You are on page 1of 32

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI INOVASI PRODUKSI PERTANIAN

ACARA : PESTISIDA NABATI

OLEH : NAMA NIM KELAS NILAI : AJENG WIDYANINGRUM : 111510501111 : BU :

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2012

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kesejahteraan suatu bangsa yang makin baik akan meningkatkan kebutuhan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah makanan yang berkualitas, sehat, dan aman dikonsumsi, termasuk bebas dari cemaran bahan kimia beracun seperti pestisida. Penggunaan pestisida sintesis merupakan salah satu cara untuk mengamankan produksi pertanian dunia secara ekonomis, karena pestisida sintetis memiliki keunggulan komparatif seperti efektif membunuh hama, praktis dan penggunaannya cukup mudah. Namun,dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan pestisida sintetis meningkat dengan pesat, baik dosis, jenis, maupun interval pemakaiannya. Selain pemborosan, juga dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius seperti: merac uni organisme yang berguna (musuh alami hama), terjadinya resurgensi dan ledakan hama sekuler dan hama potensial, mencemari lingkungan karena residunya sulit diuraikan dan bersifat racun, dan membahayakan kesehatan konsumen. Menurut Novizan (2002), hingga saat ini, ketergantungan petani akan pestisida sintesis masih sangat tinggi, 20% produksi pestisida dunia pada tahun 1984 diserap oleh Indonesia. Dalam periode 1982 1987 penggunaan pestisida meningkat sebesar 236% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu, pestisida sintesis juga menimbulkan bahaya pencemaran lingkungan, keracunan dan kematian yang semakin tinggi. Menurut WHO (World Health Organization) paling tidak 20.000 orang per tahun meninggal akibat keracunan pestisida, sekitar 5.000 10.000 orang pertahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat tubuh, kemandulan, dan penyakit liver. Untuk menghasilkan pangan sehat dan aman ( toyiban food ), antara lain dapat dilakukan melalui pengembangan pertanian organik, yang melarang penggunaan pestisida kimia sintetis dan menggantinya dengan pesti-sda nabati dan cara-cara pengendalian alami lainnya. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan pestisida nabati yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan. Pestisida nabati ini memiliki

beberapa fungsi yang diantaranya dapat menolak kehadiran serangga dan mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot dan perkembangan dan reproduksi serangga menjadi terhambat. Tanaman menghasilkan produk alami, berupa metabolit sekunder yang bersifat bioaktif dan dapat mengendalikan fitopatogen. Bagian bagian tanaman yang mengandung senyawa bioaktif seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang dapat dipergunakan dalam bentuk utuh, bubuk, dan ekstrak.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum kali ini, diantaranya yaitu : 1. Untuk mengetahui cara pembuatan pestisida nabati 2. Untuk mengetahui OPT sasaran dari masing- masing ekstrak tanaman yang dibuat. 3. Untuk mengetahui kandungan dan cara mengaplikasikan pestisida nabati.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PESTISIDA Pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi artinya pembunuh hama. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk : a. memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman atau hasil pertanian; b. memberantas rerumputan; c. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan; d. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, tidak termasuk pupuk (Adriyani,2006).

2.2 REALITA PESTISIDA DI MASYARAKAT Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah : hama menjadi kebal, peledakan hama baru, penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia dan kecelakaan bagi pengguna (Gapoktan, 2009). Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian, pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakan terhadap petani. Suatu alternatif pengendalian hama dan penyakit yang murah, praktis, dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan terhadap negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi modal yang terbatas untuk membeli pestisida sintesis

(Novizan, 2002) Salah satu alternatif tersebut adalah penggunaan pestisida nabati atau pestisida alami.

2.3 PESTISIDA NABATI Penggunaan pestisida alami atau disebut juga pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan, denganbahan dasar yang berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati ini relatif aman bagi lingkungan,mudah dibuat dengan

kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk

lainnya. Keuntungan penggunaan pestisida nabati antara lain: (a) bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan; (b) relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang; (c)relatif mudah dibuat oleh masyarakat (Adriyani, 2006). Tetapi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

pestisida nabati yaitu: (a) bahan aktif pada beberapa pestisida nabati belum diketahui, sehingga sangat perlu dilakukan penelitian untuk mengetahuinya; (b) bahanaktif dapat bervariasi baik dalam hal komposisi maupun konsentrasi pada tanaman sejenis, tergantung pada bagian tanaman yang digunakan sebagai pestisida nabati, umur tanaman pestisida nabati, iklim dan kondisi tanah; (c) bahan aktif kemungkinan merupakan campuran dari beberapa bahan aktif yang bekerja secara sinergis; (d) data mengenai toksikologi dan ekotoksikologi pestisida nabati sangat terbatas; (e) standart untuk menganalisis bahan aktif dari pestisida alami relatif sukar (WHO dalam Adriyani,2006).

2.4 KENDALA PESTISIDA NABATI Pemanfaatan pestisida nabati dalam kegi-atan bertani dianggap sebagai cara pengendalian hama yang ramah lingkungan sehingga diperkenankan penggunaan-nya

dalam pertanian organik. Namun, pengembangan pestisida nabati di Indonesia menghadapi beberapa kendala, antara lain: a. reaksinya relatif lambat dalam mengendalikan hama, berbeda dengan pestisida kimia sintetis yang berlangsung relatif cepat sehingga petani lebih memilih pestisida kimia sintetis dalam pengendalian OPT; b. membanjirnya produk pestisida ke Indonesia, antara lain dari China yang

harganya relatif murah serta longgarnya peraturan pendaftaran dan perizinan pestisida di Indonesia ini menyebabkan jumlah pestisida yang beredar di pasaran semakin bervariasi, hingga saat ini tercacat sekitar 3.000 jenis pestisida yang beredar di Indonesia. Kondisi ini membuat petani mempunyai banyak pilihan dalam menggunakan pestisida kimia sintetis karena bersifat instan sehingga menghambat pengem-bangan penggunaan pestisida nabati; c. bahan baku pestisida nabati relatif terbatas karena kurangnya dukungan pemerintah dan rendahnya kesadaran petani terhadap penggunaan pestisida nabati sehingga enggan menanam atau memperbanyak tanamannya; d. peraturan perizinan pesti-sida nabati disamakan dengan pestisida kimia sintetis sehingga pestisida nabati sulit mendapat izin edar dan diperjual-belikan. Akibatnya, bila pengguna memer-lukan pestisida dalam jumlah banyak, pilihan akan jatuh pada pestisida kimia sintetis karena salah satu persyaratan dalam pembelian adalah sudah terdaftar dan diizinkan penggunaannya (Kardinan,2011).

2.5 PERAN PESTISIDA ALAMI PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK Salah satu faktor pembatas produksi dalam bidang pertanian adalah hama tanaman. Hama dapat menurunkan hasil panen 30-40%, bahkan pada beberapa kasus dapat mengakibatkan gagal panen. Pada ta-naman hortikultura, biaya produksi untuk pengendalian hama dapat mencapai 40%, bahkan lebih karena pada tanaman hortikultura ada hama penting yang saat ini menjadi isu nasional dan menjadi faktor pembatas perdagangan (trade barrier ). Untuk menuju sistem pertanian organik,

pestisida nabati merupakan alternatif untuk mengurangi dampak negatif pestisida sintetis (Kardinan, 2011) Tanaman menghasilkan produk alami, berupa metabolit sekunder yang bersifat bioaktif dan dapat mengendalikan fitopatogen. Bagian bagian tanaman yang mengandung senyawa bioaktif seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang dapat dipergunakan dalam bentuk utuh, bubuk, dan ekstrak (Paath, 2005) Tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida alami misalnya empon-empon pemerian tertentu (kunyit, temulawak dan lain-lain), bahan dengan (misalnya rasa gatal, pahit, langu sehingga tidak disukai

hewan/serangga seperti kenikir, bunga pukul empat, awar-awar, senthe, dan lainlain), mengandung racun (gadung, pocung, jenu, dan lain-lain) atau mengandung senyawa aktif biji yang sirsat mampu memberantas hama (mimba tak mengandung , yang

azadirachtin,

mengandung

gamma-lakton

jenuh

mempunyai 3 hidroksi dan bis-tetrahidrofuran, biji mindi yang mengandung resin dan lain-lain (Jumpowati, 1999).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum dengan judul acara Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati dilaksanakan di Laboratorium Hama Dan Penyakit pada hari Jumat tanggal 1 Desember 2012 di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Ekstrak Daun Nimba

1. Air 1 liter 2. Alkohol 70% 1 cc 3. Daun Nimbi 50gr 4. Penumbuk/penghalus 5. Baskom 6. Corong 7. Wadah pestisida

3.2.2

Ekstrak Daun Sirsak

1. 50 lembar daun sirsak 2. Satu genggam (100 gr) rimpang jaringan 3. Satu siung bawang putih 4. Sabun colek 20gr 5. Blender 6. Corong 7. Wadah pestisida

3.2.3

Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)

1. 50 lembar daun sirih

2. 5 lembar daun tembakau 3. 20 liter air 4. 20gr sabun colek 5. Blender 6. Corong 7. Wadah pestisida

3.2.4

Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)

1. Daun nimba 2. Lengkuas 3. Serai 4. 20gr sabun colek 5. 20 liter air

3.3 Cara Kerja 3.3.1 Ekstrak Daun Nimba

1. Menumbuk halus daun nimba dan mengaduk dengan alkohol. 2. Mengencerkan dengan 1 liter air 3. Mengendapkan semalam larutan tersebut lalu menyaringnya. 4. Mengaplikasikan pada tanaman dan serangga akan mati setelah 2-3 hari

3.3.2

Ekstrak Daun Sirsak

1. Menghaluskan daun sirsak, jaringan, dan bawang putih. 2. Mencampur seluruh bahan dan merendamnya selama 2 hari 3. Menyaring larutan 4. Mengaplikasikan larutan dengan mencampur 10 15 liter air.

3.3.3

Ekstrak Sirtem (Sirsak dan Tembakau)

1. Menumbuk halus daun sirsak dan tembakau

2. Mencampurkan dengan air dan mengaduk hingga halus 3. Mendiamkan selama 1 malam 4. Menyaring larutan, lalu mengencerkannya dengan menambah air 5. Mengaplikasikan pada tanaman 3.3.4 Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)

1. Menghaluskan daun nimbi, lengkuas,dan serai 2. Melarutkan dalam 20 liter air 3. Mendiamkan selama 1 malam 4. Menyaring dan mengencerkan dengan 60 liter air 5. Mengaplikasikan larutan tersebut pada tanaman

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1 Data Pengamatan

4.2 Pembahasan Dalam pengaplikasian pestisida nabati ada kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan dalam penggunaan pestisida nabati yaitu, degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari, memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian, memiliki spectrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif. Selain itu juga dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia, hitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman selain itu pestisida nabati juga cukup murah dan mudah dibuat oleh petani

4.2.1

Pestisida Ekstrak Daun Mimba Pestisida asal mimba mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi dan

berdampak spesifik terhadap organisme penggangu. Bahan aktif mimba juga tidak

berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu, residunya mudah terurai menjadi senyawa yang tidak beracun sehingga aman atau ramah bagi lingkungan. Pestisida mimba dapat dibuat dengan menggunakan teknologi tinggi dan dikerjakan dalam skala industri. Namun, dapat pula dibuat dengan menggunakan teknologi sederhana oleh kelompok tani atu perorangan. Pestisida mimba yang dibuat secara sederhanadapat berupa larutan atau hasil perasan, rendaman, ekstrak, dan rebusan. Apabila dibandingkan dengan pestisida kimia, penggunaan pestisida mimba relatif lebih murah dan aman bagi makhluk hidup dan ramah lingkungan.

A. Taksonomi Tanaman Mimba Kingdom Subkingdom Phylum Subphylum : Plantae : Viridaeplantae : Tracheophyta : Euphyllophytina

Infraphylum : Radiatopses Class Order Suborder Family Subfamily Genus : Magnoliopsida : Rutales : Meliineae : Meliaceae : Clusioideae : Azadirachta

Botanical name : Azadirachta indica Adr. Juss

B. Kandungan Daun Mimba Dalam tanaman mimba, terdapat Azadirachtin yang merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Efek primer

azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang

mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder Azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga. Selain berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) yang

mengakibatkan daya rusak srangga sangat menurun, walupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam menggunakan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah diaplikasi down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yg telah terpapar tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit. Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan hama serangga enggan mendekati zat tersebut. Mimba pun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect behaviour) yang tadinya bersifat migrasi dan bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak. (knock

C. Pembuatan Pestisida Nabati dari Ekstrak Mimba Daun mimba dicuci bersih dengan air, kemudian diris tipis-tipis. Daun mimba tidak boleh dikeringkan di bawah sinar matahari karena dapat menghilangkan efek insektisida dari daun mimba itu sendiri. Daun mimba yang telah diiris kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode Maserasi (cara dingin) dan menggunakan pelarut alkohol (ethanol). Metode Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Kardiman A., 2008). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi

berarti dilakukan pengulangan penambah pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya Sisa ekstrak dengan sisa pelarut kemudian diuapkan dengan menggunakan water bath untuk menghilangkan pelrutnya sehingga didapatkan ekstrak yang kental (Daniel, 2008) Dari hasil pengamatan yang dilakukan, warna awal yang semula hijau pupus berubah menjadi hijau muda setelah 3 hari. Untuk aroma tetap tidak ada perubahan, aromanya tetap tidak menyengat dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan. Endapan mulai tampak saat pestisida nabati didiamkan selama 3 hari.

D. Aplikasi Pada Tanaman Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida. Untuk mengetahui efektivitas Serbuk biji mimba telah dilakukan penelitian sebagai pestisida,

oleh Sudarmo ( 2005), dengan mengambil dua

contoh serangga uji, yaitu ulat buah kapas Helicoverpa armigera dan ulat grayak Spodoptera litura. Kedua jenis hama tersebut merupakan hama yang menyerang berbagai jenis tanaman, misalnya tembakau, kapas, sayuran, kedelai, kacang hijau dan sebagainya. 1. Larvisida (Pembunuh Ulat ) padaSpodoptera litura. Serbuk Biji Mimba (SBM) yang disemprotkan pada ulat S.litura instar 1 (berukuran panjang kurang dari 0,5 cm) pada konsentrasi 5 g/ltr air menyebabkan mortalitas 40%, sedangkanpada konsentrasi 40 gr/ltr air menyebabkan mortalitas 100%. Pada konsentrasi yang sama,penyemprotan terhadap ulat instar 3 menyebabkan mortalitas 15% dan 100%, sedangkan terhadap ulat instar 5 (berukuran panjang lebih dari 1 cm) menyebabkan mortalitas 3,33% dan 70%. Perbedaan mortalitas ulat pada berbagai instar menunjukkan bahwa semakin tua instar larva, semakin berkurang kerentanannya sehingga persentase mortalitas semakin rendah. Hal ini disebabkan ulat instar tua telah mengalami perkembangan

tubuh lebih sempurna dibandingkan dengan ulat instar muda. Dengan demikian, ulat instar tua akan lebih tahan terhadapengaruh insektisida. 2.Ovisida (Perusak Telur) pada ulat buah kapas Helicoverpa armigera Serbuk biji mimba selain berperan sebagai larvisida juga dapat berperan sebagai ovisida ( perusak telur). Serbuk biji mimba yang disemprotkan pada telur H. Armigera akan menyebabkan penurunan persentase telur menetas. Pada kontrol, telur menetas 96%, sedangkan pada konsentrasi Serbuk biji mimba 10 gr/liter air, telur menetas 67% dan pada konsentrasi Serbuk biji mimba 20 gr/liter air dan 40 gr/liter air, telurmenetas 60%. Ekstrak biji mimba juga menurunkan persentase telur menetas pada nyamuk. 3. Pestisida Nabati Mimba dan jasad sasaran. Baik biji maupun daun mimba dapat digunakan sebagai pestisida. Penaburan 50 200 kg bungkil mimba per ha efektif untuk melindungi hama padi. Pemberian 19 mt (metrik ton) daun mimba per hektar ( 7 ton per acre) efektif melindungi serangan rayap. Sekitar 2 -5 kg daun mimba kering dapat melindungi 100 kg biji. Pupuk hijau dicampur Daun dengan mimba daun yang mimba diletakkan dapat antara mengurangi tumpukan 50% kayu

serangannematoda.

menyebabkan tumpukan kayu terhindar dari serangan ngengat. Pemberian 800 gr minyak mimba efektif untuk melindungi 100 kg biji atau benih. Pencampuran 2,5 bagian serbuk biji mimba untuk 100 bagian biji atau benih efektif melindungi gangguan hama selama 8 -12 bulan. Konsentrasi 0,1 % suspensi mimba dengan 300 -600 liter/ha efektif terhadap serangan belalang.Konsentrasi 0,1% suspensi mimba ( 10 mg/liter air) efektif mengendalikan belalang. Juga sekitar 2 6 gr serbuk biji mimba yang direndam dalam 1 liter air selama 3 hari efektif mengendalikan jamur Fusariumdansclerotium. Selain itu, Mimba yang mempunyai spektrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips, ulat kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah.

Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun, dan bercak daun. Dan juga mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan serangga, disemprotkan pada daun, disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah. Pestisida nabati mimba adalah pestisida yang ramah lingkungan, sehingga diperbolehkan penggunaanya dalam pertanian organik (tercantum dalam SNI Pangan Organik), serta telah dipergunakan berbagai negara, termasuk Amerika yang dikenal sangat ketat peraturannya dalam penggunaaan pestisida, yaitu diawasi oleh suatu bahan yang disebut EPA (Environmental Protection Agency).

E. Kelebihan dan Kekurangan Sama halnya dengan pestisida nabati, maka pestisida dari mimba ini menurut Wiwin dkk. ( 2008), mempunyai keunggulan dan kelemahannya. Untuk keunggulannya antara lain: Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil, peluang untuk membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat digunakan beberapa saat menjelang panen. Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan ternak) Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu. Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara. Dan untuk kelemahan pestisida mimba antara lain : Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.

Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih murah dari insektisida sintetik. Kendala pengembangan mimba sebagai insektisida alami Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.

Kurangnya dorongan penentu kebijakan Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, hal tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali.

Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah terdegradasi Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam (semalam).

4.2.2

Ekstrak Daun Sirsak

A. Sistematika tumbuhan Sirsak adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Class Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Dicotyledoneae : Ranales : Annonaceae : Annona : Annona muricata L .

B. Kandungan Daun Sirsak Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001). Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya (Kardinan, 2000). Tanaman Annona muricata (sirsak) mengandung zat toksik bagi serangga hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang terkandung pada daun sirsak. Disamping itu dapat juga menyebabkan pertumbuhan serangga terhambat, mengurangi produksi telur dan sebagai repellen (penolak) (Gruber dan Karganilla, 1989). Kematian larva yang diakibatkan oleh ekstrak daun sirsak memperlihatkan indikasi tidak sempurnanya proses ekdisis terbukti dengan adanya sejumlah larva yang gagal melepaskan kutikula lamanya. Larva yang mengalami gejala ini lamakelamaan akan mati dengan memperlihatkan gejala kematian akibat pengaruh simultan dari toksisitas ekstrak, kelaparan dan gagal melepaskan proses ganti kulit, terlihat adanya larva menjadi mengecil dan berwarna gelap (Gionar, 2004).

C. Pembuatan Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Sirsak Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip. Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak adalah sebagai berikut: Tumbuk halus 50-100 lembar daun sirsak. Rendam dalam 5 liter air + 15 g ditergen, aduk sampai rata, dan diamkan semalam. Saring larutan tersebut dengan kain halus.

Encerkan tiap satu liter larutan hasil penyaringan dengan 10-15 liter air. Semprotkan larutan hasil pengenceran ke tanaman. Dalam praktikum yang telah dilakukan pengamatan terhadap warna ekstrak

daun sirsak selama 3 hari tidak mengalami perubahan yaitu tetap berwarna hijau tua. Dengan aroma menyengat setelah didiamkan 3 hari. Untuk endapannya selama 3 hari didiamkan tidak ada endapan yang terlihat.

D. Aplikasi pada Tanaman Ada beberapa jenis ama yang dapat dibasmi pestisida nabati daun sirsak, diantaranya yaitu : Macam-macam aphis Wereng coklat (Nilaparvata) Wereng hijau (Nephotettix virescenns) Wereng punggung putih (Sogatella furcifera) Kutu sisik hijau (Coccus viridis) Macam-macam ulat Ulat tritip (Plutella xylostella) Lalat buah (Ceratitis capitata) Kumbang labu merah (Aulachopora foveicollis) Kepik hijau Hama kapas (Dysdercus koeniglii)

E. Keuntungan dan Kelemahan Pestisida Nabati dari Daun Sirsak Keuntungan Pestisida Nabati Daun Sirsak Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya yang secara rinci

diuraikan berikut ini: Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu:

a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi, b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama, c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua, d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak, e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan, f) Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan g) Biaya dapat lebih murah. Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan karena daya racun rendah, h) Tidak mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit, i) Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tani skala kecil. Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan

kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.

Kelemahan Pestisida Nabati Daun Sirsak Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyarakat dalam

pemakaiannya. Menurut Heviandri (1989) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita ketahui antara lain : 1. Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya. 2. Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena itu diperlukan bahan pengemulsi.

3. Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak. 4. Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massa. 5. Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut. 6. Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit diperhitungkan sebelumnya.

4.2.3

Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Sirih dan Tembakau (Sirtem)

A. Sistematika Tumbuhan Sistematika sirih merah sebagai berikut (Sugati dan Johnny, 2000 ). Divisi : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Piperales : Piperaceae : Piper : Piper cf. fragile Benth.

Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis

Sistematika tanaman tembakau adalah sebagai berikut : Kingdom Ordo Family Genus Species : Plantae : Solanales : Solanaceae : Nicotiana : N. tabacum

B. Kandungan Kandungan Daun Sirih Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan tanaman yang telah lama dikenal sebagai bahan dasar obat tradisional, dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur (Heviandri, R., 2009). Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betlephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.

Kandungan Daun Tembakau Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati adalah daun dan batang yang banyak mengandung nikotin. Daun bisa daun yang masih segar atau yang sudah difermentasi. Tembakau merupakan produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Kandungan nikotin yang ada dalam tembakau merupakan golongan alkaloid yang terdapat dalam famili Solanaceae. Kadar nikotin berkisar antara 0,6 3,0% dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi

dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Nikotin yang berfungsi sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga menyebabkan nikotin dapat digunakan sebagai pestisida. Selain itu juga bisa memanfaatkan sisa batang tembakau setelah tebang. Setelah daun tembakau dipanen, biasanya batang tembakau ditebang dan dibuang. Sisa batang ini juga bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati. Harganya murah, sehingga pestisida nabatinya juga bisa murah dan terjangkau untuk petani (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).

C. Cara Pembuatan Cara membuat pestisida nabati dari ekstrak daun sirih dan tembakau dilakukan dengan mencacah daun sirih dan tembakau menjadi kecil-kecil, lalu encampur bahan dan ditambah dengan air. Setelah itu, memasukkan campuran bahan dalam blender dan memblender hingga halus. Tahap selanjutnya adalah menyaring hasil blenderan dengan penyaring lalu memasukkan pada jurigen dan tambah sabun colek kemudian digojok. Setelah 3 hari, pestisida sudah siap digunakan. Dari hasil praktikum pembuatan ekstrak daun sirtem (sirih dan tembakau) untuk pengamatan warna selama tiga hari, ekstrak sirtem tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap berwarna hijau tua. Dengan aroma menyengat selama didiamkan selama tiga hari. Untuk endapannya selama tiga hari pengamatan tidak ada endapan pada larutan tersebut.

D. Aplikasi Pada Tanaman Teknik aplikasi dan dosis penggunaan pestisida nabati ini adalah : Dosis 1 : 1 yaitu 1 L larutan dicampur dengan 1 L air Penyemprotan 1 minggu 1 kali Pencairan harus habis 1 kali pemakaian

Dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya

Hama & penyakit sasaran pestisida nabati sirih dan tembakau Hama : aphis, ulat, ulat kobis (tritip), kumbang kecil, tungau, penggerek batang Penyakit : karat pada buncis dan gandum, kamur kentang, dan virus keriting daun.

E. Keuntungan dan Kelemahan Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida nabati ekstrak sirtem (sirih dan tembakau) ,antaralain: Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan). Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang. Dari sumberdaya yang ada disekitar dan bisa dibuat sendiri. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisidasintesis. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.

Dan untuk kelemahan pestisida sirtem antara lain : Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.

Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih murah dari insektisida sintetik. Kendala pengembangan sebagai insektisida alami Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.

Bahan, seperti halnya daun tembakau tidak tersedia secara berkesinambungan Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah terdegradasi

4.2.4

Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Mimba, Lengkuas, Serai (Belengse)

A. Sistematika Tumbuhan Sistematika mimba adalah sebagai berikut : Kingdom Subkingdom Phylum Subphylum : Plantae : Viridaeplantae : Tracheophyta : Euphyllophytina

Infraphylum : Radiatopses Class Order Suborder Family Subfamily Genus : Magnoliopsida : Rutales : Meliineae : Meliaceae : Clusioideae : Azadirachta

Botanical name : Azadirachta indica Adr. Juss Sistematika tumbuhan lengkuas adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio : Plantae : Spermatophyta

Sub-diviso Kelas Ordo Famili Genus Species

: Angiospermae : Monocotyledoneae : Zingiberales : Zungiberaceae : Alpinia : Alpinia galanga

Sistematika tumbuhan serai adalah sebagai berikut : Kerajaan Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Poales : Poaceae : Cymbopogon : C. citratus

B. Kandungan Dalam tanaman mimba, terdapat Azadirachtin yang merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Efek primer

azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang

mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder Azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga. Lengkuas mengandung minyak atsiri antara lain: galangol, galangin, alpinen kamfer, methyl-cinnamate. Lengkuas berkasiat sebagai anti jamur, anti bakteri, menghangatkan, membersihkan darah, menambah nafsumakan, mempermudah

pengeluaran angin dari dalam tubuh, mengencerkan dahak, mengharumkan dan merangsang otot. Kandungan serai dapur: 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri dari sitral, sitronelol (66-85%), (a-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, -felandren, psimen, limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4?ol, a-terpineol, geraniol, farnesol, metil heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon, bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat, -elemen, -kariofilen, -bergamoten, trans-metilisoeugenol, -kadinen, elemol, kariofilen oksida. Pada penelitian lain pada daun ditemukan minyak atsiri 1% dengan komponen utama (+) sitronelol, geranial (lebih kurang 35% dan 20%), disamping itu terdapat pula geranil butirat, sitral, limonen, eugenol, dan metileugenol. Sitronelol hasil isolasi dari minyak atsiri sereh terdiri dari sepasang enansiomer (R)-sitronelal dan (S) sitronelal. Pada jenis Cymbopogon yang lain (Cymbopogon giganteus chiovenda) mengandung minyak atsiri yang terdiri dari limonen, p-mentha-1,5, 8trien; 1,2 limonenoksida; p-mentha-2,8-dien-l-ol; Dekan-2,4dien-l-ol; p-

metilasetofenon; trans-p-menta-1(7), 8dien-2-ol; Decan-2, 4-dienal; isopiperitenol; cis-p.menta-1 (7), 8-dien-2-ol; cis carveol; carvone; isopiperitenon; cuminil alkohol; perililaldehid; perilil alkohol.

C. Cara Pembuatan Untuk membuat pestisida nabati ekstrak belengse, daun mimba, lengkuas, dan daun serai yang telah dipotong-potong kecil-kecil dihaluskan dengan blender sampai menjadi larutan yang homogen dengan menggunakan air sebanyak 1000 ml. Setelah halus ditambahkan sabun colek sebanyak 0,5 gr untuk kemudian di masukkan kedalam botol plastic/jurigen. Larutan disimpan selama 1 hari dan dilakukan pengamatan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, warna pestisida nabati ekstrak belengse adalah berwarna hijau muda. Untuk aromanya terjadi perubahan yang semula berbau

menyengat menjadi tidak menyengat di akhir pengamatan. Endapan terbentuk pada saat hari ke 3 pengamatan.

D. Aplikasi Pada Tanaman OPT Sasaran :hama belalang, wereng coklat, walang sangit, kutu, ulat, aplhid, dan trips pada sayuran dan tanaman lainnya. Teknik aplikasi dan dosis penggunaan pestisida nabati ini adalah : Dosis 1 : 1 yaitu 1 L larutan dicampur dengan 1 L air Penyemprotan 1 minggu 1 kali Pencairan harus habis 1 kali pemakaian Dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya

E. Keunggulan dan Kelemahan Keuntungan Pestisida Nabati Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya yang secara rinci

diuraikan berikut ini: Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu: a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi, b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama, c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua, d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak, e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan, f) Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan g) Biaya dapat lebih murah. Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan karena daya racun rendah,

h) Tidak mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit, i) Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tani skala kecil. Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan

kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.

Kelemahan Pestisida Nabati Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyarakat dalam

pemakaiannya. Menurut Heviandri (1989) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita ketahui antara lain : Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya. Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di

air karena itu diperlukan bahan pengemulsi. Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak. Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massa. Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut.

Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit diperhitungkan sebelumnya.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari hasil praktikum mengenai pembuatan pestisida nabati yang telah kami lakukan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan,

denganbahan dasar yang berasal dari tumbuhan. 2. Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Keuntungan penggunaan

pestisida nabati antara lain: (a) bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan; (b) relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang; (c)relatif mudah dibuat oleh masyarakat. 3. Dari semua ekstrak yang dibuat, ekstrak yang direkomendasikan untuk dipakai yaitu ekstrak belengse (Nimba, Lengkuas, dan Serai) karena dianggap paling efektif mengurangi populasi OPT yang ada tanpa mematikan OPT tersebut dan sesuai dengan konsep pengelolaan hama terpadu (PHT)

5.2 Saran Pembuatan pestisida nabati ini seharusnya disosialisasikan pada petani, agar penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi untuk memelihara ekosisten yang ada dan kelestarian lingkungan akan tetap terjaga sampai generasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani,Retno. 2006. Usahapengendalian pencemaran lingkungan Akibat Penggunaan Pestisida Pertanian. Kesehatan Lingkungan 3 (1) : 95-106. Gapoktan. 2009. Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta. Jumpowati, Maria. 1999. Pestisida Alami Alternatif : Inventarisasi Dan Pemanfaatan. SIGMA 2(2) : 1 6. Kardinan, Agus. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4) : 262 278. Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Paath. 2005. Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Tomat Dengan Pestisida Nabati. Eugenia 11 (1) : 47 55.

You might also like