You are on page 1of 6

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency

Virus) dan merupakan penyebab kedua kematian yang utama di dunia. Angka kematian total oleh HIVIAIDS yang dilaporkan pada 2004 mencapai sekitar 25 juta jiwa. Banyaknya penderita HIV/AIDS tidak terlepas dari banyaknya infeksi - infeksi sekunder oleh patogen oportunistik. Salah satunya adalah infeksi sekunder Tuberkulosis paru pada penderita HIV/AIDS. Penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi tuberkulosis paru pada penderita HIVIAIDS dengan melihat hasil pemeriksaan BTA pada sputum penderita berdasarkan stadium penyakitnya dan untuk mengetahui prevalensi derajat kepositifan dari hasil pemeriksaan BTA yang dilakukan. Data diambil dari bulan Februari 2008 - Maret 2009 yang dilakukan pemeriksaan BTA terhadap penderita HIVIAIDS di Laboratorium Klinik RSU Tangerang. Data diolah berdasarkan uji prosentase sederhana terhadap hasil pemeriksaan yang diperoleh. Dari 80 orang penderita HIV/AIDS dengan empat macam stadium penyakitnya, paling banyak dijumpai penderita yang sudah memasuki stadium ketiga, yaitu sebanyak 61,25% (49 orang). Selain itu, dari hasil penelitian yang diperoleh didapatkan 70% (56 orang) penderita HIV/A!DS yang juga terinfeksi tuberkulosis paru, sedangkan 30% (24 orang) Iainnya tidak terinfeksi.

Oleh: Michael Carter & Gus Cairns, aidsmap.com

Tgl. laporan: 15 Juli 2008

Penyebab dasar infeksi pernapasan yang tidak dapat dideteksi dengan tes dahak yang baku berbeda antara Asia dan Afrika. Hal ini berdasarkan penelitian Prancis yang diterbitkan dalam jurnal AIDS edisi 11 Juli 2008. Tetapi setelah pemeriksaan bronkoskopi, tuberkulosis (TB) dan pneumonia pneumosistis (PCP) ditentukan sebagai penyebab utama di Afrika, dengan berbagai infeksi bakteri sebagai penyebab dasar di Asia. Para peneliti berharap bahwa hasil penelitian mereka akan membantu petugas kesehatan di rangkaian terbatas sumber daya untuk menentukan tes diagnosis yang paling tepat bagi pasien dengan keluhan pernapasan yang sulit didiagnosis. Sudah sangat diketahui bahwa pasien dengan HIV lebih berisiko terhadap infeksi saluran pernapasan. Kerusakan kekebalan yang ringan pun dapat mengakibatkan orang rentan terhadap infeksi bakteri, dan penyakit HIV yang lebih berat dapat termasuk risiko infeksi misalnya pneumonia pneumocystis jiroveci (umum disebut PCP). TB adalah penyebab penting infeksi saluran pernapasan pada pasien HIV di Afrika dan Asia. Salah satu penyebab penting untuk infeksi yang serupa di Afrika adalah pneumonia pneumokokal, dengan PCP yang adalah umum di Asia. Tetapi mungkin sulit untuk menetapkan secara tepat penyebab penyakit saluran pernapasan pada pasien BTA-negatif terhadap infeksi karena penyelidikan bronkoskopi serat-optik tidak tersedia di banyak rangkaian terbatas sumber daya. Oleh karena itu WHO mengembangkan algoritme pengobatan bagi pasien HIV tergantung pada kemungkinan infeksi tersebut sebagai TB, pneumonia atau PCP. Tetapi penggunaan penghitungan tersebut perlu memasukkan prevalensi infeksi di tempat tersebut dan informasi tersebut jarang tersedia serta bertentangan. Oleh karena itu para peneliti Prancis melakukan penelitian prospektif yang melibatkan 462 pasien. Pasien tersebut direkrut dari empat negara, dua di Afrika (Republik Afrika Tengah dan Senegal), dan dua negara lainnya di Asia (Kamboja dan Vietnam). Seluruh pasien tersebut dirawat inap karena penyakit pernapasan dan dikonfirmasi HIV-positif. Penelitian ini bertujuan menetapkan tiga hal:

Ciri-ciri pasien HIV-positif yang dirawat inap dengan penyakit pernapasan yang tidak dapat dites dengan tes dahak. Penyebab utama penyakit pernapasan di setiap rangkaian. Apakah ada pasien atau ciri-ciri mikrobakteri yang paling memungkinkan penggunaan pedoman WHO sebagai pengobatan infeksi pernapasan yang paling tepat.

Sebagian besar pasien (63%) direkrut dari Asia, 59% laki-laki dengan median usia 34 tahun. Pasien memiliki penyakit HIV stadium lanjut, 85% memiliki penyakit WHO

stadium III atau IV. Median jumlah CD4 hanya 25, dan median indeks massa tubuh (IMB) adalah 17. Banyak pasien tidak menyadari mereka terinfeksi HIV waktu dirawat inap di rumah sakit (44% Kamboja, 66% Senegal, 80% Republik Afrika Tengah; 84% Vietman). Hanya sedikit pasien yang menyadari bahwa mereka terinfeksi HIV sudah memakai obat anti-HIV (ARV) (13%) atau profilalsis untuk PCP (33%). Tetapi para peneliti menemukan bahwa pasien di Afrika (25%) lebih mungkin memakai ART dibandingkan pasien di Asia (9%). Rontgen dada menunjukkan bahwa 42% orang memiliki kelainan paru yang menyebar dan 45% lainnya dengan kelainan paru setempat. Ada perbedaan yang bermakna antara negara terkait proporsi pasien yang memeriksakan contoh dahak kedua kalinya setelah hasil tes dahak pertamanya negatif (3% Kamboja 94% Republik Afrika Tengah). Bronkoskopi serat-optik dilakukan pada 354 pasien (77%), dengan proporsi pasien yang hampir sebanding di setiap negara yang melakukan penyelidikan ini. Diagnosis yang pasti atau kemungkinan dapat diambil berdasarkan tes mikrobiologi atau patologi pada 317 orang. Penyebab penyakit paru yang paling sering ditemukan di antara pasien tersebut adalah PCP (43%), diikuti oleh pneumonia bakteri (40%), dan TB (26%). Ada perbedaan yang bermakna antara Afrika dan Asia dalam hal persentase pasien yang didiagnosis dengan infeksi tertentu. Lebih banyak pasien didiagnosis PCP di Asia (56%) dibandingkan di Afrika (6%, p < 0,001). Sebaliknya, pneumonia bakteri lebih umum di Afrika (45% dan 56%) dibandingkan di Asia (20% dan 34%). Tingkat TB yang terutama tinggi diamati di Republik Afrika Tengah (60%), dan hampir dua per tiga pasien didiagnosis dengan pneumonia bakteri di Senegal. Pneumonia bakteri yang paling umum berbeda di antara keempat negara dalam penelitian ini, dengan Staphylococcus aureas dan Pseudomonas sebagai yang umum di Kamboja; Haemophilus influenzae dan Acinetobacter di Vietnam; Pseudomonas dan Klebsiella pneumoniae di Senegal; dan Streptococcus pneumoniae di Republik Afrika Tengah. Hal ini mengarahkan para peneliti untuk menyarankan strategi yang berbeda untuk mendiagnosis infeksi BTA-negatif di Asia dan Afrika. Karena infeksi pernapasan di Asia disebabkan oleh serangkaian infeksi yang luas, mereka berpendapat, apabila dimungkinkan, bronkoskopi serat-optik harus dilakukan secara cepat apabila data klinis tidak menunjukkan kemungkinan yang tinggi terhadap pneumonia bakteri, [PCP] atau TB. Tetapi di Afrika, karena pneumonia bakteri dan TB bertanggung jawab terhadap sebagian besar kasus bronkoskopi serat-optik harus dibatasi untuk pasien dengan hasil klinis

dan/atau rontgen yang tidak menduga pneumonia bakteri, TB, kegagalan antibiotik atau pasien dengan BTA-negatif selama tiga kali berturut-turut. Ringkasan: Differing causes of lung infections in HIV-positive patients: implications for diagnosis and treatment Sumber: Vray M. et al. Clinical features and etiology of pneumonia in acid-fast bacillus sputum smear-negative HIV-infected patients hospitalized in Asia and Africa. AIDS 22: 1323 1332, 2008. Inggris By: Michael Carter & Gus Cairns, aidsmap.com Date. Published: July 15, 2008 The underlying cause of respiratory infections that can not be detected by standard sputum tests differ between Asia and Africa. It is based on a French study published in the journal AIDS July 11, 2008. But after bronchoscopy examination, tuberculosis (TB) and Pneumocystis pneumonia (PCP) was determined as the primary cause of Africa, with a variety of bacterial infections as the underlying cause in Asia. The researchers hope that their findings will help health workers in resource-limited settings to determine the most appropriate diagnostic tests for patients with respiratory complaints are difficult to diagnose. It is well known that patients with HIV are at higher risk of respiratory infections. Immunodeficiency light can also cause people susceptible to bacterial infections, and more severe HIV disease may include the risk of infections such as Pneumocystis jiroveci pneumonia (commonly called PCP). TB is an important cause of respiratory tract infections in HIV patients in Africa and Asia. One important cause for a similar infection in Africa is pneumococcal pneumonia, the PCP that is common in Asia. But it may be difficult to establish the precise cause of respiratory disease in patients with smear-negative infections because fiberoptic bronchoscopy investigation are not available in many resource-limited settings. Therefore, the WHO developed a treatment algorithm for patients with HIV depends on the likelihood of infection as tuberculosis, pneumonia or PCP. But the use of these calculations should include the prevalence of infection at the site and the information is rarely available and contradictory. Therefore, French researchers conducted a prospective study involving 462 patients. Patients were recruited from four countries, two in Africa (Central African Republic and Senegal), and two other countries in Asia (Cambodia and Vietnam). All patients are hospitalized for respiratory illness and confirmed to be HIV-positive. This study aims to establish three things:

* The characteristics of HIV-positive patients who are hospitalized with a respiratory illness that can not be tested with a sputum test. * The main cause of respiratory disease in each set. * Are there patient characteristics mikrobakteri or most likely use of the WHO guidelines for the treatment of respiratory infections are the most appropriate. The majority of patients (63%) were recruited from Asia, 59% of men with a median age of 34 years. Patients had advanced HIV disease, 85% had WHO stage III or IV. Median CD4 cell count is 25, and the median body mass index (BMI) is 17. Many patients do not realize they are infected with HIV at admission to hospital (44% Cambodia, 66% of Senegal, 80% of the Central African Republic; 84% Vietman). Only a few patients are aware that they are infected with HIV had been taking anti-HIV drugs (ARVs) (13%) or profilalsis to PCP (33%). But the researchers found that patients in Africa (25%) were more likely than patients taking antiretroviral therapy in Asia (9%). Chest X-rays showed that 42% of people have a lung disorder that spreads and 45% other local lung abnormalities. There were significant differences between countries in the proportion of patients whose sputum samples examined a second time after the first negative sputum test results (3% Cambodia - 94% Central African Republic). Fiberoptic bronchoscopy performed in 354 patients (77%), with almost equal proportions of patients in each country are doing this investigation. A definite or probable diagnosis can be made based microbiology or pathology tests on 317 people. Causes of lung disease are most commonly found in these patients is PCP (43%), followed by bacterial pneumonia (40%), and tuberculosis (26%). There were significant differences between Africa and Asia in terms of the percentage of patients diagnosed with certain infections. More patients diagnosed with PCP in Asia (56%) than in Africa (6%, p <0.001). In contrast, bacterial pneumonia is more common in Africa (45% and 56%) than in Asia (20% and 34%). TB is particularly high levels observed in the Central African Republic (60%), and nearly two-thirds of patients diagnosed with bacterial pneumonia in Senegal. The most common bacterial pneumonia differ among the four countries in this study, with Staphylococcus and Pseudomonas aureas as common in Cambodia; Haemophilus influenzae and Acinetobacter in Vietnam; Pseudomonas and Klebsiella pneumoniae in Senegal, and Streptococcus pneumoniae in the Central African Republic. This led the researchers to suggest different strategies for diagnosing smear-negative infections in Asia and Africa. Because respiratory infections in Asia caused by a wide range of infections, they argue, "if possible, fiberoptic bronchoscopy should be done

quickly if the clinical data do not indicate a high likelihood for bacterial pneumonia, [PCP] or tuberculosis." But in Africa, due to bacterial pneumonia and tuberculosis are responsible for most cases of "fiberoptic bronchoscopy should be restricted to patients with clinical and / or radiological not suspected bacterial pneumonia, tuberculosis, antibiotic failure" or patients with smear-negative for three times in a row. Summary: Differing causes of lung infections in HIV-positive Patients: implications for diagnosis and treatment Sources: M. Vray et al. Clinical features and etiology of pneumonia in acid-fast bacillus sputum smear-negative HIV-infected Patients hospitalized in Asia and Africa. AIDS 22: 1323-1332, 2008.

You might also like