You are on page 1of 8

Tugas : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

PENGELOLAAN DAN KONSERVASI PERIKANAN TUNA SECARA BERTANGGUNG JAWAB

I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia melalui KKP ( Kementerian Kelautan dan Perikanan )

berkomitmen untuk mendukung pengelolaan dan konservasi perikanan tuna secara bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlu adanya suatu manajemen yang tepat dan konkrit dalam mengelola sumberdaya ikan tuna di Indonesia. Untuk mengetahui kendala-kendala dan sekaligus memberikan solusi terhadap permasalahan permasalahan yang timbul dalam pengelolaan tetunaan di Indonesia, kita dapat menggunakan metode Analisa SWOT ini. Seperti kita ketahui bersama, bahwa Indonesia memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat luar biasa. Sejak beratus-ratus tahun yang lalu masyarakat Indonesia menikmati hasil kekayaan lautnya dengan mudah. Namun dimasa sekarang, keadaan mulai berubah, sedikit demi sedikit kekayaan tersebut mulai sulit didapatkan. Padahal masyarakat di negara lain masih bisa mengambil kekayaan tersebut dan memanfaatkannya untuk membangun ekonomi negara mereka. Dengan analisa SWOT ini, akan diuraikan mengapa masalah tersebut terjadi. II. ANALISA SWOT Dalam menganalisa kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah untuk meningkatkan hasil dan kualitas perikanan tuna di Indonesia , dapat digunakan analisa SWOT. Analisa SWOT diambil dari huruf awal kata Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (Kesempatan atau Peluang), dan Threath ( Ancaman atau Tantangan ). SWOT merupakan suatu metode untuk menganalisa kondisi objek atau topik yang akan dibahas. Dengan mengetahui Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman yang berhubungan dengan obyek tersebut, maka diharapkan penyusunan strategi ke depan untuk menyelesaikan masalah yang timbul dapat terlaksana dengan baik. Analisa SWOT dapat dikelompokkan dalam 2 faktor yaitu : faktor internal (Kekuatan , Kelemahan) dan faktor eksternal (Kesempatan, Ancaman).

Halaman : 1

Tugas : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

II.1. FAKTOR INTERNAL Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam, mempengaruhi kekuatan dan kelemahan objek yang sedang dianalisa. Yang termasuk faktor internal dalam SWOT adalah Strengths (Kekuatan) dan Weakness (Kelemahan/Kekurangan). Berikut ini adalah penjelasan faktor-faktor internal yang dimiliki oleh bidang perikanan Tetunaan di Indonesia : A. STRENGTH = KEKUATAN

1. Sumberdaya Perikanan berupa perairan wilayah perikanan tuna yang luas, dan
mempunyai beraneka ragam jenis ikan tuna yang bernilai ekonomis tinggi. Saat ini kita mengenal 16 jenis-jenis ikan tuna yang ada di kawasan perikanan Indonesia seperti : Yellow Fin Tuna, Skipjack, Bigeye Tuna, Albacore Tuna, Southern Bluefine Tuna, Long tail Tuna, Kawakawa, Frigate Tuna, Bullet Tuna, Narrow Barred Spanish Mackerel, Indo Pacific King Mackerel, Indo Pacific Blue Marlin, Black Marlin, Strip Marlin, Indo Pacific Sailfish, dan Swordfish. Hal tersebut dikarenakan : a. b. Indonesia memiliki wilayah perairan yang secara geografis terletak di kawasan dua Samudera Besar yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia dilalui jalur migrasi ikan Tuna.

2. Sumberdaya Manusia (Nelayan) yang handal :


a. Mampu membuat alat sendiri Mengetahuai musim ruaya ikan tuna.

b.

3. Adanya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Peleangan Ikan (TPI). 4. Ada dukungan dari Pemerintah berupa pinjaman tanpa bunga.

B. WEAKNESS = KELEMAHAN 1. Nelayan tradisional tidak memiliki modal yang terbatas.

2. Menggunakan sarana penangkapan ikan yang masih tradisional dan kalah canggih
dibandingkan dengan nelayan dari Negara lain

a. Kapal / perahu yang dimiliki nelayan tradisional kebanyakan adalah kapal kecil
dengan ukuran 5-10 GT, sehingga kecepatan dan jangkauannya sangat terbatas. b. Teknologi dan Alat Tangkap ikan yang digunakan masih sederhana, dan sering mengabaikan keselamatan jiwa.

3. Hasil Produksi Perikanan yang didapat tidak tahan lama. Sehingga hasil dan mutu /
kualitas hasil produksi perikanan yang diperoleh kurang maksimal.

Halaman : 2

Tugas : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

4. Kebijakan kebijakan / peraturan peraturan pemerintah Indonesia khususnya mengenai bidang perikanan masih kurang tepat sasaran. Menguntungkan bagi pelaku usaha perikanan skala besar, namun merugikan bagi nelayan tradisional.

Kurangnya pengawasan dan penerapan sangsi, bagi para pelaku usaha perikanan yang melanggar aturan yang berlaku.

5. Nelayan cenderung bekerja secara individual ataupun dalam kelompok kecil. II.2. FAKTOR EXTERNAL Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar objek yang dianalisa. Yang termasuk faktor eksternal yaitu Oppotunity (Kesempatan/Peluang) dan Threats (Ancaman). Dibawah ini merupakan beberapa hal yang termasuk dalam faktor eksternal : A. OPPORTUNITY = KESEMPATAN / PELUANG 1. Harga ikan tuna yang tinggi dibandingkan dengan jenis ikan yang lain.

2. Adanya peluang meningkatnya permintaan dan konsumsi ikan tuna yang disebabkan
oleh :

a. Pertumbuhan Ekonomi sehingga pendapatan masyarakat meningkatkan b. Bertambahnya jumlah penduduk akibat pertumbuhan penduduk. c. Tumbuhnya usaha / industri yang memanfaatkan hasil produksi perikanan dari
nelayan seperti : industri pengolahan ikan tuna/ makanan, restoran, hotel

d. Kesadaran masyarakat terhadap asupan gizi memberi peluang pasar baru.


e. Ekspor ikan tuna ke luar negeri.

3. Dengan menjadi anggota Organisasi dan menjalin kerjasama, baik secara regional
maupun international dibidang pengelolaan perikanan tuna, seperti :

a. Indonesia menjadi negara full member IOTC ke-27 pada tanggal 20 Juni 2007.
Masuknya Indonesia menjadi full member IOTC merupakan implementasi dari UU No.31 Tahun 2004 Pasal 10 (2) yang mengamanatkan pemerintah Indonesia untuk ikut serta secara aktif dalam keanggotaan badan/lembaga/organisasi regional dan internasional dalam rangka kerjasama pengelolaan perikanan. IOTC merupakan salah satu Regional Fisheries Management Organization (RFMO), yaitu organisasi pengelolaan perikanan regional dibawah FAO, yang diberi mandat untuk melakukan pengelolaan sumberdaya ikan tuna di wilayah Samudra Indonesia.

Halaman : 3

Tugas : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

b. Indonesia dan Australia menyepakati kerjasama pengkajian keberadaan


sumberdaya ikan pada wilayah penangkapan nelayan tradisional di Pulau Pasir (Ashmore Reef), dan kondisi perikanan purse-seine (jaring lingkar) serta penggunaan alat bantu penangkapan ikan (fish aggregation device) meliputi rumpon terhadap penangkapan ikan tuna B. THREAT = ANCAMAN 1. Cuaca/musim tidak menentu 2. Pengaruh bauran sektoral menggeser peranan perikanan ke lapangan usaha lain 3. Belum ada budaya membudidayakan ikan laut, sehingga penangkapan yang berlebihan membuat populasi ikan terancam punah

4. Sifat laut yang terbuka (open acces) membuat nelayan dari wilayah lain mudah
untuk menangkap ikan di wilayah ini dan menyaingi nelayan local. 5. Pengembangan industri/jasa yang membuat terganggunya ekosistem laut dapat menghambat perkembangbiakan ikan (misalnya limbah industri atau pariwisata) yang mengalir ke laut).

6. Kondisi yang mengancam kelestarian sumberdaya tuna lebih parah lagi adalah
penangkapan menggunakan purse-seine yang dilengkapi dengan rumpon. Ikan yang tertarik dan berkumpul di rumpon dalam berbagai ukuran, dikurung dengan jaring lingkar yang bebas tersebut, sehingga terbukti di berbagai kawasan dunia, telah mengurangi stok ikan secara tajam dan signifikan. 7. Sumberdaya tuna di Samudera Indonesia telah mengalami penurunan jumlah, terlihat dari ukuran ikan yang ditangkap semakin kecil, daerah penangkapan semakin jauh ke selatan, dan hook rate (tingkat hasil tangkapan per-seratus mata pancing) semakin sedikit.

Dari hasil identifikasi faktor internal (FI) dan faktor eksternal (FE), kemudian dilakukan analisa strategis SO (Strengh - Opportunity), WO (Weakness Opportunity), ST (Strengh - Threat) dan WT (Weakness - Threat). Kekuatan kekuatan yang dimiliki dimaksimalkan untuk menutup kelemahan (faktor internal), dan peluang-peluang yang ada dipergunakan untuk meminimalkan ancaman-ancaman yang mungkin timbul.

Halaman : 4

Tugas : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

FAKTOR INTERNAL (FI) KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) SO WO FAKTOR EXTERNAL (FE) PELUANG (O)

Mengoptimalkan kemampuan nelayan (dengan dukungan permodalan dan peralatan dari pemerintah) melalui pembinaan dalam pengembangan budidaya ikan serta pengolahannya.

Menjalin kemitraan dengan industri pengolahan ikan, restoran dan perdagangan, untuk menjamin terserapnya hasil produksi dan memperluas pasar. Meningkatkan kemampuan nelayan dalam memasarkan perolehan ikan dengan memberdayakan sarana pengangkutan dan komunikasi untuk memperpendek waktu pemasaran dan mencegah pembusukan.

ANCAMAN (T)

ST Memberdayakan penggunaan sistem informasi cuaca pemerintah untuk mengatur waktu dan lokasi penangkapan ikan. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan nelayan dalam penangkapan dan atau pembudidayaan ikan melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang berkompeten dengan mediasi pemerintah lokal. Penerapan aturan - aturan dalam penangkapan ikan yang mendukung dan melindungi nelayan lokal

WT Pembentukan kelompok-kelompok nelayan dapat mempercepat informasi baik mengenai ramalan cuaca, perkiraan mengenai arah gerak ikan, teknik-teknik baru dalam penangkapan, ataupun pembentukan permodalan dan peralatan yang lebih baik dengan saling mendukung satu sama lain.

Halaman : 5

Tugas : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

Data Dukung: 1. Perkembangan produksi tuna dan cakalang tahun 2004-2007 (dalam ton) Komoditas Tuna Cakalang 2004 176.996 233.319 2005 183.144 252.232 2006 159.404 277.388 2007 191.558 697.166

2. Perkembangan nilai produksi tuna dan cakalang tahun 2004-2007 (dalam ribu)
Komoditas Tuna Cakalang 2004 1.408.573.435 1.485.336.212 2005 1.671.657.361 1.792.892.438 2006 1.462.929.440 2.141.892.438 2007 2.163.880.056 5.462.848.498

3. Volume dan Nilai Ekspor Tuna / Cakalang Indonesia di Pasar Produktif, 2005 2008
No. Negara Tujuan 2005 Volume Nilai (US$ 1000) 30.256 21.773 16.708 21.852 108.835 60.925 32.468 44.075 Tahun 2006 2007 Volume Nilai Volume Nilai (US$ (US$ 1000) 1000) 21.657 4.182 2. 416 63.567 76.250 14.946 12.610 152.220 31.330 21.375 7.151 56.001 112.668 73.565 25.800 92.315 2008 Volume Nilai (US$ 1000) 111.081 72.343 35.029 119.443

1 2 3 4

Jepang Amerika Serikat Uni Eropa Negara Lain

26.271 19.190 12.879 67.593

Sumber

: BPS, diolah oleh Ditjen P2HP

Halaman : 6

Tugas : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

III.

SKENARIO DAN LANGKAH - LANGKAH KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENINGKATKAN PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA DIMASA YANG AKAN DATANG :

1. Program revitalisasi perikanan tuna, 2. Penyampaian informasi kepada sekretariat IOTC tentang Authorized Vessel dan 3. 4. 5.
Active Vesselatau kapal yang aktif dan resmi melakukan penangkapan tuna, Penyusunan Peraturan Menteri No PER.03/MEN/2009 tentang Penangkapan Ikan dan/atau Pengangkutan Ikan di Laut Lepas, Persiapan penerapan Log Book perikanan, Program outer fishing portatau pelabuhan perikanan terluar; dan bersama Australia menyusun Regional Plan of Action (RPOA) to Promote Responsible Fishing Practices (including Combating IUU Fishing) in the Region, yakni rencana aksi dua negara untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang bertanggungjawab termasuk pemberantasan illegal fishing. Aspek nasional, mendukung kebijakan nasional bagi upaya konservasi dan pengelolaan perikanan termasuk upaya pemanfaatan dan pengawasan shared fish stocks, Aspek internasional,memperkuat posisi Indonesia dalam forum organisasi perikanan regional dan internasional, serta menegaskan komitmen Indonesia sebagai negara Pihak pada UNCLOS 1982 dalam kerjasama internasional bagi kegiatan konservasi dan pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan, Aspek teknis ekonomi, memberikan peluang pemanfaatan sumberdaya shared fish stocks di laut lepas oleh Indonesa, tersedianya bantuan teknis dan finansial dari RFMOs, merupakan pasar dunia produk perikanan Indonesia, serta terhindar dari embargo ekspor produk perikanan Indonesia yang diambil dari wilayah konvensi RFMOs oleh negara-negara anggotaRFMOs, Aspek lingkungan, sebetulnya kelangsungan sumberdaya tuna di Samudra Indonesia termasuk terancam oleh tingginya permintaan tuna di pasar dunia, pertumbuhan yang tinggi jumlah armada tuna di Samudra Hindia, serta maraknya illegal fishing.Dengan demikian maka pada sidang tersebut merupakan forum untuk memperjuangkan menghadapi masalah tersebut.

6. 7.

8.

9.

Halaman : 7

Tugas : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

DAFTAR PUSTAKA

Baidawi, Hanafi.2009.Konstruksi Kebiasaan, adat dan budaya Masyarakat Nelayan. Studi Terhadap Ritual Rokat Tase di Desa Branta. Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Geertz, Clifford.1983.Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa.PT Djaya Pirusa: Jakarta Ginkel, Rob van. 2007. Coastal Cultures: An Anthropology of Fishing and Whaling Traditions. Apeldoorn: Het Spinhuis Publishers. http://goongbusiness.com/ http://bengkelbudaya.wordpress.com/

Halaman : 8

You might also like