You are on page 1of 21

BAB 1

I. 1. Latar Belakang

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal yang bertujuan mengumpulkan data tentang status kesehatan klien. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan yang ada pada keluarga. Jadi berdasarkan hal tersebut, sebelum membuat perencanaan untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien harus dilakukan pengkajian baik melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan penunjang lainnya. Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang mengalami Rematik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan penulisan Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah diharapkan penulis mampu :

Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah Scabies Menganalisa data yang ditemukan pada keluarga dengan Scabies untuk merumuskan diagnosa keperawatan masalah

Menyusun rencana keperawatan keluarga dengan masalah scabies Menerapkan rencana keperawatan kesehatan keluarga dalam bentuk tindakan keperawatan

Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada keluarga dengan masalah scabies

Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada keluarga dengan masalah scabies


1

Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dengan kasus nyata Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam

memberikan asuhan keperawatan keluarga.

3. Data yang perlu dikaji a. Data Umum b. Lingkungan c. Fungsi keluarga d. Pemeriksaan fisik khususnya bagi anggota keluarga yang beresiko tinggi e. Struktur keluarga f. Harapan keluarga

4. Masalah Keperawatan Belum ada karena pengkajian belum dilakukan.

II. Rencana Keperawatan 1. Diagnosa Belum dapat dirumuskan karena pengkajian belum dilakukan 2. Tujuan Umum 3. Dalam waktu 60 menit terkumpul data yang dapat menunjang timbulnya masalah kesehatan pada keluarga. 4. Tujuan Khusus Terkumpul data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik, struktur keluarga, dan harapan keluarga.
2

Terindentifikasi masalah kesehatan

III. Rencana Kegiatan 1. Topik : pengkajian data umum, lingkungan fungsi keluarga, pemeriksaan fisik, struktur keluarga, dan harapan keluarga. 2. Metode 3. Media
4. Waktu 5. Tempat

: Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan Fisik. : Hari jumat, 13 januari 2012, pukul 11.00 12.00 WIB. : Rumah Keluarga Bp.M, Rt.04 Rw.05 karang jambu, tunjungseto, kebumen

6. Strategi Pelaksanaan : a. Orientasi : Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan kunjungan Memvalidasi keadaan keluarga

b. Kerja : Melakukan pengkajian Melakukan pemeriksaan fisik (khususnya untuk anggota keluarga yang beresiko) Mengidentifikasi masalah kesehatan. Memberikan reinforcement positif pada hal hal positif yang dilakukan keluarga. c. Terminasi Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
3

Mengucapkan salam.

7. Kriteria Evaluasi : a. Struktur LP disiapkan Alat bantu/media disiapkan Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana

b. Proses Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan strategi pelaksanaan. Keluarga aktif dalam kegiatan.

c. Hasil Didapatkan : data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga yang beresiko, struktur keluarga dan harapan keluarga. Teridentifikasi masalah kesehatan.

BAB II

1. Epidemiologi Penyakit Menular: Definisi, Faktor & Mekanisme Definisi epidemiologi penyakit menular adalah epidemiologi penyakit terfokus dalam mempelajari distribusi dan determinan penyakit (menular dan tidak menular) dalam populasi. 2. Klasifikasi Penyakit Berdasarkan etiologi (kausa) Penyakit infeksi Penyakit non infeksi Penyakit akut : < 2 minggu Sub akut/Sub kronik Penyakit kronik: > 3 bulan Biological agents = microorganism Virus Bacteria Protozoa Fungus Helminthes Others form of microorganism Physics Nutrition Chemical etc Endemik Epidemik Pandemik

3. Berdasarkan Durasi :

4. Communicable Diseases-biological agents

5. Non Communicable Diseases-Non biological Agents

6. Spektrum Penyakit Menular

7. Importansi Penyakit Menular :

Frekuensi morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi di negara berkembang New emergent diseases : HIV/AIDS, Ebola, dsb Reemergent diseases : MDR-TBC, Gonorhea (STDs) Memiliki dampak yang besar

8. Penyebaran Karakteristik Manifestasi Klinik Penyakit Menular 1. Lebih banyak tanpa gejala klinik yang jelas contohnya : tuberculosis dan poliomyelitis 2. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas contohnya: measles dan varicella 3. Penyakit menular yang bersifat fatal yang umumnya berakhir dengan kematian contohnya : rabies dan tetanus neonatorum 9. Komponen Proses Kejadian Penyakit Menular Periode Pre-Patogenesis Faktor Penyebab Penyakit Menular (AGENT) Unsur biologis, dari partikel virus sampai organisme multiseluler yang kompleks. Arthropoda (serangga) Helminthes ( Cacing) Protozoa Fungi (jamur) Bakteri Spirochaeta Rickettsia Virus

1. Sifat alami dan karakteristik agent a. Karakteristik biologik dan kimiawi Morfologi, motilitas, fisiologi, reproduksi, metabolisme, nutrisi, suhu dan kemampuan hidup pada suhu, kelembaban, dan kadar oksigen tertentu, tipe dan jumlah toksin yang dihasilkan, jumlah antigen, dan siklus hidup. b. Resistance fisik dan kimiawi serta viabilitas
6

Terhadap cahaya matahari, ultraviolet, listrik, sinar x, radium, gelombang sonik dan supersonik, desikasi, dry heat, moist heat, dingin, pembekuan (freezing), daya tahan thd air, asam, basa, garam, alkohol, fenol dll. 2. Karakteristik Agent berkaitan dengan Host a. Infektifitas Kemampuan unsur penyebab masuk dan berkembang biak. dapat dianggap bahwa jumlah minimal dari unsur penyebab untuk menimbulkan infeksi terhadap 50% pejamu spesies sama. Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan, sumber penularan, serta faktor pejamu seperti umur, sex dll. Infektifitas tinggi : campak. Infektifitas rendah : lepra Kemampuan agent untuk menghasilkan penyakit dgn gejala klinik yang jelas. Dipengaruhi oleh adanya infektivitas Staphillococcus tidak patogen bila di rektum. Tapi bila di rongga peritoneum atau selaput otak, akan serius. c. Virulensi Nilai proporsi penderita dgn gejala klinis yang berat thd seluruh penderita dgn gejala klinis yang jelas. Dipengaruhi dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu. Poliomyelitis lebih berbahaya bila mengenai org dewasa daripada anak-anak. d. Antigenesitas/ Imunogenisitas Kemampuan AGENT menstimulasi HOST untuk menghasilkan kekebalan/imunitas. Dapat berupa kekebalan humoral primer, kekebalan seluler atau campuran keduanya. Dipengaruhi oleh faktor pejamu, dosis dan virulensi infeksi. b. Patogenesitas

Campak

dapat

menghasilkan

kekebalan

seumur

hidup.

Gonococcus tidak demikian, orang dapat terkena gonore beberapa kali. 3. Karakteristik Agent berkaitan dengan Environment A. Sumber Penularan (reservoir) Unsur penyebab penyakit adl unsur biologis. Butuh tempat ideal berkembang biak dan bertahan. Reservoir adl organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit hidup normal dan berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan serta lingkungan lainnya. Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena merupakan komponen utama dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai sumber penularan. 1. Manusia sebagai reservoir Lingkaran penularan penyakit yang sangat sederhana, reservoir manusia serta penularan dari manusia ke manusia. Misalnya ISP oleh virus/bakteri, difteri, pertussis, TBC, influensa, GO, sipilis, lepra. Penularan penyakit ke pejamu potensial :proses kolonisasi, proses infeksi terselubung (covert), proses menderita penyakit (overt) Manusia sbg reservoir dapat sebagai penderita, juga sbg carrier. a. Manusia sbg carrier dibagi : Healthy carrier : poliomyelitis, hepatitis B,dll. Incubatory carrier : chicken pox, measles, dll. Convalescent carrier : klpk salmonella, difteri, dll. Chronic carrier : tifus abdominalis, hepatitis B, dll.

b.

Manusia sbg reservoir dibagi : Reservoir yang selalu sbg penderita : cacar, TBC, campak, lepra, dll. Reservoir sbg penderita dan carrier : difteri, kolera, tifus abdominalis, dll. Reservoir sbg penderita, tdk dpt menularkan tanpa vektor/pejamu lain : malaria, filaria, dll.

2. Reservoir binatang atau benda lain Penyakit binatang) Penyakit Reservoir 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Rabies Anjing Bovine TBC Sapi Typhus, Scrub & Murine Tikus Leptospirosis Tikus Trichinosis Babi Hidatosis Anjing Brucellosis Sapi, Kambing Pes Tikus yang secara alamiah dijumpai di hewan vertebrata,juga menularkan ke manusia (reservoir utama adlh

Sumber penularan 1. 2. 3. 4. Penderita Pembawa kuman Binatang sakit Tumbuhan /benda

Cara penularan 1. 2. 3. 4. Kontak langsung Melalui udara Melalui makanan/minuman Melalui vector
9

B. Faktor Pejamu (HOST) 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. Periode Patogenesis Mekanisme Patogenesis adalah efek patogen yang dihasilkan oleh unsur penyebab infeksi dapat terjadi karena mekanisme: Invasi langsung ke jaringan : Penyakit parasit seperti amubiasis, giardiasis.Beberapa jenis cacing nematoda, cestoda. Infeksi bakteri (meningitis), ISK, faringitis, virus, dsb. Produksi toksin oleh unsur penyebab :Seperti tetanus, difteri, Rangsang imunologis atau reaksi alergi: Termasuk enterotoksin dari E. Coli . tuberculosis, DBD, dll. Infeksi yang menetap (infeksi laten): Bakteri mungkin tetap berada di pejamu dengan keadaan tanpa gejala setelah mengalami infeksi. Seperti hemophillus influenzae, neisseria meningitidis, streptococcus, dll. Jenis infeksi virus mis. Herpes zoster, herpes simplex, varicella zoster, encephlitis, dsb. Peningkatan kepekaan pejamu melawan obat yang tidak toksis: syndrom, dimana infeksi virus dpt menyebabkan Reys Umur, jenis kelamin, ras Hereditas, perkembangan individu Tingkah laku dan kebiasaan Mekanisme pertahanan tubuh umum maupun spesifik Status gizi Lingkungan fisik Lingkungan sosial-ekonomi Lingkungan biologic

C. Faktor Lingkungan (ENVIRONMENT)

encephalopathy bila diobati salisilat. Ketidakmampuan membentuk imunitas: AIDS, CFR 70%.

10

Mekanisme Penularan Penyakit 1. Cara unsur penyebab keluar dari pejamu dll. Secara mekanik ; seperti suntikan atau gigitan, antara lain malaria, hepatitis, AIDS, dll. 2. Cara penularan (mode of transmission) a. Direct transmission Perpindahan sejumlah unsur penyebab dari reservoir langsung ke pejamu potensial melalui portal of entry. 1. Penularan B, AIDS, dll. 2. Penularan langsung dari hewan ke orang:kelompok zoonosis. 3. Penularan langsung dari tumbuhan ke orang: penyakit jamur. 4. Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain; kontak dgn benda terkontaminasi. Melalui tanah : ancylostomiasis, trichuris, dll. Melalui air : schistomiasis. b. Air borne disease 1. 2. 3. Penularan sebagian besar melalui udara, atau kontak Terdapat dua bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu). Misalnya : TBC, virus smallpox, streptococcus langsung. langsung orang ke orang: sifilis, GO, lymphogranuloma venerum, chlamydia trachomatis, hepatitis Melalui konjungtiva ; penyakit mata. Melalui saluran napas (droplet) ; karena batuk, bersin, bicara Melalui pencernaan ; lewat ludah, muntah atau tinja. Melalui saluran urogenitalia ; hepatitis. Melalui luka ; paa kulit atau mukosa, seperti sifilis, frambusia,

atau udara pernapasan. Seperti TBC, influensa, difteri, campak, dll. Umpamanya kolera, tifus abdominalis, kecacingan, dll.

hemoliticus, difteri, dsb. c. Vehicle borne disease

11

Melalui benda mati spt makanan, minuman, susu, alat dapur, alat bedah, mainan, dsb. 1. 2. 3. 3. Water borne disease ; cholera, tifus, hepatitis, dll Food borne disease ; salmonellosis, disentri, dll Milk borne disease ; TBC, enteric fever, infant diare, dll

Penularan melalui vektor (vektor borne disease) Vektor : si pembawa (latin), gol arthropoda (avertebrata) yang dpt memindahkan penyakit dari reservoir ke pejamu potensial. 1. Mosquito borne disease ; malaria, DBD, yellow fever, virus encephalitis, dll. 2. Louse borne disease ; epidemic tifus fever. 3. Flea borne dosease ; pes, tifus murin. 4. Mite borne disease ; tsutsugamushi, dll. 5. Tick borne disease ; spotted fever, epidemic relapsing fever. 6. Oleh serangga lain ; sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis (lalat phlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika)

12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120). Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005, 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008). Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997, 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).

2. Epidemiologi Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies. Banyak factor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas (gantiganti pasangan), kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi. Selain itu faktor penularannya bias melalui tidur bersama dalam satu tempat tidur, lewat pakaian, perlengkapan tidur atau benda-benda lainnya. Cara penularan (tranmisi): a. Kontak langsung misal berjabat tangan, tidur bersama dan kontak seksual. b. Kontak tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lainnya.
13

c. Penularannya biasanya melalui sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaannya misalnya anjing. (Adhi Djuanda. 2007: 120) 3. Etiologi Sarcoptes scabiei temasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamily Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. huminis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabiei lain, misalnya kambing dan babi. Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk ovale, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya yang betina antara 330-450 mikron X 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron X 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kwdua pada betina berakhir dengan rambut sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (pembuahan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mili meter per hari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan keluar menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. (Adhi Djuanda. 2007: 120). 4. Patofisiologi Kelaianan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau scabies saja tapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang kira-kira memerlukan waktu sebulan
14

setelah infestasi. Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis demngan ditemukannya papula, vesikel, urtika dan lain-lainnya.dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi (lecet sampai epidermis dan berdarah), krusta (cairan tubuh yang mengering pada permukaan kulit) dan infeksi sekunder (Adhi Djuanda. 2007: 120).
5. Gejala klinis

Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda di bawah ini: a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 centi meter, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul poli morf (gelembung leukosit). Biasanya terjadi pada kulit yang tipis misal sela-sela jari, sikut luar, lipatan aksila depan, areola mame, umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria) dan perut bawah. Pada bayi dapat mengenai tangan dan telapak kaki. d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. 6. Penatalaksanaan Syarat obat yang ideal adalah a. Harus efektif terhadap semua stadium tungau b. Harus tidak menimbulkan iritasi ataupun toksik. c. Tidak berbau, kotor dan merusak warna pakaian. d. Mudah diperoleh dan murah harganya.
15

Cara pengobatannya adalah seluruh anggota keluarganya harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi) Jenis obat topical:
a. Belerang endap (sulfur presipitalum) dengan kadar 4-20% dalam

bentuk salep atau krim. Preparat ini berbau, mengotori baju, dapat iritasi dan tak dapat digunakan pada stadium telur sehingga pemakaian harus lebih dari 3 hari. Dapat dipakai pada anak kurang dari 2 tahun b. Emulsi benzyl-benzoat (20-25%), efektife pada semua stadium, diberikan tiap malam selama 3 hari. Dapat menyebabkan iritasi, jarang dipasaran dan kadang-kadang makin gatal setelah pemakaian. c. Gama benzene heksa klorida (gameksan = gammexane) kadar 1% dalam krim atau losio,termasuk obat pilihan karena efektif pada semua stadium, dan jarang iritasi. Tidak dianjurkan pada anak kung dari 6 tahun dan pada bumil karena toksik terhadap susunan syaraf pusat. Pemberian dapat sekali dan dapat diulangi seminggu kemudian. d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan karena berfungsi sebagai anti scabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mulut, mata dan uretra. e. Permatrin 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan, aktifitas sama, pemakaian sekali dan dihapus setelah 10 jam, dapat diulang setelah seminggu dan tidak dianjurkan pada anak kurang dari 2 bulan
7. Asuhan keperawatan Scabies

1. Data yang dikaji 2. Riwayat kesehatan Keluhan utama : nyeri karena adanya pembentukan bula danerosi :Riwayat penyakit dahulu a. Pola Nutrisi dan Metabolik Kehilangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan dan protein ketika bula mengalami rupture b. Pola persepsi sensori dan kognitif
16

3. Pola kesehatan fungsional Gordon yang terkait

Nyeri akibat pembentukan bula dan erosi c. Pola hubungan dengan orang lain Terjadinya perubahan dalam berhubungan dengan orang lain karena adanya bula atau bekas pecahan bula yang meninggalkan erosi yang lebar d. Pola persepsi dan konsep diri Terjadinya gangguan body image karena adanya bula/ bula pecah meninggalkan erosi yang lebar serta bau yang menusuk 4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum Tingkat kesadaran Tanda tanda vital


N

: Baik : Composmentis :

TD : Bisa Meningkat/turun

: Bisa Meningkat/turun : Bisa Meningkat/turun : Kadang ditemukan bula : Kadang ditemukan bula : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus

RR : Bisa Meningkat/turun S

Kepala Dada Punggung Ekstremitas

5. Pemeriksaan penunjang a. Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit : ditemukan bula b. Laborat darah : hipoalbumin c. Biopsi kulit : mengetahui kemungkinan maligna d. Test imunofluorssen : didapat penurunan immunoglobulin 8. Diagnosa Keperawatan & Intervensi 1. Gangguan integritas kulit bd lesi dan respon peradangan Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan integritas kulit menghindari cidera kulit

17

Intervensi a. kaji keadaaan kulit secara umum b. anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau menggaruk daerah kulit c. pertahankan kelembaban kulit d. kurangi pembentukan sisik dengan pemberian bath oil e. motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP 2. Gangguan rasa nyaman : gatal bd adanya bakteri / virus di kulit Tujuan Kriteria hasil : tidak terjadi lecet di kulit pasien berkurang gatalnya Intervensi a. b. c. Nacl d. e. gatal 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit dan membran mukosa Tujuan Intervensi a. b.
c.

: setelah dilakuakn asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi luka pada kulit karena gatal

beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai jaga kebersihan kulit pasien kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa

: Tidak terjadi infeksi Implementasi teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu yang kontak dengan pasien Awasi atau batasi pengunjung bila perlu dan jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu Periksa luka setiap hari, perhatikan atau catat perubahan penampakan bau atau kuntitas
18

d.

e. 9. Evaluasi

Rawat luka dengan teknik aseptik

1. menunjukkan peningkatan integritas kulit 2. tidak terjadi lecet di kulit 3. Tidak terjadi infeksi

19

BAB IV PENERAPAN MANAGEMENT KEPERAWATAN KOMUNITAS

An. H usia 4 Tahun tinggal di desa balai dukuh jambu RT04/05 sudah.ibu klien mengatakan dari 2 minggu yang lalu anaknya mengalami gatal-gatal sampai mengganggu pola tidur klien, ibu klien mengatakan anaknya gatal-gatal semenjak musim hujan belakangan ini. Setelah hari ke 3 ibu klien menemukan bintik-bintik kecil yang berisi pus. Ibu klien merasa gundah karena penyakit yang di derita oleh anaknya. Kondisi rumahnya kurang bersih ,jarak kandang sapi yang dekat dengan rumah dan kamar mandi. Kluarga An. H mempunyai kebiasaan mandi di sungai, pada saat wawancara ibu klien mengatakan, setiap dia mandi air sungai dalam keadaan agak keruh. Makanan sehari hari kluarga An.H adalah nasi dan sayur yang ditanam sendiri oleh keluarga, Selama ini An.H belum pernah berobat secara intensif ke dokter ataupun rumah sakit karena keadaan ekonomi ,dan jarak pusat kesehatan desa dengan rumah cukup jauh karena letak rumah An.H yang berada di atas jauh dari kaki gunung. Keluarga An.H hanya tahu bahwa dia hanya gatal biasa saja tetapi karena keaktifan anak normal, Dari hasil pengukuran TTV yang di dapat TD: 90/60, S:37C, Rr: 24x/mnt, N:110X/mnt.Pasien tampak memegang dadanya, pasien terlihat selalu menggaruk bagian yang terjangkit

17

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang

mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005, 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008). Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997, 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).

B.

Saran Untuk Keluarga Cuci tangan saat kontak langsung dengan klien Cegah agar anak tidak menggaruk bagian yang terjangkit Jaga kebersihan/keadaan umum klien

Usahakan lingkungan bersih untuk klien

Usahakan klien selalu di pantau dibalai kesehatan

18

You might also like