Professional Documents
Culture Documents
REPUBLIK INDONESIA
————
KATA PENGANTAR
Di dalam buku “Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” telah dijelaskan
secara komprehensif mengenai latar belakang, dasar hukum, tujuan, proses, dan mekanisme dari pembentukan
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003. Buku tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai
kepada masyarakat, khususnya mengenai posisi dan status hukum ketetapan-ketetapan MPRS dan MPR setelah
adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Untuk lebih memudahkan kita dalam mempelajari dan memahami berbagai hal tersebut di atas, maka Tim
Kerja Sosialisasi Putusan MPR, dalam hal ini Sub Tim Kerja II, telah menyusun buku “Bahan Tayangan Materi
Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”. Buku ini merupakan ihktisar atau materi-
materi penting yang disaring dari buku “Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR
RI”.
Pada awalnya buku ini disusun melalui rapat-rapat Sub Tim Kerja II yang intensif untuk membuat sebuah
panduan yang ringkas, mudah dipahami dan sistematis sehingga Anggota Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR yang
menjadi Narasumber dapat lebih mudah dan fokus dalam menyampaikan materi sosialisasi, khususnya mengenai
Ketetapan MPR dan Keputusan MPR. Namun karena begitu banyaknya permintaan berbagai kalangan masyarakat
yang ingin mendapatkan buku ini di awal pelaksanaan sosialisasi pada tahun 2005 maka disepakati bahwa buku
Bahan Tayangan ini disiapkan untuk menjadi bagian dari buku-buku Sosialisasi Putusan MPR yang dibagikan kepada
masyarakat.
Buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” ini adalah
cetakan kedua yang telah diperbaiki ataupun ditambah beberapa materinya yang dianggap perlu sehingga
SUB TIM
diharapkan dapat lebih lengkap dengan KERJA
tetap II SOSIALISASI
mempertahankan PUTUSAN
sistematika MPR
yang mudah dipelajari dan dipahami.
Ketua,
Salah satu perubahan penting setelah dilakukannya Perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah rumusan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Rumusan Pasal 1
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan menyatakan
bahwa, “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.”
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini membawa implikasi
terhadap kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga
tertinggi negara, pemegang dan pelaksanan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR berkedudukan
sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya, yaitu : Lembaga Kepresidenan,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi.
Perubahan tugas dan wewenang MPR, khususnya yang berkenaan dengan hilangnya tugas dan
wewenang MPR untuk menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara, selanjutnya berimplikasi pada
materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960
sampai dengan tahun 2002. Oleh sebab itu, dalam Pasal I Aturan Tambahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, MPR ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR untuk diambil putusan pada Sidang MPR Tahun 2003.
Pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2003, MPR menetapkan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960
sampai dengan Tahun 2002. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003, seluruh
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang berjumlah 139 dikelompokkan kedalam 6 (enam) Pasal sesuai
dengan materi dan status hukumnya.
Pemahaman seluruh elemen masyarakat mengenai Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 yang
memuat hasil peninjauan materi dan status hukum seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR sangatlah
penting. Untuk tujuan itulah maka diperlukan sosialisasi yang diharapkan akan memberikan penjelasan
yang mendalam dan sistematis akan hal tersebut.
Agar lebih memudahkan dan memperlancar proses dan pencapaian tujuan dari kegiatan sosialisasi,
baik bagi para pelaksana maupun peserta maka disusunlah buku ini dengan judul : “BAHAN TAYANGAN
MATERI SOSIALISASI PUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Ketetapan MPR
RI dan Keputusan MPR RI). Besar harapan kami bahwa buku ini akan memberikan manfaat kepada kita
semua sebagai alat bantu untuk memahami Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan
terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan
Tahun 2002.
MAJELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
Ketua,
Meningkatkan
kesadaran
masyarakat tentang
kehidupan berbangsa
dan bernegara
Kedudukan, Tugas Dan Wewenang MPR
1 Sebelum & Sesudah Perubahan
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Keputusan MPR:
berisi aturan/ketentuan intern Majelis;
KEPUTUSAN mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam
Majelis;
menggunakan nomor putusan Majelis.
MPR dapat mengeluarkan ketetapan
yang bersifat
penetapan (beschikking), yaitu:
menetapkan Wapres menjadi
Presiden;
memilih Wapres apabila
terjadi kekosongan
jabatan Wapres;
memilih Presiden dan Wapres
apabila
Presiden dan Wapres
mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan
kewajibannya dalam masa
Tentang:
PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS
HUKUM KETETAPAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
SEMENTARA
DAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002
Bersifat mengatur dan memberi
tugas kepada Presiden dan Lembaga
Tinggi Negara Lainnya
Bersifat Penetapan
Bersifat Deklaratif
Bersifat Rekomendasi
Bersifat Perundang-undangan
INDIVIDUAL
Alamat yang dituju
(adressat norm)
UMUM
Bersifat KONKRIT
Hal yang diatur
Bersifat ABSTRAK
Final/sekali-selesai (einmalig)
Keberlakuan
Berlaku dengan ketentuan
Dibatasi
1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003”
4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002
2002 tentang Peraturan
Tata Tertib MPR
MPR RI
5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
Meninjau materi dan status hukum setiap
TAP MPRS dan TAP MPR;
Menetapkan keberadaan (eksistensi) dari
TAP MPRS dan TAP MPR untuk saat ini dan
masa yang akan datang; dan
Memberi kepastian hukum.
139 TAP MPRS & TAP MPR
(1960 s/d. 2002)
“Dikelompokkan Menjadi
6 (enam) Pasal
Berdasarkan
Materi dan Status Hukumnya”
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)
PASAL 3
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
undang-undang (11 Ketetapan)
PASAL 5
TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)
PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai
dilaksanakan (104 Ketetapan)
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN
TIDAK BERLAKU
pan TAP tersebut telah berakhir masa berlakunya dan/atau telah diatur
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU DENGAN KETENTUAN
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004.
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
o Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.
o Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia
Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia.
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia.
o Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.
o Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat
Pemulihan Ekonomi Nasional.
o Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung,
Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil
Pemilu 2004 telah terbentuk
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
UNDANG-UNDANG
Substansi:
Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat
dalam melanjutan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera.
Hasil Kajian:
Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan belum terbentuk maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
2. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas KKN
Substansi:
Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara
negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara
tegas terhadap siapapun juga.
Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum seluruhnya dilaksanakan dan
dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke
dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
Hasil Kajian:
Telah terbentuk UU Nomor 27/2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
(sebagaimana amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/2000),
namun berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai
pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan serta menjamin keutuhan NKRI maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang
Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Substansi:
Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, serta menentukan peran dan fungsi
masing-masing.
Hasil Kajian:
Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan
UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan
UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI
masih perlu diatur dengan undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan,
dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.
Hasil Kajian:
Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer,
dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan, terutama
yang berkaitan dengan Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
Substansi:
Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalu
visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan.
n
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan
Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan,
terutama yang berkaitan dengan visi ideal dan visi antara maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
10. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001
Tentang
Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan KKN
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan
KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.
Hasil Kajian:
Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum seluruhnya dituangkan ke dalam
undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
Pasal 4
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Substansi:
• Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan
penataan kembali penguasaan, pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan
dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;
• Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil,
berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hasil Kajian:
Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan
berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 5
TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU
SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN
TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR
HASIL PEMILU 2004
JUMLAH TIDAK
NO. PASAL BERLAKU
KETETAPAN BERLAKU
1 Pasal 1 8 8 -
2 Pasal 2 3 - 3
3 Pasal 3 8 8 -
4 Pasal 4 11 1 10
5 Pasal 5 5 5 -
Jika Syarat
Usul Tertulis Ke Terpenuhi,
Pimpinan Usul dibahas dalam Pimpinan
(Materi yang Rapat Pimpinan Mengundang
Diubah) (≤ 90 Hari) Anggota
[Pasal 78 huruf [Pasal 78 huruf “c”] Bersidang
“b”] [Pasal 78
huruf “d”]
b. setiap usul perubahan diajukan secara tertulis dan ditunjukan dengan jelas bagian
yang diusulkan untuk diubah beserta ulasannya;
c. usul sebagaimana dimaksud pada huruf b, diajukan kepada Pimpinan Majelis dan Pimpinan Majelis
melaksanakan rapat untuk membahas usul tersebut paling lambat 90 hari dari sejak diterimanya usul;
. apabila rapat Pimpinan Majelis menilai usul tersebut telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksu
pada huruf a dan b, Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk melaksanakan Sidang Majelis.
Pimpinan MPR
Mengundang
[Pasal 82 ayat (1)]
Sidang Majelis:
Anggota MPR
10.SK KPU
[Pasal 82 ayat (2)]
11.Sumpah
12.Berita Acara
Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL
MPR
≤ 30 hari menyelenggarakan Sidang
(Presiden dan/atau Wapres diundang)
DPR 3
Pengambilan Putusan:
-Kuorum ≥ 3/4 jumlah anggota
2 -Keputusan ≥ 2/3 Jumlah
1
anggota yang hadir
MK
Memeriksa,Mengadili, dan
Memutuskan
(≤ 90 hari)
Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATA
WAKIL PRESIDEN (PASAL 83)
Majelis menyelenggarakan sidang untuk mengambil putusan tentang usul pemberhentian Presiden dan/at
Wakil Presiden pada masa jabatannya yang diajukan DPR setelah adanya putusan MK paling lambat 30 har
setelah Majelis menerima usul tersebut;
c. Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden untuk menyampaikan penjelasan
yang berkaitan dengan usul pemberhentiannya kepada Rapat Paripurna Majelis;
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden wajib hadir untuk memberikan penjelasan atas usul
pemberhentiannya tersebut;
e. apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan,
maka Majelis tetap mengambil putusan.
KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 8/MPR/2004
TENTANG KODE ETIK ANGGOTA
LIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDON
TERIMA KASIH
Semoga Sosialisasi ini dapat memberikan
pemahaman dan pengetahuan tentang
konstitusi dan dinamika ketatanegaraan