You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Kami ucapkan atas terwujudnya makalah ini. Tanpa Ridho dan kasih sayang serta petunjuk dari-nya mustahil makalah ini dapat dirampungkan. Makalah ini disusun sebagai panduan untuk para mahasiswa atau umum. Besar harapan kami makalah ini dapat digunakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi sebagai panduan dan pegangan dalam mempelajari tentang keperawatan jiwa, juga merupakan harapan kami bahwa dengan hadirnya buku ini akan mempermudah para mahasiswa dalam proses belajar. Akhirnya sesuai dengan kata pepatah tiada gading yang tak retak kami mengharapkan saran kritik khususnya dari teman-teman mahasiswa dan bapak/ibu dosen kami. Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang turut membantu rampungnya makalah ini.

Bangkalan,1 Maret 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. Daftar Isi ......................................................................................................... BAB I Pendahuluan .......................................................................................... Latar belakang........................................................................................ 1.1 Tujuan Masalah................................................................................

01 02 03 03 03

BAB II Pembahasan ........................................................................................... 04 BAB III Penutup.................................................................................................. 17 2.1Kesimpulan............................................................................................. 17 Daftar Pustaka......................................................................................................... 18

BAB I PENDAHULUAN Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil. Hal inilah yang melatar belakangi kami untuk mengangkat masalah Retardasi mental dalam makalah kami. Selain itu, makalah ini juga merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan untuk melengkapi nilai di semester genap ini. B. TUJUAN Adapun tujuan umum yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini antara lain : 1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai retardasi mental. 2. Menjadikan masyarakat lebih mewaspadai dan menanggulangi adanya retardasi mental terhadap anak dan anggota keluarga mereka. 3. Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai penanggulangan dan pengobatan serta perawatan terhadap para penderita retardasi mental.

BAB II PEMBAHASAN RETARDASI MENTAL A. Definisi Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental,menurut: WHO Retardasi mental yaitu kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal. Crocker AC Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang di sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Melly Budhiman Seseorang di katakan retardasi mental bila memenuhi criteria sebagai berikut: a. c. Fungsi intelektual umum di bawah normal Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu di bawah usia 18 tahun. b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan atau IQ (Intelegence Quotient). IQ adalah MA/CA x 100% M.A =Mental Age,umur mental yang di dapat dari hasil tets C.A =Chronological Age,umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir. Yang dimaksud dengan intulektual di bawah normal,yaitu apabila IQ dibawah 70.Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana,daya tangkap dan daya ingatnya lemah,demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah. Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri,menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuia denagn umurnya. Gejala harus tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun,bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
4

B. Klasifikasi Menurut nilai IQ-nya,maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut: Nilai IQ
C.KLASIFIKASI A. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun) Karakteristik : a. Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi terlambat dalam kemampuan

berjalan, bicara makan sendiri, dll b. Usia sekolah, dapat melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan panduan khusus diarahkan padakemampuan aktivitas sosial. c. Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tdk dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tdk berpengaruh kecuali koordinasi. B. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 7 tahun) Karakteristik saat belajar dan perawatan diri. b. Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung. c. Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri. C. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun) Karakteristik : a. Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan. b. Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis. c. Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, menggunakan gerak tubuh. D. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi) Karakteristik : a. Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi. Sensorimotor minimal, butuh perawatan total. b. Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda. c. Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik. : a. Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon

KLASIFIKASI MENURUT PAGE A. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun) B. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun) C. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)

Disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70,retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu dilatih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya,maka Melly Budhiman membagi: 1) Tipe klinik 2) Tipe sosio budaya 1 Tipe klinik Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah di deteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya. 2 Tipe sosio budaya Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya,mereka mengetahui kalau anaknya gagal beberapa tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

C. Etiologi Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah ini. Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental : 1. Non-organik Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis Faktor sosiokultural Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik Penelantaran anak

2. Organik Faktor prakonsepsi Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.) Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) syndrome polygenic familial. Faktor prenatal Ganguan pertumbuhan otak trimester I

Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll) Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human immunodeficiency virus) Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll) Disfungsi plasenta Kelainan congenital dari otak (idiopatik)

Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III Infeksi intrauterin, misalnya TORCH,HIV Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll) Ibu: diabetes militus,PKU (Phenylketonuria) Toksemia gravidarum Disfungsi plasenta Ibu malnutrisi

Faktor perinatal Sangat premature Asfiksia neonatorum Trauma lahir: pendarahan intra cranial Meningitis Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
7

Faktor post natal Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat Neuro toksin, misalnya logam berat CVA (Cerebrovascular accident) Anoksia, misalnya tenggelam Metabolik Gizi buruk Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria) Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll Infeksi Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya mutasi. Demikian pula pada keadaan social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari retardasi mental, D. Diagnosis dan Gejala klinis Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl kesimpulan. Pada kasusu seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak. Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu : 1. Kelainan pada mata : Katarak Bintik cherry-merah pada daerah macula Kornea keruh 2. Kejang : Kejang umum tonik klonik Kejang pada masa neonatal
8

3. Kelainan pada kulit : Bintik-caf-au-lait 4. Kelainan rambut : Rambut rontok Rambut cepat memutih Rambut halus 5. Kepala : Mikrosefali Makrosefali 6. Perawakan pendek : Kretin Sindrom prader-willi 7. Distonia : Sindrom hallervorden Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut : 1. Retardasi mental ringan Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari kelompok ini termasuk dalam tipe social budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias silatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya. 2. Retardasi mental sedang Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan. 3. Retardasi mental berat Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.Diagnosis mudah ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe klinik.Mereka dapat dilatih
9

hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya. 4. Retardasi mental sangat berat Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosa ini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya

E. Pemeriksaan Penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,yaitu: 1. Kromosom kariotipe 2. EEG (Elektro Ensefalogram) 3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) 4. Titer virus untuk infeksi congenital 5. Serum asam urat (Uric acid serum) 6. Laktat dan piruvat 7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang 8. Serum seng (Zn) 9. Logam berat dalam darah 10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin 11. Serum asam amino atau asam organik 12. Plasma ammonia 13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit: 14. Urin mukopolisakarida 15. Urin reducing substance 16. Urin ketoacid 17. Urin asam vanililmandelik F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati
10

penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi keluarganya.

Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila angka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini. Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat menerima anak Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll. Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus. G. Pencegahan Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian rfetardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.
11

Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi.

12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A.Pengkajian. Pengkajian dapat dilakukan melalui: 1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial. 2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma. 3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat. 4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi. Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut: Lakukan pengkajian fisik. Lakukan pengkajian perkembangan. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat. Nutrisi tidak adekuat. Penyimpangan lingkungan. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme). Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi. Abnormalitas kromosom. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.

13

Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental: - Tidak responsive terhadap \kontak. - Kontak mata buruk selama menyusui. - Penurunan aktivitas spontan. - Penurunan kesadaran terhadap suara getaran.

- Peka rangsang. - Menyusui lambat. B. Diagnosa 1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf. 2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental. C. Intervensi Dx: 1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf. Kriteria hasil

Anak dan keluarga aktif terlibat dalam program stimulai bayi. Keluarga menerapkan konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah. Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal. Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.

Intervensi keperawatan.

Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii Rasional : untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi sama Rasional : sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, Rasional : untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak Rasional : karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran. Berikan pada remaja informasi praktik sosial dan kode prilaku yang kongkrit dan terdefinisi dengan baik, Rasional : karena kemudahan persuasi anak dan kurangnya penilaian dapat membuat anak berada pada resiko berbahaya.

14

Dx:2.. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental. Kriteria hasil Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai kelahiran anak dengan retardasi mental dan impikasinya. Anggota keluarga membuat keputusan yang realistik berdasarkan kebutuhan dan kemampuan mereka. Anggota keluarga menunjukan penerimaan terhadap anak.

Intervensi Keperawatan Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran. Rasional ; Agar keluarga mampu menerima keadaan yang sesungguhnya. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi. Rasional : Agar orang tua mendapatkan banyak informasi tentang retardasi mental. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyelidiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan. Rasional : Agar mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi mereka dan anaknya.

Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama Rasional : sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan

D. Evaluasi Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.


Keluarga mampu menerima keadaan yang anaknya yang retardasi mental.

15

BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaanmental. Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar. B.Saran a) Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok. b) Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.

16

DAFTAR PUSTAKA 1.Maramis WF. Retardasi Mental dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya, 1994. Hal: 385-402 2. Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry, Lippincott & William, London. p:1161-79 3. Maslim R. Retardasi Mental.dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa-Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta. Hal.119-21 4.WWW.PELITA Or.id mental Retadasi. dr. Soetjiningsih, SpAk.1995.Tumbuh Kembang Anak.EGC.Jakarta.

17

You might also like