You are on page 1of 13

LAMPIRAN EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN KUSTA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN KLARI PERIODE NOVEMBER 2011 SAMPAI

OKTOBER 2012

Lampiran 1 : Variabel dan Tolok Ukur Keberhasilan Program Penanggulangan Kusta No I Variabel Masukan 1.1. Tenaga Dokter umum Petugas P2Kusta Petugas laboratorium terlatih Petugas Pencatatan dan Pelaporan 1.2. Dana APBD Tingkat II 1.3. Saranamedis Objectglass Bambu/lidi Silet Persediaan obat kusta Spuit Mikroskop Lampu spritus Pewarnaan BTA ZiehlNielseen Non medis Ruang tunggu pasien yang terbuka Ruang pemeriksaan pasien Ruang administrasi Ruang obat Ruang laboratorium Tempat tidur untuk memeriksa pasien Lemari penyimpanan obat Rak obat Alat administrasi Buku register kunjungan pasien Alat tulis Komputer Alat Penyuluhan Papan tulis Spidol Brosur Poster Formulir Pencatatan Kartu Penderita Register/Monitoring KOHORT Penderita Pencatatan Pencegahan Cacat Form Evaluasi Pengobatan Prednison Formulir pelaporan Gambaran data pokok pencapaianprogram Tolok Ukur Keberhasilan

1 orang 1 orang 1 orang 1 orang

Cukup

Ada Ada Ada Cukup Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Ada

Pengendalian Penyakit Kusta Laporan Program P2Kusta 1.4. Metode a. Penemuan tersangka penderita kusta

Ada Ada

b. Tanda-tanda tersangka kusta (suspect) (Tanda-tanda pada kulit)

c. Penetapan diagnosis

Passivecasefinding yaitu penemuan tersangka penderita kusta yang datang ke puskesmas. Bercak/kelainankulit yang merah atau putih di bagian tubuh Kulit mengkilap Bercak yang tidak gatal Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut Lepuh tidak nyeri Tanda-tanda pada saraf Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka Adanya cacat (deformitas) Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinalsign: Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf : gangguan fungsi sensoris (mati rasa), gangguan fungsi motoris (parese atau paralisis), gangguan fungsi otonom (kulit kering dan retak-retak) Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit: seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta jika terdapat satu dari tanda-tanda utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum dapat ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana pemeriksaan apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya cardinal sign. Jika ada cardinalsign, berikan MDT. Jika masih meragukan, suspek perlu

d. Klasifikasi

e. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

dirujuk.Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pemeriksaan pandang, pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, dan pemeriksaan saraf (saraf aurikularis magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf medianus, saraf peroneus, dan saraf tibialis posterior). Paucibaciler (PB): bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf. Multibaciler (MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf. Regimen Pengobatan MDT sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO: Pauci baciler (PB) Dewasa dan anak (10-14 tahun) hari pertama:2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg), 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg. Hari ke 2-28:1 tablet Dapsone/DDS 100 mg. 1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 6-9 bulan Multi basiler (MB) Dewasa dan anak (10-14 tahun) hari pertama:2 tablet Rifampisin @300 mg (600 mg), 3 tablet Lampren @100 mg (300 mg), 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg. Hari ke 2-28:1 tablet Lampren 50 mg, 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg. 1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan Dosis MDT menurut umur Rifampisin:10-15mg/kgBB DDS : 1-2 mg/kgBB Clofazimine : 1mg/kgBB Obat-obatan penunjang Sulfas ferosus Vitamin A Neurotropik

f. Pemantauan pengobatan

Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam 1 bulan harus dilakukan pelacakan RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif: tipe PB selama 2 tahun, tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister) dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister) Dalam waktu 1218 bulan dinyatak RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium DefaulteradalahPB yang tidak ambil obat >3 bulan, MB tidak ambil obat >6 bulan. Tindakan bagi Defaulter: dikeluarkan dari monitoring dan register, bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan pemeriksaan klinis ulang dengan teliti, bila: Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif Tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak perlu diobati lagi Penderita dinyatakan relaps bila setelah dinyatakan RFT timbul lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasi ke dokter yang memiliki kemampuan klinis mendiagnosis relaps. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, meninggal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi,

g. Pemeriksaan kontak

h. POD dan perawatan diri

default. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping dan indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan. Pemeriksaan kontak: membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita kosong, alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT, mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita, mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak dengan penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat MDT dosis pertama. Komponen pencegahan cacat: penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, serta rehabilitasi medis. Tingkat cacat menurut WHO: Cacat Tingkat 0: tidak ada cacat. Cacat Tingkat 1: cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa

i. Penyuluhan

raba pada kornea mata, telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak ada cacat tingkat 1 pada mata. Cacat Tingkat 2: tidak mampu menutup mata dengan rapat (lagophtalmos), kemerahan yang jelas pada mata (ulserasi kornea atau uveitis), gangguan penglihatan berat atau kebutaan; luka dan ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas yang disebabkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (atropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari. Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan penyuluhan tentang perawatan diri yang diberikan kepada penderita dan keluarga tentang cara-cara memeriksa, melindungi mata, tangan yang mati rasa, kulit yang kering, jari tangan yang bengkok, kaki yang simper, kulit kaki tebal dan kering, kaki yang mati rasa, dan merawat luka agar dapat melakukan pencegahan cacat di rumah. Selain itu, petugas dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di Puskesmas pada penderita dengan masalah khusus kecacatan seperti memberikan tetes mata yang mengandung saline jika mata sangat kering, antibiotic dan bebat mata bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika perlu. Perorangan: penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau konsultasi di puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah semua informasi mengenai kusta. Penyuluhan diberikan pada awal pengobatan dan

j. Pencatatan dan Pelaporan

setiap pasien datang kembali untuk mengambil obat ke Puskesmas. Kelompok: penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar, dll. Materi yang diberikan adalah semua informasi tentang kusta. Pencatatan: Kartu penderita diisi saat ada penderita baru. Register/Monitoring Penderita PB/MBdiisi tiap bulan saat pasien datang mengambil obat. Formulir Pencatatan Pencegahan Cacatdiisi saat ada penderita baru. Diulangi setiap bulan untuk mendeteksi reaksi kusta secara dini. Diulangi setiap 2 minggu jika penderita mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita dinyatakan RFT. Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat. Data Pokok Program Eliminasi diisi setiap tahun, merupakan rekapitulasi data tribulan hasil kegiatan puskesmas. Formulir Register Stok Obat MDT. Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4. Pelaporan: Formulir Laporan untuk puskesmas, copy register monitoring pengobatan PB/MB selanjutnya dikirim ke Kabupaten setiap tribulan.

II

Proses 2.1. Perencanaan a. Penemuan tersangka penderita kusta

Setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Klari oleh dokter umum atau perawat secara passivecasefinding berdasarkan gejala bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh,

b. Diagnosis penderita kusta

c. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

d. Pemantauan pengobatan

e. Pemeriksaan kontak

f. POD dan perawatan diri

kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacatyang tidak sembuh. Setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Klari oleh dokter berdasarkan gejala yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf. Setiap hari Senin - Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Klari yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta. Setiap hari Selasa jam 08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Klari oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps. Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama. Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu di Puskesmas Kecamatan Klari jam 08.00-14.00 dengan penemuan dini

penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis. g. Penyuluhan Perorangan : dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu di Puskesmas Kecamatan Klari jam 08.00-14.00dengan cara tanya jawab yang berisi semua informasi tentang kusta. Kelompok : tidak ada perencanaan. Pencatatansetiap hari Senin, Selasa, dan Rabu jam 08.0014.00 di Puskesmas Kecamatan Klari dengan menggunakan formulir yang ada di puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Pelaporandilaporkan tribulan ke Dinas Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian tugas Setiap hari Senin Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Klari oleh dokter umum atau perawat secara passivecasefinding berdasarkan gejala bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya bagianbagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak mau sembuh. Setiap hari Senin Sabtu jam

h. Pencatatan dan pelaporan

2.2. Pengorganisasian 2.3. Pelaksanaan a. Penemuan tersangka penderita kusta

b. Diagnosis penderita kusta

c. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

d. Pemantauan pengobatan

e. Pemeriksaan kontak

f. POD dan perawatan diri

08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Klari oleh dokter berdasarkan gejala yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan ditentukan tipe kusta: Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf. Setiap hari Senin - Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Klari yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta. Setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Klari oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps. Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama. Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu di Puskesmas Kecamatan Klari jam 08.00-14.00 dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi

g. Penyuluhan

h. Pencatatan dan Pelaporan

2.4. Pengawasan

kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis. Perorangan : dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu di Puskesmas Kecamatan Klari jam 08.00-14.00 dengan cara tanya jawab yang berisi semua informasi tentang kusta. Kelompok : tidak dilakukan. Pencatatan: setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu jam 08.0014.00 di Puskesmas Kecamatan Klari dengan menggunakan formulir yang ada di puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Pelaporan: dilaporkan tribulan ke Dinas Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta. Dari Kabupaten Karawang4x/tahun Dari Propinsi Jawa Barat2x/tahun Dari Kepala Puskesmas 1x/bulan

III

Keluaran Angka penemuan penderita baru Kusta (CDR = Case Detection Rate) Angka Kesembuhan (RFT = Release from Treatment) Prevalensi dan angka prevalensi (PR = Prevalence Rate) Proporsi cacat tingkat 2 Proporsi penderita anak (0-14 tahun) Proporsi MB Penyuluhan

Target<5:100.000 RFT Rate MB target >90% RFT Rate target >90% Target<1:10.000) Target<5% Target<5% Target<65% Penyuluhan perorangantarget 100% Penyuluhan kelompoktarget 100% 100 % pencatatan dan pelaporan Pencatatan kegiatan program : setiap Senin-Sabtu jam 08.00-

IV1.

Pencatatan dan pelaporan

Umpan Balik

14.00 Pelaporan kegiatan program : 4x/tahun Rapat kerja bulanan untuk monitoring dan evaluasi program yang telah dijalankan: 1x/bulan 2. V Dampak Langsung: Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas kusta Terputusnya rantai penularan penyakit kusta

Tidak langsung: Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal VI Lingkungan Fisik Perumahan: lingkungan tempat tinggal warga tidak padat serta jarak antar rumah jauh,memiliki ventilasi, pencahayaan, dan sanitasi yang baik. Terdapatfasilitas kesehatan lain dan dapat bekerjasama dengan baik Tingkat pendidikan yang cukup dan tingginya pengetahuan mengenai pencegahan terhadap penyakit kusta

Non fisik

You might also like