You are on page 1of 39

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A P10001 POST SC HARI KE-1 DENGAN INDIKASI KALA I FASE LATEN MEMANJANG DI RSUD BANGIL

- PASURUAN

Laporan Studi Kasus Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan I Semester IV

Disusun Oleh : JUNI TRISNAWATI NIM : 02.10.087

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MOJOKERTO 2011/2012
BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG Sectio sesarea adalah pemudahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini cara yang jauh lebih aman dari pada dahulu, berhubung adanya anti biotika, tranfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna dan anesthesia yang lebih baik. Karena itu ada kecenderungan untuk melakukan sectio sesarea tanpa dasar yang cukup kuat. Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah mengalami pembedahan itu merupakan seorang yang mempunyai parut dalam uterus dan tiap kehamilan serta persalinan berikut memerlukan pengawasan yang cermat, berhubung dengan bahaya rupture uteri, walaupun bahaya ini (dengan teknik yang sempurna ) tidak besar. ( Sarwono.2002: 863 ) Menurut statistic tentang 350g kasus seksio sesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain (1968) indikasi untuk seksio sesarea ialah disproporsi janin panggul 21 %, gawat janin 14 %, Plasenta previa 11 %, pernah SC 11 %, kelainan letak 10 %, pre eklampsia dan hipertensi dikoreksi 0,58 %, sedang kematian janin 14,5 %. Pada 774 persalinan yang kemudian terjadi, terdapat 1,03 % ruptura uteri. Mengingat bahwa bahaya terjadinya rupture uteri sesudah SC yang dilakukan di segmen bawah uterus tidak begitu besar, disini diambil sikap untuk membolehkan wanita hamil. demikian itu untuk bersalin pervaginam, kecuali sebab SC tetap ada misalnya kesempitan panggul ( Sarwono.2002 : 863-864 ) 2. TUJUAN PENULISAN

2.1. Tujuan Umum Agar penulisan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang nyata dari teori yang diperoleh sehingga penulis mampu melaksanakan dan menerapkan Asuhan Kebidanan pada Ny A P10001 Post SC hari ke - 2 dengan Nyeri luka bekas operasi di ruang bersalin (VK) RSUD BANGIL PASURUAN. 2.2. tujuan khusus Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny A P1001 post SC hari ke2 dengan nyeri luka bekas operasi di ruang bersalin ( VK ) RSUD BANGIL PASURUAN, mahasiswa diharapkan mampu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 3. MANFAAT 3.1 Bagi mahasiswa Dapat memahami pentingnya asuhan atau perawatan pada persalinan post SC karena nyeri pada luka bekas SC dan rentan terhadap infeksi. 3.2 Bagi instruksi Dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa Akademi Kebidanan DIAN HUSADA mampu membuat asuhan kebidanan pada Post SC 3.3 Bagi lahan praktik Rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan yang maksimal dan kompretentif. 4. METODE PENULISAN Dalam penulisan makalah ini yang digunakan adalah studi kasus melalui pendekatan menejemen kebidanan menurut varney meliputi langkah Melakukan pengkajian data Mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan Menentukan antisipasi masalah potensial Menentukan kebutuhan segera Menyusun dan mengembangkan rencana asuhan kebidanan Melaksanakan asuhan kebidanan Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang ditetapkan

pengumpulan data, identifikasi diagnosa dan masalah, identifikasi masalah, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi. 5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 5.1 Wawancara Dengan tanya langsung kepada pasien 5.2 Observasi langsung Yaitu pengamatan langsung maupun pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. 5.3 Study dokumen Dengan melihat rekam medis. 5.4 Study literatur Dengan referensi dan literatur.

6. SISTEMATIKA PENULISAN I. BAB I PENDAHULUAN Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, maanfaat, teknik pengumpulan data, sistematika, penulisan. II. BAB II TUJUAN TEORI Membahas BBLR, tujuan asuhan BBLR. III. BAB III TINJAUAN TEORI Meliputi 7 langkah varney yaitu pengkajian, identifikasi masalah / diagnosa, masalah potensial, kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi. IV. BAB IV PEMBAHASAN Membahas teori dan praktek lapangan V BAB V PENUTUP Kumpulan dan saran VI. DAFTAR PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Masa Nifas Definisi Masa Nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari) post partum. ( Sarwono.2009.356 ) Periode nifas Nifas dibagi dalam 3 periode yaitu : 1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari 2. Puerperium inter media yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu 3. Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau bisa tahunan Tanda dan gejala masa nifas 1. Adanya pendarahan pervaginam 2. Adanya lochea 3. Adanya luka jalan lahir, bekas sayatan / bekas operasi 4. Bayi sudah lahir 5. Placenta sudah lahir 6. Uterus mengecil 7. TFU menurun setinggi pusat atau dibawahnya 8. Hiperpigmentasi areola mainae Perawat masa nifas

a. Tujuan perawat masa nifas adalah 1. Menghindari infeksi yang dapat menghambat kesembuhan jaringan yang cedera 2. Belajar merawat, mengganti pakaian, memberi susu dan menenangkan bayi ketika rewel 3. Dapat memberikan ASI secara memuaskan atau memiliki keterampilan dalam melaksanakan pemberian susu buatan. 4. Mendapatkan istirahat yang cukup, sehingga fisik dan mental pulih kembali setelah mengalami berbagai tugas fisik dan mental yang berat selama kehamilan dan proses persalinan b. Perawatan yang perlu diberikan pada ibu nifas adalah : 1. Mobilisasi dini Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli 2. Diet Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makanan yang mengandung proyein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buahbuahan 3. Miksi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya 4. Defeksi Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi dapat diberikan obat per rectal 5. perawatan payudara Perawatan payudara telah di mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas , tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. 6. Aktifitas early ambulantion Yaitu kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing berjalan. Sebagian besar klien-klien post partum melakukan ambulas segera setelah kondisi fisiknya mulai membaik. Setelah dua jam post partum, pasien

harus melakukan early ambulation dimulai dari menggerakkan ekstrimitas dengan menekukkan kaki, miring ke kiri / kanan, duduk dan berjalan bila keadaan pasien mulai membaik dan tidak komplikasi yang membahayakan bagi pasien.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas a. Involusi alat alat kandungan 1. Uterus Proses kembalinya uterus atau alat kandungan setelah bayi dan plasenta yang dilahirkan mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Involusi disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim pecah, diaborbsi dan kemudian dibuang melalui ginjal sehingga setelah melahirkan ibu sering buang air kecil. Tinggi fundus dan berat uterus menurut masa involusi Involusi Bayi lahir Urt Lahir 1 minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu Tinggi fundus uteri Setinggi pusat 2 jam di bawah pusat Pertengahan pusat symfisis Tidak teraba diatas symphisis Bertambah kecil Sebesar normal Berat 1000gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram

b. Bekas Implantasi plasenta Setelah persalinan, bekas implantasi merupakan luka dengan permukaan yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri dengan diameter 7,5 cm dan sering disangka sebagian bagian plasenta yang tertinggal. Setelah 2 minggu, diameter 3,5 cm dan pada 6 minggu mencapai 2,4 cm. pada permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung pembuluh darah yang tersumbat oleh trombus. c. Luka-luka jalan lahir Luka jalan lahir, bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. d. Rasa sakit ( After pains )

After pain (mulesmules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules. e. Lochea Adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotin dari dalam uterus dan selama masa nifas jumlah dan warna lochea akan berkurang progresif. Jenis lochea : Lochea rubra : Berisi darah segar dan sisasisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan. Lochea sanguinolenta : Berwarna merah kuning terisi darah dan lendir 3-7 pasca persalinan. Lochea serosa Lochea alba Lochiostatis : Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14 pasca persalinan : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. : Lochea tidak lancar keluarnya

f. Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi nya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan- perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 jam dapat dilalui 1 jari. g. Ligamen-ligamen Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan. Setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali, sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi, karena ligamentum latum menjadi kendor. h. Saluran kencing

Buang air sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme urine dalam jumlah yang besar akan menghasilkan dalam waktu 12-36 jam waktu nifas. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis uterus yang akan berdilatasi, akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. i. Payudara Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar payudara untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi pada payudara antara lain : Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan, berwarna kuning (colostrum). Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang. Maka timbul pengaruh hormone laktogenik ( LH ) / prolaktin yang akan merangsang air susu. Selain itu pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. j. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan beberapa hari pertama sejak hamil, dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali. k. System kardiovaskuler Setelah terjadi diuresit yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah akan kembali pada keadaan tidak hamil. Jumlah sel-sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali keadaan pada hari ke 5. meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi dan normal. h. Sistem gastro intestinal Sering kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal, meskipun kadar estrogen menurun setelah melahirkan. Namun asupan makanan yang juga mengalami penurunan selama satu/dua hari.

Menerima peran sebagai orang tua adalah suatu proses yang terjadi dalam 3 tahap, antara lain : 1. Fase taking in Pada tahap ini terjadi pada hari 1 dan 2 setelah melahirkan 2. Fase taking hold Tahapan ini di mulai hari ke 3 setelah melahirkan dan berakhir pada minggu ke 4 sampai minggu ke 5, pada tahap ini ibu siap untuk menerima peran barunya. 3. fase letting go Tahap ini di mulai sekitar minggu ke 5 sampai minggu ke 6 kelahiran, anggota keluarga telah dapat menerima.

SECTIO CAESAREA

1. Definisi Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. ( Rostam Mochtar, 2002 : 117 ) Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding rahim ( Mansjoer Arif, 2002 : 344 ) 2. Istilah Istilah istilah pada Sectio Caesarea, antara lain : 3. Indikasi Plesenta previa sentralis dan lateralis (posterior ) Panggul sempit Disproporsi sefalo-pelvik Rupture uteri mengancam Partus lama ( prolonged labor ) Partus tak maju ( obstructed labor ) Distosia serviks Preeklampsia dan hipertensi Malpresentasi janin : a. Letak lintang b. Letak bokong Sectio Caesarea primer ( efektif ) Sectio Caesarea sekunder Sectio Caesarea ulang ( Repeat caesarean section ) Sectio Caesarea histerektomi (caesarean section hysterektomi ) Operasi porro ( Porro operation )

c. Presentasi dahi dan muka ( letak defleksi ) bila reposisi dan caracara tidak berhasil. d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil. e. Gemelli, menurut Eastman SC dianjurkan Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu Bila terjadi inter lock Distosia oleh karena tumor Gawat janin

4. Jenis-jenis Operasi Sectio Caesarea a. Abdomen (Sectio Caesarea abdominalis ) SC Transperitoneaus : SC klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri SC ismika atau profunda atau low cerfical dengan insisi pada SBR Tanpa membuka peritoneum panetalis, dengan demikian tidak membuka cavum abdominal b. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis ) Sayatan memanjang (longitudinal ) menurut kronig Sayatan melintang ( Transversal ) menurut kerr Sayatan huruf T ( T-Inuston) Sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm, kelebihan : Mengeluarkan janin lebih cepat Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal. Inspeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitinialis yang baik. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

SC ekstranperittonealis

c. SC Klasik ( Korporal )

Kekurangan :

d. SC Ismika (profunda ) Dilakukan dengan membuat sayatan melintang kokraf pada SBR ( Low Servical Transversal ) kira-kira 10 cm. Kelebihan : Penjahitan luka lebih mudah Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik Tumpang tindih dari peritenial tiap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga peritoneum. Pendarahan kurang. Dibandingkan dengan klasik, kemungkinan rupture uteri spontan kurang atau lebih kecil. Kekurangan : Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawaah sehingga dapat menyebabkan uteri putus sehingga mengakibatkan pendarahan yang banyak. Keluhan pada kandung kemih. e. Komplikasi Inspeksi puerperal ( nifas ) Ringan ( dengan kenaikan suhu beberapa hari saja ) Sedang ( dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung ). Berat ( dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik ) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka Atonia uteri Pendarahan pada placenta bed. Pendarahan, karena :

Luka kandung kemih, emboli dan keluhan kandung kemih bila repertonialisasi terlalu tinggi. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang. Dianjurkan jangan hamil + 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.

f. Nasehat Pasca Operasi

Dianjurkan bersalin di RS yang besar. Apakah persalinan yang berikut harus dengan SC bergantung dari indikasi SC dan keadaan pada kehamilan berikutnya Hampir di seluruh institute dari Indonesia tidak di anut dictum once caesarean always caesarean Yang dianut adalah once caesarean not always caesarean kecuali pada panggul sempit atau disproporsi sefalo pelurk.

g. Perawatan Pasca Operasi 1. Perawatan awal a. Letakkan pasien dalam posisi untuk pemulihan - Tidur miring dengan kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan nafas. - Letakkan lengan atas di muka tubuh agar mudah melakukan pemeriksaan tekanan darah. - Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tertekuk dari pada bagian bawah menjaga keseimbangan. b. Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien - cek tanda-tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama, dan 30 menit pada jam selanjutnya. - Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar. c. Yakinkan bahwa jalan nafas bersih dan cukup ventilasi. d. Tranfusi jika diperlukan e. Jika tanda vital tidak stabil, hematokrit turun walaupun sudah di transfuse, segera kembalikan ke kamar bedah. 2. Fungsi Gastro intestinal. Fungsi gastro interstinal pada pasien obstetric yang tindakannya tidak terlalu berat, akan kembali normal dalam waktu 12 jam. a. Jika tindakan bedah tidak berat, berikan pasien diet cair b. Jika tidak ada infeksi, atau jika SC partus macet atau rupture uteri, tunggu sampai bising usus timbul. c. Jika pasien bisa flatus, mulai berikan makanan padat. d. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.

e. Jika pemberian infus melebihi 48 jam, berikan cairan elektrolit untuk balance ( misalnya kalsium klorida 40 Meg dalam 11 cairan infus) f. Sebelum keluar dari rumah sakit, pasien harus bisa makan makanan biasa. 3. Pembalutan dan perawatan luka Penutupan / pembalutan luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap infeksi selama proses penyembuhan yang di kenal dengan repitelisasi, pertahankan penutup luka ini selama hari pertama setelah pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses repitelisasi berlangsung. a. Jika pada pembalut luka terjadi pendarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak, jangan mengganti pembalut : - Perkuat pembalut. - Pantau keluarnya cairan darah - Jika pendarahan tetap bertambah atau sudah membasahi setengah atau lebih dari pembalutnya, buka pembalutnya, inspeksi luka, atasi penyebabnya dan ganti dengan pembalut baru. b. Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tatetappi beri plester untuk mengencangkan. c. Ganti pembalut secara steril d. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih, tidak boleh terdapat bukti infeksi atau seroma sampai ibu di perbolehkan pulang dari rumah sakit. 4. Analgesik a. Pemberian analgesik sesudah bedah sangat penting b. Pemberian sedasi yang sangat berlebihan akan menghambat mobilitas yang di perlukan waktu pasca bedah. 5. Perawatan fungsi kandung kemih Pemakaian kateter dibutuhkan pada prosedur bedah, semakin cepat melepas kateter akan lebih baik mencegah kemungkinan infeksi dan membuat wanita lebih cepat mobilisasi.

a. Jika urine jernih, kateter di lepas 8 jam sesudah bedah atau sesudah malam. b. Jika urine tidak jernih, biarkan kateter dipasang sampai urine jernih. c. Kateter dipasang 48 jam pada kasus - Bedah karena rupture uteri - Partus lama atau partus macet - Edema perineum yang luas - Sepsis puerperalis/pelvic peritonitis d. Jika terjadi perlukan pada kandung kemih, pasang kateter minimum 7 hari, atau urine jernih e. Jika sudah tidak memakai antibiotika, berikan nitrofuratain 100 mg per oral perhari sampai kateter di lepas ( untuk mencegah sistitis ) 6. Antibiotika Jika ada infeksi atau pasien demam, berikan antibiotika sampai bebas demam selama 48 jam. 7. Mengambil jahitan a. Jahitan fasra merupakan hal pertama/utama pada bedah abdomen. b. Melepas jahitan kulit 5 hari setelah hari bedah. 8. Bedah a. Suhu yang melebihi 380C atau lebih pada pasca pembedahan harus dicari penyebabnya. b. Yakinkan pasien tidak panas minimum 24 jam sebelum keluar dari rumah sakit. 9. Ambulasi / Mobilisasi a. Ambulisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastro intestinal normal. b. Dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam. h. Prognosis Dulu angka morbiditas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi,

penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik oleh tenaga tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang di tolong secara SC sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian pre natal 4-7 %

PERSALINAN LAMA ( PROLONG FASE LATEN ) Persalinan lama, disebut juga distosiadidefinisikan sebagai persalinan yang abnormal / sulit. Sebab sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini. 1) Kelainan tenaga ( kelainan his ). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. 2) Kelainan Janin Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin. 3) Kelainan jalan lahir Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan. ( Sarwono.2009.562 ) Fase Laten Memanjang Friedman mengembangkan konsep 3 tahap fungsional pada persalinan untuk menjelaskan tujuan tujuan fisiologis persalinan. Tahap persiapan (preparatory division) Hanya terjadi sedikit pembukaan serviks, cukup banyak perubahan yang berlangsung di komponen jaringan ikat serviks. Tahap ini mungkin peka terhadap sedasi dan anestesia regional. 2. Tahap pembukaan/dilatasi (dilatation division) Saat pembukaan berlangsung paling cepat, tidak dipengaruhi oleh sedasi atau anestesia regional. 3. Tahap panggul (pelvic division) Berawal dari fase deselerasi pembukaan serviks.mekanisme klasik persalinan yang melibatkan gerakan gerakan pokok janin pada presentasi kepala, masuknya janin ke panggul (engagement),fleksi,penurunan,rotasi

internal (putar paksi dalam ), ekstensi, dan rotasi eksternal (putar paksi luar ) terutama berlangsung selama tahap panggul. ( Sarwono.2009:569) Etiologi Kelainan His terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor herediter mungkin memegang peranan pula dalam kelainan His. Sampai seberapa jauh faktor emosi ( ketakutan dan lain lain ) mempengaruhi kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti pada kelainan letak janin atau disproporsi sefalopelvik. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda ataupun hidramnion juga dapat merupakan penyebab inersia uteri yang murni. Akhirnya, gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional, misalnya uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi, sebagian besar kasus kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri tidak diketahui. ( Sarwono.2009.566 ) Diagnosis Kala I Fase laten memanjang, letak kepala Penanganan Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apa pun, keadaan ibu yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur tiap empat jam, bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeklamsi. Denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Karena ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan dengan narkosis, hendaknya ibu jangan diberi makan biasa melainkan dalam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara intravena berganti ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan petidin 50 mg yang dapat diulangi; pada peermulaan kala I dapat diberikan 10 mg morfin. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, tetapi harus selalu disadari bahwa setiap pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi. Apabila

persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan yang berarti perlu diadakan penilaian yang saksama tentang keadaan. Selaian penilaian keadaan umum, perlu ditetapkan apakah persalinan benar - benar sudah mulai atau masih dalam tingkat false labour, apakah ada iinersia uteri atau incoordinate uterine hal yang terakhir ini, jika perlu dilakukan pelvimettri roentgenologik atau Magnetic Resonance Imaging. Apabila serviks sudah terbuka untuk sedikit sedikitnya 3 cm, dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan sudah mulai. Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah pecah, makakeputusan untuk menyelesaikan persalianan tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan apakah perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalian dapat dibiarkan berlangsung terus. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN

Definisi Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan dalam bidang KIA/KB. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, bidan-bidan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan di fokuskan pada suatu proses sistematis dan analisis dalam memberikan asuhan kebidanan kita menggunakan 7 langkah manajemen kebidanan menurut Varney : I. II. III. IV. V. VI. Pengkajian Data Identifikasi diagnosa dan masalah Identifikasi diagnosa dan masalah potensial Identifikasi kebutuhan segera Intervensi / pengembangan rencana Implementasi

VII. Evaluasi. I. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal untuk mendapatkan data dengan langkah mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu melalui anamnesa, pemeriksaan penunjang dan data-data tersebut diklasifikasikan sebagai data subyektif, dan obyektif dan data penunjang. A. Data Subyektif adalah data yang di dapatkan dari wawancara 1. Identitas pasien Identitas pasien berisi identifikasi klien beserta suaminya meliputi nama, umur, bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat 2. Status perkawinan Berapa lama umur perkawinan dan perkawinan yang ke berapa 3. Keluhan utama Keluhan dirasakan klien / pasien saat ini yang menyebabkan pasien masuk rumah sakit.

4. Riwayat a. Riwayat menstruasi Menarche, haid teratur / tidak, lama, yang keluar perhari, warna darah, waktunya kapan,. Merasa gatal / tidak, dismenorea, jumlah darah yang keluar, flour ada atau tidak. b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Anak ke, usia kehamilan, penyulit, jenis persalinan, penolong, jenis kelamin, penyulit pada persalinan, penyulit pada nifas, laktasi, metode KB, lama KB dan usia anak. c. Riwayat kehamilan sekarang. HPHT, TP, ANC berapa kali pada umur kehamilan berapa bulan, dimana keluhan yang dirasakan selama hamil obat yang sudah di dapat, TT tempat pemeriksaan 5. Riwayat kesehatan yang lalu Mengetahui apakah keluarga pernah menderita penyakit menahun atau menular seperti TBC, jantung dan hipertensi.

6. Riwayat kesehatan keluarga Mengetahui apakah keluarga pernah menderita penyakit menahun atau menular seperti TBC, jantung dan hipertensi. 7. Riwayat KB Mengetahui KB apakah yang pernah digunakan sebelum hamil / keluhan soal KB dan rencana KB setelah persalinan. 8. Riwayat psiko sosial dan spiritual Yang ditanyakan ialah bagaimana keadaan psikis klien saat ini, bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan tetangga, bagaimana dengan menghadapi proses persalinan apakah cemas, takut, biasa-biasa saja. 9. Riwayat sosial budaya Hal yang ditanyakan klien berasal dari mana, apakah selama kehamilan ini ibu minum jamu, merokok dan memijatkan bayi nya, bagaimana kebiasaannya jika sudah lama. Apakah ada acara 1 bulanan atau 3 bulanan, dimana tempat berobat bila sakit. 10. Pola kebiasaan sehari-hari a. Pola Nutrisi Bagaimana nafsu makan nya, berapa makan nya dalam sehari, jumlah minumnya, ditanyakan pola-pola kebiasaan makan selama sedang hamil karena dapat menunjang keadaan / kondisi ibu saat persalinan. b. Eliminasi Yang ditanyakan adalah apakah ibu selama hamil dan sebelum hamil, buang air kecil atau buang air besar, ada keluhan atau tidak, lancar atau tidak, berapa kali frekuensinya dalam sehari. c. Pola aktivitas Bagaimana aktivitas yang dilaksanakan oleh ibu setiap harinya d. Personal Hygrene

Yang ditanyakan adalah bagaimana menjaga kebersihan tubuhnya seperti beberapa kali mandi dalam sehari, ganti baju dalam sehari, gosok gigi dalam sehari, keramas dalam seminggu. B. Data Obyektif adalah data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan secara langsung oleh petugas kesehatan. 1. Pemeriksaan umum meliputi Keadaan umum Kesadaran Tanda vital Status gizi 2. Pemeriksaan fisik Infeksi 1. Kepala 2. Muka 3. Mata : : : Bagaimana kebersihan pada rambut, warna, adakah benjolan. Tidak pucat, oedema pada wajah ada/tidak. Simetris atau tidak 4. Telinga 5. Leher : : untuk mengetahui kebersihan telinga, ada kelainan atau tidak. ada kelenjar tyroid atau tidak adakah pembesaran vena jugularis atau tidak. 6. Dada : Simetris, puting susu menonjol, hiper pigmentari areola mamae, buah dada membesar, adakah bekas operasi. atau tidak, Conjugtiva unemis atau tidak, sclera ikterus : bagaimana keadaan umum ibu baik atau tidak : Composmentis atau tidak : berapa tekanan darahnya, suhu, nadi dan pernapasan nya : Berapa BB sebelum dan sesudah hamil, kenaikan BB dan berapa TB.

7. Abdomen 8. Genetalia

: Adakah pembengkakan atau tidak, ada bekas operasi atau tidak, : Ada bekas jahitan atau tidak, vulva bersih tidak ada varises, tidak oedem.

9. Anus

Hoemoroid tidak : simetris, kedua tangan dan kaki tidak ada oedema, tidak ada gangguan pergerakan

10. Ekstremitas atas / bawah

Palpasi 1. Leher 2. Payudara 3. Abdomen : Adakah pembesaran kelenjar tyroid, adakah pembesaran vena jugularis. : simetris, adakah benjolan, colostrum ada atau tidak : kontraksi uterus lembek atau baik, kandung kemih kosong atau tidak, TFU sesuai dengan masa nifas. Auskultasi Dada Perkusi Refleksi patella : positif atau tidak II. Identifikasi Diagnosa / masalah Langkah kedua merupakan pengembangan masalah dan interpretasi data dasar ke dalam identifikasi yang spesifik mengenai masalah dan diagnosa. Dx Ds Do Masalah : Hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditetapkan oleh bidan : Hasil yang diambil dari pernyataan klien secara langsung : Data yang diambil dari hasil observasi dan pemeriksaan : Masalah atau penyulit yang timbul yang timbul. : Terdapat wheezing dan ronchi atau tidak

Kebutuhan : Suatu kebutuhan yang diperlukan guna mengantisipasi masalah

TTV

: untuk tahu kondisi pasien

III.Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah / diagnosa potensial lain. Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasikan. Langkah in membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan bidan atau dokter dan konsultasi di tangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi kesehatan klien untuk keselamatan ibu dan bayi. V. Intervensi Untuk menentukan tujuan / kriteria dari diagnosa kemudian menentukan rencana yang akan dilakukan. Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mengerti tentang keadaannya. VI. Implementasi Tindakan yang harus disesuaikan dengan rencana yang telah diterapkan untuk mencapai tujuan, implementasi di lakukan secara mandiri dan kolaborasi. VII. Evaluasi Langkah akhir yang merupakan pengukuran keberhasilan dari rencana dan tujuan. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan yang mencakup. S O A P : Data yang diperoleh dari wawancara langsung : Data yang diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan : Pernyataan yang terjadi atas data subyektif, obyektif : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah

BAB III TINJAUAN KASUS

I.

Pengkajian Tanggal Pengkajian : 2 Juli 2012 Tanggal MRS Jam MRS Diagnosa medis A. Data subjektif 1. Nama istri Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat Biodata : Ny A : 18 tahun : SMP : IRT : Islam : Pandaan Nama suami : Tn Z Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat : 24 tahun : : Swasta : Islam : Pandaan SMP Suku/bangsa : Jawa/Indonesia : 30 Juni 2012 : 08.30 WIB : Post SC

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

2.

Keluhan Utama

Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas jahitan Post SC. 3. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu menngatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti sakit kuning, TBC, tidak mempunyai penyakit kronis dan menurun seperti asma, jantung dan hipertensi. 4. Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular, menurun dan menahun tetapi ibu merasakan nyeri pada bekas luka operasi SC.

5.

Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS,TBC, penyakit menurun seperti kencing manis,hipertensi, asma maupun penyakit menahun seperti jantung. 6. Menarche Siklus Lama Warna Banyaknya Flour albus 7. Riwayat Menstruasi : 12 tahun : 28 hari : 7 hari : merah : 3 softek/hari : ada, menjelang haid dan sesudah haid, tidak gatal

Dismenorhoe : ya, 1 hari waktu menstruasi

Riwayat Perkawinan : 1 : 1 tahun

- Menikah ke - Lamanya menikah 8. lalu

- Umur pertama menikah : 17 tahun

Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang

Ini kehamilan yang pertama 9. HPHT TP - Trimester I Riwayat Kehamilan Sekarang : 5 10 - 2011 : 12 7 - 2012 : Ibu mengatakan mengeluh mual

gerakan janin mulai dirasakan saat usia kehamilan 5 bulan. muntah pada awal kehamilan sampai UK 3 bulan dan mendapatkan vitamin dan kalk, ANC 1x.

- Trimester II

: ibu mengatakan merasakan gerakan janin dan sering kencing,

mendapatkan tablet Fe dan vitamin, ANC 2x. - Trimester III : mendapatkan rencana tablet Fe, vitamin, tenaga konseling tanda tanda persalinan, tempat persalian, kesehatan yang menolong.

10.

Pola Kebiasaan Sehari-Hari Sebelum MRS - mencuci Makan 3x/hari porsi sedang ( nasi, lauk, sayur, terkadang makan buah buahan ).

a. Pola Nutrisi

Minum air putih 7 8 gelas/hari Selama MRS Makan bubur halus Minum air putih b. Pola eliminasi Sebelum MRS - BAB 1x/hari konsistensi lunak, tidak ada gangguan - BAK 5 6 x/hari warna kuning jernih, tidak ada keluhan Selama MRS

Ibu mengatakan belum BAB, BAK 2x warna kuning c. Pola istirahat Sebelum MRS

Tidur siang : 2 jam/hari Tidur malam : 8 jam Selama MRS - Ibu hanya istirahat di tenpat tidur, kadang merasa nyeri pada luka bekas operasi. d. Pola aktifitas Sebelum MRS

- Melakukan pekerjaan rumah seperti biasa ( menyapu, memasak, , dll ). Selama MRS Ibu tidak melakukan aktifitas apapun hanya bed rest e. Pola personal Hygiene Sebelum MRS Mandi 2 x/hari, sikat gigi 2 x/hari, keramas 3 x dalam seminggu.,, ganti baju 2 x/hari, ganti celana dalam 2 x/hari. Selama MRS 11. Ibu hanya diseka ganti baju 1 x/hari, ganti celana dalam setiap ganti softeks 3 4 x/hari Pola Psikososial a. Keadaan psikologis Ibu mengatakan bahwa ibu dan keluarganya senang dengan kelahiran anak pertamanya. b. Keadaan social Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suaminya, hubungan antara suami, keluarga dan tetangga harmonis, keluarga senang sengan kelahiran ini. 12. Data Spiritual Ibu dan keluarga beragama islam, taat beribadah, serta tidak percaya dengan hal hal yang bersifat tahayul. B. Data obyektif Ibu 1. Pemeriksaan umum keadaan umum kesadaran tekanan darah nadi Suhu RR : baik : composmentis : 110/80 mmHg : 84 x/menit : 37 0c : 22x/menit

TTV

TB BB

: 149 cm : 54 kg

2. Pemeriksaan fisik khusus Inspeksi : rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak rontok, tidak bercabang, rambut lurus b. Muka c. Mata d. Telinga e. Hidung f. Mulut g. Leher h. Dada Payudara : simetris, tegang, hiperpigmentasi pada areola mamae, putting susu menonjol, kolostrum +/+ Pernapasan : gerak nafas teratur dan tidak sesak i. Perut rubra, k. Ekstremitas : Atas Bawah : simetris, kedua tangan tidak oedema, tidak ad avarices, tidak ada gangguan pergerakan : simetris, terdapat oedema pada kaki, tidak ad Palpasi avarices, tidak ada gangguan pergerakan. : ada bekas operasi, terdapat striae j. Genetalia : tidak oedema, tidak ada varices, lochea : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum : simetris, conjungtiva merah muda, tidak anemi, sclera putih, tidak cowong : simetris, bersih, tidak serumen dan kelainan : simetris, bersih, tidak ada secret : bersih, tidak ada caries, tidak stomatitis : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid a. Kepala

a. kelenjar tyroid b. Payudara c. Perut

Leher

tidak

ada

pembesaran

: tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, kolostrum +/+ : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, tidak nyeri tekan

a.

Auskultasi Dada : tidak terdapat wheezing dan : terdapat peristaltic ronchi b. usus Perkusi Abdomen

Reflek patella : +/+ baik Bayi a. b. c. d. e. f. Lahir tanggal : Jenis kelamin : BB PB RR AS : : : : 51 cm 40 x/menit 8-9 15 januari 2008 laki-laki

3200 gr

C. D. E. F.

Pemeriksaan penunjang Pemberian terapi infuse RL dan DS 20 tetes/menit alinamin drip 3x cefotaxime 1 gram 2x metergin 1 ampul 1x

G. II. Interpretasi Data

antrain 1 ampul 4x

Tanggal : 16 Januari 2008 Dx DS : NY M P20002 post section caesarea hari ke-2 dengan nyeri luka bekas operasi : ibu mengatakan melahirkan anak ke-2 secara operasi SC dengan jenis kelamin laki-laki pada tanggal 15 januari 2008 jam 11.00 wib DO : pemeriksaan umu keadaan umum kesadaran TTV tekanan darah nadi Suhu RR B. flatus (+) C. mobilisasi (+), miring ke kanan dan ke kiri, duduk Masalah DS DO : : : gangguan rasa nyeri pada luka jahitan bekas operasi ibu mengatakan luka operasinya terasa nyeri terdapat luka operasi secara vertical + 15 cm, tertutup kasa steril dalam keadaan kering dan bersih Kebutuhan : 1. makanan bergizi 2. mobilisasi dini 3. bimbingan ASI eksklusif 4. perawatan luka III. Diagnosa Potensial Dan Masalah Potensial Dx potensial = NY M P20002 post section caesarea hari ke 2 dengan nyeri luka bekas operasi dapat menyebabkan infeksi. : 120/80 mmHg : 80 x/menit : 35 8 0c : 20 x/menit : baik : composmentis

A. abdomen terdapat luka bekas operasi SC

IV. Identifikasi Kebutuhan Dan Tindakan Segera selanjutnya V. Intervensi Tanggal : 16 Januri 2008 Dx Tujuan : setelah dilakukan Jam : 12.45 wib asuhan kebidanan selama 1x24 jam, : Ny M P20002 post section caesarea hari ke 2 diharapkan masa nifas berjalan dengan normal dan tidak terjadi infeksi masa nifas Kriteria hasil : - keadaan umum - kesadaran: Tensi Nadi Suhu RR : baik : composmentis : 110/70 130/80 mmHg : 80 88x/menit : 365 375 0c : 16 24 x/menit TFU 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus baik (keras) Lochea rubra, lochea tidak berbau Luka tidak terdapat PUS Terapi Perawatan luka dengan teknik septic dan aseptic Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan tindakan

- TTV dalam batas normal

- tidak terjadi infeksi masa nifas Intervensi 1. Tunjukkan beberapa teknik mobilisasi dini pada ibu R/ mobilisasi dini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah serta untuk mempercepat proses pemulihan 2. Lakukan observasi TTV

R/ TTv merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kelainan tubuh 3. Lakukkan observasi pengeluaran lochea, TFU dan kontraksi uterus R/ mengetahui apakah masa nifas berjalan normal serta deteksi dini infeksi nifas 4. Lakukan perawatan luka R/ mencegah terjadi infeksi 5. Bimbing ibu untuk menjaga personal hygiene R/ personal hygiene secara menyeluruh dapat mencegah terjadinya infeksi 6. Beri contoh pada ibu tentang makanan bergizi R/ nutrisi yang baik dapat mempertahankan kondisi ibu dalam keadaan sehat 7. Latih ibu untuk melakukan perawatan payudara setiap kali mandi R/ perawatan payudara yang baik dapat mencegah terjadinya bendungan ASI 8. Berikan terapi sesuai advice dokter R/ pemberian terapi yang tepat dapat memperbaiki prognosa Intervensi 1. 2. Motivasi ibu untuk mobilisasi R/ mengurangi nyeri karena otot-otot yang kaku bisa menjadi lemas Beri contoh pada ibu tentang teknik relaksasi R/ melepaskan otot-otot yang kaku bisa menjadi lemas VI. Implementasi No. Hri/Tgl 1. Rabu 16-01-08 Jam 14.00 2. 1. Tindakan menunjukkan beberapa mobilisasi dini pada ibu melakukan observasi TTV tensi : 120/80 mmHg nadi : 80 x/menit suhu : 358 0c TTD teknik

RR : 20 x/menit Lochea : rubra 3. melakukan A. penuh B. C. 4. 5. 6. TFU = 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus = baik observasi pengeluaran lochea, TFU dan kontraksi uterus Lochea rubra + 2 pembalut

(keras) melakukan perawatan luka membimbing ibu untuk menjaga personal hygiene memberi contoh pada ibu tentang makanan bergizi seperti nasi, lauk pauk, sayur mayor dan telur. 7. 8. melatih ibu untuk terapi RL melakukan advice D5 20 perawatan payudara setiap kali mandi memberikan dokter D. E. F. G. H. 9. infuse dan tetes/menit alinamin F drip 3x cefotaxime 1 gram 2x metergin 1 ampul 1x antrain 1 ampul 4x ibu untuk sering sesuai

memotivasi mobilisasi

10. memberi contoh pada ibu tentang teknik relaksasi VII. Evaluasi Tanggal = 17 Januari 2008 Jam = 10.00 wib

Dx S O

: Ny M P20002 post section caesaea hari ke 2 dengan nyeri luka bekas operasi : ibu mengatakan keadaan baik dan nyeri pada luka jahitan berkurang : keadaan umum Kesadaran Tensi Suhu RR Kontraksi uterus TFU : baik : 120/80 mmHg : 80 x/menit : 358 0 c : 20 x/menit : baik/keras : 2 jari dibawah pusat

Terdapat luka jahitan post operasi secara vertical + 15 cm A P : Ny M P20002 post section caesarea hari ke 2 dengan nyeri luka bekas operasi : observasi TTV, TFU, lochea perawatan luka personal hygiene Follow up 6 hari lagi konseling perawatan bayi sehari-hari

BAB V PENUTUP

Kesimpulan Dari pengkajian pada Ny A P10001 post SC hari ke - 2 di ruang bersalin (UK) RSUD BANGIL - PASURUAN diperoleh data subyektif yaitu ibu mengatakan nyeri pada luka bekas jahitan operasi. Data obyektif yaitu keadaan umum ibu baik, kesadara composmentis, TTV dalam batas normal. Saat dilakukan inspeksi pada mamae ditemukan hasil putting susu menonjol, coloctrum sudah keluar (+)/(+) pada abdomen ditemukan hasil terdapat luka jahitan post SC secara vertikanl + 15 cm tertutup kasa steril dalam keadaan kering dan bersih. Saat dilakukan palpasi abdomen ditemukan hasil kontraksi uterus baik (keras), TFU setinggi pusat. Dari pengkajian diatas dapat ditegakkan diagnosa pada Ny A P10001 post SC hari ke - 2 dengan nyeri luka operasi. Masalah yang timbul yaitu gangguan rasa nyaman (nyeri) pada luka jahitan bekas operasi. Section caesarea adalah pemudahan untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina Masa nifas adalah masa pulih kembali, muali dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti semula. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Saran Bagi Puskesmas Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien post pSC hari ke - 2 dengan nyeri luka bekas operasi Bagi Mahasiswa Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien post SC hari ke - 2 dengan nyeri luka bekas operasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4.

Hanifa.(2002).Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawiroharjo Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obsteri. Edisi 2 Jilid 1. Jakarta : EGC Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obsteri. Edisi 2 Jilid 2. Jakarta : EGC Syaifudin, Abdul Bahri. (2002). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

You might also like