dari tekanan saldo internasional pembayaran dan faktor pasar lainnya, namun dalam jangka pendek

dipengaruhi oleh banyak gangguan. Translations berdasarkan nilai tukar mencerminkan variasi jangka pendek yang mungkin atau mungkin tidak memiliki signifikansi ekonomi yang perlu tercermin dalam diterjemahkan laporan keuangan. V. Firm-Level Keragaman Efek Laba Tabel II menyajikan tingkat perusahaan efek pendapatan, termasuk koefisien variasi di seluruh metodologi terjemahan untuk tiga perusahaan perwakilan. Ini Ketiga perusahaan tersebut dipilih untuk contoh fakta bahwa efek diamati untuk empat puluh delapan perusahaan yang diambil bersama-sama tidak selalu diamati untuk individu perusahaan, dan bahwa efek dapat bervariasi cukup besar dari perusahaan ke perusahaan. Untuk semua tiga, koefisien variasi kurang untuk M4 (PPM / DEF) dibandingkan tiga lainnya non- penangguhan metodologi dan kurang untuk M8 (PPM / DEF) dibandingkan untuk penangguhan tiga lainnya metodologi. M8 menghasilkan koefisien terendah variasi dari delapan metodologi untuk dua dari tiga perusahaan. M3 (CRM / NDF), yang menghasilkan tertinggi Koefisien rata-rata delapan metodologi untuk empat puluh delapan perusahaan sampel, memiliki koefisien tertinggi untuk hanya satu dari tiga perusahaan di Tabel II. Ini terakhir Pengamatan menunjukkan bahwa kesimpulan yang dapat ditarik untuk sampel empat puluh delapan perusahaan yang diambil bersama-sama tidak selalu berlaku pada tingkat perusahaan. Tabel III menunjukkan koefisien variasi dari empat puluh delapan perusahaan yang dihasilkan dari masing-masing delapan metodologi penerjemahan. Meskipun umumnya benar bahwa penangguhan metodologi menghasilkan variasi yang lebih tinggi dari laba yang dilaporkan dari mereka non-penangguhan rekan-rekan, hal ini tidak berlaku untuk semua perusahaan. Meskipun M3 umumnya menghasilkan variabilitas laba yang dilaporkan tertinggi dari semua delapan metodologi belajar dan M8 yang terendah, ini juga tidak berlaku untuk semua perusahaan. Sebuah teliti Tabel III mengungkapkan berikut (dari empat puluh delapan perusahaan) mengenai koefisien variasi: Untuk CNM, DEF <NDF untuk 31 perusahaan Untuk TRM, DEF <NDF untuk 39 perusahaan Untuk CRM, DEF <NDF untuk 43 perusahaan Halaman 6 Southwest Bisnis dan Ekonomi Journal/2004-2005 Untuk PPM <, DEF NDF untuk 34 perusahaan Pengamatan ini menunjukkan bahwa perbedaan variabilitas laba yang dilaporkan di seluruh metodologi, meskipun generalisasi tertentu untuk semua perusahaan sampel yang diambil bersama-sama, tidak sistematis dan spesifik perusahaan. Sebagai contoh, adalah

mungkin untuk menemukan perusahaan-perusahaan untuk yang semuanya non-penangguhan empat metodologi menghasilkan variabilitas yang lebih rendah dibandingkan laba mereka penangguhan rekan-rekan (perusahaan 31), yang M8 hasil dalam variabilitas tertinggi dari semua delapan metodologi (perusahaan 30), dan yang M2 hasil dalam variabilitas sedikit dari semua delapan metodologi (perusahaan 8, 11, 13, dan 31). Tabel IV menunjukkan variabilitas laba selama dua periode lima tahunan (1993-1997 dan 1998-2002), serta untuk periode sepuluh tahun seluruh. Tabel IV menunjukkan bahwa, pada tingkat perusahaan, perbedaan variabilitas laba yang dilaporkan di seluruh metodologi tidak konsisten di periode waktu. Sebagaimana tercermin dalam literatur, banyak manajer mengkritik PSAK # 8 untuk dirasakan variabilitas yang lebih besar dari pendapatan. Manajer tersebut mungkin akan melobi PSAK # 52. Bagi perusahaan 33, M2 (PSAK # 8) menghasilkan variasi yang lebih tinggi dari pendapatan dari M7 (PSAK # 52) untuk masing-masing dua periode lima tahunan dan untuk periode sepuluh tahun seluruh. Jika manajemen perusahaan memilih 33 untuk melobi untuk atau terhadap kelanjutan PSAK # 52 metodologi, mungkin melakukannya berdasarkan perhitungan kembali dari variabilitas pendapatannya untuk sebelumnya lima tahun dengan menggunakan standar yang diusulkan dan menggunakan hasilnya untuk memprediksi bahwa PSAK # 8 akan menghasilkan variabilitas laba yang lebih besar. Manajemen perusahaan mungkin 33 baik maka melobi untuk kelanjutan PSAK # 52, dan melakukannya berdasarkan harapan yang muncul beralasan. Para manajemen perusahaan 15 dan 47 Namun, setelah ulangan lima pertama tahun di bawah metodologi PSAK # 52 mungkin akan percaya bahwa PSAK # 52 membuat keadaan menjadi lebih buruk dengan menyebabkan variabilitas laba yang dilaporkan lebih tinggi daripada di bawah PSAK # 8 metodologi. Namun hasilnya menunjukkan keyakinan ini akan menjadi sakit-didirikan. Kedua perusahaan akan mengalami variabilitas rendah dari pendapatan di kedua lima tahun periode (dan selama periode sepuluh tahun seluruh) sesuai dengan PSAK # 52. Pada tingkat perusahaan kemudian, mungkin sulit untuk memprediksi mana metodologi mengakibatkan lebih tinggi variabilitas pendapatan daripada yang lain, bahkan ketika pendapatan tahun-tahun sebelumnya disajikan kembali dan dibandingkan. Yang metodologi menghasilkan variabilitas yang lebih besar dari pendapatan setiap diberikan Periode dipengaruhi oleh faktor-faktor spesifik perusahaan.

You might also like