You are on page 1of 26

MOTIVASI REMAJA PRIA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI KELURAHAN CELLU KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR KABUPATEN BONE 2012

OLEH ASRUL SANI NIM:0914 201 009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PUANG RIMAGLATUNG WATAMPONE 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Remaja adalah masa dimana terjadinya kelabilan jiwa karena telah memasuki fase dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja yang merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis kelamin, umur dan lingkungan, banyak juga remaja yang merokok dipengaruhi oleh teman mereka karena apabila tidak merokok dikatakan tidak gaul oleh teman-temannya. WHO memperkirakan bahwa 2020 penyakit berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama banyak Negara, bahkan merokok dianggap menjadi entry point pada penyalahgunaan narkotika. Sekitar 4,9 juta orang di Negara berkembang meninggal dunia karena rokok pada tahun 2003. Bahkan diseluruh dunia, tingkat kematian akibat rokok justru lebih besar ketimbang kematian malaria, kematian maternal, penyakitpenyakit yang sering menyerang anak dan tuberculosis. Di Indonesia prevalensi merokok pada orang dewasa (usia 15 tahun keatas) yakni pria 63,1 % (naik 1,4 % dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5 % (tiga kali lipat dibandingkan tahun 2001). Sementara prevalensi merokok pada anakanak (usia 13 15 tahun) perinciannya pada anak laki-laki 24,5 % dan anak perempuan 2,3 %. Sebanyak 30,9 % dari anak-anak yang merokok telah mulai merokok sebelum umur 10 tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah perokok pemula (usia 5 9 tahun) naik secara signifikan. Hanya dalam kurun waktu 3 tahun (2001 2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi 2,8 % ( www.ghozan.blogsome.com). Dalam survey WHO yang diselenggarakan di seluruh dunia pada remaja pria didapatkan 55 % dari mereka yang termotivasi terhadap perilaku merokok dipengaruhi oleh iklan dan lingkungan. Anak yang memiliki teman perokok

sembilan kali lebih rentan untuk mencoba rokok. Begitu mencoba mereka jadi kecanduan, seperti di informasikan di kemasan rokok atau setiap iklan rokok bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Akan tetapi, mengapa peringatan itu bisa menjungkal akal sehat sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Hal ini dapat terjadi karena menurut para remaja dengan mereka mengisap rokok terasa bahwa pikiran mereka menjadi tenang dan jika ada masalah mereka merasa masalahnya hilang bahkan dengan merokok mereka merasa bisa membuka jalan pikiran untuk mencegah masalah yang dihadapi. Indonesia adalah Negara iklan, promosi dan sponsor rokoknya paling masif di Asia Tenggara. Indonesia juga adalah satu-satunya negara yang tidak memiliki larangan iklan, promosi dan sponsor rokok. Menurut Seto Mulyadi dari Komnas Perlindungan Anak semua kegiatan pemasaran rokok merupakan rangkaian sistematis yang bertujuan menjerat remaja menjadi perokok. Materi iklan rokok menunjukkan segmentasi pasar yang ditujukan pada anak dan remaja, apalagi materi iklan rokok mengasosiasikan merokok dengan citra keren, gaul, percaya diri, macho dan sebagainya (www.hertline.co.id/parenting.htm). Merokok merupakan kebiasaan yang sering kita jumpai setiap hari dan sudah menjadi masalah yang kompleks secara sosial. Penelitian telah banyak dilakukan dan disadari bahwa merokok dapat mengurangi kemampuan system kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan mengganggu kesehatan tubuh. Sebanyak 90 % dari asap rokok mengandung berbagai gas seperti N2, O2, CO2 dan sisanya 10 % mengandung partikel-partikel tertentu seperti Tar, Nikotin dan lain-lain. Bahkan sebagaimana dilansir oleh Enviroment Protection Association (EPA) atau Badan Proteksi Lingkungan memastikan bahwa asap rokok memuat 4000 senyawa kimia, 200 diantaranya toksik (beracun), 43 diantaranya pemicu kanker dan secara global konsumsi rokok membunuh 1 orang setiap detik (www.sinarharapan.co.id).

Peningkatan drastis konsumsi tembakau para remaja terjadi pada tahun 2001 yang telah mencapai 24,2 % dari semula 13,7 % pada tahun 1995. Persentase peningkatan itu terjadi pada remaja laki-laki umur 15 19 tahun yang kemudian menjadi perokok tetap. Di Indonesia disinyalir sekitar 44 % perokok aktif merupakan kelompok muda yang berusia 10 19 tahun dan 37 % diantara mereka berusia 20 29 tahun. Diperkirakan sekitar 85 juta penduduk Indonesia usia remaja saat ini menjadi perokok berat dan 12 13 juta diantaranya akan tutup usia setengah baya (www.astaqauliyah.orangbiasa.com). Berdasarkan informasi dari masyarakat di Kelurahan tempat penelitian ini dilaksanakan, jumlah remaja di cellu adalah 80 orang dimana didapatkan 35 orang remaja sudah mulai merokok. Diperkirakan hampir semua remaja yang berusia 11 21 tahun pernah merokok. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok di Kelurahan Cellu Kecamatan Tanete Riattang Timur 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Pernyataan Masalah Remaja pria yang mempunyai kebiasaan merokok sudah seringkali terlihat dimana-mana mulai dari umur 11 21 tahun dan didapatkan perokok aktif 10 19 tahun. Kebanyakan mereka mulai merokok karena terpengaruh oleh teman-temannya, lingkungan serta iklan rokok dan apabila mereka tidak merokok dikatakan tidak gaul, tidak keren, tidak percaya diri dan tidak macho, dan dengan merokok pula dapat mengatasi stress yang dihadapi para remaja pria serta membuat pikiran menjadi tenang. Hal ini disebabkan oleh faktor coba-coba sehingga mereka menjadi kecanduan.

1.2.2 Pertanyaan Penelitian Dari pernyataan diatas dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimana gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di Kelurahan Cellu Kecamatan Tanete Riatang Timur 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran tentang motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di Kelurahan Cellu Kecamatan Tanete Riatang Timur 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk memperoleh gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok. 2. Untuk mengidentifikasi remaja pria dalam merokok. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Institusi Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan (Stikes Prima Bone) dan

Kelurahan tempat penelitian ini dilaksanakan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja pria. 2. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan bagi pengembangan ilmu keperawatan kesehatan masyarakat serta penelitian berikutnya. 3. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang riset keperawatan khususnya yang berhubungan dengan tobacco/nikotin.

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Motivasi 2.2.1 Pengertian Motivasi itu mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin Movere yang berarti mendorong/menggerakkan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku dan beraktivitas dalam pencapaian tujuan (Widayatun, 1999). Suardirman Partini dalam buku psikologi sosial mendefinisikan pengertian motivasi sebagai berikut : Motivasi adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu barbuat sesuatu. Menurut Indrawijaya. (2002) dalam Sunaryo (2004), motivasi merupakan fungsi dari berbagai macam variabel yang saling mempengaruhi. Ia merupakan suatu proses psikologis yang mana terjadi interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi proses belajar dan pemecahan persoalan. Hal inilah antara lain yang menyebabkan M.R. Jones (ed) dalam Nebraska symposium of motivation, hal 14 merumuskan : Motivation is concerned with how behavior is activated, maintained directed and stopped. Ducan mengatakan bahwa from manageria perspective, motivation refers to any conscious attempt to influence behanor toward the accamplistment of organization goals. Menurut Vroom (Donovan, 2001), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Campbell dan kawan-

kawan menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi dalam definisi tersebut mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respon dan kegigihan tingkah laku. Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung 3 komponen pokok, yaitu : 1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpi seseorang untuk bertindak cara tertentu. 2. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian, ia menyediakan suatu onertasi tujuan tingkah laku terhadap sesuatu. 3. Menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar harus meningkatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. 2.2.3 Teori Motivasi a. Teori hedonisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang atau gembira. b. Teori naluri yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia. c. Teori kebudayaan yaitu motivasi yang akan menimbulkan perilaku berbudaya. d. Teori kebutuhan berdasarkan Abraham Maslow, yaitu motivasi merupakan motor perilaku seseorang/individu. Semakin kuat motivasi seseorang maka semakin cepat dalam memperoleh tujuan kepuasaan. 2.2.4 Bentuk-Bentuk Motivasi

a. Motivasi intrinsik atau motivasi yang datang dari dalam individu itu sendiri. b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu. c. Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit atau munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali munculnya pada perilaku aktivitas seseorang. d. Motivasi yang berhubungan dengan ideology politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam yang sering menonjol adalah motivasi sosial karena individu itu memang makhluk sosial. 2.2.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi a. Faktor fisik dan proses mental b. Faktor hereditas lingkungan dan kematangan/usia c. Faktor intrinsic seseorang d. Fasilitas (sarana.prasarana) e. Situasi dan kondisi f. Program dan aktivitas g. Audio asul cud (Media) 2.2.6 Cara Meningkatkan Motivasi a. Dengan tehnik verbal - Berbicara untuk meningkatkan semangat

- Pendekatan pribadi - Diskusi, dan sebagainya b. Tehnik tingkah laku (meniru, mencoba, menerapkan) c. Tehnik insentif dengan cara mengambil kaidah yang ada. d.Supertisi (kepercayaan akan sesuatu serta logis namun membawa keberuntungan) e. Citra/image yaitu daya khayal yang tinggi sehingga individu termotivasi 2.2 Tinjauan Tentang Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja merupakan suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari fisik, emosi, kognitif dan sosial yang menjembatani masa kanak dan dewasa (Merestein Geraid, 2001). Batasan remaja menurut WHO (Muangman 1980, dalam Sunaryo 2004), remaja suatu masa dimana : a. Individu berkembang dari saat pertama kali dan menunjukkan tanda-tanda sexual sekundernya sampai saat mencapai kematangan sexual. b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh ke keadaan yang relative lebih mandiri.

Berdasarkan definisi konseptikal yang diberikan oleh WHO, salah satu ciri remaja adalah perkembangan psikolosikanya. Dalam hubungan ini menurut Esikszentimiha dan Larsen (1984) dalam Sunaryo (2004) menyatakan bahwa remaja adalah restrukturisasi kesadaran yang mana puncak pengembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negentropy. WHO menetapkan batas usia 10 20 tahun sebagai batasan remaja sedangkan PBB menetapkan usia 15 24 tahun sebagai usia pemuda (Senderowit dan Paxman (1985) dalam Hanifah (2000). Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda yaitu kurun usia 11 24 tahun dan belum menikah dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : a. Usia 11 tahun adalah usia pada umumnya tanda-tanda sexual sekunder mulai tampak (kriteria sosial). b. Berbanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap dewasa aqli baliq menurut adapt maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial). c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identiry cribk erikson), tercapainya fase genetal dari perkembangan psikoseksual (Murt Freud) dan tercapainya

puncak perkembangan cognitif (Piaget) maupun moral (Murt Kohlberg), (kriteria psikologis).

d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu memberi peluang lagi mereka yang Orangtua. e. Status perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Oleh belum menikah. 2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 2.2.2.1 Pertumbuhan Fisik Pertumbuhan pubertas dan perkembangan fisik merupakan hasil dari aktivitas aksis hypothalamus-hipofisis-gonad pada masa kanak-kanak akhir. Dengan mulainya pubertas inhibisi pada GnRH di hypothalamus menjadi hilang sehingga memungkinkan produksi dan pembebasan pulsatil dari gonadotropin, LH dan FSH. Pada awal sampai pertengahan dari masa remaja terdapat kenaikan dari frekuensi dan amplitude denyut sekresi dari LH dan FSH yang menstimulasi gonad untuk menghasilkan steroid sex (estrogen dan testosterone). Pada perempuan LH berperan penting pada ovulasi dari ovum yang mati dan juga terlibat dalam pembentukan karpus luteum dan sekresi progesteron sedangkan FSH berfungsi untuk menstimulasi maturasi dari ovarium, fungsi sel granulosa dan sekresi estradiol yang memungkinkan terjadinya maturasi traktus genetalia wanita dan perkembangan payudara. Pada laki-laki, LH akan menstimulasi sel-sel interstitial testis yang mengahasilkan testoteron dan FSH merangsang spermatosit karena itu, definisi remaja dibatasi khusus yang sampai batas usia tersebut masih mengantungakan diri pada

dengan adanya testosterone. Secara lengkap (Muss, 1968 dalam Sunaryo 2004) memuat urutan perubahan-perubahan fisik, tersebut sebagai berikut : 1. Pada anak perempuan a. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang) b. Pertumbuhan payudara c. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya e. Bulu kemaluan menjadi keriting f. Haid g. Tumbuh bulu-bulu pada ketiak 2. Pada anak laki-laki a. Pertumbuhan tulang-tulang b. Testis membesar c. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap d. Awal perubahan suara e. Ejakulasi

f. Bulu kemaluan menjadi keriting g. Pertumbuhan tinggi badan mencapai maksimal setiap tahunnya h. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot) i. Tumbuh bulu ketiak j. Akhir perubahan suara k. Rambut-rambut di wajah bertambah l. Tumbuh bulu di dada 2.1.2.2 Perkembangan Psikoseksual Masa remaja yang merupakan suatu periode individualisasi progresif dan perpisahan dari keluarga karena pertumbuhan yang cepat dan fisik, emosional, kognitif dan sosial maka perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi 3 periode yaitu : 1. Masa remaja awal (11 13 tahun) Dicirikan oleh pertumbuhan cepat dan perkembangan karakteristik seks sekunder. Karena perubahan yang cepat, kesan tubuh, konsep pribadi, harga diri berfluktasi secara drasmatis terutama bagaimana pertumbuhan dan perkembangan mereka menyimpang dari temanteman mereka merupakan hal yang sangat menghawatirkan. Ketika remaja muda mulai menjadi lebih indenpenden dan ikatan keluarga melonggar, kesetiaan bergesar dari orangtua ke teman sebaya yang menjadi jauh lebih penting. Remaja muda masih berpikir secara

konkrit dan mempunyai tujuan professional yang samara-samar dan tidak reslistis. 2. Masa remaja pertengahan (14 16 tahun) Bersamaan dengan berkurangnya pertumbuhan pubertas yang cepat pada masa remaja awal, remaja mulai menyesuaikan diri dan merasa lebih nyaman dengan tubuh mereka yang baru. Emosi yang kuat dan perubahan suasana hati yang cepat adalah khas. Secara kognitif, ketika remaja berubah dari berpikir konkrit menjadi berpikir formal, terbentuklah kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Dalam usaha membangun identitas mereka sendiri, hubungan dengan orang lain utamanya teman sebaya menentukan standar dalam hal identifikasi, perilaku, mencari dukungan emosional dan lain-lain. 3. Masa remaja akhir (17 24 tahun) Remaja mulai kurang mementingkan diri sendiri dan mulai memperhatikan orang lain. Hubungan sosial bergeser dari kelompok teman sebaya kearah hubungan individual, kencan menjadi lebih intim. Kemampuan dalam berpikir abstrak memungkinkan remaja untuk berpikir lebih realistis dalam hal rencana masa depan, tindakan dan karir. Secara moral, remaja yang lebih tua mempunyai konsep yang sangat kaku dalam hal benar atau salah. Masa remaja akhir merupakan periode idealisme.

Menurut Petro Blos (1962), proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja : 1. Early adolescence Pada tahap ini remaja masih terheran-heran akan perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-

pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan udah terangsang secara erotis dan berkurangnya kendali terhadap ego. 2. Middle adolescence Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Terdapat kecenderungan narcistik yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat sama dengan dirinya. Selain itu, remaja berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya. 3. Late adolescence Pada tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu : a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-funsi intelek b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru c. Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain d. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public) 2.2.3 Faktor Penyebab Masalah Psikososial Remaja Pria Timbulnya masalah pada remaja dikarenakan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks.

b. Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu karena ketidaktahuannya. c. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi kemajuan teknologi menyebabkan membanjirnya arus informasi luar yang sulit diseleksi. d. Pembangunan ke arah industrilisasi menyebabkan terjadinya perubahan tata nilai sehingga remaja bisa menderita frustasi dan depresi yang menyebabkan mereka mengambil jalan pintas yang bersifat negative. (Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja ed.i.Narendra.B,dkk; 2002). 2.3 Tinjauan Tentang Perilaku 2.3.1 Pengertian Perilaku adalah suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut (Soekidjo,N, 1993). Dalam Ensiklopedia Amerika, perilaku dapat diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungan. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang dibutuhkan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menimbulkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo S, 1997). Robert Kwick (1974) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati atau bahkan dapat dipelajari. Secara umum, menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti, (1990) dikutip oleh Sunaryo (2004) perilaku manusia pada hakekatnya proses interaksi

individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. 2.3.2 Ciri Perilaku Manusia a. Kepekaan sosial b. Kelangsungan perilaku c. Orientasi pada tugas d. Usaha dan perjuangan e. Tiap-tiap individu adalah unik 2.3.3 Proses Pembentukkan Perilaku Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan yang tersusun dalam hirarki kebutuhan menurut Abraham Maslow, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan yang lain karena perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan adalah secara simultan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan suatu

penggerak/pendorong yang disebut motivasi. Kemudian pada akhirnya sikap dan kepercayaan sangatlah mempengaruhi arah perilaku seseorang, akankah berperilaku positif atau sebaliknya. 2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang a. Faktor genetik/faktor endogen, meliputi : - Jenis ras

- Jenis kelamin - Sifat fisik - Sifat kepribadian - Bakat pembawaan - Intelegensi b. Faktor eksogen/faktor dari luar individu, meliputi : - Faktor lingkungan - Pendidikan - Agama - Sosial ekonomi - Kebudayaan - Faktor-faktor lain seperti persepsi, emosi dan lain-lain 2.3.5 Bentuk Perilaku a. Perilaku Pasif Perilaku pasif atau respon internal adalah perilaku yang sifatnya masih tertutup, hanya terjadi dalam diri individu yang bersangkutan dan tidak diamati secara langsung perilaku ini sebatas sikap dan belum ada tindakan yang nyata.

Misalnya : berpikir, berangan-angan. b. Perilaku Aktif Perilaku aktif atau respon eksternal adalah perilaku yang sifatnya terbuka, dapat diamati secara langsung dan berupa tindakan nyata. Misalnya : merokok. 2.3.6 Perilaku Penyalahgunaan Zat Walaupun terdapat suatu rentang dari penggunaan zat hingga penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan zat tetapi tidak semua orang yang menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan zat. Oleh karenanya, terdapat suatu rentang respon koping terhadap penggunaan zat yang disebut Rentang Respon Koping Kimiawi.

Gambar 2.3 Rentang Respon Koping Kimiawi. Respon adaptif Respon maladaptif Mabuk alamiah Penggunaan jarang Penggunaan sering Ketergantungan Aktivitas fisik dari tembakau, dari tembakau, Penyalahgunaan Meditasi kafein, alkohol, kafein, alkohol Gejala putus zat obat yang obat yang toleransi diresepkan, obat diresepkan, obat terlarang terlarang

2.4 Tinjauan Tentang Rokok Merokok sudah dianggap hal biasa dalam kehidupan sehari-hari padahal dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia berbahya untuk kesehatan, 2 diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, Harian Umum Republika, Selasa 26 Maret 2002). Racun karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Sebenarnya, penanggulangan merokok di Indonesia telah berjalan lama ditandai dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan dari peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1993 tentang larangan pembagian produk contoh rokok secara gratis. Namun hingga kini jumlah perokok tidak berkurang bahkan remaja dan anak-anak dibangku sekolahpun turut merokok pula. Remaja adalah golongan yang suka mencoba-coba. Oleh karena merokok adalah sesuatu yang baru pada mereka. Hati mereka bertanya-tanya apa nikmatnya sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Karena didalam rokok terdapat nikotin yang menyebabkan kecanduan layaknya putauw (heroin), ganja, dan sabu-sabu. Nikotin dikenal sebagai salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Penyempitan pembuluh darah jantung terjadi lebih dini pada remaja yang merokok. Tembakau merusak jaringan paru-paru dan mengurangi kandungan oksigen darah yang dibutuhkan seseorang saat beraktivitas. Selain itu upaya pemasaran rokok baik secara langsung melalui iklan rokok ataupun secara tidak langsung melalui kegiatan mensponsori acara konser musik sembari memberikan sampel rokok secara gratis, olahraga, film layar lebar hingga keagamaan. Hal ini akan menarik minat remaja untuk merokok, sementara pemberian sampel rokok secara gratis justru akan mendorong remaja untuk mencoba-coba merokok tanpa menyadari sepenuhnya dampak

ketergantungan terhadap rokok.

Hal yang menyebabkan remaja sangat sulit meninggalkan rokok karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang. Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu Kedokteran Jiwa, Psikiatri, 1999). Dalam upaya prevalensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orang tua (www.e-psikologi.com). Anang Sari Atmanta, relawan pusat studi seksualitas, mengelompokkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk merokok, yaitu : a. Pengaruh Orang Tua Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. b. Pengaruh Teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga

dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang terjadi adalah remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. c. Faktor Kepribadian Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor rendah. d. Pengaruh Iklan Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa merokok adalah lambing atau glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Menurut Silvan Tomkins ada 4 tipe perilaku rokok berdasarkan Management of Offect Theory, yaitu : 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psichological Faktor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini a. Pleasure Relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

b. Stimulation ti pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. c. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memengang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. 3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai Psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walau tengah malam sekalipun karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia mengingkannya. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dan Kerangka Konsep Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wirjoadmodjo dan Wahyono (1991) Thamrin Hasbullah (1993) dan Sitorus (2006), maka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: 3.1.2 Kerangka Konsep Penelitian

MOTIVASI REMAJA PRIA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI KELURAHAN CELLU KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR KABUPATEN BONE 2012 Indevenden
MOTIVASI

Devenden
PERILAKU MEROKOK

variabel kontrol

PENGARUH ORANG TUA PENGARUH TEMAN PENGARUH IKLAN KEPRIBADIAN

You might also like