You are on page 1of 33

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.

N DENGAN HYPERBILIRUBINEMIA DI RUANG 11 PERINATOLOGI RSSA MALANG 9 JANUARI 2012

Oleh: TRI AJENG ANNISA AIRLANGGA NIM. 0902100088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MALANG 2012

KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah SWT, karena hanya dengan kasih dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. N dengan hiperbilirubinemia di ruang 11 Perinatologi RSSA Malang 9 Januari 2012. Dalam penyusunan tugas ini tentunya melibatkan berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam terselesaikannya asuhan kebidanan ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. 2. 3. 4. 5. Ibu Suprapti SST, M.Kes selaku Kaprodi DII Kebidanan Malang. Ibu Erni Dwi W, SST, M.Kes, selaku Pembimbing Institusi Ibu Rosdiana Mudji, Amd. Kep selaku Pembimbing Klinik Seluruh kru ruang 11 Perinatologi RSSA Malang Berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu terselesaikannya asuhan kebidanan ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu,penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membantu. Penulis berharap semoga asauhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, Januari 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60 % bayi cukup bulan dan pada 80 % bayi kurang bulan. Di Jakrta dilaporkan 32,19 % menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologis dan sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian. Karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapatkan perhatian, terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin meningkat > 5 mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung >1 minggu serta bilirubin direct > 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakuakn sebaik-baiknya agar akibat buruk dari ikterus dapat dihindarkan. Berdasarkan fakta di atas maka penulis tertarik untuk membuat asuhan kebidanan pada BY. Ny. N usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia dengan harapan setelah mendapatkan asuhan ikterus berkurang sampai hilang sehingga dapat dihindarkan akibat buruk yang dapat dtimbulkan ikterus tadi. B. Tujuan 1. Tujuan umum Setelah melakukan praktek klinik mahasiswa mampu melaksanakan asuhan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia dengan pendekatan manajemen kebidanan. 2. Tujuan khusus Setelah melakuakn praktik klinik, mahasisiwa dapat: 1) 2) Melaksanakan pengkajian data pada neonatus dengan hiperbilirubinemia Mengidentifikasi masalah dan diagnosa pada neonatus dengan hiperbilirubinemia

3) 4) 5)

Membuat rencana asuhan tindakan Melakukan tindakan asuhan sesuai dengan intervensi yang telah Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan untuk menentukan asuhan

direncanakan kebidanan selanjutnya. C. Metode Penulisan 1. kasus 2. a. Teknik Penulisan data Wawancara Tanya jawab kepada keluarga mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan anak untuk memperoleh data langsung b. Pemerikasaan Pengamatan langsung, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi c. d. Studi dokumentasi Melalui catatan medik Studi Kepustakaan Melalui buku sumber/literature yang berhubungan dengan hiperbilirubinemia D. Sistematika Penulisan BAB I Penulisan BAB II BAB III TINJAUAN TEORI Berisi Landasan Teori dan konsep Manajemen Kebidanan TINJAUAN KASUS Berisi Pengkajian, Identifikasi Diagnosa/Masalah, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi BAB IV BAB V PEMBAHASAN PENUTUP Berisi Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA PENDAHULUAN Berisi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika Metode penulisan ini adalah data deskriptif dalam bentuk studi

BAB II TINJAUAN TEORI I. A. Pengertian Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik.(Sarwono, 2002: 753) Icterus adalah keadaan di mana terjadi penimbunan bilirubin lebih dari 5mg %. (Pediatri FKUB.2001:235) Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus subtalamus, hipokampus, nucleus merah dan nucleus pada dasar ventrikulus IV.(Sarwono, 2002: 754) Sebagian besar hiperbilirubinemia ini proses terjadinya mempunyai dasar yang patologik B. dan Patologik Ikterus Fisiologis Timbul pada hari ke 2-3 Puncaknya terjadi pada hari ke-5 Hilang pada hari ke 10-15 Peningkatan bilirubin < 5 mg % Lab : - Kadar bilirubin bayi aterm 12,5 mg % - Kadar bilirubin bayi premature 10 mg % - Bilirubin indirect < 1 mg % Terjadi karena : - Umur erytrosit lebih pendek - Volume darah lebih banyak : 100 cc/kg BB - Albumin << transportasi menurun - Fungsi hati belum sempurna Batasan Ikterus Fisiologis KONSEP HIPERBILIRUBINEMIA

Ikterus Patologik Timbul hari pertama setelah hari ke-3 Menetap selama 2 minggu Lab : - Peningkatan bilirubin > 5 mg % per hari - Kadar bilirubin bayi aterm > 12,5 mg % - Kadar bilirubin bayi premature > 10 mg % - Bilirubin indirect > 1 mg % C. Etiologi Penyebab ikterus pada neonatal dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi: 1. Produksi bilirubin yanhg berlebihan Misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompeten Rh, ABO, perdrahan tertutup dan sepsis 2. Gangguan konjugasi hepar Gangguan ini dapat disebabkan oleh immaturitas hepar, kurangnya substrat konjugasibilirubin atau tidak terdapatnya enzim glukonil transferase. 3. Gangguan transportasi bilirubin Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar 4. Gangguan dalam ekskresi Dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Waktu timbulnya ikterus juga mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan yang erat dengan penyebab ikterus. 1. Bila Timbul pada Hari I (24 jam pertama) Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan darah lain Infeksi intra uterine oleh Toxoplasma, Syphilis, virus atau bakteri yang menunjukkan ikterus pada hari pertama. Defisiensi enzim G6PD 2. Bila Timbul pada Hari II (24-72 jam sesudah lahir)

Ikterus fisiologis Masih ada kemingkinan karena inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan darah lain jika kadar bilirubin cepat (melebihi 5 mg % per 24 jam) Defisiensi G6PD Polisitemia Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis,perdarahan hepar subkapsuler,dll) Hipoksia Sferositosis, eliptosis,dll Dehidrasi asidosis Defisiensi enzim eritrosit lainnya 3. Bila Timbul Setelah 72 jam sampai Akhir Minggu Pertama Septicaemia Dehidrasi asidosis Defisiensi G6PD Pengaruh obat Sindrom Criggler-Najjar Sindrom Gilbert 4. Bila Timbul pada Akhir Minggu Pertama dan Selanjutnya Obstruksi Hipotiroidisme Breast Milk Jaundice Infeksi Neonatal Hepatitis Galaktosemia

D. Etiologi Hiperbilirubinemia Bilirubin direct tinggi Hepatomegali tinggi Anoreksia Intake nutrisi rendah Perubahan Nutrisi letargy Dehidrasi Kerusakan integritas kulit E. beberapa hari kemudian Defisit Vol. cairan Anak tdk

Patofisiologi

Bilrubiin indirect tinggi Penumpukan bilirubin dlm otak

Pot. Komplikasi kern - uterus gangguan neurologis mau minum kejang

Manifestasi Klinik Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat segera dilihat setelah lahir atau Ikterus yang tampak tergantung penyebab, yaitu: Gejala klinis yang tampak pada bayi dengan peningkatan kadar bilirubin indirect, kulit tampak berwarna terang sampai jingga Pada obstruksi empedu, kulit berwarna kuning terang sampai jingga Selain warna kulit kuning, sering kali penderita hanya memperlihatkan gejala minimal seperti:

Tampak lemah dan anoreksia Anemia Ptekie Pembesaran lien dan hepar

Paerdarahan tertutup Gangguan pernapasan, sirkulasi dan saraf F. a. b. Secara laboratories Secara klinis (secara Kramer) Penilaian Kadar Bilirubin

Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Rumus Kramer Daerah/luas icterus Daerah 1 (kepala dan leher) Daerah 2 (daerah 1 + badan bagian atas) Daerah3 (daerah 2 + badan bagian bawah dan tungkai) Daerah 4 (daerah 3 + lengan dan kaki di bawah dengkul) Daerah 5 (daerah 4 + tangan dan kaki) G. Kadar bilirubin (mg%) 5 9 11 12 16 Penanganan Agak sulit untuk menentukan tingginya kadar bilirubin yang dianggap sebagai batas yang berbahaya yang mengharuskan kita mengambil suatu tindakan pencegahan. Kadar bilirubin yang berbahaya sangat tergantung pada saat timbulnya akterus dan kecepatan peningkatan kadar bilirubin. Dalam hal ini penting untuk pengamatan yang ketat dan cermat terhadap perubahan peningkatan kadar bilirubin terutama yang kemungkinan besar menjadi patologis. Cara-cara untuk mencegah dan mengobati hiperbilirubinemia: 1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin Early feeding Dengan pemberian makanan yang dini terjadi pendorongan gerakan usus dan mekoneum lebih cepat dikeluarkan sehingga peredaran enterohepatik bilirubin berkurang. Pemberian agar-agar Mekanismenya enterohepatik sama yaitu dengan mengurangi peredaran

Pemberian fenobarbital Dapat menurunkan kadar bilirubin indirect dalam serum bayi dengan mengadakan induksi enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin berlangsung lebih cepat. Penyelidikan menunjukkan bahwa fenobarbital baik yang diberikan sesudah anak lahir atau diberikan pada ibunya sebelum anak lahir, dapat mencegah terjadinya ikterus fisiologik. Pengalaman di RSCM Jakarta menunjukkan bahwa: Pemberian fenobarbital untuk mengobati hiperbilirubin baru menurunkan bilirubin serum yang berarti setelah penggunaan selama 3 hari Bayi premature lebih banyak memberikan reaksi daripada bayi cukup bulan. Dosisnya dapat diberikan 8 mg/kg BB sehari-hari mula-mula parenteral lalu peroral. Keuntungannya dibanding terapi sinar adalah pelaksanaannya lebih mudah namun harus menunggu paling kurang 3 hari untuk mendapatkan hasil yang berarti. 2. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestivus yaitu melalui photo terapy Dengan penyinaran, bilirubin dipecah menjadi dypirol yang kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan traktus digestivus. Hasil perusakan bilirubin ternyata tidak toksik untuk tubuh dan dikeluarkan dari tubuh dengan sempurna. Mekanisme utama terapi sinar adalah fotoisomerisasi. Sebaiknya dipilih sinar dengan spectrum 420-480 nm, sinar UV dicegah dengan Plexiglas dan bayi jangan sampai kekurangan cairan. Kadar bilirubin harus diperiksa setiap hari dan cegah bayi dari kepanasan. Alat terapi sinar diletakkan 45 cm di atas permukaan bayi dan diberikan selama 72 jam atau sampai kadar bilirubin mencapai 7,5 mg% dan selama terapi sinar mata dan kelamin bayi ditutupi dengan bahan yang dapat memantulkan sinar. 3. Transfusi tukar (Exchange Transfussion) RSCM, transfuse tukar diberikan pada kasusu-kasus berikut ini:

Pada semua kasus ikterus dengan kadar bilirubin indirect >20mg%

Pada bayi premature dapat diberikan walaupun kadar albumin < 3,5 g/100ml Pada kenaikan bilirubin indirect serum bayiu pada hari pertama (0,3-1 mg/jam) Anemia berat pada neonatus dengan tanda-tanda dekompensasi kordis Bayi menderita ikterus dengan kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan coombs test langsung (+) Penanganan ikterus neonatorum sangat bergantung pada: Saat terjadinya ikterus Kadar bilirubin serum Jenis bilirubin Sebab terjadinya ikterus Oleh karena itu untuk mendapat penanganan yang baik, pengobatan dan pemeriksaan yang perlu dilakukan pada hal-hal tersebut di atas: 1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama Pemeriksaan yang perlu dilakukan: Bayi Ibu Tindakan - kadar bilirubin serum dan kadar albumin pemeriksaan darah lengkap golongan darah (ABO, Rh) Coombs test (langsung dan tidak langsung dengan titernya) Kadar G6PD - Golongan darah - Coombs test tidak langsung dengan titernya - Transfusi tukar bila telah dipenuhi syarat-syaratnya - bila belum dipenuhi syaratnya, diberi terapi sinar dan bilirubin diperiksa tiap 8 jam dan kalau kenaikan kadar bilirubin tetap 0,3-1 mg perjam maka dilakukan transfuse tukar 2. Ikterus yang timbul sesudah 24 jam pertama Pemeriksaan bilirubin dilakukan hanya sekali selanjutnya pengawasan klinik. Bila bayi tampak sakit dan ikterus dengan cepat menjadi berat maka pemeriksaan dan tindakan harus dilakukan seperti pada ikterus hari pertama 3. Ikterus sesudah hari keempat

Pemeriksaan harus ditujukan kea rah sepsis neonatorum, pielonefritis, hepatitis neonatorum, toksoplasmosis. Kemungkinan yang lain adalah pengaruh obat (sulfa/novobiosin) dan defisiensi enzim eritrosit (G6PD) Pemeriksaan laboratorium adalah kadar bilirubin serum, jenis bilirubin dalam serum, biakan darah, biakan air kencing dan kalau perlu serologic terhadap virus dan toksoplasmosis. Pengobatannya: - jika kadar bilirubin > 20mg% , transfuse tukar - jika kadar bilirubin 10-15 mg%, diberi fenobarbital parenteral 6 mg/kg BB/hari - jika kadar bilirubin 15-20 mg%, diberi terapi sinar II. 1. Pengkajian (tanggal.,pukul.) A. Data Subjektif 1. Biodata Nama bayi : untuk Umur memanggil, mengenal dan menghindari kekeliruan : penting untuk identifikasi kapan atau usia berapa hari bayi mengalami ikterus yang dapat digunakan untuk memprediksi apakah termasuk ikterus fisiologis atau patologis diberikan Tanggal lahir: untuk menghitung umur Jenis Kelamin: untuk menghindari kekeliruan dan untuk membedakan No. register : untuk hindari kekeliruan Biodata orang tua Nama Agama : untuk memanggil, mengenal dan menghindari kekeliruan : untuk mengetahui kepercayaan orang tua pada saat memberikan asuhan atau bimbingan doa pada saat menghadapi komplikasi atau kegawatan. dan mempengaruhi terapi yang akan KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN

Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang penting pada saat konseling Pekerjaan Alamat : untuk mengetahui status ekonomi keluarga : untuk mengetahui alamat orang tua jika sewaktu-waktu ada masalah, bisa langsung menghubungi keluarga di rumah. 2. Alasan masuk ruang perinatologi Sebagian atau seluruh tubuh bayi ikterus sejak 24 jam pertama kehidupan, 2-3 hari, 4-6 hari dan 6-10 setelah dilahirkan Timbul gejala minimal yang menyertai ikterus seperti: Tampak lemah dan nafsu makan menurun, anemia, ptekie, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi dan gangguan saraf 3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu Penyakit-penyakit yang diderita klien 4. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya terkait dengan keluhan terkait dengan hiperbilirubinemia 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji anggota keluarga baik dari pihak ibu atau ayah yang menderita penyakit seperti kencing manis dan penyakit kuning. Kencing manis dikaji jika ibu menderita DM sewaktu hamil bisa menyebabkan bayi terjadi hipoglikemia saat lahir yang dalam metabolisme tubuhnya mengguankan metabolisme anaerob yang memperberat kerja hati sehingga dapat timbul hiperbilirubinemia. Penyakit kuning terkait dengan kemungkinan ikterusnya disebabkan penularan perinatal seperti pada hepatitis A dan B 6. Riwayat kebidanan yang lalu Mengkaji riwayat abortus, IUFD dan bayi kuning sebelumnya 7. Riwayat Kebidanan yang Lalu Kehamilan : Ibu dengan rhesus (-) dan ayah (+) dapat menyebabkan rhesus ibu dan bayi tidak sesuai sehingga dapat timbul hemolisis Ibu dengan DM kemungkinan bayinya besar dan terjadi hipoglikemia yang menyebabkan gangguan fungsi hepar

Riwayat menggunakan obat-obatan/hormone yang mengurangi kesanggupan hepar untuk mengadakan konjugasi bilirubin misal penggunaan norobiosin Ibu mempunyai penyakit rubella, hepatitis, cytomegalovirus, syphilis, toxoplasma dan herpes yang mungkin terinfeksi intrauterine melalui plasenta selama kehamilan. Persalinan : Pada persalinan preterm produksi albumin indirect tinggi Ekstraksi vakum dan trauma persalinan menyebabkan hemolisis sehingga kadar bilirubin indirect tinggi Ketuban pecah dini memungkinkan timbul infeksi Bayi asfiksia menurunkan afinitas bilirubin terhadap albumin BBL dan UK untuk kaji adanya BBLR akibat prematuritas atau dismaturiatas Nifas : bayi. 8. Riwayat nutrisi Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa nutrisi yang kurang dapat menimbulkan ikterus pada hari 6-10 kehidupan bayi hal ini karena ASI dapat mendorong usus dan menyebabkan bilirubin keluar lewat feses dan urin lebih lancar. B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : baik/ kurang/ cukup/ jelek Kesadaran TTV RR : compous mentis/apatis/somnolen/koma : terdapat gangguan pernapasan pada hiperbilirubinemia Suhu : 36,5 37,5 0C ; T > 37,5 0C menunjukkan infeksi 2. Pemeriksaan Fisik Menyusui yang kurang dapat timbul ikterus pada hari 6-10 kehidupan rendah sehingga transportasi bilirubin ke hepar terganggu sehingga kadar bilirubin

Kepala

: mungkin terdapat caput succedaneum, cephal hematum jika terdapat trauma dalam persalinan atau partus tindakan. Ubun-ubun mungkin cekung jika dehidrasi dan menonjol jika terjadi komplikasi berupa kern ikterus

Muka Mata Hidung Mulut

: wajah pucat, ikterus dan cyanosis pada bayi hipoksia : sklera ikterus : pernapasan cuping hidung (salah satu indicator RDS) : kering/tdak, pecah-pecah/tidak (kaji dehidrasi), kemampuan menghisap dan menelan mungkin turun pada hiperbilirubinemia

Leher Dada

: kulit leher dapat ikterus : kulit dada dapat ikterus (Kramer derajat II), pernapasan dapat normal, apnea dan dispnea, dapat timbul retraksi pada RDS dan bunyi napas tambahan

Perut

: perut dapat normal atau hepatomegali, bising usus hipoaktif, distensi abdomen dengan gambaran usus yang tampak pada dinding abdomen dan muntah campur empedu merupakan tanda obstruksi intestinal.

Genetalia : identifikasi bayi aterm atau premature jika perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora atau belum dan pada laki-laki testis sudah turun di skrotum atau belum. Ekstrimitas : ikterus/tidak Reflek moro menurun dan terdapat aktivitas kejang dapat terjadi pada tahap kritis. 3. Pemeriksaan Penunjang Bilirubin Darah lengkap Golongan darah ibu Tes coombs darah tali pusat Protein serum total Glukosa darah Retikulosit II. Identifikasi Diagnosa dan masalah Dx : By. Ny. usia .. dengan hiperbilirubinemia

Ds Do

:: Dari inspeksi terdapat ikterus pada tubuh sesuai dengan luas derajat pada rumus kramer Kadar bilirubiun total .. mg/dl dengan kadar bilirubin direct mg/dl dan kadar bilirubin indirect .mg/dl

Masalah potensial 1. Potensial terjadi kekurangan cairan akibat foto terapi Ds : Do : Advice dokter, akan dilakukan foto terapi jika hasil lab kadar bilirubin tinggi Kadar bilirubiun total pada 20 November 2006 20,08 mg/dl dengan kadar bilirubin direct 1,76 mg/dl dan kadar bilirubin indirect 18,32 mg/dl 2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat foto terapi Ds : Do : Advice dokter, akan dilakukan foto terapi jika hasil lab kadar bilirubin tinggi Kadar bilirubiun total pada 20 November 2006 20,08 mg/dl dengan kadar bilirubin direct 1,76 mg/dl dan kadar bilirubin indirect 18,32 mg/dl Turgor kulit bagus III. Intervensi Dx K.H. : By. Ny. S usia 3 hari dengan hiperbilirubinemia : Setelah menjalani terapi, ikterus berkurang atau hilang Kadar bilirubin normal yaitu < 10 mg/dl pada bayi premature dan < 12,5 mg/dl pada bayi aterm. Intervensi 1. R 2. Informasikan pada keluarga tentang kondisi bayinya dan upaya terapi yang akan dilakuakan : Meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan Kolaborasi untuk memberikan foto terapi Tujuan : Hiperbilirubinemia teratasi

: Foto terapi menyebabkan fotooksidasi bilirubin pada jaringan subkutan sehingga meningkatkan larut air bilirubin yang memungkinkan ekskresi cepat bilirubin melalui feses dan urin sehingga kadar bilirubin tubuh berkurang

3. R 4. R

Lindungi kelamin dan mata saat terapi : foto terapi dapat merusak retina dan konjungtiva serta testis yang dapat berakibat infertilitas Berikan hidrasi yang adekuat selama terapi : Foto terapi memungkinkan peningkatan hilangnya air melalui evaporasi sehingga perlu hidrasi yang adekuat untuk cegah dehidrasi

5. terapi R

Monitor konsentrasi kadar bilirubin setelah foto : cek kadar bilirubin setelah foto terapi penting untuk memantau adanya kern ikterus dan penurunan kadar bilirubin akibat foto terapi.

Masalah Potensial 1. Potensial terjadi kekurangam cairan akibat foto terapi Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi K.H. : Kebutuhan minum terpenuhi, BB tetap atau naik, turgor kulit baik, suhu tubuh tidak naik, input output cairan seimbang, mata tidak cowong dan fontanella normal Intervensi 1. Observasi tanda-tanda dehidrasi R : Foto terapi memungkinkan kehilangan air yang banyak melalui evaporasi sehingga dapat timbul dehidrasi 2. Observasi input output cairan dan tingkatkan hidrasi oral sedikitnya 25 % R : Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi memungkinkan dehidrasi 3. Observasi TTV terutama suhu R : Fluktuasi perubahan suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon terhadap pemajanan sinar radiasi dan konveksi

4. Kolaborasi R

dengan

tim cairan

medis

untuk

memberikan diperlukan

cairan untuk

perparenteral sesuai indikasi : Pemberian perparenteral memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat 5. Monitor berat badan R : Berat badan merupakan parameter terjadinya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh 2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat foto terapi Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit K.H. : Tidak terjadi perubahan pigmen kulit menjadi coklat, terbakar dan ruam Intervensi 1. R Observasi tanda-tanda kerusdakan integritas kulit : Foto terapi memungkinkan kehilangan air yang banyak melalui evaporasi sehingga dapat timbul kerusakan integritas kulit 2. R Berikan hidrasi yang sesuai : Peningkatan kehilangan air menyebabkn turgor kulit kering sehingga meningkatkn risiko kerusaklan integritas kulit oleh jkarena itu perlu intake cairan yang intens 3. R Jaga area tetap bersih dan kering : Dengan mempertahjankan hygiene selama terapi dapat membantu mengurangi risiko kerusakan integritas kulit IV. Implementasi Mengacu pada intervensi V. Evaluasi Mengacu pada kriteri hasil

BAB III TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN Tanggal 12 Desember 2006, pukul 09.00 WIB A. Data Subjektif 1. Biodata Nama Bayi Umur : By. Ny. A : 6 hari

Tanggal lahir : 7 Desember 2006 Jenis kelamin : laki-laki No. register Nama Ibu Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : 629212 : Ny. A : 24 tahun : Islam : SMP : Nama ayah : Tn. K Umur Agama Pekerjaan : 26 tahun : Islam : Pedagang motor

Pendidikan : SMA

: Jl. Permadi RT 8/RW 4 Penghasilan : Rp. 850.000,Polehan Malang

2. Alasan masuk ruang perinatologi

Berdasarkan catatan rekam medik, bayi lahir secara SCTP, tidak langsung menangis, AS menit pertama 5 dan pada 5 menit pertama 7. BBL 1280 gram sehingga setelah lahir langsung masuk ruang perinatologi 3. Riwayat Kesehatan yang Lalu Berdasarkan catatan rekam medik, bayi mengalami asfiksia sedang sampai tanggal 9 Desember 2006 4. Riwayat kesehatan sekarang Bayi mengalami ikterus seluruh tubuh kecuali tangan dan kaki (Kramer derajat IV) 5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang Kehamilan Ini merupakan anak yang pertama. Selama hamil mengkonsumsi vitamain dan obat yang diberikan saat kunjungan hamil. Ibu periksa hamil di Bidan 5 kali. Selam hamil ibu tudak menderita penyakit seperti penyakit kning, herpes, dan penyakit infeksi yang lain. Ibu juga tidak pernah menderita penyakit kencing manis. Persalinan Persalinan tanggal 17 Desember 2006 pukul 08.45 WIB ditolong dokter dengan seksio sesarea karena usia kehamilan kurang bulan (prematur). Ketuban pecah pukul 08.40 WIB jernih, tidak berbau, bayi lahir laki-laki, tidal langsung menangis. BBL 1280 gram. Nifas Setelah lahir bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi sehingga ibu belum menyusui sama sekali. Bayi diberi susu formula. 6. Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada keturunan kencing manis dan penyakit kuning. 7. Riwayat nutrisi a. Nutrisi Bayi mendapatkan minum susu formula untuk BBLR yaitu S.BBLR 1/30 cc dengan frekuensi 10x10 cc b. c. Istirahat Eliminasi Bayi menghabiskan waktunya untuk tidur BAK : (+) kuning jernih BAB : (+) kuning konsisitensi lembek

d.

Personal hygiene

Bayi mandi 1 kali sehari, ganti baju dan popok tiap kali basah dan sehabis mandi. Bayi diolesi minyak tipa kali habis mandi dan dilkukan perawatan tali pusat dengan kasa. B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum TTV Nadi RR Suhu BB masuk BB sekarang 2. Pemeriksaan Fisik Kepala : kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutra leboih lebar, tidak ada caput succedeneum ataupun cephal haematom Muka Hidung Mulut Leher Dada Perut : Tidak pucat, kulit wajah ikterus : Tidak ada pernapasan cuping hidung. : Tidak pucat, agak kering, kemampuan menghisap dan menelan lemah : Ikterus : Kulit dada ikterus, putting terlihat samar, tidak ada ronchii dan wheezing : Kulit abdomen ikterus, tali pusat berwarna kuning kehitaman, kulit terlihat terbakar Genetalia : testis belum turun ke skrotum Ekstrimitas : Tidak ikterus, gerak aktif 3. Pemeriksaan Penunjang Tanggal 11 Desember 2006 Kadar bilirubin total 18,64 mg/dl dengan kadar bilirubin direct 0,7 mg/dl dan kadar bilirubin indirect 17,94 mg/dl II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH Dx Ds : By. Ny. S usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia : : lemah : 140 x/menit : 52 x/menit : 36,80C : 1280 gram : 2000 gram

Do

: Terdapat ikterus pada muka, leher, dada, perut, paha, lengan kecuali tangan dan kaki Pemeriksaan penunjang Kadar bilirubin total 18,64 mg/dl dengan kadar bilirubin direct 0,7 mg/dl dan kadar bilirubin indirect 17,94 mg/dl

Masalah potensial 1. Potensial terjadi kekurangan cairan akibat foto terapi Ds Do Ds Do III. Dx Tujuan K.H. : : mulut kering, turgor kulit kering, fontanela cekung : : kulit terbakar, ruam pada kulit Intervensi : By. Ny. S usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia : Hiperbilirubinemia teratasi : Setelah menjalani terapi, ikterus berkurang atau hilang Kadar bilirubin normal yaitu < 10 mg/dl Intervensi 1. Informasikan pada keluarga tentang kondisi bayinya dan upaya terapi yang akan diberikan R : Meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan 2. Kolaborasi untuk memberikan foto terapi R : Foto terapi menyebabkan fotooksidasi bilirubin pada jaringan subkutan sehingga meningkatkan larut air bilirubin yang memungkinkan ekskresi cepat bilirubin melalui feses dan urin sehingga kadar bilirubin tubuh berkurang 3. Lindungi kelamin dan mata saat terapi R : foto terapi dapat merusak retina dan konjungtiva serta testis yang dapat berakibat infertilitas 4. Berikan hidrasi yang adekuat selama terapi R : Foto terapi memungkinkan peningkatan hilangnya air melalui evaporasi sehingga perlu hidrasi yang adekuat untuk cegah dehidrasi

2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat fototerapi

5. Monitor konsentrasi kadar bilirubin setelah foto terapi R : cek kadar bilirubin setelah foto terapi penting untuk memantau adanya kern ikterus dan penurunan kadar bilirubin akibat foto terapi. Masalah Potensial Potensial terjadi kekurangam cairan akibat foto terapi Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi K.H. : Kebutuhan minum terpenuhi, BB tetap atau naik, turgor kulit baik, suhu tubuh tidak naik, input output cairan seimbang, mata tidak cowong dan fontanella normal Intervensi 1. Observasi input output cairan dan tingkatkan hidrasi oral sedikitnya 25 % R : Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi memungkinkan dehidrasi 2. Observasi TTV terutama suhu R : Fluktuasi perubahan suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon terhadap pemajanan sinar radiasi dan konveksi 3. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan cairan perparenteral sesuai indikasi R : Pemberian cairan perparenteral diperlukan untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat foto terapi Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit K.H. : Tidak terjadi perubahan pigmen kulit menjadi coklat, terbakar dan ruam pada kulit Intervensi Berikan hidrasi yang sesuai R : dehidrasi membuat turgor kulit jelek Jaga lingkungan tetap bersih dan kering R : Dengan mempertahjankan hygiene selama terapi dapat membantu mengurangi risiko kerusakan integritas kulit Ganti popok tiap kali basah R : mencegah ruam pada kulit IV. IMPLEMENTASI

Dx : By. Ny. S usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia 1. Menginformasikan pada keluarga tentang kondisi bayinya dan upaya terapi yang akan dilakukan yaitu bayi mengalami keadaan yang dinamakan hiperbilirubinemia dengan tanda kulit bayi menjadi kuning akibat kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Hal ini jika dibiarkan dapat menimbulkan gangguan pada otak mulai dari kecacatan sampai kematian. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan foto terapi. 2. Memberikan fototerapi. Fototerapi dilaksanakan selama 24 jam mulai tanggal 12 Desember 2006 pukul 19.30 WIB sampai tanggal 13 Desember 2006 pkul 19.30 WIB 3. melindungi kelamin dan mata saat terapi dengan menggunkan karbon ynag dilapisi dengan kasa 4. Memberikan hidrasi yang adekuat selama terapi yaitu S>BBLR 1/30 cc sebnayak 10 cc pada pukul 09.00 WIB dan 10 cc pada pukul 12.00 WIB 5. Memonitor konsentrasi kadar bilirubin setelah foto terapi Masalah Potensial 1. Potensial terjadi kekurangan cairan akibat foto terapi 1. 2. 3. Mengobservasi input output cairan dan tingkatkan hidrasi oral sedikitnya 25 % Mengobservasi TTV antara lain HR 140 x/menit, RR 52 x/menit, suhu 36,80C Memberikan cairan perparenteral sesuai indikasi yaitu infus CN 10% sebnayak 9 tetes per menit 2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit akibat foto terapi 1. Memberikan hidrasi yang sesuai dnagn kebutuhan bayi yaitu dengan memberikan S>BBLR 1/30 cc sebanyak 10 cc pada pukul 09.00 WIB dan sebanyak 10 cc pada pukul 12.00WIB 2. 3. BAK V. EVALUASI Tanggal 13 Desember 2006 pukul 11.00 WIB Menjaga area tetap bersih dan kering untuk mengurangi resiko terjadinya gangguan integritas kulit Mengganti popok tiap kali basah saat bayi BAB atau

Dx S O

: By. Ny. A usia 7 hari dengan hiperbilirubinemia : : KU cukup HR 140x/menit RR 58 x/menit Inspeksi tubuh ikterus kecuali tangan dan kaki (Kramer IV) dan sekarang sedang dilakukan foto terapi dengan mata dan kelamin tertutup

A P

: By. Ny. A usia 7 hari dengan hiperbilirubinemia : - lanjutkan intervensi foto terapi sampai 13 Desember 2006 pukul 19.30 - Terapi infuse CN 10 % 9 tetes/ menit - ASI / PASI 10x10 cc - Jaga bayi tetap bersih dan kering selama terapi - cek bilirubin setelah foto terapi

Masalah potensial 1. Potensial terjadi kekurangam cairan akibat foto terapi S : cowong A : tidak terjadi dehidrasi P : - lanjutkan intervensi terapi infus CN 10% 9 tetes - observasi tanda-tanda dehidrasi 2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit S : O : tidak terjadi perubhana pigmen kulit seperti kulit menjadi coklat, kulit terbakar dan timbul ruam A : tidak terjadi gangguan integritas kulit P : lanjutkan intervensi sampai foto terapi selesai Catatan perkembangan Tanggal 14 Desember 2006 pukul 12.00 WIB Dx : S O : : KU cukup HR 140x/menit By. Ny. A usia 8 hari dengan hiperbilirubinemia O : mulut sedikit kering, turgor kulit baik, fontanella normal, mata tidak

RR 48 x/menit Suhu 36,60C Inspeksi seluruh tubuh tidak ikterus Hasil laboratorium - bilirubin total 5,84 mg/dl (direct 1,55 mg/dl dan indirect 4,29 mg.dl) - albumin 3,36 - direct coombs test A P : Observasi bilirubin direct : - upayakan berjemur tiap pagi mulai pukul 8-9 pagi - pertahankan hidrasi adekuat - infus CN 10% 9 tetes permenit - ASI/PASI 10x15 cc Masalah potensial 1. Potensial terjadi kekurangam cairan akibat foto terapi S : O : mulut lembab, turgor kulit baik, fontanella normal, mata tidak cowong A : tidak terjadi dehidrasi P : - pertahankan hidrasi yang adekuat sesuai anjuran 2. Potensial terjadi gangguan integritas kulit S : O : tidak terjadi perubhaan pigmen kulit seperti kulit menjadi coklat, kulit terbakar dan timbul ruam A : tidak terjadi gangguan integritas kulit P : pastikan kebersihan dan kekeringan lingkungan

BAB IV PEMBAHASAN Dalam BAB ini disajikan analisis penulis mengenai ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktik yang ditemui di lapangan. Setelah melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. A usia 6 hari dengan hiperbilirubinemia terdapat beberapa kesenjangan antara praktek dan teori. Adapun kesenjangan itu adalah: Penilaian kadar bilirubin dapat dilakuakn secara laboratories dan secara klinis dimana pada kasus ini keduanya tidak saling mendukung. Secara klinis, disebutkan bahwa menurut rumus Kramer luas ikterus mencapai derajat IV yang terdiri dari kepala, leher, badan bagian atas, badan bagian bawah dan tungkai, lengan dan kaki di bawah lutut menunjukkan perkiraan kadar bilirubin 12 mg/dl

Secara laboratories didapatkan hasil kadar bilirubin total 18,64 mg/dl dengan kadar bilirubin direct 0,7 mg/dl dan kadar bilirubin indirect 17,94 mg/dl. Pada teori disebutkan manifestasi klinik dari hyperbilirubinemia adalah anemia, petekia, pembesaran lien dan hepar, gangguan pernapasan, gangguan syaraf tetapi pada Bayi Ny. A tidak terjadi hal-hal tersebut. Menifestasi klinik yang ada hanya kulit berwarna kunung kecuali pad kai dan tangan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam membuat dan menegakkan diagnosa diperlukan pengkajian data yang lengkap baik data subjektif maupun data objektif termasuk juga data penunjang. Dari data data tersebut kemudian dipadukan dan disimpulkan masalah atau diagnosa yang muncul baru kemudian ditentukan intervensi sesuai dengan diagnosa atau masalah yang muncul tadi. Dari hasil pengkajian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa neonatus dengan hiperbilirubinemia membutuhkan penanganan yang tepat dan cepat untuk menghindari akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh ikterus tersebut.

Hal ini menjadi sangat essensial mengingat akibat yang ditimbulkan dapat brupa gangguan yang menetap bahkan kematian. B. Saran Kepada nakes sebaiknya lebih memperhatikan kebutuhan nutrisi / hidrasi neonatus terutama yang berisiko untuk yttimbulnya hiperbilirubinemia (BBLR. Premature, ibu dengan DM, asfiksia dsb) begitu juga dengan neonatus dengan hiperbilirubinemia yang menjalani foto terapi mengingat sangat potensial untuk terjadinya dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marilynn, E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC ____________________. 2002. Buku Acuan Pela6yanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakrta : EGC Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. IKA Jilid 2. Jakarta : Infomedika

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny A DENGAN HYPERBILIRUBUNEMIA DI RUANG 11 PERINATOLOGI RSSA MALANG 12 Desember 2006

MAHASISWA

MARDIA ASTANA

NIM. 0402100032

Mengetahui

Pembimbing institusi

Pembimbing klinik

Elizabeth Soetarini D,S.ST NIP :140 046 827

Agustin Liestyoningsih, Amd.Keb NIP. 140 132 413

You might also like