Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
memperluas hasil pertanian dari berbagai jenis bahan pangan. Salah satu jenis tanaman
pangan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani diwilayah Indonesia
adalah singkong atau lebih dikenal dengan ubi kayu. Singkong atau ubi kayu merupakan
komoditas pertanian yang bermultifungsi. Singkong telah cukup lama dikenal oleh
masyarakat kita bahkan masyarakat dunia. Sebagai tanaman yang cukup potensial,
Singkong (Manihot esculenta crant) merupakan tanaman yang berasal dari Brazil
yang juga sering disebut sebagai ketela pohon dan di Indonesia disebut ubi kayu.
Menurut salah seorang ahli tumbuhan Ramphius singkong masuk ke Indonesia sekitar
abad 17 tetapi masih terbatas sebagai tanaman pekarangan saja, namun saat ini
penyebarannya sudah meluas dan hasilnya melimpah, walaupun dibeberapa tempat tidak
Singkong banyak tumbuh di daerah tropis dan merupakan salah satu bahan
pangan sumber karbohidrat yang disukai masyarakat dengan berbagai macam olahannya.
Bagian ubi kayu yang umum digunakan sebagai bahan makanan adalah ubinya dan daun-
daun muda (pucuk). Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan jumlah
5-9 helai. Daun muda (pucuk) ubi kayu enak dibuat menjadi berbagai bahan olahan
karena kandungan gizi pucuk ubi ternyata sangat tinggi. Dalam tiap 100 gram pucuk ubi
mengandung 73 kal Kalori, 6,8 gr Protein, 1,2 gr Lemak, 13,0 gr Karbohidrat, 165 mg
Kalsium, 54 mg Fosfor, 2,0 mg Zat besi, 11.000 SI Vitamin A, 0,12 mg Vitamin B1,
275,00 mg Vitamin C, 77,2 gr Air, dari bagian yang dapat dimakan (bdd) 87%.
(Rukmana.H.Rahmat, 1997)
Secara umum, dalam berat yang sama dengan berat telur, berat protein (nabati)
yang dikandung oleh daun singkong lebih kurang sama dengan yang dikandung oleh
telur. Hasil penelitian terhadap 150 jenis singkong yang diteliti, jenis-jenis singkong yang
kandungan protein dalam daunnya tergolong paling rendah, pun masih mengandung lebih
dari 60% macam asam amino esensial. (Johan, daun ketela pohon, 2005)
Mengingat banyaknya kandungan gizi yang terdapat didalam daun ubi tersebut
maka sangat baik untuk dikonsumsi. Namun tumbuhan yang termasuk kelas
Dicotyledonae ini baik didalam daunnya maupun umbinya mengandung zat glikosida
cya-nogenik dimana zat ini dapat menghasilkan asam sianida (HCN) atau senyawa asam
biru yang sangat bersifat racun. Asam sianida ini bila dikonsumsi pada jumlah besar akan
mengakibatkan kepala pusing, mual, perut terasa perih, badan gemetar, bahkan bisa
mengakibatkan pingsan. Bila kadar racun yang dikonsumsi cukup banyak, selain gejala
tersebut, gejala lain yang dapat timbul antara lain mata melotot, mulut berbusa, kejang,
Asam sianida ini tersebar merata dipermukaan daun hingga dermis dari umbi
akar. Kandungan unsur penggangu yang bersifat racun (HCN) berbeda untuk setiap jenis
berdasarkan kandungan asam sianida antara lain golongan yang tidak beracun, golongan
beracun sedikit, golongan beracun, serta golongan sangat beracun. (Johan, 2005)
Cara paling aman memasak daun singkong adalah dengan meremas-remas atau
memotong-motong daun singkong sebelum dimasak, biarkan selama 5-10 menit agar
agak layu lalu direbus. Dengan cara tersebut maka akan dapat mengurangi asam sianida
yang terdapat dalam daun singkong. Cara paling sederhana adalah jangan pernah petik
daun singkong di siang atau sore hari, karena pada siang ataupun sore hari hasil
2005)
Asam sianida terbentuk secara enzimatis dari dua senyawa prekursor (bakal
racun), yaitu linamarin dan mertil linamarin dimana kedua senyawa ini kontak dengan
enzim linamarase dan oksigen dari udara yang merombaknya menjadi glukosa, aseton
dan asam sianida. Asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap, oleh
karena itu untuk menurunkan atau mengurangi kadar asam sianida dapat dilakukan
dengan pencucian atau perendaman karena asam sianida akan larut dan ikut terbuang
sayur maupun bahan makanan lainnya, dan mengingat berbahayanya asam sianida bagi
manusia, serta untuk membuktikan pernyataan yang menyatakan bahwa asam sianida
pada daun singkong di siang/sore hari lebih tinggi dibandingkan pagi hari, maka saya
sebagai penulis ingin melakukan penelitian kadar asam sianida antara pagi dan sore hari
agar dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang kapan aman mengkonsumsi
daun singkong.
sore hari.
Untuk mengetahui perbandingan kadar asam sianida pada daun singkong antara
agar dapat mengetahi cara pengolahan daun singkong yang baik agar dapat menghindari
literature dan kepustakaan di Akademi Analis Kesehatan Jambi dan sebagai bahan
masukan dalam mata kuliah Kimia Amami mengenai perbedaan kadar asam sianida pada
5. Batasan masalah
Untuk membatasi masalah maka penelitian ini hanya di lakukan pada daun
BAB III
Kadar asam
- Daun singkong yang dipetik pagi hari
Sianida
- Daun singkong yang di petikKERANGKA
sore hari KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN
0100090000037800000002001c00000000000400000003010800050000000b020000000
0050000000c028603020e040000002e0118001c000000fb021000070000000000bc02000
000000102022253797374656d0003020e00007e570000ac5d110004ee8339501b23000c0
20000040000002d01000004000000020101001c000000fb029cff0000000000009001000
000000440001254696d6573204e657720526f6d616e00000000000000000000000000000
00000040000002d010100050000000902000000020d000000320a5a0000000100040000
000000fd0d840320ad2d00040000002d010000030000000000
3.2.1 Singkong adalah tanaman umbi-umbian dimana batang, daun serta umbinya
3.2.2 Daun singkong adalah daun muda (pucuk) dari ubi kayu yang mempunyai
3.2.3 Daun singkong pagi hari adalah daun singkong yang mana pengambilannya
3.2.4 Daun singkong sore hari adalah daun singkong dimana pengambilannya
3.2.4 Asam sianida adalah suatu senyawa berupa cairan yang tidak berwarna dan dapat
berwarna biru dalam suhu kamar yang bersifat racun kuat yang dapat mematikan
secara cepat.
3.2.5 Kadar asam sianida adalah banyaknya jumlah asam sianida yang terdapat dalam
3.4 Hipotesa
Ha: Ada perbedaan kadar asam sianida pada daun singkong antara pagi hari
3.5.1 Populasi
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah daun singkong yang diambil
3.5.2 Sampel
Sampel yang diambil dari populasi adalah 15 ikat daun (pucuk) singkong yang
diambil pada pagi hari dan 15 ikat daun (pucuk) singkong yang diambil pada sore hari.
3.7.1 Metode
Metode yang digunakan didalam pemeriksaan ini adalah metode Argentometri
cara Volhard.
3.7.2 Prinsip
Ion CN- dalam sample dilakukan pemisahan secara destilasi dimana digunakan
AgNO3 sebagai pelarut. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan NH4CNS 0,1 N dengan
memakai indikator ferri yang menunjukkan titik akhir titrasi berwarna merah.
• Buret
• Erlemeyer
• Beacker glass
• Labu ukur
• Gelas ukur
• Batang pengaduk
• Lumpang
• Kertas timbang
Labu destilasi
Sokhlet
• Pipet tetes
• Kertas saring
• Corong
a. NaCL 0,1 N
b. AgNO3 0,1 N
c. NH4CNS 0,1 N
d. HNO3 6 N
e. Indikator K2CrO4 1%
f. NaOH 0,01 N
h. Aquades steril
i. Na2CO3 8%
3.7.5 Prosedur
1. kwalitatif
erlemeyer
kalium tatrat 5 %
3. Kertas saring ukuran 1 x 7 cm dicelupkan dalam larutan asam pikrat jenuh
sedemikian rupa sehingga kertas tidak kontak dengan cairan dalam erlemeyer.
warna kuning dari kertas pikrat berubah menjadi warna merah atau kuning tua
2. Kwantitatif
indicator ferri 1 ml dan dititrasi dengan NH4CNS 0,1 N sampai terbentuk warna
merah.
C. Sampel
1. Perlakuan sample
c. Lakukan pencucian
2. Pemeriksaan sample
Untuk memperoleh penyajian data yang berarti dan kesimpulan yang benar
diperlukan analisa data dalam bentuk hipotesa statistik yaitu uji T berpasangan.
S B2 = n ∑ B12 – (∑B1)2 th = B
SB√n
Keterangan :
Th = T Hitung
B = Beda
SB = Standar devisiasi
N = Sampel
Untuk menentukan nilai atau berat kandungan HCN dalam sample dapat
1. standar AgNO3
V1 x N1 = V2 x N2
2. standar NH4CNS
V1 x N1 = V2 x N2
Mg CN = ( V AgNO3 V NH4CNS ) x BE x D