You are on page 1of 18

MEKANISME PERSALINAN NORMAL 1.

Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his bila ia sudah merasa ingin meneran. 2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran, (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 3. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan ynag kuat untuk meneran.

Memimpin ibu untuk meneran pada saat timbul his, menyesuaikan pimpinan meneran dengan kec. Lahirnya kepala. Mendukung usaha ibu untuk meneran. Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara his). Meminta bantuan keluarga untuk memberi ibu minum saat istirahat. Memeriksa djj setiap kontraksi uterus selesai.

4. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm. Memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. 5. Mengambil kain bersih meliputi 1/3 bagian dan melekatnya dibawah bokong ibu. 6. Membuka tutup partus set. 7. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 8. Saat sub-occiput tampak di bawah simfisis, tangan kanan melindungi rerineum dengan di alas lipatan kain dibawah bokong ibu sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir (minta ibu untuk tidak meneran dengan bernapas pendek-pendek). 9. Mengusapkan kasa/ kain bersih untuk mebersihkan muka janin dari lendir dan darah. 10. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin. 11. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 12. Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai bahu anterior/ depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati keatas sampai bahu posterior/ balik lahir. 13. Setelah bahu lahir, taka menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterioe dengan posisi ibu jari pada leher dengan (bagian bawah kepala) dan ke 4 jari pada bahu dan dada/ punggung janin sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir. 14. Setelah badan dan lengan lahir, ta ki menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk ta ki diantara ke 2 lutut janin)

15. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap ke arah penolong. Nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan. 16. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat. 17. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 2 cm dari umbilikus bayi, melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. 18. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan taki, dengan perindungan jari-jari taki, memotong tali pusat diantara ke 2 klem. 19. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus bayi hingga kepala. 20. Memberikan bayi kepada ibu untuk disusun bila ibu menghendaki

MEKANISME PERSALINAN NORMAL Paramitha Harsary

96 % janin dalam uterus berada dalam presentasi kepala dengan ubun-ubun kecil kiri depan sebanyak 58 %, kanan depan 23 %, kanan belakang 11 % dan kiri belakang 8 %. Janin dengan presentasi kepala disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan lebih berat serta bentuk uterus sedemikian rupa sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas di ruang yang lebih luas sedangkan kepala berada dibawah di ruang yang lebih sempit. 3 faktor yang memegang peranan penting pada persalinan : 1. Kekuatan ibu, seperti kekuatan his dan mengedan 2. Keadaan jalan lahir 3. janin. His kekuatan yang menyebabkan servik membuka dan mendorong janin ke bawah serta masuk kedalam rongga panggul.

Kepala masuk melintasi pintu atas panggul dalam sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat juga terjadi keadaan : 1. Asinklitismus anterior arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul 2. Asinklitismus posterior arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang dengan pintu atas panggul Fleksi

Kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil ( diameter \= 9,5 cm) dan didasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.

Putar paksi dalam

Kepala yang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin oleh his yang berulang-ulang kepala mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan dibawah simpisis.

Defleksi Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis ( sebagai hipomoklion), kepala mengadakan fleksi berturut turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.

Putaran paksi luar

Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak

Ekspulsi

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring menyesuaikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir, bahu berada dalam posisi depan-belakang bahu depan lahir lebih dahulu, baru kemudian bahu belakang. Mekanisme persalinan fisiologis penting dipahami, bila ada penyimpangan > koreksi manual dapat dilakukan sehingga tindakan operatif tidak perlu dilakukan. Tindakan tindakan setelah bayi lahir :

Segera bersihkan jalan nafas. Tali pusat dijepit pada 2 tempat, pada jarak 5 dan 10 cm, digunting dan kemudian diikat. Tindakan resusitasi > membersihkan dan menghisap jalan nafas serta cairan lambung untuk mencegah aspirasi.

Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Partus berada dalam kala III ( kala uri), yang tidak kalah penting dari kala I dan II oleh karena tingginya kematian ibu akibat perdarahan pada kala uri. Mengecilnya uterus akibat his setelah bayi lahir mengakibatkan terjadi pelepasan perlengketan plasenta dengan dinding uterus. Ada 3 cara lepasnya plasenta yaitu : 1. Tengah (sentral menurut Schultze) terbanyak 2. Pinggir (marginal menurut Mathew-Duncan) 3. Kombinasi 1 dan 2. Kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit, dengan tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.

Lebih lengkap disini: Mekanisme Persalinan Normal | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/

PERSALINAN

PARTUS

Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.

Partus normal / partus biasa Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
berikut gambar persalinan normal 3D

Partus abnormal Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea.

Beberapa Gravida : wanita yang Para : wanita pernah melahirkan bayi yang In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan SEBAB TERJADINYA PROSES

sedang dapat hidup

istilah hamil (viable)

PERSALINAN

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang. (pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?) 2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus. 3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi. 4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan (DIAGRAM) Two theories on the onset of human parturition. A. Corticotropin-releasing hormone prouduced by the placenta is secreted into the fetal circulationand stimulates corticotropin secretion from the anterior pituitary of the fetus. Placental CRH, through fetal ACTH, stimulates the fetal adrenal to produce cortisol, which binds to the placental glucocorticoid receptors to block the inhibitory effect of progesterone, further stimulating CRH production in stimulative fashion. B. The fetal hypothalamic-pituitary-adrenal axis is quiescent during the first half of gestation because of its suppression by the maternal influx of cortisol, but during the second half of gestation, the rise in oestrogen gives rise to the placental enzyme 11b-

hydroxysteroid dehydrogenase, causing cortisol to be converted into its inactive metabolite, cortisone. The resulting negative glucocorticoid feedback on the fetal pituitary gland (less cortisol passes from mother to fetus) would result in increased secretions of fetal ACTH, cortisol and DHEA sulfate, resulting both in fetal maturation and stimulation of parturition.

PERSALINAN

DITENTUKAN

OLEH

FAKTOR

UTAMA

Power His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu. Passage Keadaan jalan lahir Passanger Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor) (++ faktor2 P lainnya : psychology, physician, position) Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

PEMBAGIAN

FASE

KALA

PERSALINAN

Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan) Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran) Kala 3 Pengeluaran plasenta Kala Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

(kala

uri) 4

HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar. Terjadinya his, akibat : 1. kerja hormon oksitosin 2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3 3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi. His yang baik dan ideal meliputi : 1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus 2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus 3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi. 4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his 5. serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka. Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor : 1. iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus

diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri. 2. peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri. 3. keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi). 4. prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus 1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat. 2. frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit). 3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

Sifat his pada berbagai fase persalinan Kala 1 awal (fase laten) Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 2030 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat. Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm). Kala 2 Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi. Kala 3 Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid). PERSALINAN FASE PEMATANGAN KALA / 1 PEMBUKAAN : SERVIKS

DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.

Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas : 1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm. 2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm. 3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Peristiwa

penting

pada

persalinan

kala

1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. 2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar. 3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan pada multipara : 1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan 2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar) 3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.

PERSALINAN FASE

KALA PENGELUARAN
serviks telah lebih

2
telah lahir lama, sangat

: BAYI
lengkap. lengkap. kuat.

DIMULAI pada saat pembukaan BERAKHIR pada saat bayi His menjadi lebih kuat, lebih sering, Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.

Peristiwa

penting

pada

persalinan

kala

1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul. 2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat. 3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik) 4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan. 5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi). Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala 1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan

pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior). 2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang. 3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala). 4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis. 5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu. 6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang. 7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

PERSALINAN FASE

KALA PENGELUARAN

: PLASENTA

DIMULAI pada saat bayi telah lahir lengkap. BERAKHIR dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. (jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae keadaan gawat darurat obstetrik !!).

KALA OBSERVASI
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.

: PASCAPERSALINAN

7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 : 1) kontraksi uterus harus baik, 2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain, 3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, 4) kandung kencing harus kosong, 5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma, 6) resume keadaan umum bayi, dan 7) resume keadaan umum ibu.

Lebih lengkap disini: Persalinan Normal | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dalam Masa Persalinan A. Pengertian Persalinan Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998: 157). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar, 1998:91) Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. ( Sarwono, 2005 : 181 ) B. Bentuk Persalinan 1. Persalinan spontan, bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri. 2. Persalinan buatan, bila persalinan denagn rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan. 3. Persalinan anjuran yang paling ideal sudah tentu persalinan spontan karena tidak memerlukan bantuan apapun dan mempunyai trauma persalinan yang paling ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat terjamin. (Manuaba, 2002 :138) C. Beberapa Istilah yang Ada Hubungannya dengan Partus 1. Menurut cara Persalinan a. Partus biasa ( normal )disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. b. Partus luar biasa ( abnormal ) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea 2. Menurut tua ( umur ) kehamilan : a. Abortus ( keguguran )adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup ( viable )berat janin di bawah 1000gr- tua kehamilan di bawah 28 minggu. b. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-38 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur berat janin antara 1000-2500gr. c. Partus maturus atau aterm ( cukup bulan ) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur berat badan diatas 2500gr. d. Partus post maturus ( serotinus ) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang di taksir, janin disebut post matur. e. Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, di atas becak dan sebagainya. f. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik. Pembagian menurut buku lama adalah : a. Abortus ialah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasentasi selesai. b. Partus imaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat janin kurang dari 1000gr atau kehmailan di bawah 28 minggu. 3. Gravida dan para a. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. b. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya.

c. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya. d. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable. e. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya. f. Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali( sampai 5 kali ). g. Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup atau mati. ( Mochtar, 1998 : 91-92 ) D. Sebab sebab yang menimbulkan persalinan Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor hormonal, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi. Teori penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun. 1. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. 2. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otototot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter. 3. Teori iritasi nekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan di tekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus. 4. Induksi partus ( Induction of labour ), partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan : a) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser. b) Amniotomi : pemecahan ketuban c) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus. ( Mochtar, 1998 : 93 ) E. Terjadinya permulaan persalinan Dengan turunnya hormon progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan : 1. Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke -36 dapat menimbulkan sesak bagian bawah, di atas simpisis pubis dan sering ingin kencing karena kandung kemih tertekan kepala. 2. Perut lebih melebar karena fundus uteri turun. 3. Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus frankenhuser yang terletak sekitar serviks ( tanda persalinan palsu-false labour 4. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan. 5. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim. ( Manuaba, 1998 : 160 ) F. Tahapan Persalinan Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu : Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri

Kala IV : mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam 1. Kala I ( Kala Pembukaan ) In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka Kala pembukaan dibagi 2 fase, yaitu : a. Fase laten : di mana pembukaan serviks berlangsung lambat ; sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam. b. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase : 1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm 2) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm 3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap Dalam buku-buku, proses membukanya serviks disebut dengan berbagai istilah : melembek (softening), menipis (thinned out), oblitrasi (obliterated), mendatar dan tertarik ke atas (effaced and taken up) dan membuka (dilatation) Fase-fase yang dikemukakan di atas dijumpai pada primigravida. Bedanya dengan multigravida ialah : Primi Multi Serviks mendatar (effacement) Mendatar dan membuka Dulu baru dilatasi bisa bersamaan Berlangsung 13-14 jam berlangsung 6-7 jam 2. Kala II (kala pengeluaran janin) Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otototot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karenan tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 - 2 jam, pada multi - 1 jam 3. Kala III (kala pengeluaran uri) Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dana akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruhb proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc 4. Kala IV Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah : Primi Multi Kala I 13 jam 7 jam Kala II 1 jam jam Kala III jam jam Lama persalinan 14 jam 7 jam G. Tujuan Asuhan Persalinan Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai

derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal. H. Tanda-tanda persalinan Gejala persalinan sebagai berikut : 1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. 2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu : a. Pengeluaran lendir b. Lendir bercampur darah 3. Dapat disertai ketuban pecah 4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks : a. Perlunakan serviks b. Pendataran serviks c. Terjadi pembukaan serviks Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah : 1. Power a. His ( kontraksi rahim ) b. Kontraksi otot dinding rahim 1) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan 2) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum 2. Pasanger Janin dan plasenta Passage Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, serviks, vagian dan dasar panggul. ( Manuaba, 1998 : 160 ) Lebih lengkap disini: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dalam Masa Persalinan | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda-tanda persalinan sudah dekat adalah : a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi b. Perineum menonjol c. Ibu kemungkinan merasa ingin BAB d. Vulva vagina dan spinchter anus membuka e. Jumlah pengeluaran lendir dan darah meningkat Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan. Diameter Janin 1) Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian (enggagment). 2) Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala. 3) Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.

Mekanisme Persalinan Gerakan-gerakan utama anak dalam kelahiran ialah : a.Turunnya kepala b. Fleksi c. Putaran paksi dalam d. Ekstensi e. Putaran paksi luar f. Ekspulsi Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi secara bersamaan. a. Turunnya kepala Turunnya kepala dibagi dalam : 1) masuknya kepala dalam pintu atas panggul Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus. Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan. 2) majunya kepala Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi. Penyebab majunya kepala antara lain : (a) tekanan cairan intrauterin (b) tekanan langsung oleh fundus pada bokong (c) kekuatan mengejan (d) melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim. b. Fleksi Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito

frontalis (11 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi. c. Putaran paksi dalam Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah : 1) pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala 2) bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan kanan. 3) ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior. d. Ekstensi Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion. e. Putaran paksi luar Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

f. Ekspulsi Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
1. Manuaba, Ida bagus Gde, (1998), Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC 2. Mochtar, Rustam, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2, Jakarta : EGC 3. Moore, Hacker, (2001), Esensial Obstetri & Ginekologi, Jakarta : Hipokrates. 4. Prawirohardjo, Sarwono, (2002), Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP

DAFTAR TILIK PRAKTIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL AKADEMI KEBIDANAN PUTRI BANGSA PARIAMAN

CARA PENILAIAN KETERAMPILAN PRAKTIK Nilai 1 (satu) : perlu perbaikan Langkah atau tugas tidak dikrjakan dengan benar atau tidak berurutan / tidak sistematis Nilai 2 (dua) : mampu Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat da pembimbing perlu membantu untuk lebih tepat dan benar Nilai 3 ( tiga) : mahir Setiap langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu ragu dan sistematis sesuia dengan prosedur

NILAI AKHIR = JUMLAH NILAI YANG DIPEROLEH 10

X 100 %

You might also like