You are on page 1of 6

ASWAJA

SEBAGAI

PARADIGMA KRITIS TRANSFORMATIF bahan bacaan pkd PMII

AKIDAH Paradigma adalah seperangkatprinsip, nilai-nilai, dan teori gerakan. Paradigma merupakan mode of thought. Paradigm merupakan cara kita membaca dan menafsirkan sejarah. Paradigma merupakan panduan dasar dalam gerakan. Paradigma memberi kita perspektif dalam membaca realitas yang kompleks dan berlapis-lapis. Paradigma bukan sekedar how to see the world, namun juga what to, sekaligus how to do. Jika ada ungkapan man qoroa quran bighoiri nahwin ka-aninin yualiju farja bik-rin, naka di situlah kira-kira posisi paradigma. Paradigma PMII merupakan cara berfikir, bersikap dan bertindak. Paradigma PMII bersifat normative sekaligus historis. Teoretis juga praksis. Imanen dan transcendental. Kritis dan transformatif. Sikap dasar inilah yang menjadi watak PMII sehingga berbeda dengan organisasi gerakan lainnya, dengan watak keislamannya yang kental, pemahamannya terhadap realitas social yang mendalam, dan citra keindonesiaannya yang matang. Dari nilai-nilai aswajalah PMII memiliki mandat sejarah, untuk bergerak dan berjuang menegakkan nilai-nilai aswaja di bumi pertiwi. Mandat ini menjadi nilai dasar pergerakan, paradigm,, sekaligus strategi kebudayaan dalam mengubah jalannya sejarah. Kesemuanya itu kemudian direfleksikan dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. Cara Berfikir: Cara berfikir menurut PMII sebagai refleksi ahlussunah wal jamaah adalah metode berfikir dialektis yang memadukan antara dalil naqli (doktrin/wahyu), dalil aqli (rasio/akal), dalil irfani (instuisi, ilham), dan dalil waqii (empiria). Maka, di sini PMII menolak rasionalisme murni, sebagaimana yang dikembangkan kaum pemikir liberal yang mengagungkan rasio teoretik, menolak positivisme ortodoks seperti yang dikembangkan materialistis yang abai dengan kenyataan metafisik, dan menolak kaum batiniah yang menolak kenyataan empiris. Demikian halnya, PMII menolak pemahaman dhahiriah dan kelompok skripturalis, karena tidak memungkinkan memahami agama dan realitas social secara mendalam. Cara Bersikap: PMII memandang dunia sebagai realitas yang plural dan bertingkat-tingkat, karena itu pluralitas diterima sebagai kenyataan. Namun juga bersikap aktif yakni menjaga dan mempertahankan pluralitas tersebut agar kehidupan menjadi harmoni, saling mengenal (litaarofu) dan memperkaya secara budaya. Sikap moderat dan toleran menjadi spirit utama dalam mengelola pluralitas tersebut. Dengan demikian PMII juga menolak semua sikap yang mengganggu keanekaragaman atau pluralitas budaya tersebut. Cara Bertindak: Dalam bertindak, aswaja mengakui adanya kehendak Allah (taqdir) tetapi aswaja juga mengakui bahwa Allah telah mengkaruniai manusia pikiran dan kehendak. Karena itu dalam bertindak, PMII tidak bersikap pasif fatalis dalam menghadapi kehendak Allah, tetapi berusaha untuk mencapai taqdir Allah yang dalam teologi dikenal dengan istilah kasab (berjuang). PMII percaya perubahan sejarah tidak dating dari langit dengan tiba-tiba yang tinggal ditunggu tanpa ikhtiar. Namun demikian tidak bersifat antroposentris, bahwa manusia
Mustafied-1

I.

|Page

bebas berkehendak (seperti Qodariyah). Tindakan manusia tidak perlu dibatasi dengan ketat, karena dengan sendirinya akan dibatasi oleh alam, oleh sejarah. Sementara Allah tidak dibatasi oleh faktor-faktor itu. Dengan demikian tindakan ala PMII bukan tindakan yang sekular melainkan sebuah dialektika keimanan yang mengejawentah dalam seluruh aspek kehidupan. II. IDEOLOGI Dari kaedah tersebut dijabarkan dalam konsep ideologi PMII. Karena aswaja berangkat geraka sirkular dari nalar dialektis antara teks-konteks-rasionalitas, dan berangkat dari historisitas perjalanan bangsa ini, maka gerakan ideologi PMII bersifat: 1. Nasionalistik (kebangsaan) Mengingat bangsa ini terdiri dari berbagai suku, adat, budaya dan agama. Maka prinsip kebangsaan sangat tepat untuk mewadahi pluralitas yang terbentuk sejak zaman awal sejarah Nusantara. Selain itu prinsip kebangsaan itu juga sangat penting untuk membentengi bangsa ini dari intervensi dan penjajahan bangsa lain, baik penjajahan secara politik, militer maupun kolonialisme-imperialisme pengetahuan dan kebudayaan. Dengan adanya komitmen kebangsaan itu kedaulatan rakyat, kedaulatan Negara serta martabat bangsa bisa dipertahankan dan dijunjung tinggi. 2. Kerakyatan Kebangsaan yang terbentuk secara budaya itu dengan sendirinya dibentuk secara bersama oleh keseluruhan warga bangsa (rakyat), maka nasionalisme PMII berwatak antropologis, bukan politis an sich. Karena itu seluruh gerak bangsa ini baik yang bersifat politik, ekonomi, kultural harus diorientasikan pada kepentingan rakyat, karena memang tumbuh dari rakyat. Maka nasionalisme borjuis sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa karena cenderung pragmatis dan berwatak kolaborator terhadap kekuatan kolonial. Sementara nasionalisme populis menolak segala bentuk kolaborasi dengan kekuatan imperialis sebab hanya akan merusak keutuhan dan meruntuhkan martabat bangsa. 3. Pluralis Terbentuknya kekuatan nasional baik secara politik maupun kebudayaan sering berbenturan dengan realitas lokal yang plural. Maka nasionalisme tidak boleh dibiarkan melebur corak-corak lokal, tetapi harus terus menjaga keanekaragaman budaya baik yang diekspresikan oleh etnis, agama atau tradisi yang lain. Disini kebangsaan harus aktif menjaga pluralitas dan bertindak tegas terhadap setiap pengancam pluralitas bangsa baik yang dibawa oleh globalisme maupun oleh agama-agama universal. III. PRINSIP Setiap gerakan di samping punya aqidah, idologi, harus juga menegakkan prinsip-prinsip agar gerakan tersebut dijalankan dengan sungguh-sungguh dan penuh kayakinan. Adapun prinsip-prinsip gerakan PMII adalah: 1. Ukhuwah

Sebuah gerakan mengandaikan sebuah kolektivitas, karena itu perlu diikat dengan ukhuwah atau solidaritas yang kuat (al urwatul wutsqo) sebagai perekat gerakan tersebut. Adapun gerakan ukhuwah gerakan PMII adalah meliputi : a. Ukhuwah PMII-ah Sebagai gerakan yang berbasis PMII tentu ukhuwah PMIIah harus menjadi prinsip utama sebelum melangkah ke ukhuwah yang lain. Ini bukan untuk memupuk fanatisme kelompok, sebaliknya sebagi pengokoh ukhuwah yang lain sebab hanya kaum PMII yang mempunyai sistem pemahaman keagamaan yang mendalam dan bercorak sufistik yang moderat yang penuh toleransi serta gigih menjaga kemajemukan budaya, tradisi adat, kepercayaan dan agama yang ada. Karena itu kader PMII yang mengabaikan ukhuwah PMII dengan dalih mengutamakan ukhuwah yang lebih luas, yakni ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah, atau Basyariyah, apalagi hanya demi kepentingan politik personal atau klik politik, adalah sebuah penyimpangan bahkan dalam kader tertentu bisa disebut sebagai pengkhianatan. Sebab ukhuwah tanpa dasar aqidah yang kuat akan mudah pudar karena tanpa dasar dan sering dimanipulasi untuk kepentingan pribadi atau klik politik. Ukhuwah PMII-ah berperan sebagai penggodokan dan pemotongan ukhuwah yang lain karena ukhuwah bukanlah reaksi spontan melainkan sebuah keyakinan, penghayatan, dan pandangan yang utuh serta matang yang secara terus menerus perlu di kuatkan. b. Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiyah bersepektrum lebih luas yang melintasi aliran dan madzhab dalam Islam. Oleh sebab itu ukhuwah ini harus dilandasi dengan kejujuran, cinta kasih, dan rasa saling percaya. Tanpa landasan tersebut Ukhuwah Islamiyah sering dimanipulasi oleh kelompok tertentu untuk mendominasi yang lain, sehingga menjadi ukhuwah kusir kuda, yang satu menjadi tuan besar yang lain diperlakukan sebagai kuda tunggangan. Ukhuwah islamiyah semacam itu harus ditolak, harus mengembangkan ukhuwah islamiyah yang jujur dan amanah serta adil. Dan itupun dijalankan untuk kesjahteraan umat islam serta tidak diarahkan untuk menggangu ketentraman agama atau pihak yang lain. PMII sebagai Islam toleran berkewajiban mengawal agar ukuwah islamiya terus terjaga dengan demikian ukhuwah yang lain juga bisa dikembangkan. Dengan ukhuwah islamiyah yang jujur dan adil itu umat islam seluruh indonesia seluruh dunia bisa saling mengembangkan, menghormati, melindungi seta membela dari gangguan kelompok lain yang membahayakan eksistensi iman budaya dan masyarakat islam secara keseluruhan. c. Ukhuwah Wathaniyah Sebagai organisasi yang berwawasan kebangsaan, maka PMII berkewajiban untuk mengembangkan dan menjaga ukhuwah wathoniyah (solidaritas nasional). Dalam kenyataannya bangsa ini tidak hanya multi ras, multi agama dan multi budaya tetapi juga multi ideologi. Bagi PMII yang lahir dari akar budaya bangsa ini tidak pernah mengalami ketagangan dengan konsep kebangsaan yang ada. Sebab PMII adalah bentuk dari Islam Indonesia (Islam
Mustafied-3

|Page

yang berkembang dan melebur dengan tradisi dan budaya indonesia) bukan Islam di Indonesia (Islam yang baru datang dan tidak berakar dalam budaya Indonesia). Karena itu PMII berkewajiban turut mengembangkan ukhuwah wathoniyah untuk menjaga kerukunan nasional. Karena dengan adanya ukhuwah wathoniyah ini eksistensi PMII, umat Islam dan agama lain terjaga. Dan bila seluruh elemen bangsa ini solid akan disegani bangsa lain dan mampu menahan serangan dari bangsa lain yang ingin menjajah bangsa ini. Dalam kepentingan itulah PMII selalu gigih menegakkan ukhuwah wathoniyah sebagai upaya menjaga keutuhan dan menjunjung martabat bangsa Nusantara. d. Ukhuwah Basyariyah Walaupun PMII memegang teguh prinsip ukhuwah Nahdliyah, Islamiyah dan Wathoniyah, tetapi PMII tidak berpandangan, berukhuwah sempit, melainkan tetap menjunjunhg solidaritas kemanusiaan universal, menolak ekspiotasi dan penjajahan satu bangsa dengan bangsa lain karean hal itu mengingkari martabat kemanusiaan. Menggugat kenyataan ini maka pencptaan tatadunia yang adil tanpa penindasan dan peghisapan merupakan keniscayaan. Menggunakan isu kemanusiaan sebagai sarana kolonialis merupakn tindakan moral yang harus dicegah agar tidak meruntuhkan martabat kemanusiaan. Ukhuwah Basyariyah memandang manusia sebagai manusia tidak tersekat oleh sekat agama, ras atau ideologi semuanya ada dalam satu perasudaraan universal. Persaudaran ini tidak bersifat pasif tetapi selalu aktif membuat inisiatif dan menciptakan terobosan baru dengan berusaha menciptakan tatadunia baru yang jauh dari penjajahan, yang lebih relevan bagi kondisi manusia kontemporer. 2. Amanah Dalam kehidupan yang serba materialistis sikap amanah mendapat tantangan besar. Namun demikian perlu terus dipertahankan. Sikap amanah ditumbuhkan dengan membangun kejujuran baik pada diri sendiri maupun pihak lain. Sikap tidak jujur akan menodai prinsip amanah, karena itu pelakunya harus dikenai sangsi organisasi secara tegas. Amanah sebagai roh gerakan harus terus dipertahankan dibiasakan sdan ditradisikan dalam sikap dan perilaku seharihari. 3. Ibadah (pengabdian) Berjuang dalam PMII untuk masyarakat dan bangsa haruslah berangkat dari semangat pengabdian baik mengabdi pada PMII, umat, bangsa, dan seluruh umat manusia. Dengan demikian mengabdi di PMII bukan untuk mencari pengahasilan mencari pengaruh atau mencari jabatan. Tetapi memiliki tugas berat dan mulia. Dengan semangat pengabdian itu mereka akan gigih dan ikhlas membangun dan memajukan PMII. Tanpa semangant pengabdian, PMII hanya dijadikan termpat mencari kehidupan, menjadi batu loncatan untuk memproleh jabatan di pemerintahan. Selam ini PMII terbengkalai karena hilangnya rasa pengabdian bagi para pengurusnya sehingga tidak aktif dikantor tidak terinisiatif menggerakkan kader organisasi dan tidak melakukan terobosan pemikiran atau langkah terobosan yang konkrit, sepeti penataan organisasi serta memanaj pola kerja.

Maka spirit pengabdian itu yang harus dinamakan dalam gerakan agar PMII berkembang lebih dinamis dengan banyaknya sukarelawan yang siap berjuang mengembangkan organisasi. 4. Asketik Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa asketik (bersikap zuhud). Karena pada dasarnya sikap materialistik (hubbud dunya) akan menggerogoti sikap amanah dan akan merapuhkan semangat perngabdian karena dipePMIIhi pamrih duniawi maka sikap zuhud suatu keharusan bagi aktifis pergerakan PMII sikap ini bukan anti duniawi anti kemajuan tetapi menempuh hidup sederhana, tahu batas, tahu kepantasan sebagaimana diajarkan oleh para salafus sholihun. Dengan sikap asketik itu integrasi kader pergerakan PMII akan terjaga, sehingga kekuatan moral yang dimiliki bisa digunakan untuk menata bangsa ini. 5. Non Kolaborasi Prinsip ke 5 ini perlu ditegaskan kembali mengignat dewasa ini banyak lembaga yang disponsori kaum kapitalkisimperialis asing yang menawarkan berbagai jasa dan dana yang tujuannya bukan untuk memandirikan, melainkan untuk menciptakan ketergantungan dan pengaburan terhadap khittah serta prinsip-prinsip gerakan PMII, melalui intervensi dan pemaksaan ide dan agenda mereka. Karena itu untuk menjaga kemandirian, maka gerakan PMII menolak untuk berkolaborasi dengan kekuatan kapitalisimperialis baik secara akademik, politik, maupun ekonomi. Selanjutnya kader-kader PMII berkewajiban membangun paradigma keilmuan sendiri, sistem politik dan sistem ekonomi sendiri yang berakar pada budaya sejarah bangsa nusantara sendiri. 6. Komitmen Pada Korp Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda pergerakan maka perlu adanya kesetiaan dan kekompakan dalam korp pergerakan karena itu seluruh korp harus secara bulat menerima akidah ideologi dan seluruh prinsip pergerakan. Demikian juga pimpinan tidak hanya cukup menerima ideologi akidah serta prinsip pergerakan tetapi harus menjadi pelopor, teladan dan penggerak prinsip-prinsip tersebut. Segala kebijakan pimipinan haruslah merupakan representasi organisasi. Dengan demikian seluruh korp harus tunduk dans etia pada pimpinan. Dalam menegakkan prinsip dan melaksanakan program pimpinan harus tegas memberi ganjaran dan sanksi pada korp, demikian juga harus berani bersikap terbuka dan tegas pada pimpinan dan berani menegur dan meluruskan bila terjadi penyimpangan. 7. Kritik-Otokritik Untuk menjaga mekanisme pergerakan serta memperlancar jalannya program maka perlu adanya mekanisme organisasi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kemandekan atau bahkan penyimpangan maka dibutuhkan mekanisme kontrol dalam bentuk kritik otokritik mekanisme. Kritik otokritik ini bukan dilandasi semangat permusuhan tetapi dilandasi semangat persaudaraan dan rasa kasih sayang demi lancarnya roda pergerakan.
Mustafied-5

|Page

IV. STRATEGI DASAR PMII 1. Pribumisasi (agama, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya)> TATA NILAI 2. Konservasi (budaya, alam,/culture-nature). 3. Nasionalisasi (sistem politik, sistem ekonomi, budaya) KELEMBAGAAN V. LANGKAH 1. Penyadaran (posisi PMII, Situasi LOkal, Nasional, Global). 2. Sosialisasi 3. Pembentukan Jaringan (santri, siswa, mahasiswa, pemuda, ulama, birokrasi, profesional, usaha, tentara). 4. Campaign/Propaganda 5. Gerakan (sosial, budaya, politik, ekonomi) VI. TAHAPAN 1. PMII sebagai organisasi kader dan gerakan social mahasiswa (merebut kaum muda, student activist now, leader tomorrow) 2. Pasca-PMII (ruang spasial pasca-mahasiswa)multilevel-multianalysis- multistrategi-

You might also like