You are on page 1of 47

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah

suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia di tatanan klinik (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation). Dibawah ini ada beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, yaitu : 1. Pensiunan dan masalah-masalahnya 2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke 3. Meningkatnya jumlah lanjut usia 4. Pencemaran pelayanan kesehatan 5. Kewajiban Pemerintahterhadap orang cacat dan jompo 6. perkembangan ilmu 7. Program PBB 8. Konfrensi Internasional di WINA tahun 1983 9. Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit 10. Mahalnya obat-obatan BAB II PEMBAHASAN 1. A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain: 1 Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani. 2 Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet). Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain: 1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan 2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas 3. Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh 4. Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus. 1. B. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia 1. Pendekatan fisik Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu: 1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri. 2. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia dihadapkan pada

dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan. Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia. Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka. 1. Pendekatan psikis Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan service. Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk itu perawat harus selalu

menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya. Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia. 1. Pendekatan sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda. 1. Pendekatan spiritual Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa

semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia. Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka. 1. C. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari hari secara mandiri dengan: 1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan. 2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support) 3. menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut. 4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu 5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal). 1. D. Fokus Keperawatan Lanjut Usia Keperawatan lanjut usia berfokus pada : 1. 2. 3. 4. Peningkatan kesehatan (helth promotion) Pencegahan penyakit (preventif) Mengoptimalkan fungsi mental Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

1. E. Diagnosa Keperawatan 1. Aspek fisik atau biologis 1. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi. NOC I : Status nutrisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan mampu:

1. 2. 3. 4.

Asupan nutrisi tidak bermasalah Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah Energy tdak bermasalah Berat badan ideal

NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management) 1. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan jika sesuai. 2. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann, jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh. 3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target. 4. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien 5. Kembangkan hubungan suportif dengna pasien 6. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan 7. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk menimimalkan berat badan. 8. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung peningkatan berat badan. b Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya dengan criteria : 1 2 3 4 5 Mengatur jumlah jam tidurnya Tidur secara rutin Miningkatkan pola tidur Meningkatkan kualitas tidur Tidak ada gangguan tidur

NIC : Peningkatan Tidur 1 2 3 4 Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya

c Dx. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan. NOC mampu : 1 2 3 4 5 : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 324 jam diharapkan pasien

Kontinensia Urin Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK). Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu. Mengosongkan bladde dengan lengkap. Mampu memprediksi pengeluaran urin.

NIC : Perawatan Inkontinensia Urin 1 2 3 4 Monitor eliminasi urin Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK. Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet. Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.

d Dx. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori sekunder NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dengan criteria : 1 2 3 Mengingat dengan segera informasi yang tepat Mengingat inormasi yang baru saja disampaikan Mengingat informasi yang sudah lalu

NIC : Latihan Daya Ingat 1 2 3 Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan cepat Mengenangkan tentang pengalaman di masalalu dengan pasien

e Dx. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

TUJUAN NOC 1 2 : Fungsi Seksual Mengekspresikan kenyamanan Mengekspresikan kepercayaan diri

NIC : Konseling Seksual 1 Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia. 2 f Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan. Dx. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular

Yang ditandai dengan : 1 2 3 4 Perubahan gaya berjalan Gerak lambat Gerak menyebabkan tremor Usaha yang kuat untuk perubahan gerak

NOC : Level Mobilitas ( Mobility Level ) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat : 1 2 3 4 Memposisikan penampilan tubuh Ambulasi : berjalan Menggerakan otot Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan

NIC : Latihan dengan Terapi Gerakan ( Exercise Therapy Ambulation ) 1 Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan kebutuhan 2 Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman

3 Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak kokoh) g Dx. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang

Yang ditandai dengan: 1 2 3 Peningkatan kebutuhan istirahat Lelah Penampilan menurun

NOC Activity Tolerance Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat: 1 2 3 4 Memonitor usaha bernapas dalam respon aktivitas Melaporkan aktivitas harian Memonitor ECG dalam batas normal Memonitor warna kulit

NIC Energy Management 1 2 3 4 h Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat Tentukan keterbatasan fisik pasien Tentukan penyebab kelelahan Bantu pasien untuk jadwal istirahat Dx. Risiko kerusakan integritas kulit

NOC : Kontrol Risiko ( risk control ) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat : 1 2 3 4 Kontrol perubahan status kesehatan Gunakan support system pribadi untuk mengontrol risiko Mengenal perubahan status kesehatan Monitor factor risiko yang berasal dari lingkungan

NIC : penjagaan terhadap kulit ( skin surveillance ) 1 2 Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan

3 4 5

Monitor warna kulit Monitor suhu kulit Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat 1. Dx. Kerusakan Memori b.d gangguan neurologis

Yang ditandai dengan : 1 2 3 4 Tidak mampu mengingat informasi factual Tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau masa lampau Lupa dalam melaporkan atau menunjukkan pengalaman Tidak mampu belajar atau menyimpan keterampilan atau informasi baru

NOC : Orientasi Kognitif Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat : 1 2 3 4 Mengenal diri sendiri Mengenal orang atau hal penting Mengenal tempatnya sekarang Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar

NIC : Pelatihan Memori ( Memory Training ) 1 Stimulasi memory dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir pertemuan dengan pasien. 2 3 4 Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien. Menyediakan gambar untuk mengenal ingatannya kembali Monitor perilaku pasien selama terapi 1. Aspek psikososial 1. Dx. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan. NOC I : koping (coping) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten diharapkan mampu:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Mengidentifikasi pola koping efektif Mengedentifikasi pola koping yang tidak efektif Melaporkan penurunan stress Memverbalkan control perasaan Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan Beradaptasi dengan perubahan perkembangan Menggunakan dukungan social yang tersedia Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis

NIC I : coping enhancement 1. Dorong aktifitas social dan komunitas 2. Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan 3. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama 4. Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang sesuai. 5. Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama. 6. Dx. Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera, perubahan status mental. NOC I : Lingkungan keluarga : internal ( family environment: interna) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten diharapkan mampu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Berpatisipasi dalam aktifitas bersama Berpatisipasi dala tradisi keluarga Menerima kujungan dari teman dan anggota keluarga besar Memberikan dukungan satu sama lain Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada yang lain. Mendorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan Berpatisipasi dalam rekreasi dan acara aktifitas komunitas Memecahkan masalah

NIC I : Keterlibatan keluarga (Family involvement) 1. Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien. 2. Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan kesehatan yang utama. 3. Mengidentifkasi deficit perawatan diri pasien 4. Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang sesuai dengan umur atau penyakitnya. 5. Dx. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual. NOC :

Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan akan bisa memperbaiki konsep diri dengan criteria : 1. Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan) 2. Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan 3. Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat pnyakitnya 4. Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual NIC : Peningkatan harga diri 1. 2. 3. 4. Kuatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien mengndalikan situasi Menguatkan tenaga pribadi dalam mengenal dirinya Bantu pasien untuk memeriksa kembali persepsi negative tentang dirinya Dx. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi , fungsi peran, lingkungan, status ekonomi

Yang ditandai dengan: 1. Ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup 2. Mudah tersinggung 3. Gangguan tidur NOC Anxiety Control 1. 2. 3. 4. 5. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat: Memonitor intensitas cemas Melaporkan tidur yang adekuat Mengontrol respon cemas Merencanakan strategi koping dalamsituasi stress

NIC Anxiety Reduction 1. 2. 3. 4. 5. Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi ketakutan Identifikasi ketika perubahan level cemas Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi Dx. Resiko Kesendirian

NOC Family Coping Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat: 1. 2. 3. 4. Mendemontrasikan fleksibelitas peran Mengatur masalah Menggunakan strategi penguranagn stress Menghadapi masalah

NIC Family Support 1. 2. 3. 4. 5. Bantu pekembangan harapan yang realistis Identifikasi alami dukungan spiritual bagi keluarga Berikan kepercayaan dalam hubungan dengan keluarga Dengarkan untuk berhubungan dengan keluarga, perasan dan pertanyaan Dx. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik (ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24jam pasien diharapkan meningkatkan citra tubuhnya dengan criteria : 1. Merasa puas dengan penampilan tubuhnya 2. Merasa puas dengan fungsi anggota badannya 3. Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan NIC : Peningkatan Citra Tubuh 1. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena penyakit atau pembedahan 2. Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru saja diterima dapat masuk dalam citra tubuh pasien 3. Memudahkan hubungan dengan individu lain yang mempunyai penyakit yang sama 4. Aspek spiritual Dx : Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural. NOC I : pengaharapan (hope) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara luas diharapkan mampu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif Mengekspresikan arti kehidupan Mengekspresikan rasa optimis Mengekspresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri Mengekspresikan kepercayaan Mengekspresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang lain

NIC I : penanaman harapan (hope instillation) 1. 2. 3. 4. 5. Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan dalam hidup Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support group. Mengembangkan mekanisme paran koping pasien

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010.

Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc. McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc. NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia : NANDA International.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT

Eko Prabowo

Ruang Lingkup Keperawatan Gerontik Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan terhadap usia lanjut di berbagai tatanan dan membantu usia lanjut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Lingkup praktek keperawatan gerontik meliputi pemberian asuhan

keperawatan, melaksanakan advokasi dan bekerja untuk meningkatkan kemampuan kemandirian usia lanjut, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.

Lingkup pelayanan pada usia lanjut meliputi: 1. Pelayanan kesehatan berbasis komunitas Pelayanan pada usia lanjut di masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan usia lajut melalui kegiatan secara berkelompok/peer group dan meningkatkan kemandirian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan meliputi upaya Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif melalui kegiatan Posbindu, home care dan asuhan keperawatan komunitas. 1) Pelayanan Kesehatan Lansia Berbasis Institusi (1) Poliklinik Geriatrik (rawat jalan) bersifat subspesialistik.

Pelayanan yang diberikan meliputi konsultasi (2) Bangsal Geriatrik Akut

assesment, pengobatan sederhana dan

Pelayanan yang diberikan meliputi assesment, kuratif dan rehabilitatif terutama untuk usia lanjut penderita penyakit akut & sub akut : stroke, penyakit jantung, pneumonia, diabet. (3) Bangsal Geriatri Kronis / Rawat Inap Merawat usia lanjut dengan penyakit kronis (4) Panti Werda = Nursing home Layanan diberikan pada usia lanjut yang mengalami ketergantungan fisik, memerlukan bantuan medis secara yang bersifat intermediate dan keterbatasan keluarga dalam merawat (5) Konsultasi Geriatri : Layanan Konsultatif pada klien geriatrik (6) Respite care/tempat peristirahatan Ditujukan pada usia lanjut dengan gangguan fungsional yang ringan/ mengalami ketergantungan ringan dan tidak menghendaki tinggal di dalam keluarga (7) Perawatan harian/day care Adalah pelayanan yang diberikan oleh perawat profesional kepada usia lanjut di lingkungan masyarakat selama beberapa jam dalam setiap harinya, ditujukan pada usia lanjut yang mengalami gangguan atau kemunduran fisik dan kognitif yang membatasi kemandiriannya, tidak mengalami sakit yang parah, dimana keluarga memiliki keterbatasan sumberdaya dalam merawat

2. Kelompok Usia Lanjut Pembagian Usia Lanjut berdasarkan Kelompok umur : 1) Usia pertengahan (Midle age) 2) Lanjut usia (Young Old) 3) Lanjut usia tua (Old) : usia 45 sampai 59 tahun : antara 60 sampai 74 tahun : antara 75 sampai 90 : diatas 90 tahun

4) Usia sangat tua (Very Old)

3. Konsep Tentang Usia Lanjut : Pada Usia lanjut perkembangan lebih pada proses kematangan (maturasi) Jumlah Usia lanjut cenderung melonjak di masa-masa mendatang

Usia Lanjut terjadi perubahan fisik dan psikososial Usia lanjut lebih berfokus pada dirinya sendiri

Usia lanjut memiliki kemampuan memaksimalkan kemandiriannya, membangun hubungan sosial, dan memlihara kehidupan yg berkualitas Kebutuhan khusus usia lanjut : peningkatan kesehatan dan pncegahan penyakit

4. Jtngs Theory of Individualism : Perjalanan proses menua, perubahan kepribadian sering dimulai dari luar difokuskan dan diperhatikan kemandirian dirinya di masyarakat ke arah dalam diri, seperti individu mencari jawaban dari dalam diri. Menua dikatakan sukses ketika seseorang melihat ke dalam dan nilai dirinya lebih dari kehilangan atau pembatasan fisiknya. Individu dapat menerima prestasi dan keterbatasannya. Gambaran empat dimensi pada lansia terhadap proses menua Longaker (1997) : 1. 2. Lansia melihat makna dalam hidupnya Refleksi terhadap hubungan masa lalu dan berharap dapat memperbaikinya

3. Ingin memahami keluhan fisik dan emosional yang dialami dan dirasakan, saat mengalami suatu penderitaan dengan tujuan untuk memperoleh penderitaan yang dialaminya 4. Refleksi terhadap kematian, merupakan persiapan terhadap kematian saat hikmah dari

seseorang mulai memasuki usia lanjut

5. Tugas perkembangan lansia meliputi : 1) Pengaturan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan 2) Pengaturan dari kehilangan pekerjaan/ pensiun dan penurunan penghasilan 3) Pengaturan kehilangan pasangan /meninggalnya suami/istri 4) Mendirikan perkumpulan kelompok umur, adaptasi tugas masyarakat 5) Membuat perencanaan kehidupan fisik yang memuaskan

6. Kesalahan Tentang Konsep Lansia 1. Tidak dapat hidup secara mandiri

2. Usia kronologis seseorang mempengaruhi proses menua 3. Kemampuan intelektual di usia tua akan menurun 4. Lansia tidak dapat hidup produktif/ aktif 5. Lansia Resisten terhadap perubahan 6. Lansia berharap adanya keamanan sosial 7. Karakteristik Kesehatan Usia Lanjut 1. Proses menua adalah normal dan alamiah, fisiologis dan tidak dapat kembali seperti semula 2. Kebutuhan dasar : physiology, safety, love, self-esteem, self-actualization 3. optimalisasi kemampuannya lebih penting dari pada masalah kesehatan yang dihadapinya 4. Kemampuan fungsional : kemampuan beradaptasi, mengatasi stres, melakukan aktifitas

8. Kebutuhan aktualisasi diri pada usia lanjut 1. Merupakan kebutuhan dasar yang paling tinggi dari hirarki Maslow, dimana kebutuhan ini akan terpenuhi jika kebutuhan dasar di bawahnya sudah terpenuhi dengan baik 2. Kebutuhan aktualisasi diri pada lansia menunjukkan bahwa seseorang telah mencapai potensi mereka secara optimal 3. Lansia yang telah teraktualisasi dirinya, adalah orang yang telah mampu menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya dengan baik, memiliki kepuasan atas prestasinya, mampu menghadapi masalah secara realistis, walapun juga mengalami kegagalan/kekurangan sebelumnya 4. Aktualisasi diripada lansia terjadi pada saat terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan tekanan, serta adanya kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungannya 9. Health Needs 1. Nutrisi: dalam rangka mempertahankan berat badan yang optimal/seimbang (rendah lemak, cukup kalori, tinggi protein), hindari penggunaan obat laxative, cukup minum dan makanan tinggi serat

2. Jaga kesehatan gigi 3. Latihan fisik/ olah raga, diawali dg pemanasan 4. Jaminan keuangan 5. Kebutuhan psikososial : kemampuan koping, peningkatan kemandirian, interaksi sosial. 6. Kebutuhan keamanan/keselamatan :menghindari cedera/jatuh, keamanan pengobatan 7. Kebutuhan Spiritual : mempersiapkan diri akan kematian 8. Screening/ pemeriksaan kesehatan untuk deteksi dini penyakit dan penyembuhan 10. Health Problems 1. Alzheimer 2. Arthritis 3. Cancer 4. Depression 5. Diabetic 6. Cardiovascular 7. Osteoporosis 11. Health Service Criteria 1. Komprehensif: adanya dukungan finansial yg adekuat, perawatan sehari-hari, pelayanan kesehatan yg memadai, pendidikan kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi dan aktifitas fisik dan pelayanan transportasi 2. Adanya kerjasama/ terkoordinasi lintas program/sektoral 3. Mudah dijangkau 4. Memperhatikan kualitas pelayanan Asuhan Keperawatan Usia Lanjut Asuhan Keperawatan Usia Lanjut keperawatan yang: Ditujukan kepada usia lanjut, adalah suatu rangkaian kegiatan proses

Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual,

Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan, Membuat perencanaan, Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.

Tujuan Asuhan Keperawatan Usia Lanjut Usia lanjut agar mampu : Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, serta meningkatkan

kemampuannya dalam melakukan tindakan pencegahan dan perawatan Mempertahankan serta memiliki semangat hidup yang tinggi

Proses Keperawatan Usia Lanjut I. PENGKAJIAN Adalah sebuah proses untuk mengenal dan mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif dan negatif) pada usia lanjut, baik secara individu maupun kelompok, yang bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan usia lanjut, serta untuk mengembangkan strategi promosi kesehatan Aspek yang dikaji : A. Pengkajian Individu Usia Lanjut
I. IDENTITAS Nama Alamat Nama Wisma : : :

Jenis kelamin : (1) Laki-laki (2) Perempuan Umur Kategori (1) Middle Status (1) Menikah : th

: (2) Elderly

(3) Old

(4) Very old

: (2) Tidak menikah (3) Janda (4) Duda

Agama : (1) Islam (2) Protentas Suku : (1) Jawa (2) Madura

(3) Hindu (4) Katolik

(5) Budha

(3) Lain-lain, sebutkan .

Tingkat pendidikan ; (1) Tidak tamat SD (2) Tamat SD Lama tinggal di panti : (1) < 1 tahun (2) 1 3 tahun Sumber pendapatan : Ada, jelaskan . Tidak, jelaskan .. Keluarga yang dapat dihubungi : Ada, . Tidak ..

(3) SMP (4) SMU (5) PT

(6) Buta huruf

(3) > 3 tahun

Riwayat Pekerjaan :

II. RIWAYAT KESEHATAN Keluhan yang dirasakan saat ini : (1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6) Gatal (7) Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur (11) Lain-lain ........................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................ Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir : (1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6) Gatal Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur Penyakit saat ini : (1) Sesak nafas/PPOM (2) Nyeri Sendi/Rematik (3) Diare (4) Penyakit kulit (5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi (11) lain-lain :.................................................................................................................................. Kejadian penyakit 3 bulan terakhir : (1) Sesak nafas/PPOM (2) Nyeri Sendi/Rematik (3) Diare (4) Penyakit kulit (5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi (9) Lain-lain :.................................................................................................................................... III. STATUS FISIOLOGIS Postur tulang belakang lansia : (1) Tegap (2) Membungkuk Tanda-tanda vital dan status gizi : (1) Suhu : (2) Tekanan darah : (3) Nadi : (4) Respirasi : (5) Berat badan :

(7) Diare (8)

(3) Kifosis

(4) Skoliosis

(5) Lordosis

(6) Tinggi badan (IMT)

: :

PENGKAJIAN HEAD TO TOE 1.Kepala : Kebershhan : kotor/bersih Kerontokan rambut : ya/tidak Keluhan : ya/tidak Jika ya, jelaskan : .. 2. Mata Konjungtiva : anemis/tidak Sklera : ikterik/tidak Strabismus : ya/tidak Penglihatan : Kabur/tidak Peradangan : Ya/tidak Riwayat katarak &nbrp; : ya/tidak Keluhan : ya/tidak Jika ya, Jelaskan : Penggunaan kacamata : ya/tidak 3. Hidung Bentuk Peradangan Penciuman Jika ya, jelaskan

: simetris/tidak : ya/tidak : terganggu/tidak : .

4. Mulut dan tenggorokan Kebersihan : baik/tidak Mukosa : kering/lembab Peradangan/stomatitis : ya/tidak Gigi geligi : karies/tidak, ompong/tidak Radang gusi : ya/tidak Kesulitan mengunyah : ya/tidak Kesulitan menelan : ya/tidak 5. Telinga Kebersihan : bersih/tidak Peradangan : ya/tidak Pendengaran : terganggu/tidak Jika terganggu, jelaskan : .. Keluhan lain : ya/tidak Jika ya, jelaskan : .. 6. Leher Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak JVD : ya/tidak Kaku kuduk : ya/tidak 7. Dada Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest/lainnya Retraksi : ya/tidak Wheezing : ya/tidak Ronchi : ya/tidak Suara jantung tambahan : ada/tidak Ictus cordis : ICS

8. Abdomen Bentuk Nyeri tekan Kembung Supel Bising usus Massa 9. Genetalia Kebersihan Haemoroid Hernia

: distend/flat/lainnya : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak : ada/tidak, frekwensi : : ya/tidak, regio

kali/menit

: baik/tidak : ya/tidak : ya/tidak

10. Ekstremitas Kekuatan otot : (skala 1 5 ) Kekuatan otot : lumpuh : ada kontraksi : Melawan grafitasi dengan sokongan : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh Rentang gerak : maksimal/terbatas Deformitas : ya/tidak, jelaskan Tremor : ya/tidak Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak Penggunaan alat bantu : ya/tidak, jenis : Refleks Kanan Biceps Triceps Knee achiles Keterangan : Refleks + : normal Refleks - : menurun/meningkat 11. Integumen Kebersihan &nbs; : baik/tidak Warna : pucat/tidak Kelembaban : Kering/lembab Gangguan pada kulit : ya/tidak, jelaskan . 12. Test Koordinasi / Keseimbangan : No. Aspek penilaian 1 2 3 4 5 6 7 Berdiri dengan postur normal Berdiri dengan postur normal (mata tertutup) Berdiri dengan saru kaki Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral Berdiri, lateral dan fleksi trunk Berjalan, tempatkan salah satu tumit didepan jari kaki yang lain Berjalan sepanjang garis lurus Kiri

Keterangan

Nilai

Kanan : Kiri :

8 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 9 Berjalan mundur 10 Berjalan mengikuti lingkaran 11 Berjalan dengan tumit 12 Berjalan dengan ujung kaki JUMLAH Intepretasi : Kriteria penilaian : Keterangan : 42 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap 28 41 : Sedikit Bantuan (Untuk keseimbangan) 14 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal < 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas

4 : Melakukan aktifitas dengan lengkap


3 : Sedikit Bantuan (Untuk keseimbangan) 2 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal 1 : Tidak mampu melakukan aktifitas

IV. PENGKAJIAN PSIKOSOIAL Hubungan dengan orang lain dalam wisma : Tidak dikenal Sebatas kenal Mampu berinteraksi Mampu kejasama Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti Tidak dikenal Sebatas kenal Mampu berinteraksi Mampu kejasama Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti Selalu Sering Jarang Tidak pernah Stabilitas emosi Labil Stabil Iritabel Datar Jelaskan : .. Motivasi penghuni panti Kemampuan sendiri Terpaksa Frekwensi kunjungan keluarga 1 kali/bulan 2 kali/bulan Tidak pernah 1. Pengkajian Masalah emosional Pertanyaan tahap 1 Apakah klien mengalami susah tidur Ada masalah atau banyak pikiran Apakah klien murung atau menangis sendiri Apakah klien sering was-was atau kuatir

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawaban ya 1 atau lebih Pertanyaan tahap 2 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan Ada masalah atau banyak pikiran Ada gangguan atau masalah dengan orang lain Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter Cenderung mengurung diri Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya, maka masalah emosional ada atau ada gangguan emosional Gangguan emosional Kesimpulan : 2. Tingkat kerusakan intelektual Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner). Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini : Benar Salah Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertanyaan Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ? Apa nama tempat ini ? Dimana alamat anda ? Berapa umur anda ? Kapan anda lahir ? Siapa presiden Indonesia ? Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? Siapa nama ibu anda ? Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, secara menurun

JUMLAH Interpretasi : Salah 0 3 Salah 4 5 Salah 6 8 Salah 9 10

: Fungsi intelektual utuh : Fungsi intelektual kerusakan ringan : Fungsi intelektual kerusakan sedang : Fungsi intelektual kerusakan berat

Kesimpulan : 3. IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) No Aspek Nilai Nilai Kriteria Kognitif maksimal Klien 1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar : Tahun : Musim : Tanggal : Hari : Bulan : 2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada ? Negara Propinsi Kabupaten/kota Panti

Registrasi

Perhatian dan kalkulasi

Mengingat

Wisma Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja, kertas), kemudia ditanyakan kepada klien, menjawab : kursi meja kertas Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat. Jawaban : 93 86 79 72 65 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1) Menanyakan pada klien tentang benda (sambil menunjukan benda tersebut). 1. 2 Minta klien untuk mengulangi kata berkut : tidak ada, dan, jika, atau tetapi ) Klien menjawab : Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri 3 langkah. Ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilanti. 1. 2. 3. Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktifitas sesuai perintah nilai satu poin. tutup mata anda Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat dan menyalin gambar.

Bahasa

Total nilai 30 Interpretasi hasil : 24 30 : tidak ada gangguan kognitif 18 23 : gangguan kognitif sedang

0 - 17

: gangguan kognitif berat

Kesimpulan :.. V. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN Kebiasaan merokok > 3 batang sehari < 3 batang sehari Tidak merokok Kebiasaan minum alkohol : (1) Tidak pernah (2) Sering Minum Kopi : (1) Thdak (2) Ya : (1) 1 gelas/hari (2) 2 gelas/ hari PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN USIA LANJUT Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang sehat : Sudah tahu dan jelas Sudah tahu tapi kurang jelas

(3) lebih 3 gelas/hari

Belum tahu Apakah anda sudah mengerti tentang penyakit yang anda derita : Sudah tahu dan jelas Sudah tahu tapi kurang jelas Belum tahu Apakah anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakit-penyakit pada usia lanjut : Sudah tahu dan jelas Sudah tahu tapi kurang jelas Belum tahu Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik untuk usia lanjut : Sudah tahu dan jelas (3) tidak tahu Sudah tahu tapi kurang jelas POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI : Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

Frekwensi makan
1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari Tidak teratur

Jumlah makanan yang dihabiskan 1 porsi dihabis porsi yang dihabiskan < porsi yang dihabiskan Lain-lain Makanan tambahan Dihabiskan Tidak dihabiskan Kadang-kadang dihabiskan Pola pemenuhan cairan Frekwensi minum < 3 gelas sehari > 3 gelang sehari Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan : Takut kencing malang hari Tidak haus Persediaan air minum terbatas Kebiasaan minum sedikit Jenis Minuman (1) Air putih

(2) Teh

(3) Kopi (4) susu (5) lainnya, ..

Pola kebiasaan tidur Jumlah waktu tidur (1) < 4 jam (2) 4 6 jam Gangguan tidur berupa (1) Insomnia (2) sering terbangun

(3) > 6 jam

(3) Sulit mengawali (4) tidak ada gangguan

Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur (1) santai (2) diam saja (3) ketrampilan

(4) Kegiatan keagamaan

Pola eliminasi BAB Frekwensi BAB 1 kali sehari 2 kali sehari Lainnya, . Konsisitensi (1) Encer Gangguan BAB Inkontinensia alvi Konstipasi Diare Tidak ada Pola BAK Frekwensi BAK (1) 1 3 kali sehari (2) 4 6 kali sehari (3) > 6 kali sehari Warna urine Kuning jernih Putih jernih Kuning keruh Gangguan BAK Inkontinensia urine Retensi urine Lainnya, Pola aktifitas Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan Membantu kegiatan dapur Berkebun Pekerjaan rumah tangga Ketrampilan tangan Pola Pemenuhan Kebersihan Diri Mandi 1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari < 1 kali sehari Memakai sabun (1) ya

(2) Keras (3) Lembek

(3) tidak

Sikat gigi 1 kali sehari 2 kali sehari Tidak pernah, alasan Menggunakan pasta gigi (1) ya (2) tidak

Kebiasaan berganti pakaian bersih

1 kali sehari > 1 kali sehari Tidak ganti

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 KRITERIA Makan Minum Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau sebaliknya Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram) Mandi Jalan di permukaan datar Naik turun tangga Mengenakan pakaian Kontrol bowel (BAB) Kontrol Bladder (BAK) Olah raga/latihan DENGAN BANTUAN 5 5 5-10 0 5 5 0 5 5 5 5 5 MANDIRI 10 10 15 5 10 15 5 10 10 10 10 10 Frekuensi : Konsistensi : Frekuensi : Warna : Jenis : Frekuensi : Jenis : Frekuensi : Frekuensi Frekuensi Skor yg didapat KETERANGAN Frekuensi Jumlah Jenis Frekuensi Jumlah Jenis

13

Rekreasi/pemanfaatan waktu luang

10

Jumlah : Interpretasi : : Ketergantungan total 65 125 : Ketergantungan sebagian 130 : Mandiri Kesimpulan : VI. PENGKAJIAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN Luas bangunan

Bentuk bangunan : (1) Rumah (2) Petak (3) asrama Jenis bangunan (1) Permanen

(4) paviliun

: (2) Semi permanen (3) non permanen

Atap rumah (1) Genting Dinding (1) Tembok Lantai (1) semen

(2) seng (3) ijuk (2) Kayu (3) bambu

(4) kayu (5) asbes (4) lainya,

(2) tegel (3) keramik

(4) tanah (5) lainnya, .

Kebersihan lantai (1) baik (2) kurang Ventilasi (1) < 15 % luas lantai Pencahayaan (1) Baik (2) kurang Pengaturan penataan perabot (1) baik (2) kurang Kelengkapan alat rumah tangga (1) lengkap (2) tidak lengkap Jelaskan,

(2) 15 % luas lantai

Jelaskan,

SANITASI Penyediaan air bersih (MCK) : (1) PDAM (2) Sumur Penyediaan air minum (1) air rebus sendiri (2) Beli (aqua) Pengelolaan jamban (1) bersama (2) kelompok Jenis jamban : (1) Leher angsa

(3) Mata air

(4) sungai

(5) lainnya, .

(3) air biasa tanpa rebus

(3) pribadi

(4) lainnya,

(2) cemplung terbuka

(3) Cemplung tertutup

(4) Lainnya

Jarak dengan sumber air (1) < 10 meter

(2) > 10 meter

Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : (1) Lancar (2) Tidak lancar Petugas sampah (1) ditimbun (5) dikelola dinas Polusi udara (1) Pabrik

(2) dibakar

(3) daur ulang

(4) dibuang sembarang tempat

(2) Rumah tangga (3) industri

(4) Lainnya, ..

Pengelolaan binatang pengerat (1) tidak (2) ya, (*) dengan racun (*) dengan alat (*) lainnya, . FASILITAS

Peternakan (1) ada

(2) tidak

Jenis,

Perikanan (1) ada

(2) tidak Jenis, ..

Sarana olah raga (1) ada (2) Taman ( 1) ada

Jenis,

(2) tidak Luasnya, .

Ruang pertemuan (1) ada (2) tidak Luasnya, Sarana hiburan (1) ada Sarana ibadah (1) ada

(2) tidak Jenis, .

(2) tidak Jenis, .

KEAMANAN DAN TRANSPORTASI Keamanan Sistem keamanan lingkungan Penanggulangan kebakaran Penanggulangan bencana Transportasi Kondisi jalan masuk panti (1) rata (2) tidak rata

(1) ada (1) ada

(2) tidak (2) tidak

(3) licin

(4) tidak licin

Jenis transportasi yang dimiliki (1) Mobil (2) sepeda motor (3) lainnya, Komunikasi Sarana komunikasi (1) ada

Jumlah : .

(2) tidak ada

Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti : (1) Telepon (2) kotak surat (3) fax

(4) lainnya, ..

Cara penyebaran informasi : (1) Langsung (2) tidak langsung (3) Lainnya, ..

-----------------------Tgl---------------------Perawat

------------------------------------------------

B. Pengkajian Kelompok Usia Lanjut A. DATA UMUM :


1. Identitas Posyandu Lansia/Karang wredha /Panti Werda: a. N a m a b. Alamat : :

B. DATA INTI a. Sejarah berdirinya Posyandu lansia/Karang werda/Panti Werda b. Data Demografi (Distribusi lansia ) -Jumlah anggota : orang - Distribusi lansia menurut : Jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, tinggal di rumah : sendiri, bersama anak/cucu, dll. ). Buat tabel distribusi frekwensi. c. Vital Statistik Data status kesehatan Kelompok Usia Lanjut:
o Masalah kesehatan saat ini : ( angka prevalensi dan insiden penyakit ) o Kegiatan hidup sehari - hari : ( makan/minum, istirahat tidur, eleminasi, o kebersihan diri, kemandirian dalam ADL ) o <.span>Perilaku terhadap kesehatan : merokok, minum kopi, alcohol, gula, garam, ,lemak

d. Nilai dan kepercayaan terhadap kesehatan : tentang Posyandu lansia, pencegahan penyakit, gizi lansia ( Wawancara terhadap beberapa orang lansia, hasilnya dinarasikan) C. DATA SUB SISTEM 1. Lingkungan fisik a) Sarana Perumahan : ( Konstruksi, luas, lantai, penerangan, pencahayaan, ventilasi, kebersihan, jumlah dan jenis ruangan ) b) Pekarangan : ( Luas, keadaan , pemanfaatan ) c) Sarana Sumber air bersih d) Sarana Pembuangan sampah e) Sarana Pembuangan kotoran manusia f) Sarana Mandi g) Sarana SPAL 2. Pelayanan Kesehatan dan sosial a. Jumlah kader : orang

b. Pengalamam mengikuti pelatihan kader : - Pernah : - Belum : orang orang

c. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan : o Posyandu lansia : (hari, tanggal, tempat) : o Kegiatan Kelompok :( Senam, pengajian, arisan, rekreasi, dll) 3. Pendidikan Status pendidikan anggota kelompok 4. Transportasi, Keamanan dan keselamatan a. Sarana jalan dan transportasi di lingkungan kelompok lansia b. Keamanan lingkungan : security, pencegahan kebakaran, kualitas air dan udara c. Keselamatan : pola penggunaan alat bantu jalan, lingkungan yang berisiko terjadinya kecelakaan pada lansia 5. Politik dan pemerintahan - Struktur Organisasi Posyandu Lansia/ Karang Werda/Panti werda - Keikutsertaan kelompok lansia dalam program-program kesehatan 6. Komunikasi - Sarana komunikasi yang digunakan - Pola komunikasi antar anggota kelompok - Penyebaran informasi kegiatan kelompok - Komunikasi kelompok dengan Puskesmas, RW, Kelurahan 7. Ekonomi a. Sumber pendaan Posyandu lansia/ karang werda/Panti werda b. Status pekerjaan anggota kelompok lansia c. Tingkat pendapatan anggota kelompok d. Sarana ekonomi yang tersedia di masyarakat (Pasar, toko, warung) 8. Rekreasi a. Sarana rekreasi yang tersedia di masyarakat b. Kebiasaan rekreasi/ pola pemanfaatan waktu luang

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT A. Diagnosis Keperawatan Individu Diagnosis keperawatan pada individu, adalah mengacu pada Daftar Diagnosis Keperawatan NANDA, Berdasarkan 11 Pola kesehatan fungsional menurut Gordon,1991:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 8. 9. 10. 11.

Pengelolaan kesehatan dan persepsi kesehatan Nutrisi dan metabolik Eliminasi Aktifitas dan latihan Persepsi-Kognitif Tidur dan istirahat 7. Konsep diri Hubungan-peran Seksualitas dan reproduksi Toleransi dan koping Kepercayaan-nilai B. Diagnosis Keperawatan Keluarga Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. 1. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Lingkungan

Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (Higienis lingkungan) Resiko terhadap cidera Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit ) 2. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Struktur Komunikasi

Komunikasi Keluarga Disfungsional 3. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Fungsi Afektif, Sosial, Struktur Peran Perubahan proses keluarga Perilaku mencari bantuan kesehatan Konflik peran orang tua Perubahan menjadi orang tua Potensial peningkatan menjadi orang tua Perubahan pertumbuhan dan perkembangan Perubahan pemeliharaan kesehatan Kurang pengetahuan Isolasi sosial

Kerusakan interaksi sosial Resiko terhadap tindakan kekerasan Ketidakpatuhan Gangguan identitas pribadi 4. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Fungsi Perawatan Kesehatan

Perubahan pemeliharaan kesehatan Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan Perilaku mencari pertolongan kesehatan Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga Resiko terhadap penularan penyakit 5. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah Koping

Potensial peningkatan koping keluarga Koping keluarga tidak efektif, menurun Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan Resiko terhadap tindakan kekerasan Faktor-faktor yang berhubungan/Etiologi : 1. Patofisiologis (biologi atau psikologis) 2. Tindakan yang berhubungan 3. Situasional (lingkungan, personal) 4. Maturasional C. Diagnosa Keperawatan Kelompok Usia Lanjut

DOMAIN LINGKUNGAN 1. Pendapatan 2. Sanitasi 3. Pemukiman 4. Keamanan pemukiman/ tempat kerja DOMAIN PSIKOSOSIAL 5. Komunikasi dengan sumber masyarakat 6. Kontak sosial

7. Perubahan peranan 8. Hubungan antar manusia 9. Kegelisahan agama 10. Kesedihan 11. Stabilitas emosi 12. Seksualitas 13. Pemeliharaan orangtua 14. Penelantaran anak, lansia 15. Perilaku kekerasan pada anak, dewasa, lansia 16. Pertumbuhan dan perkembangan DOMAIN FISIOLOGIS 17. Pendengaran 18. Penglihatan 19. Berbicara dan bahasa 20. Geligi 21. Pengamatan 22. Nyeri 23. Kesadaran 24. Integumen/kulit 25. Fungsi neuro-muskuloskeletal 26. Respirasi 27. Sirkulasi 28. Hidrasi 29. Fungsi digestive 30. Fingsi Genitourinaria 31. Ante partum/ pospartum DOMAIN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN 32. Nutrisi 33. Pola istirahat dan tidur 34. Aktifitas fisik 35. Kebersihan perorangan 36. Penyalah gunaan obat 37. Keluarga berencana 38. Agen pelayanan kesehatan

39. Peraturan penulisan resep 40. Tekhnis prosedur/ketrampilan

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT Rencana Keperawatan disusun dalam upaya membantu klien memperoleh dan mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang optimal, kesejahteraan dan kualitas hidup, serta untuk mempersiapkan diri terhadap datangnya kematian secara damai. Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait Dokumentasikan dengan benar dan akurat Perlu dirumuskan prioritas masalah, tujuan keperawatan,dan pendekatan yang digunakan 1. Merumuskan Tujuan Berorientasi pada klien Berorientasi pada masalah dan faktor-faktor penyebabnya Jangka waktu pencapaian (jangka panjang-jangka pendek ) 2. Merumuskan kriteria hasil Menuliskan ukuran/standar pencapaian hasil yang diharapkan sesuai tujuan 3. Menyusun tindakan/ Intervensi Pendekatan 3 tingkat pencegahan Kerjasama lintas program dan sektor Tujuan dapat disusun dalam jangka pendek (khusus) dan jangka panjang (umum). Hal ini bertujuan untuk membedakan masalah yang dapat diselesaikan sendiri oleh usia lanjut dan masalah yang harus diserahkan pada tim keperawatan atau kolektif. Tujuan khusus/jangka pendek sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat dimotivasi/memberi kepercayaan pada usia lanjut bahwa kemajuan sedang dalam proses dan membimbing usia lanjut ke arah tujuan yang jangka panjang/umum. Tujuan jangka panjang/umum merupakan tujuan akhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang diharapkan oleh usia lanjut agar dapat tercapai. Contoh Penulisan Tujuan jangka panjang :

Keluarga dapat memelihara kesehatan penderita, yang meliputi : merubah gaya hidup, melakukan pencegahan penyakit, melakukan perawatan mandiri dalam waktu 6 bulan Contoh : Penulisan Tujuan jangka pendek :

1. Klien dapat menyebutkan kembali tentang penyakit setelah diberikan 2 kali penyuluhan Kriteria hasil : Menyebutkan pengertian dengan singkat Menyebutkan 3 faktor penyebab Menyebutkan 5 tanda-gejala utama Menyebutkan 3 dampak penyakit 2. Klien dapat mengidentifikasi gaya hidup penderita yang tidak sehat Kriteria hasil : Menyebutkan pola makan, kebiasaan-kebiasaan tidak sehat yang dilakukan oleh penderita 3. Klien dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan prinsip perawatan penyakit setelah diberikan penyuluhan Kriteria hasil : Menyebutkan dengan benar 5 cara pencegahan peyakit Menyebutkan dengan benar 5 prinsip perawatan penyakit Komponen kriteria hasil 1. Dalam jangka panjang atau jangka pendek (Time bound) 2. Mempunyai perilaku yang dapat diukur (Measureable) 3. Spesifik dalam isi dan waktu (Specifik) 4. Harus dapat dicapai (Achieveable) Rencana Intervensi Keperawatan 1. Upaya pencegahan primer (promotif, preventif) : a. Pendidikan kesehatan : pencegahan dan perawatan penyakit kronis b. Pelatihan kader usia lanjut (Askep komunitas)

c. Pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan d. Peningkatan kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya cedera e. Aktivitas latihan fisik ( Senam lansia) f. Pelayanan bimbingan dan konseling psikologis g. Pengaturan diit khusus usia lanjut h. Promosi penggunaan alat bantu jalan , alat bantu penglihatan dan pendengaran 2. Upaya Pencegahan sekunder dan tersier (Kuratif dan Rehabilitatif) : a. Asuhan keperawatan langsung pada usia lanjut yang mengalami gangguan fisik akibat penyakit kronis dan degeneratif yang mengalami ketergantungan sedang sampai berat b. Asuhan keperawatan langsung pada usia lanjut yang mengalami gangguan psikologis sampai dengan gangguan jiwa c. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian terapi farmakologis d. Latihan fisioterapi e. Terapi Aktifitas kelompok f. Terapi kerja

IV. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI Pelaksanaan tindakan keperawatan pada usia lanjut diarahkan untuk memelihara kemampuan fungsional, mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kemandirian dalam aktifitas sehari-hari. Tindakan Keperawatan pada Usia Lanjut : a. Menumbuhkan dan membina hubungan yang baik dan saling percaya b. Menyiapkan lingkungan yang kondusif (aman, nyaman) dan memelihara keselamatan c. Meningkatkan rangsangan persepsi dan sensori (melalui tulisan, gambar yang jelas) d. Mempertahankan dan melatih orientasi realitas (terhadap waktu, tempat dan orang) e. Memberikan perawatan untuk meningkatkan sirkulasi darah (posisi duduk/tidur, melonggarkan pakaian, massage, aktifitas fisik) f. Tindakan Keperawatan pada Usia Lanjut g. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan oksigenasi (latihan batuk efektif, mengeluarkan sekret, clapping, latihan nafas dalam dan memberikan oksigen)

h. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan nutrisi dan cairan (diit khusus usia lanjut, mudah cerna, cukup cairan dan mineral, tinggi kalori dan protein, banyak sayur dan buah) i. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan eliminasi (latihan otot dasar panggul, pemasangan cateter, pemberikan huknah) j. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan personal higiene ( membantu aktifitas mandi,gosok gigi/perawatan mulut, cuci rambut, ganti baju, berhias, memelihara kebersihan kuku) k. Memberikan latihan fisik dan fisio terapi l. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan gerak/berpindah (menyediakan alat bantu jalan dan melatih) m. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan psikososial (manajemen stress, melatih koping yang efektif, membimbing perubahan pola hidup, dan dukungan sosial)

V. EVALUASI Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien , membandingkan respons klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam lembar evaluasi atau dalam catatan kemajuan Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat akan mencatat salah satu dari keputusan berikut, dalam lembar evaluasi atau dalam catatan kemajuan pada saat ditentukan untuk melakukan evaluasi: a. Lanjutkan: Diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standar masih relevan b. Direvisi: diagnosa masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan keperawatan keperawatan memerlukan perbaikan. c. Teratasi : tujuan keperawatan telah dicapai, dan rencana perawatan tidak dilanjutkan. d. Dipakai lagi: diagnosa yang telah teratasi terjadi lagi

Evaluasi juga dapat disusun dengan menggunakan Format SOAPIE ATAU SOAPIER Format ini digunakan apabila implementasi keperawatan dan evaluasi didokumentasikan dalam satu catatan yang disebut Catatan Kemajuan S: adalah hal-hal yang dikemukakan oleh klien secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan A: adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan keperawatan dan criteria hasil terkait dengan diagnosis. P: adalah perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis respon klien . I: adalah implementasi dari perencanaan dengan mencatat waktu tindakan dan kegiatan tindakan keperawatan. E: adalah evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan dengan mencatat

waktu dan hasil kemajuan yang telah dicapai klien

Buku Sumber Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing promoting and protecting the public health. (6 th ed), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory and practice in nursing. (3 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice: population focused care. New Jersey: Prentice Hall Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and public health nursing. ( 5rd ed.) St. Louis: Mosby-Year Book Inc POSYANDU LANSIA A. Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desadesa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut. Posyandu lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pd pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif Posyandu lansia merupakan upaya kesh lansia yg mencakup kegiatan yankes yg bertujuan u/ mewujudkan masa tua yg bahagia dan berdayaguna

B. Tujuan Posyandu Lansia Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua yg bahagia & berdaya guna dlm kehidupan keluarga dan masyarakat (Matra, 1996) Tujuan khusus 1. Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya 2. Meningkatkan kemampuan & peran serta masy dlm menghayati & mengatasi masalah kesh lansia scr optimal 3. Meningkatkan jangkauan yankes lansia 4. Meningkatnya jenis dan mutu yankes lansia Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain : 1. 2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

C. Pelaksanaan Sistem Lima Posyandu Lansia Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan sistem 5 meja yaitu: 1. Meja 1: Pendaftaran Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya. 2. Meja 2: Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah 3. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat) Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan. 4. Meja 4: Penyuluhan Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan. 5. Meja 5: Pelayanan medis Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.

D. Kader Lansia (pengertian, tugas, organisasi, pendanaan)

1. Pengertian Kader Lansia Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan.

2. Tugas Kader Lansia Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut : a. Tugas-Tugas Kader 1) Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu berupa tugas tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik. 2) Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja. 3) Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas - tugas setelah hari Posyandu. b. Tugas-Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia 1) Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari Posyandu, meliputi : a) Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat peraga, obatobatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain. b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para lansia untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu c) Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada hari buka Posyandu. d) Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan c. Organisasi Kader Lansia 1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala : pendataan, screening, px kesh (gizi, jiwa, lab), pengobatan sederhana, pemberian suplemen vitamin, PMT 2) Peningkatan olahraga 3) Pengembangan ketrampilan :kesenian, bina usaha 4) Bimbingan pendalaman agama 5) Pengelolaan dana sehat 6) Pendanaan Kadar Lansia E. KMS Lansia Kartu menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di kelompok Usia Lanjut atau Puskesmas Tata Cara pengisian KMS :

1. 2.

KMS berlaku 2 th, diisi o/ petugas kesh Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yg tertera. Sedangkan pd kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali u/ tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine, Protein)

F. Latihan Gerak Dan Senam Lansia Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994). Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20) Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemamp meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Manfaat Olahraga Bagi Lansia Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara lain : 1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia. 2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi) 3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan. (Darmojo 1999;81) Komponen aktivitas dan kebugaran Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari: Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas. Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan pertahanan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada penelitian-penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan pertahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk menaiki tangga sebesar 23-38% Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan /kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik), sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan latihan bertahan. Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada lanjut usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena itu latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.

1.

2.

3.

4.

5. Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan lansia sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan oleh berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada lansia. G. Latihan Kongnitif Lansia 1. PERUBAHAN KOGNITIF PADA LANSIA Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan proses penuaan adalah: Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from memory). Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi a. DEFENISI Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. KONDISI DEMENSIA Kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri. TANDA dan GEJALA 1) Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari 2) Pelupa 3) Sering mengulang kata-kata 4) Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan 5) Cepat marah dan sulit di atur. 6) Kehilangan daya ingat 7) Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru 8) Kurang konsentrasi 9) Kurang kebersihan diri 10) Rentan terhadap kecelakaan: jatuh 11) Mudah terangsang 12) Tremor 13) Kurang koordinasi gerakan.

Pengenalan Dini Demensia Pengenalan dini demensia berarti mengenali : a. Kondisi normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI): kondisi kognitif pada lanjut usia yang terjadi dengan adanya penambahan usia dan bersifat wajar. Contoh: keluhan mudah-lupa secara subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun demensia.

b.

c.

2. a. b. c. d.

e. f. 3.
a. b.

c.

Kondisi pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI): kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan ciri mudah lupa yang makin nyata dan dikenali (diketahui dan diakui) oleh orang dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan performa kognitif yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda demensia. Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri. STRATEGI LATIHAN KOGNITIF Menurunkan cemas Tehnik relaksasi Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi respon perilaku. Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku yang berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang menyebabkan cemas. Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas (tidak dilakukan secara berangsur angsur) dengan menggunakan bayangan/imajinasi Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan. TERAPI KOGNITIF Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan klien. Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.

1. Kebutuhan nurtisi Kebutuhan nutrisi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi proses menua, dan memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhankalori pada klien lanjut usia berkurang karena berkurangnya kalori dasar akibat kagiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kagiatan tubuh dalam kegiatan istirahat, misalnya untuk jantung, sus, pernapasan, ginjal, dan lain-lain. Kebutuhan kalori klien lanjut usia tidak melebihi 1700 kalori, sebaiknya disesuaikan dengan macam kegiatannya. Kebutuhan protein normal usia lanjut adalah 1 gram/kgBB/hari. Makanan yang mengandung lemak hewani harus dukurangi, misalnya daging sapi, daging kerbau, kuning telur, otak, dan lain-lain. Lanjut usia disarankan mengonsumsi makanan tambahan yang banyak yang banyak mengandung kalsium (Ca) atau zat kapur. Kebutuhan kalsium klien lanjut usia adalah 14,1 mg/kg BB/hari. Zat besi perlu diberikan untuk memperlancar pembentukan darah. Lanjut usia perlu pula diberi buah-buahan untuk

mendapatkan vitamin. Untuk menghindari konstipasi, klien lanjut usia perlu diberi cukup makanan yang mengandung serat, misalnya beras tumbuk, akar-akar hijau, kacang-kacangan, buah-buahan, serta banyak minum (1500-2000 cc) yang sekaligus berguna membantu kerja ginjal. 2. a. b. c. d. e. f. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lnjut Usia Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat keruskan gigi/ompong) Berkurangya cita rasa Berkurangnya koordinasi otot Keadaan fisik yang kurang baik Faktor ekonomi dan sosial Faktor penyerapan makanan (daya absorbsi)

3. Masalah Gizi Pada Lnjut Usia Masalah gizi tidak hanya terjadi pada balita dan ibu hamil, tetapi ternyata sering kali menimpa lanjut usia. Hal yang perlu mendapat perhatian ialah gizi berlebih, gizi kurang, dan kekurangan vitamin. a. Gizi Berlebih Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat di Negara barat dan kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurang karena berkuarangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sulit untuk dirubah walaupun klien telah menyadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi. Gizi Kurang Gizi kurang sering disbabkan oleh masalah sosial-ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhka, hal tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila kondisi ini disertai kekurangan protein, kerusakan sel terjadi yang tidak dapat diperbaiki. Akibatnya, rambut rontok, daya tahan terdapat penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi pada tubuh yang vital. Faktor Penyebab Malnutrisi pada Lanjut Usia Penyebab akut dan kronis Keterbatasan sumber/penghasilan Hilangnya gigi Kesalahan dalam pola makan Kurangnya energy untuk mempersiapkan makanan Kurangnya energy untuk mempersiapkan makanan Kurang pengetahuan tentang nutrisi yang tepat Kekurangan vitamin Bila lanjut usia kurang mengonsumsi buah dan sayur, ditambah kekurangan protein dalam makanan, hal tersebut mengakibatkan nafsu makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu, lemah lunglai, dan tidak semangat.

b.

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) c.

4. Pengkajian Status Gizi Perawat harus melakukan pengkajian status gizi secara cermat dan sebaiknya menggunakan lebih dari satu parameter. Pertama, menggunakan pengukuran antropometrik, yaitu mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), kemudian menghitung indeks Masa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat

TB (dalam meter persegi). IMT normal untuk perempuan 17-23, sedangkan untuk laki-laki adalah 18-25. Pada saat mengukur tinggi badan seorang lanjut usia, perlu diingat bahwa lanjut usia dapat mengalami pengurangan tinggi badan seiring dengan pertambahan usia. Pengurangan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

You might also like