Professional Documents
Culture Documents
GOOD GOVERNANCE
dan nepotisme (KKN) telah melahirkan sebuah fase sejarah politik bangsa
seperti World Bank, UNDP dan IMF dalam rangka menjaga dan menjamin
tersebut. Karena itu, good goovernance kemudian menjadi isu sentral dalam
Pertama, krisis ekonomi dan politik yang masih terus menerus dan belkum ada
penyelenggaraan negara;
Ketiga, kebijakan Otonomi Daerah yang merupakan harapan besar bagi proses
Alasan lain adalah masih belum optimalnya pelayanan birokrasi pemerintahan dan
kesempatan, istilah tersebut dimaknai secara berlainan. Satu sisi ada yang
memaknai good governance sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja suatu
istilah ini merujuk atau mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk
demikian ranah good governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi
pemerintahab, tetapi juga pada ranah masyarakat sipil yang direpresentasikan oleh
(LSM) dan juga sektor swasta. Singkatnya, tuntutan terhadap good governanece
Eropa barat dan amerika misalnya (saiful Munjani, 2001). Demokrasi sebagai
negara baik di Tingkat Pusat maupun Daerah, sektor swasta, dan masryarakat
kewenangan tersebut bisa dikatakan baik (good atau sound) jika dilakukan dengan
efektif dan efisien, responsive terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana
Sesuai dengan pengertian di atas, maka pemerintahan yang baik itu adalah
unsur dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbentruran,
memperoleh dukungan dari rakyat dan lepas dari gerakan-gerakan anarkis yang
dikatakan baik jika pembangunan itu dapat dilakukan dengan biaya yang sangat
spritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman, tenang dan bahagia
serta Sense of Nationality yang baik. Semua indoikator itu diukur dengan
pilar pendukungnya dapt berfungsi secara baik, yaitu negara, sektor swasta, dan
dituntut untuk merubah pola pelayanan dari Birokrasi Elitis menjadi Birokrasi
Populis. Sektor swasta sebagai poengelola sumber daya di luar negara dan
Visi good governance kini sudah menjadi bagian diskursus dalam wacana
• partisipasi
• penegakan hukum
• transparasi
• responsi
• orientasi kesepakatan
• keadilan
• akuntabilitas
• visi strategis
Partisipasi
baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili
Paradigma birokrasi sebagai center for public servise haru diikuti dengan
deregulasi berbagai aturan, sehingga proses sebuah usaha dapat dilakukan dengan
efektiv dan efisien. Tidak ciukup hanya dengan itu, aparatur pemerintah juga
yang humanis terhadap clientnya, memberika pelayanan yang efisien, etpat waktu
serta dengan biayta murah, sehingga mereka memiliki legitimasi dari masyarakat.
Inila berbagai persyaratan utama untuk mewujudkan cita good governance dalam
bangsa akan maju dengan cepat, tanpa partisipasi penuh dari warganya.
Penegakan hukum
publik memerlukan distem dan aturan aturan hukum. Tanpa diimbangi oleh
sebuah hukum dan penegakannya yang kuat, partsisipasi akan berubah menjadi
proses politik yang anarkis. Ditambahkan pula bahwa pelaksna kenegaraan dan
pemerintahan juga harus ditata oleh sebuah system dan aturan hukum yang kuat
• supremasi hukum
• kepastian hukum
• independensi peradilan
Transparansi
Salah satu yang menjadi persoalan bangsa di akhir masa orde baru adalah
lembaga yang secara langsung merugikan negara, merupakan salah stau yang
harus dihindari dalam upaya menuju cita good governance, karena selain
Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak kegiatan
korupsi adalkah manajemen pemerintahan yang tidak transparan. Oleh karena itu
Michael cande3ssus (1997), dalam salah satu rekomendasinya pada PBB untuk
pemerintahan, dari puncak pimpinan sampai pada pegawai yang paling rendah
sekalipun.
• pemberian penghargaan
• kesehatan
Responsif
responsive, yakni pemerintah harus peka dan sangat tanggap terhadap persoalan
setiap unsure pemerintah haruds memiliki 2 etik, yakni etik individual dan etik
Consensus
pihak atau sebagian besar pihak juga dapat menarik komitmen komponen
governance juga harus didukung dengan asas equity, yakni kesamaan dalam
kenyataan bahwa bangsa indonbesia tergolong bangsa yang plural, baik dilihat
dari segi etnik, agama dan budaya. Pluralisme ini tentu saja pda satu sii dapat
penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagai sebuah bangsa beradab, dan terus berupaya menuju cita good
kesempatan dan pelayanan dan treatment yang sama dalam koridor kejujuran dan
keadilan. Tidak ada seorang atau sekelompok orangpun yang teraniaya dan tidak
memperoleh apa yang menjadi haknya. Pola pengelolaan pemerintahan seperti ini
akan memperoleh legitimasi yang kuat daroi publik dan akan memperoleh
pemerintahan yang baik juga harus memenuhi criteria efektivitas dan efisien,
pemerintahan yang efisien. Citra itulah yang menjadi tuntutan dlam upaya
ganda, baik oleh pejabat publik mau[pun partisipasi masyarakat, dan kedua
sebesar-besar kelompok dan lapisan sosial. Demikian pula makna efisiensi yang
kesejahteraan, yakni hasil guna dari sebuah proses pekerjaan yang terserap penuh
oleh masyarakat, dan tidak ada hasil pembangunan yang useless yang tidak
terpakai.
Agar pemerintahan itu efektif dan efisie, maka para prejabat perancang
perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dari masyarakat, secara rasional
dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi
yang besar, para aparatur serta pejabat pemerintahan juga harus bersikap terbuka,
dan memberikan kesempatan dan pelayanan kepada mereka dengan baik dan
sulit diharapkan secara optimal. Gerakan –gerakan politik untuk menekan para
menyerap dana dan biaya yang tidak perlu, setidaknya untuk biaya pengaman
tidak efektif dan tidak efisien. Oleh sebab itu, pemahaman demokrasi yang salah
kebijakan publik, harus ditata sedemikian rupa, agar proses tersebut tidak
melanggar etika demokrasi yang beradab, dan tidak menimbulkan keresahan dalm
pemerintahannya sendiri.
Akuntabilitas
Asas akuntrabilitas menjadi perhatian dan sorotan pada era reformasi ini,
berbagai urusan dan kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk
agar para pejabat atau unsure-unsur yang iberi kewenangan mengelola urusan
penyimpangan untuk melakukan KKN. Dengan asas ini mereka terus memacu
menjelaskan kepada rakyat apa yang telah, sedang dan akan dilakukannya di masa
yang akan datang, sebagai wujud akuntabilitasnya terhadap publik yang memebri
jabatan publik pada lembaga yang setara, seperti gubernur dengan DPRD tingkat
I, bupati dengan DPRD tingkat II, dan presiden dengan DPR pusat, yang
dalam aspek moralitasnya. Oleh sebabitu setiap anggota DPR harus mampu
Demikian pula dengan pejabat publik dalam striuktur pemerintahan, terus mampu
Visi strategis
masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka
terhada[p perubahan serta prediksi perubahan ke depan, tidak saja akan tertinggal
oleh bangsa lain di dunia, tapi juga akan terperosok pada akumulasi ksulitan,
sehingga proses recoverinya tidak mudah. Salah satu contoh, kecerobohan bangsa
Indonesia dalam menerapkan kebijakan devisa bebas di era 1980-an, dan memberi
peluang pada sektor swasta untuk melakukan direct loan 9pinjaman langsung)
keuangn di akhir 1990-an, yang mengakibatkan nilai tukar dolar meningkat san
kurs rupiah anjlok. Dengan demikian kebijakan apapun yang akan diambil saat
ini, harus diperhitungkan akibtanya pada sepuluh atau dua puluh tahun kedepan.
Tidak hanya itu, berbagai gejala dan perkembanganb yang terjadi di dunia
luar harus dianalisis dampak-dampaknya bagi bangsa ini, baik langsung saat ini,
kebijakan untuk mengatasi dan mengantisipasinya. Jika tidak, maka bangsa kita
sehingga banyak timbul berbagai kesulitan, baik dalam ekonomi maupun aspek-
aspek kehidupan sosial lainnya. Aspek lain yang lebih penting dalam konteks
pandangan strategi untuk masa yang akan datang, adalah perumusan perumusan
blueprint design, kehidupan ekonomi sosial dan budaya untuk sekian tahun ke
Oleh sebab itu, sudah saatnya semua komponen bangsa bersatu pada
mengiring ke arah friksi aliran dan kepentingan politik. Selama bangsa ini belum
mampu menggalang persatuan dan kesatuan, dan terus menerus dalam konflik,
maka energi bangsa akan habis dengan konflik itu, tanp sempat memikirkan dn
prioritas yaitu:
lembaga perwakilan rakyat, yakni DPR, DPD, DPRD harus mampu menyerap dan
gagasan dan aspirasi yang dikehendaki rakyat melalui para wakilnya itu dapat
Selain itu, fungsi kontrol DPR dan DPRD juga harus dilakukan untuk
abhaya internal yakni peklayanan yang tidak obyektif, penggunaan wewenang dan
Fungsi-fungsi ini, pada masa orde baru tidak sepenuhnya berjalan, Karena
pemberian kewenangan pada presiden yang terlalu besar, baik untuk recall angora
DPR, penelitian khusus calon anggota dewan, bahkan ada kewenangan presiden
untuk mengawasi sewrtan membubarkan partai politik, membuat daya tawar para
anggota dewan di hadapan presiden menjadi sangat lemah, padhal justru lembaga
menjadi legislative heavy yang sebenarnya juga tidka baik dalam pendewasaan
demokrasi di Indonesia.
Kesan yang paling buruk dari pemerintahan orde baru adalah ketidak
sehingga peradilan tidak mampu menjadi pilar terdepan dalam menegakkan asas
rule of law. Hakim, jaksa dan polisi tidak bisa dengan leluasa menetapkan perkara,
sehingga mereka tidak mampu menampilkan dirinya sebagai the prophet of law.
tentang penyelenggaraan negara yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme
pun belum mengubah citra pemerintah menjadi levbih baik karena belum diikuti
oleh political action yang serius dalam pemberantasan KKN. Sementara konsep
peradilan yang bersih dan professional belum jelas, dan baru menjadi wacana atau
peradilan dan aparat penegak hukum yang mandiri, professional dan bersih
dan mekanisme kerja birokrasi merupkan sebuah keharusan dalam proses ,menuju
good governance. Jajaran birokrasi harus diisi oleh mereka yang memiliki
birokrasi ke depan harus diubah menjadi birokrasi populis, yakni jajaran birokrasi
yang peka terhadap berbagai aspirasi dan kepentingan rakyt, serta memiliki
yang prima.
masyarakat sipil yang kuat. Proses pembangunan dan pengelolaan negara tanpa
potensi terbesar dari sumber daya manusia justru ada di kalangan masyarkat ini.
Olehg sebab itu, berbagai kebijakan hukum harus memberi peluang pada
Masyarakat mempunyai hak atas informasi, hak untuk meyampaikan usulan dan
dikelola oleh pemerontah pusat. Kebijhakan ini telah menimbulkan ekses yang
amat parah, karena banyak dsaerah yang amat kaya dengan sumber daya alamnya,
reformasi inilah para pengelola negara telah melahirkan UU no. 22 tahun 1999,
tentang otonomi daerah dan telah memberikan kewenangan pada daerah untuk
akan menjadi kuat dan dinamis, terutama daerah-daerah yang miskin dengan
sumber daya alamnya, karena harus memacu pendapatan asli daerah untuk
komposisi anggota DPRD yang harus kuat, karena check and balance terhadap
jalannya pemerintahan sangat tergantung pada kekuatan lembaga perwakilan
center for regional development (UNCRD) sejak pertemuan Nagoya tahun 1981.
hal tersebut diikuti denhgan perhatian yang lebih mendalam terhadap berbagai
di mana terdapat pembagian kekuasaan (power sharing) antara pusat dan daerah
dalam proses pengambilan keputusan. Pemerintah lokal sebagai salah satu bentuk
dengan berbagai seluk-beluknya seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelum
ini telahmemberikan ruang yang lebih kondusif bagi terciptanya good governance.
MB. Wijaksana
Mereka berangkat dari sebuah kesadaran bahwa apa yang terjadi dalam dirinya
pikirny, tubuhnya, tak pernah lwepas dari urusan politik. Jelas perjuangan ini
adalah usaha kemanusiaan agar semua masyarakat, lakilaki dan perempuan, dari
segala ras, etnis, bangsa, dan agama dpat menikmati hak-hak asasinya.
hak politiknya ini erat kaitannya dengan proses transformasi sosial yang identik
dengan transformasi demokrasi. Alasannya, tujuan gerakan perempuan adalah
lebih adil, dan saling menghargao. Polutik, terle[as dari segala kontraversi di
dalamnya, sdlah alat sosial yang paling memungkinkan bagi terciptanya ruang
sendiri melalui berbagai aksi bersama, diskusi, shring, dalam prinsip kesetaraan
dan keadilan. Politik adalah salah satu sarana yang dapat mendorong perempuan
Makanya, dihbutuhkan sebuah usaha yang lebih strategis agar dapat mengubah
perem[puan. Salah satu cara yang dapat dipilih adalh perempuab masuk dalam
tataran kekuasan dan lagilkasi atau dengan memperkuat kontrol dan akses
legilasi adalah aspek yang sangat menonjol dalam menentukan corak ideology
kewadilan pengaturan sumber daya bagi laki laki dan perempuan secara adil, satu
satunya jalan asalh terlibat secara langsung dalan setiap tahapan pengaturan
tersebut.
electoral reform) dalam siaran pers tanggal 6 januari 2004 lalu, menyatakan
kekecewaannya pada partai politiki dan komisi pemilihan umum soal komitmen
mereka dalam memajukan keterwakilan perempuan. Hasil analisis centro terhadap
pada pemilu 2004 di DPR RI< DPRD provinsi dan DPRD kabupaten / kota.
Sistem pemilu yang ada saat ini belumn akomodatif terhadap kepentingan
keadilan perempuan dalam konstitusi secra nyata. Hak perempuan terbebas dari
gender,kasta, agama, ras atau daerah kelahiran dijamin dalam pasal 15. pasal ini
berdasarkan perbedaan perbedanaab agama, ras, kasta, seks, dan tem[at kelahiran
mereka tidak ada seorang pun dari warga negara, dapat berdasarkan perbedaan
agama, ras, kasta, seks, dan tempat kelahiran dikenakan larangan, pembatasan,
lainnya. Pemanfaatan sumber air, tangki, tempat mandi, jalan dan tempat tempat
rekreasi yang disediakan untuk umu baik yang seluruh ya atau sebagian dipelihara
Indonesia keterwakilan ini diatur oleh peraturan setingkat undang undang itu pun
dengan sebuah pasal karet, maka konstitusi India sedah dengan tegas menjamin
panchayat sepertiga dari seluruh anghgota parlemen. Ketentuan itu diatur dalam
harus diberikan bagi perempuan yang berasal dari kasta kasta khusus yang diatur,
bagi perempuan yang berasal dari suku suku tertentu yang diatur oleh ketentuan
khusus. Tidak kurang dari sepertiga dari jumlah kursi keseluruhan hasil pemilihan
dalam panchayat.
hingga tingkt yang lebih tinghi harus disediakan keterwakilan khusus berdasarkan
Politics (politik)
dalam kekuasaan dimana satu kelompok orang dikontrol oleh kelompok orang
yang lain. Kalangan feminis kontemporer menolak mekai konsep-konsep poliutiki
penentangan terhadap hukum hukum yang menciptakan hak hak bagi perempuan
dan laki laki yang berbeda. Mereka menerima bahwa berbagai prosedur politik
yang diciptakan seperti hak pilih universal pemilihan yang bebas adalah memadai
sosial ini., dan mengembangkan sebuah bbentuk praktek politik yang dapat
mengkaitkan antara masalah yang politik dengan yang personal. Sementara itu
dari jenis kelamin dan pengalaman anak anak dalam melihat sosok ayah dan pola
dan menda[patkan kembali kendali atas tubuh mereka sendiri serta membangun
jenis kelamin yakini laki laki dan perempuan, untuk memastikan adanya
keseimbangan posisi dan peran gender dari keduanya dalam dunia poliutik, atau
digunakan dalkam penggunaan system kuota ini adalah untuk mengatasi masalah
ketidaksertaan atau ketidak adilan gender akibat dari hukum dan budaya yang bias
gender. Sebaliknya pada saat bersamaan, bagi [pihak yang menentangnya,
argumennya adalah system kuota pada dasarnya tidak memiliki basis hukum yang
kuat alias tidak konstitusional. Belum lagi pernyatan yang mengatakan bahwa
system kuota bertentangan dengan hak asasi manusia, dan bahkan merendahkan
kemampuan kalangan perempuan itu sendiri. Menurut mereka ini hanya akan
kuota dalam politik formal di amerika latin memang menimbulkan pro dan
kontranya sendiri. Melanie reyes misalnya, salah satu peneliti di center for
kutukan atau anugrah. Di satu sisi system kuota pada dasarnya meletakkan
persentase minimum bagi kedua jenis kelamin yakni laki laki dan perempuan,
untuk memastikan adanya keseimbangan posisi dan peran gender dari keduanya
keputusan. Argumen yang digunakan dalam penggunaan system kuota ini adalah
undang undang atau hukum dan budaya yang bias gender. Sebaliknya di sisi lain,
system kuota pada dasarnya todak memiliki basis hukum yang kuat alias tidak
system kuota.
Terlepas dari masalah pro dan kontra tersebut, untuk kasus amerika latin,
ternyata sitem kuota yang diberlakukan mengalami proses hasil yang berbeda, dan
ini tergantung dari masing masing negaranya. Namun demikian, faktor utama di
balik diberlakukannya kuota adalah karena lobi lobi dan tekanan yang relatif
masih dari gerakan perempuan yang terorganisir di berbagai tempat dan berasal
women) di Beijing, RRC. Lain daripada itu, ada faktor lain yang berperan yakni
desakan dari gerakan politik perempuan, bisa dibilang jika tidak ada keterlibatan
carlos menem (argentia) dan fujimori (peru) dalam menyatakan secara terbuka
hampir dipastikan undang undang tersebut tidak akan disahkan oleh parlemen.
Sementara itu di tingkat parati politik, masalah kuota ini juga menjadi
memperlihatkan ada apa di balik pemakaian kuota dalam partai politik. Pertama
dalam banya kasus, partai politik yang memberlakukan kuota dala dirinya adalah
prtai politik yang memiliki orientasi politik ‘kiri tengah” (center left) atau kiri
(left). Kedua, system kuota diadopsi hanya oleh partai politik dimana yang
kolega laki lakinya untuk meyakinkan para pemimpin partai politik mengenai
antara lain prd (30 %) dan partido revolucionario institucional pri (30%) di
meksiko, partido socialista ps (30 %), dan lain sebagainya. Pada kenyataanya,
dalam undang undang secara legal, ada dua keuntungan bagi perempuan. Pertama
kuota ternyata, dalam jangka pendek, memang terbukti sebagai alat yang efektif
organisasi maupun kehidupan sehari hari, maka bentuk bentuk yang lebih
bertahap dari tindakan afirmasi (affirmative action), di luar kuota, dilakukan untuk
perubayhan jangka yang lebih banyk. Kedua, kehadiran perempuan dalam posisi
tertinggi kedua di dunia, tetapi gambaran tersebut masih jauh dari yang
diharapkan. Masih ada undang undang atau peraturan yang berkaitan dengan
perempuan yang masih jauh dari sensitive gender, atau ini berhubungan dengan
implementasi dan aparat pelaksana di lapangan yang masih jauh dan memadai.
Sebut saja soal perkosaan. Di wilayah amerika latin pada umumnya, perkosaan
dilihat sebagai kejahatan melawan adat, dan bukan melawanb seseorang. Ini
artinya, tujuan dari hukum disini adalah untuk melindungi adat yang baik, bukan
undang yang memasukkan soal marital rape, dan ini dilihat sebagai kejahatan
yang serius. Sementara itu, di peru dimana undang undangnya sudah lebih maju
dalam hal perkosaan, tetapi law enforcement nya masih sangat diskriminatif.
Berdasarkan pantauan defonsaria del pueblo (komisi hak asasi manusia), ternyata
banyak para hakim yang lebih sensitive terhadap soal perkosaan yang sebelumnya
juga selalu menyalahkan perempuan yang dianggap sebagai korban yang telah
Dalam soal absorsi, kecuali kuba, semua negara amerika latin melihatnya
ibu). Misalnya ini diberlakukan di argentina, brazil dan poeru. Bahkn dimeksiko
dan brazil, absorsi diijinkan jika proses kehamilannya akibat perkosaan, atau di
legal hampir tidak ada dalam fasilitas kesehatan publik. Hanya perempuan kelas
perempuan miskin tidak memilikinya. Ini artinya berbagai absorsi illegal sangat
marak di sana, dan sudah dipastikan keselamatan dan resiko perempuan yang
berbagai undang undang yang ada, lembaga lembaga yang terkait, dan individu
individu yang punya posisi strategis dalam struktur kekuasaan. Sebut saja soal
kekerasan rumah tangga, hak hak dasar perempuan, hukum yang tidak berpihak
pada perempuan dan lain sebagainya. Sejauh ini kita hanya bisa mengatakan benar
bahwa memang jalan masih panjang bagi gerakan politik perempuan di amerika
latin, dan kit pun tidak mengetahuinya kapan jalan itu akan berakhir.