You are on page 1of 9

Penilaian

Penilaian merupakan langkah-langkah awal yang perlu dilakukan sebelum memberikan pertolongan. Penilaian dibagi menjadi 6 yaitu penilaian keadaan, penilaian dini, penilaian fisik, penilaian riwayat penderita, penilaian pemeriksaan berkala, dan penilaian pelaporan.

Penilaian sendiri dibagi menjadi 6 yaitu : 1. Penilaian Keadaan

Pada penilaian keadaan kita perlu memperhatikan keselamatan diri dengan cara menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) karena yang terpenting adalah keselamatan penolong. Dalam melakukan penilaian keadaaan kita diharuskan untuk memperhatiakan keselamatan diri, memperkenalkan diri, meminta persetujuan ataupun ijin, mengenali gangguan dan cedera jiwa (mendahulukan yang mengancam jiwa sembari melakukan penilaian dini), mengetahui cara mengatasinya, meminta bantuan atau rujukan. Penting diingat harus mengetahui keadaannya aman atau tidak, segala kemungkinan yang terjadi beserta cara penangannya.

Dalam meminta ijin atau persetujuan kita dapat meminta dari sang korban atau saksi, dapat berupa tersurat (implisit) ataupun tersirat (eksplisit). Berupa implisit ketika korban atau saksi dapat ditanya tentang kesediaannya untuk mendapatkan pertolongan dari kita, sedangkan berupa eksplisit ketika sang korban

tidak dapat ditanya kesediaannya untuk ditolong serta tidak adanya saksi untuk dimintai persetujuan. Dalam menentukan aman atau tidaknya lokasi tempat korban berada apakah membahayakan atau tidak dan perlu dipindahkan ke tempat yang lebih aman serta terhindar dari bahaya. Dalam hal memperkenalkan diri yang perlu kita sebutkan adalah nama dan organiasasi kita. Alat pelindung diri yang perlu digunakan bergantung pada kejadian apa yang terjadi, secara garis besar yang diperlukan adalah masker, sarung tangan lateks, helm dan yang lainya.

2. Penilaian Dini

Penilaian dini merupakan serangkaian penilaian yang harus dilakukan untuk mengtahui keadaaan umum korban. Pada penilaian dini dibagi menjadi 6 yaitu kesan umum, respon, circulasi, air way, breating, dan meminta bantuan. Sehingga dapat disingkat menjadi K-R-C-A-B-Bantuan.

a. Kesan umum dari korban atau penderita merupakan penilaian yang dapat kita lakukan untuk mengklasifikasikan korban atau penderita termasuk korban trauma atau medis.

1) Korban trauma Korban trauma merupakan korban yang mengalami rudal paksa atau dengan kata lain korban yang mengalami luka yang masih dapat

dilihat dengan mata. Contoh dari korban trauma adalah korban yang menderita lecet, patah tulang terbuka dan lain sebagainya.

2) Korban medis Korban medis adalah korban yang mengalami luka yang tidak dapat dilihat oleh mata. Sebagai contoh korban mengalami gagal jantung, gagal ginjal, kanker, asma.

3) Namun kita juga dapat mendapati korban yang termasuk kedalam dua kategori tersebut ketika sang korban mengalami sesak nafas, dia mengalami kesulitan dalam melakukan pernafasan tetapi juga dapat terlihat dia mengalami kesulitan pernafasan akibat terkena timbunan bangunan gedung yang roboh dan sebagainya.

b. Respon merupakan tingkat kesadaran yang dimiliki korban atau penderita. Respon dibagi menjadi 4 yaitu awas, suara, nyeri, dan tanpa respon. Dalam pelaksanaannya kita dapat melakukan keempatnya secara bersamaan.

1) Awas Pada tingkatan ini korban sadar (dapat diajak berkomunikasi), dan dapat merasakan sakit (dapat merasakan sakit yang di deritanya) serta bisa meminta pertolongan (dengan cara mengucapakan tolong....).

2) Suara Pada tingkatan ini korban belum pingsan dan masih sadarkan diri namun tidak bisa melakukan pergerakan, hanya bisa melakukan respon ketika diberi respon dalam bentuk suara.

3) Nyeri Pada tingkatan ini korban belum pingsan dan masih sadarkan diri namun korban tidak dapat melakukan pergerakan, tidak memberikan respon ketika diberikan respon berupa suara. Kita dapat memberikan respon berupa sentuhan dengan cara dicubit, ditampar, ditekan tulang dadanya sembari kita memperlihatkan ekspresi wajahnya. Apakah berubah atau tidak ketika diberikan respon sentuhan tersebut.

4) Tanpa Respon Pada tingkatan ini korban pingsan dan kehilangan kesadarannya, tidak melakukan pergerakan, tidak memberikan respon ketika diberikan respon suara dan sentuhan. Biasanya korban juga akan mengalami gangguan pernafasan.

c. Circulasi yaitu denyut nadi korban saat korban pingsan dan tidak sadarakan diri, biasanya dirasakan dari nadi karotis yang berada di leher. Denyut nadi normalnya pada :

1) Bayi adalah 120-150 kali permenit 2) Anak-anak adalah 80-120 kali permenit 3) Dewasa adalah 60-90 kali permenit

d. Air way merupakan cara mempertahankan nafas korban atau penderita. Dalam hal ini ada dua cara untuk mempertahankan nafas korban atau penderita yaitu dengan :

1) Dahi ditekan dan angkat dagu, dalam hal ini yang perlu kita perhatikan adalah kondisi leher korban harus aman dan kita juga harus melakukannya dengan maksimal.

2) Jautras, cara ini dilakukan dengan cara meletakan tangan di pipi korban dan dagunya diangkat. Namun cara ini memliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi sehingga hanya sedikit orang yang bisa melakukannya dengan benar.

e. Breating merupakan pengukuran pernafasan korban dengan cara meletakan pipi kita diatas hidung koban, mata kita melihat perut korban, telinga mendengar dan merasakan deru nafas korban, serta meta yang melihat naik turun atau kembang kempis dari perut korban. Apabila disingkat maka akan menjadi LDR (Lihat Dengar Rasakan). Pernafasan yang normal adalah sebagai berikut :

1) Nafas bayi adalah 25-50 kali permenit 2) Nafas anak-anak adalah 15-30 kali permenit 3) Nafas orang dewasa adalah 12-20 kali permenit

3. Penilaian Fisik

Penilaian fisik merupakan serangkaian tahap yang dilakukan untuk menilai seluruh kondisi fisik korban. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah PLNB (Perubahan bentuk, Luka terbuka, Nyeri dan Bengkak). Selain itu hal-hal yang perlu dilakukan adalah dengan mengamati dan meraba (menggunakan kedua tangan dan menggunakan tekanan) bandingkan, cium bau yang tidak biasa dan dengarkan. Dahulukan penggobatan luka yang dapat menggancam jiwa dan luka yang terlihat. Yang harus di periksa mulai dari kepala, leher, batang tubuh, alat gerak atas dan alat gerak bawah.

Pada bagian kepala dan leher yang perlu diperiksa mulai dari dahi ke atas lalu kulit kepala (tengkorak) ke bawah telinga dilanjutkan memeriksa keadaan leher lalu lihat apakah tangan kita terdapat bekas darah atau tidak (bila ada lakukan penanggan dengan segera) dilanjutkan dengan memeriksa bagian wajah mulai dari dahi, tulang air mata, hidung, dagu, tulang pipi rahang atas dan rahang bawah. Pada saat memeriksa mata lihat respon pupil mata saat menerima rangsang berupa cahaya dari senter, pada saat memeriksa rahang atas dan rahang bawah coba gerakan.

Setelah itu pada saat pemeriksaan batang tubuh pertama lakukan sedikit tekanan pada tulang dada korban, memeriksa tulang selangka, tulang belikat, lalu periksa bagian perut berupa bagian kuadran kanan atas, kuadran kanan bawah, kuadran kiri atas, kuadran kiri bawah. Periksa keadaan tulang pangul korban apakah bergeser atau tidak, dengan cara menekan bagian tulang itu. Dilanjutkan dengan memiringkan badan korban kearah samping untuk memeriksa bagian tulang belakang, pertama letakan tangan kanan korban ke pipi kiri lalu silangkan kaki korban dan miringkan posisi badan korban, raba bagian tulang belakangnya.

Pada saat memeriksa alat gerak bagian atas dimulai dengan cara meraba bagian lengan atas kemudian siku dilanjutkan memeriksa lengan bawah (tulang hasta dan tulang pengumpil), pergelangan tangan, punggung tangan, jari-jari tangan. Pada saat itu jangan lupa memeriksa WPK (Waktu Pengembalian Kapiler) dengan cara menekan kuku korban dan memperhatikan waktu pengembalian warna kuku setelah

ditekan ke warna kuku sebelum ditekan. Selain itu periksa GSS (Gerakan Sensasi Sirkulasi) dengan cara memberikan rangsangan berupa cubitan maupun gelitikan. Apabila lebih dari 2 detik perlu dicurigai adanya bagian lengan yang mengalami cedera.Lakukan hal yang sama pada alat gerak bagian bawah dapat dilakukan dengan menggunakan satu tangan ataupun dua tangan. Setelah semua pemeriksaan telah selesai miringkan posisi tubuh korban agar lebih nyaman.

4. Penilaian Riwayat Penderita

Pada penilaian riwayat korban yang perlu dilakukan adalah mencatat nama, umur, jenis kelamin, nomor yang dapat dihubungi alamat korban dengan cara melihat kartu tanda pengenal yang ada pada tubuh korban. Mencatat KOMPAK (Keluhan utama, Obat terakhir diminum, Makanan dan minuman terakhir, Penyakit yang diderita, Alergi yang diderita, Kejadian).

5. Penilaian Pemeriksaan Berkala

Yang perlu dilakukan pada saat pemeriksaan berkala adalah bila mobil ambulan sudah tiba maka sebaiknya segera dimasukan dan dibawa ke rumah sakit. Namun bila mobil ambulans belum tiba maka melakukan pemeriksaan kembali pada

Cirkulasi, tanda vital, nadi, nafas, detak jantung, suhu, dan tekanan darah korban bila memungkinkan. Ulangi langkah tersebut selama 15 menit sekali bila korban tidak cedera parah, namun bila korban mengalami cedera yang cukup parah maka ulangi langkah tersebut selama 5 menit sekali. Bila perlu gambarlah bentuk orang dan berikan keterangan tentang luka yang dialami korban agar dapat membantu ketika melakukan pelaporan, catat penanganan apa yang telah diberikan.

6. Penilaian Pelaporan

Yang perlu kita laporkan pada petugas medis adalah kejadian yang terjadi, riwayat penderita, penanganan yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk digunakan sebagai bukti apabila kita yang telah menolong mendapat gugatan dari pihak keluarga bila sang korban mengalami kematian di perjalanan atau pun di rumah sakit padahal kita menyerahkan korban dalam keadaan masih hidup pada pihak petugas medis.

You might also like