You are on page 1of 4

NAMA : FARHAN FEBRIAN Bp : 0910223105

Pengaruh budaya terhadap pembangunan wilayah terisolir pada komunitas suku anak dalam di Cagar Biosfer, Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi
1. Latar belakang

Menurut Herakleitos, seorang filsuf yang berasal dari Yunani, ruang dan waktu adalah bingkai, di dalamnya seluruh realitas kehidupan kita hadapi. Kita tidak bisa mengerti bendabenda nyata apapun tanpa meletakkannya pada bingkai ruang waktu (Cassirer, 1987: 63). Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentukbentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Siapa yang tahu suku anak anak dalam di jambi .Mereka adalah salah satu suku di Indonesia bahkan di dunia yang masih hidup primitif .Mereka tidak mau mengikuti kemajuan zaman,mereka tidak mau mengenal yang nama nya teknologi .Tapi kita semua mungkin mau mengenal mereka sebagai salah satu warisan kebudayaan Indonesia dan juga sebagai inspirasi bagi kehidupan kita .Apakah mereka benar-benar tidak mau mengenal dunia yang sekarang?Apakah mereka memang sadar bahwa dunia sekarang tidak bermoral .Bagaimana kehidupan mereka sehari-hari. Berbagai upaya pemberdayaan terhadap masyarakat terasing telah dilakukan, namun hingga saat ini masih ada warga masyarakat terasing yang belum mendapatkan pelayanan, diperkirakan berjumlah 227.377 kk yang tersebar di 18 Propinsi. Sedangkan yang telah dibina melalui Program SPS sejak awal Pelita Pertama hingga akhir Pelita Keenam sejumlah 78.371 kk (310.505 jiwa) yaitu baru 37,80 % dari jumlah populasi. Tidak terkecuali keberadaan masyarakat terasing yang terdapat di Propinsi Jambi, dimana menurut data dari Kanwil Depsos pada tahun 1998 masih berjumlah 2.656 kk (12.326 jiwa).

Suku Anak Dalam punya pola hidup unik. Mereka hidup secara berkelompok dan mengandalkan hutan sebagai sumber kehidupan. Suku Anak Dalam di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan telah direlokasi. Di tempat baru ini mereka menata kembali kehidupan, meski tak semuanya berjalam mulus. Suku Anak Dalam atau dikenal pula sebagai orang kubu atau orang rimbo, penampilannya sangat sederhana. Jauh dari sentuhan peradaban modern. Mereka hidup berkelompok dengan pakaian hanya sebagian menutupi badan. Mereka mendiami kawasan Taman Nasional Bukit 12 di Jambi, Riau dan sebagian Sumatera Selatan. Di mata Suku Anak Dalam, hutan adalah segalanya. Sumber kehidupan, tempat mereka berlindung dan mencari makan.
2. Perumusan Masalah

Kelihatannya cara kehidupan lapisan masyarakat tradisional tidak sesuai dengan pola pikir rasional pemerintah pasca tradisional. Pemerintah membentuk distrik-distrik tertentu yang dikepalai oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menerapkan kebijaksanaan dari pusat maupun lokal serta mengumpulkan data mengenai persoalan sosial dan ekonomi ala pasca tradisional. Pengaruhnya mengganggu serta merubah bentuk-bentuk masyarakat yang pramodern (Geerz H, 1981 6). Suku Anak Dalam (SAD) merupakan komunitas adat terpencil yang memiliki

permasalahan yang spesifik jika dilihat dari pola kehidupan dan penghidupan mereka, hal ini disebabkan oleh keterkaitan adat-istiadat yang begitu kuat dan sebagian besar pendapatan suku anak dalam berasal dari hasil berburu meramu obat-obatan,mengumpukan buah dan umbi-umbiah. Rata-rata penghasilan mereka mampu menutupi kebutuhan sehari-hari karna sebagian besar kebutuhan rumah tangga bersumber dari alam. Suku Anak Dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya diatur dengan aturan, norma dan adat istiadat yang berlaku sesuai dengan budayanya. Dalam lingkungan kehidupannya dikenal istilah kelompok keluarga dan kekerabatan, seperti keluarga kecil dan keluarga besar. Keluarga kecil terdiri dari suami istri dan anak yang belum menikah. Keluarga besar terdiri dari beberapa keluarga kecil yang berasal dari pihak kerabat istri. Anak laki-laki yang sudah kawin harus bertempat tinggal dilingkungan kerabat istrinya. Mereka merupakan satu kesatuan sosial dan tinggal dalam satu lingkungan pekarangan. Setiap keluarga kecil tinggal dipondok masing-masing secara berdekatan, yaitu sekitar dua atau tiga pondok dalam satu kelompok.

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, mereka memiliki sistem kepemimpinan yang berjenjang, seperti Temenggung, Depati, Mangku, Menti dan Jenang. Temenggung merupakan jabatan tertinggi, keputusan yang ditetapkan harus dipatuhi. Bagi mereka yang melanggar akan dijatuhi hukuman atau sangsi sesuai dengan tingkat kesalahannya. Penulis merumuskan masalah yang akan menjadi pedoman sekaligus arah dari penelitiannya. Dari pertanyaan pokok ini penulis merincikan menjadi beberapa pertanyaan hipotesis yang merupakan penurunan daripertanyaan pokok. Pertanyaan tersebut adalah: 1. Apakah penerapan program-program pembangunan wilayah di kelompok suku anak dalam berjalan dengan baik? 2. Apa yang menjadi faktor penilaian terhadap keberhasilan sebuah program pembangunan di lihat dari faktor budaya suku anak dalam? 3. Apakah pembangunan wilayah berdampak pada lunturnya budaya serta filosofi kehidupankehidupan suku anak dalam?, Kelihatannya ada kecenderungan di dunia bahwa masyarakat pasca tradisional, yang menggunakan bahasa tulis, menginginkan suatu pengelolaan kelompok suku tradisional yang mempunyai tradisi lisan. Sebuah kelompok yang tidak hidup menurut tata tertib atau tidak berbudaya tulisan, diterima sebagai sekelompok yang susah, menurut masyarakat pasca tradisional. Sejak dahulu, orang buta-huruf disamaartikan dengan orang terbelakang, alasannya struktur masyarakat tradisional sangat sederhana dibandingkan dengan masyarakat pasca tradisional. Apabila kita mengamati struktur sosial masyarakat akan menunjuk kepada suatu jenis suasana dan aturan. Komponen tersebut adalah unit-unit struktur sosial yang terdiri dari orang atau masyarakat yang memenuhi kedudukan dalam struktur sosial (RadcliffBrown 1980: xix). Misalnya, sejakkecil orang Rimba sadar bahwa struktur masyarakat memenuhi kebutuhan pangan, papan dan sandang, dan memenuhi kebutuhan abstrak termasuk kebutuhan psikologis yang mewujudkan kosmologi atau pola pikir mereka. Kelihatannya bahwa untuk memenuhi kebutuhan materiil masyarakat pasca tradisional perlu mengakseskan hasil alam, yang terletak di kawasan suku tradisional. Daerah eksplorasi dibuka supaya bahan alam ditebang atau ditambang dan diangkut keluar untuk memenuhi kepuasan pasar yang di luar tanah tradisional. Demikian kelihatan kebutuhan

masyarakat pasca tradisional diprioritaskan, sebenarnya eksploitasi tanah yang sebenarnya Lebensraum kelompok tradisional. Berdasarkan pertanyaan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Budaya Terahadap Pengembangan Wilayah Pada Komunitas Suku Anak Dalam di Cagar Biosfer, Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi

3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Mendeskripsikan aspek budaya terhadap pembangunan wilayah suku anak dalam. 2. Mengetahui permasalahan dalam penerapan program-program pembangunan 3. Memberikan alternative penyelesaian masalah dalam program pengembangan wilayah teisolir pada komunitas suku anak dalam

4. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan : 1. Mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan, serta memecahkan masalah yang terjadi dalam teknis peaksanaan program pengembangan wilayah terisolir pada suku anak dalam 2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat member kontribusi akademis dalam ilmu pembangunan pedesaan ,khususnya mengenai pembangunan kawasan terisolir 3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu member wawasan dan menambah pengalaman peneliti serta untuk melihat teori apa yang dipelajari dan realitanya di lapangan.

You might also like