You are on page 1of 18

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini

menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, invasi dan menimbulkan eksudat. Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan kematian. Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Meltzer dan Kelleman (1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P. aeruginosa. Chandler (1968) adalah orang yang menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya dengan malignant external otitis. Otitis eksterna ini maligna karena sifat kliniknya yang agresif, hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41

%),strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanyaseluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokalotitis eksterna. Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana,dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus(5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panasdan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. (Abdul Gofar, 2006)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telinga

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dantelinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkangelombang bunyi ke struktur struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari dauntelinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai membran timpani. Di dalamtelinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes.Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis

. Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk lekuk dandibungkus oleh kulit tipis. Lekukan lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,tragus, antitragus, fossa skafoidea, fosa triangularis, konkha dan lobulus.Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Tepidaun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian postero-superiornyaterdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura inidisebut fosa triangular . Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafoid. Di depananteheliks terdapat konka. Di bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian di seberang tragus dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus.1 Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di permukaan anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makinke bawah lapisan subkutan bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak mempunyai rangka tulang rawan. Perdarahan daun telinga bagian posterior berasaldari cabang posterior A.karotis eksterna yang mendarahi juga sebagian kecil permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga jugadiperdarahi oleh A. oksipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama diperdarahioleh cabang anterior A. Temporalis superfisialis anterior. Persarafan daun telingadisuplai oleh cabang cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus servikalis, juga dari cabang aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang auricular N. vagus. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertigaluar dan bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira kira2,5 cm 3 cm. Bentuk

liang telinga seperti huruf S akibat perbedaan sudut bagiantulang rawan dan bagian tulang karena itu membran timpani biasanya tidak dapatterlihat langsung dari luar. Diameter liang telinga dari luar ke dalam tidak selalusama, yang paling sempit di bagian isthmus yang terletak sedikit di medial batas bagian tulang dan bagian tulang rawan. Berbatasan dengan membran timpani, bidang liang telinga tidak datar, di bagian anteriorinferiornya membentuk sudut tajam(acute anterior tympanic angle) , sehingga bagian tepi anteriorinferior membran timpani sukar dilihat langsung dari luar. Lekukan ini juga menyebabkandiameter membran timpani paling panjang pada bagian obliq anteroinferior ke posterosuperior. Sedikit di lateral bagian yang bersudut tajam ini liang telingamenonjol bertepatan dengan sendi temporomandibula. Kulit liang telinga bagiantulang rawan mempunyai struktur menyerupai kulit di bagian tubuh lain,mengandung folikel rambut dan kelenjar kelenjar, sedangkan kulit di bagiantulang merupakan kulit yang tipis sekali dan berlanjut ke kulit membran timpani,tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar kelenjar. Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga mempunyaiarti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatandengan sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dindinginferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan ( fissure of Santorini) memungkinkaninfeksi meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis dan sebaliknya pada ujungmedial dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang manamemisahkan lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, di sebelah medial terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji ke arah lateral suatu lempengan tulang lebih tebal memisahkan liang telingadari fossa krani medial. Dinding posterior liang telinga bagian tulang terpisah darisel udara mastoid oleh suatu tulang tipis. Pada kulit yang normal di liang telinga, ada bakteri flora seperti Micrococcus dan Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri patogen dipengaruhi kondisi host misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahansifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH di liang telinga. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian tulang

sangat unik karena merupakan satu satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi. Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan lateral membran timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit denganlapisan serumen dan isthmus. Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukkan serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel sel stratum korneum ikut pula berperan dalam pembentukkan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatufaktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki fungsi sebagai proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis. Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi.Bagian anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh limfe preaurikuler di kelenjar parotis dan kelenjar limfe servikal bagiansuperior. Bagian inferior, disalurkan ke infraaurikuler dekat angulus mandibula.Bagian posterior disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfeservikal bagian superior. Rangsangan pada aurikel dan meatus akustikus eksternus berasal dari saraf perifer dan kranial, yaitu dari saraf trigeminus (V), fasial (VII),glossopharingeal (IX) dan nervus vagus (X). Suara yang ditangkap oleh daun telinga diteruskan melalui saluran telinga kemembran timpani. Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq diliang telinga, membatasi liang telinga dengan kavum timpani. Diameter membrantimpani rata rata sekitar 1 cm, paling panjang pada arah anterior inferior kesuperior posterior. Membran timpani terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan luar, lapisantengah dan lapisan dalam. Lapisan luar merupakan kulit terusan dari kulit yangmelapisi dinding liang telinga. Lapisan tengah merupakan jaringan ikat yang terdiriatas dua lapisan yaitu lapisan radier yang serabut serabutnya berpusat dimanubrium maleus, lapisan sirkuler yang serat seratnya lebih padat di lingkaranluar dan makin jarang ke arah sentral.

Lapisan dalam merupakan bagian dari lapisan mukosa kavum timpani. Membran timpani dibagi menjadi dua bagian yaitu parsflaksida di bagian atas dan pars tensa di bagian bawah. 2.2 Fisiologi Pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh dauntelinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telingatengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaranmealui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrantimpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akanditeruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa padaskala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan ke membrana Reissner yangmendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yangmenyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ionterbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan inimerupakan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, laludilanjutkan ke nukleus auditorius samapai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis. 2.3 Pengertian Otitis Eksterna Maligna Beberapa pengertian otitis eksterna maligna menurut teori.

Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan kematian. Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Menurut Meltzer dan Kelleman (1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P. aeruginosa. Chandler (1968) adalah orang yang menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya dengan malignant external otitis. Otitis eksterna ini maligna karena sifat kliniknya yang agresif, hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita.

Bentuk yang jarang namun lebih serius infeksi telinga luar adalah otitis eksterna maligna (osteomielitis tulang temporal ). Merupakan infeksi progresif, melemahkan dan terkadang fatal

pada kanalis auditoris eksternus, jaringan sekitarnya dan dasar tengkora. Biasanya disebabkan oleh Pseudomonas Aeruginosa pada pasien dengan ketahanan rendah terhadap infeksi, seperti diabetes.(Brunner & Suddarth,2002).

Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut difus di liang telinga luar (Mansjoer, 2001). 2.4 Etiologi Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut : 1. Diabetik (90 % ), Diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi immun yang berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini.Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak perbedaan antara DM tipe I dan II. 2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena penggunaan obat 3. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma irigasi telinga pada pasien diabetik. 2.5 Manifestasi Klinis 1. Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga 2. Diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak 3. Pembengkakan liang telinga. 4. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi secara subur. 5. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial. 6. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan akibat oleh infeksi kuman pseudomonas aeroginosa. 7. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.

2.6 Pembagian Derajat

1. Stage I : Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga. ( otalgi yang menetap, terbatas pada liang telinga luar, belum ada kelumpuhan n. fasialis)

2. Stage II : Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan (kelumpuhan nevus fasialis pada foramen jugualar bagian lateral)

3. Stage III : Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal. (Ekstensi sampai foramen jugular dan lebih medial bawah dari kepala)

2.7 Patogenesis

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlahleukosit, laju endap darah dan gula darah sewaktu2. Pemeriksaan kultur yangdiperoleh dari sekret liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab utamanya adalah P. aeruginosa. Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas sp mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis. Eksotoksin dapatmenyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan lainnyamenghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.

2. Radiologi CT scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulangtengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan pada stadium awal. Scan Technetium (99Tc) methylenediphosphonate menunjukkan area yang mengalami osteogenesis dan osteolisis.Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan lunak yang mengalamiinflamasi.

3. Histopatologi Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Prosesinfeksi meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaranhistology juga dapat terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan dermis disertai infiltrate PMN. Kartilagodikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak destruksi. Pada dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid menunjukkanadanya sel sel inflamasi akut.

2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk memperbaiki imunosupresi, pengobatan lokal pada liang telinga, terapi sistemik antibiotik jangka panjang, pada pasien tertentu dilakukan pembedahan. Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian penting di sekitarnya. Pasien otitis eksterna maligna harus dirawatinapkan minimum 4-6 minggu. Pasang cairan IV untuk pemberian obat. Gentamisin sulfat IM atau tobramisin IM, 3-5 perkilogram berat badan harus diberikan dalam dosisi terbagi setiap 8 jam.Karbenisilin harus diberikan IV dengan dosis 4-5 mg setiap 4 jam.Terapi antibiotik parenteral harus diteruskan selama 2 minggu sampai infeksi terlihat telah teratasi. Karena gentamisin dan tobramisin bersifat nefrotoksik dan ototoksik, maka kadar kreatinin dan urin harus diawasi ketat dan pendengaran diperiksa secara periodik.

Telinga harus dibersihkan dengan teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara waktu membersihkan, harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam. Setelah terapi diberikan dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan jaringan granulasi manapun yang

menetap di liang telinga dan biasanya dilakukan dengan obat anastesi lokal, akan mempercepat penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan debrideman meatus akustikus eksternus. Biasanya tidak dperlukan pembedahan dan ia dihindarkan. Tetapi bila keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah diberikan terapi medis, mungkin diperlukan mastoidektomi radikal. Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas, maka kini intervensi dengan antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan antibiotik akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses, debridemant lokal jaringan granulasi.

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EKSTERNA

3.1

Pengkajian

3.1.1 Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Biasanya pasien merasakan nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk b. Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahanlahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan. c. Riwayat penyakit dahulu Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga terjadi trauma, apakah klien sering berenang. d. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik a. 1. Inspeksi Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. 2. Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat. b. Palpasi Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta

3.2 1. 2. 3.

Diagnosa Keperawatan Nyeri b/d respon inflamasi Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara

3.3 Rencana Intervensi Nyeri b/d respon inflamasi Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang Kriteria hasil : Skala nyeri berkurang yaitu 0-1 Pasien dapat beristirahat Ekspresi meringis (-) TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5C) Kanalis tetap terbuka INTERVENSI BHSP Berikan lingkungan tenang dan nyaman RASIONAL Meningkatkan kepercayaan pasien Membantu beristirahat Memasang sumbu bila kanalis untuk menjaga kanalis tetap terbuka pasien untuk dapat

auditorius mengalami edema Ajarkan teknik ditraksi dan relaksasi Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien Kolaborasi pemberian analgesik sesuai Mengurangi rasa sakit yang dirasakan indikasi Kaji skala nyeri Pantau TTV pasien pasien Mengetahui skala nyeri pasien Untuk mengetahui status kesehatan pasien

Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan persepsi sensoridapat teratasi Kriteria Hasil : Pasien dapat berinteraksi INTERVENSI Berbicara dengan suara yang jelas RASIONAL Memudahkan pasien untuk berinteraksi

Menggunakan kalimat atau bahasa yang Memudahkan pasien untuk berinteraksi mudah dimengerti Berdiri dihadapan klien saat berbicara Memudahkan pasien untuk berinteraksi

Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan persepsi sensoridapat teratasi Kriteria Hasil : Pasien dapat berinteraksi INTERVENSI RASIONAL mengetahui metode

Dapatkan apa metode komunikasi yang Dengan

dinginkan dan catat pada rencana komunikasi yang diinginkan oleh klien perawatan metode yang digunakan oleh maka metode yang akan digunakan staf dan klien, seperti : 1. 2. 3. Tulisan Berbicara Bahasa isyarat. Gunakan meningkatkan pemahaman. 1. Bicara individu. 2. Ulangi jika klien tidak memahami dengan jelas, faktor-faktor pendengaran yang Memungkinkan komunikasi dua arah dan anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menghadap menerima pesan perawat secara tepat. dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.

seluruh isi pembicaraan. 3. Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi. Kaji kemampuan untuk menerima Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien

pesan secara verbal.

BAB 4 PENUTUP

4.1

Kesimpulan Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008) Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang telinga hingga meluas ke dasar tengkorak. (Ghofar, 2006) Otitis eksterna adalah salah satu jenis infeksi telinga yang mengenai saluran telinga baik itu akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, seperti staphylococcus aureus, staphylococcus albus, E.coli, cuaca yang panas dan lembab, tetapi kebanyakan di sebabkan oleh termasuknya air dalam kanalis auditorius eksterna (telinga perenang), trauma kulit kanalis yang memungkinkan masuknya organisme ke dalam jaringan dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin, dan banyak factor yang lainnya. Otitis eksterna ini di bagi lagi menjadi beberapa jenis seperti : otitis eksterna difus, otitis eksterna sirkumskripta, dan otitis eksterna maligna. Dari ke tiga jenis ini masing-masing mempunyai kesamaan dan perbedaan, yang ditandai dengan : gatal pada liang telinga, adanya benjolan di telinga, nyeri hebat saat membuka mulut, pendengaran berkurang, telinga terasa ada cairan. Komplikasinya bisa berupa : paresis atau paralisis nervus fasial, kondritis, osteitis, osteomielitis, hingga kehancuran tulang temporal, meningitis, abses otak, tromboflebitis, sinus lateralis, kerusakan pada saraf VII dan VII. Adapun upaya untuk mencegah hal ini terjadi diantaranya yaitu, liang telinga di bersihkan secara teratur, jangan mengoreknya terlalu dalam, dan gunakan bahan yang tidak menimbulkan iritasi.

4.2

Saran Berhati-hati dalam membersihkan telinga. Penggunaan alat irigasi dan tata cara pembersihan yang salah juga turut menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pada telinga luar.

Dalam penulisan makalah ini, penulis dapat menyampaikan saran kepada semua pihak, baik dari pihak institusi maupun kalangan mahasiswa akademi keperawatan sintang agar mampu mendeteksi dini dan melakukan penanganan lebih lanjut apabila di temukan klien dengan otitis eksterna khususnya otitis eksterna maligna, selain itu juga dapat melakukan pencegahan dini dengan pola hidup yang baik, sekaligus dapat menjadi bahan bacaan bagi pihak institusi maupun mahasiswa/i Stikes Hang Tuah Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC, Jakarta. Soepardi, Efiaty Arsyah, 1995, Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok, FKUI, Jakarta. Sastrodiningrat, Abdul Gofar. 2006. Otitis Eksterna Maligna. Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No 3. Dept. THT-KL FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan

Pracy, R. 1983. Buku Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan Tenggorok. Gramedia : Jakarta Jurnal : Suplemen, Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39, No. 3, September 2006

You might also like