You are on page 1of 8

SELEKTIVITAS PENGHAMBATAN COX1-2 DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK HERBACEPUKAN(Physalis angulata Linn.

) SELECTIVITY OF CYCLOOXYGENASE (COX-1 and 2) INHIBITION AND ANTIOXIDANT ACTIVITY OF CEPLUKAN HERBS (Physalis Angulata Linn.) EXTRACT
Marianti Manggau, Gemini Alam, Mufidah, Akbar Bahar dan Elly Wahyudin1 1 Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Penelitian selektivitas penghambatan siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2) ekstrak herba ceplukan (Physalis angulata Linn.) telah dilakukan untuk menentukan selektivitas ekstrak n-Heksan dan etanol dalam menghambat enzim COX. Pengujian selektivitas dilakukan menggunakan metode Colorimetric COX (ovine) Inhibitor Screening Assay berdasarkan rendahnya nilai absorban senyawa hasil oksidasi N,N,N9,N9-tetrametil-p-fenilendiamin (TMPD). Rasio IC50 COX-1/COX-2 dari ekstrak n-heksan dan etanol herba ceplukan adalah 0,343 dan 0,742. Berdasarkan perbandingan hasil IC50 diketahui bahwa ekstrak n-heksan dan etanol herba ceplukan lebih selektif menghambat enzim COX-1 dibandingkan COX2. Pengujian antiradikal bebas dilakukan dengan menggunakan DPPH (2,2 difenil-1-pikril hidrazil) berdasarkan pengukuran serapan senyawa hasil reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan. Ekstrak n-heksan memiliki daya pengikatan radikal bebas DPPH dengan IC50 sebesar 88,417 ppm. Ekstrak etanol memiliki daya pengikatan radikal bebas DPPH dengan IC50 sebesar 10,082 ppm. Penghambatan aktivitas COX ekstrak herba ceplukan tidak berdasarkan aktivitas antioksidan. Kata kunci : Siklooksigenase, antioksidan, Ceplukan (Physalis angulata Linn)

ABSTRACT The research on the selectivity of cyclooxigenase-1 (COX-1) and cyclooxigenase-2 (COX-2) inhibition of ceplukan herbs (Physalis angulata Linn.) n-hexane and ethanol extract has been carried out. The inhibition selectivity test used colorimetric COX (ovine) inhibitor Screening assay based on the absorbance value of oxidated compound N,N,N9,N9-tetrametil-p-fenilendiamin (TMPD). The IC50 ratio of ceplukan herbs nhexane and ethanol COX-1/COX-2 were 0,343 and 0,742. Based on the IC50 ratio we conclude that nhexane and ethanol extract of ceplukan herbs inhibited COX-1 more selective than COX-2. Free antiradical test was conducted using DPPH (2,2 difenil-1-pikril hidrazyl) based on the measurement of compound absorption of reaction between DPPH with antioxidant compound. Extract of n-hexane had free radical cordage capability of DPPH with IC50 equal to 88,417 ppm. Ethanol extract had free radical cordage capability DPPH with IC50 equal to 10,082 ppm. Resistance of COX activity from the extract of herba ceplukan did not depend on antioxidant activity. Keywords: Cyclooxigenase, antioxidant, Ceplukan (Physalis angulata Linn)

PENDAHULUAN Setiap obat baru yang dihasilkan ahli farmakologi harus memiliki aksi selektif untuk mengurangi efek samping yang tidak diinginkan yang menimbulkan komplikasi dalam tubuh pasien. Selektifitas ini meliputi modifikasi struktur obat, target sasaran selektif dan streoselektif. Pada penanganan beberapa penyakit seperti pencegahan pembentukan thrombus intravascular oleh platelet pada penyakit kardiovaskular, selektivitas penghambatan terhadap Siklooksigenase (COX-1) yang akan mencegah pembentukan TXA2 (tromboxan A2) menjadi penting (Panara, 1999; Scheimer. 2003). Sedang selektivitas penghambatan terhadap COX-2 akan mencegah pembentukan PGE2 yang merupakan mediator penting pada proses timbulnya rasa nyeri dengan tingkat keamanan yang lebih baik pada gastrointestinal (Smyth dan Fitz, 2007). COX atau Prostaglandin H sintase (PGHS) berfungsi sebagai katalis pada tahap pertama proses biosintesis prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin. Ada dua bentuk isoform dari enzim siklooksigenase, yaitu COX-1 (PGHS-1; PHS-1, Prostaglandin endoperoksid sinthase-1) dan COX-2 (PGHS2, PHS-2, Prostaglandin endoperoksid sinthase-2). COX-1 adalah bentuk enzim utama yang ditemukan dibanyak jaringan dan bertanggung jawab dalam menjaga fungsi normal tubuh termasuk keutuhan mukosa lambung dan pengaturan aliran darah ginjal. Sebaliknya, COX-2 tidak ditemukan di jaringan pada kondisi normal, tetapi diinduksi oleh berbagai stimulus, seperti endotoksin, sitokin, mitogen dan dihubungkan dengan produksi prostaglandin selama proses inflamasi, nyeri, dan respon piretik (Zhang et al., 2004; Fang et al., 2002). Penentuan selektivitas penghambatan COX didasarkan pada perbandingan IC50. Criyer dan Feldman menetapkan bila nilai ratio IC50 COX-2/COX-1 lebih dari 1 dinyatakan lebih selektif sebagai penghambat COX-1 dan sebaliknya. Berlawanan dengan, Brune menetapkan bila nilai ratio IC50 COX1/COX-2 lebih kecil dari 1 dinyatakan lebih selektif sebagai penghambat COX-1. Jika diantara 1-10 lebih selektif sebagai

penghambat COX-2. Dan jika nilainya lebih besar dari 10 dinyatakan benar-benar selektif sebagai penghambat COX-2 (Lelo, 2007). Herba ceplukan (Physalis Angulata) mengandung senyawa polifenol dan flavonoid. Senyawa polifenol dan flavonoid dilaporkan mampu menghambat enzim siklooksigenase serta telah terbukti memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas (Ebadi, 2001; Haraguchi, 2001). Mekanisme hambatan flavonoid terhadap COX masih belum jelas. Terdapat kontroversi diantara peneliti mengenai mekanisme hambatan COX tersebut. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa efek hambatan tersebut berkaitan dengan sifat antiradikal bebas flavonoid (Arthamin dkk, 2004) sehingga diasumsikan bahwa senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antiradikal bebas akan memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim siklooksigenase. Disebutkan juga oleh Miller et al (1996) bahwa mekanisme beberapa flavonoid, antara lain kuersetin, rutin, baikalein, kemferol, kurkumin, silimarin, dan polifenol teh hijau didalam menghambat siklooksigenase berkaitan dengan aktivitas antiradikal bebasnya (Miller, 1996). Herba ceplukan merupakan salah satu tanaman yang memiliki aksi mengurangi rasa nyeri, demam dan inflamasi. Ekstrak etanol herba P. angulata konsentrasi 10,0% b/v memiliki efek analgetik sebesar 89,68% pada mencit jantan yang diinduksi secara kimia menggunakan asam asetat (Manggau dkk, 2005). Selain itu, ekstrak etanol dan n-heksan herba P. angulata mampu menghambat enzim siklooksigenase dengan nilai IC50 masingmasing 271,09 g/ml dan 362,75 g/ml (Manggau dkk., 2006). Namun, belum diketahui selektivitas penghambatan herba P. angulata terhadap enzim siklooksigenase. Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas antiradikal bebas dengan penghambatan aktivitas COX herba P. angulata, yang merupakan enzim oksidoreduktase, maka telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiradikal bebas dan selektivitas penghambatan COX-1 dan COX-2 ekstrak etanol dan n-heksan herba P. angulata. Pengujian antiradikal bebas dilakukan dengan

menggunakan DPPH (2,2 difenil-1-pikril hidrazil) berdasarkan pengukuran serapan senyawa hasil reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan (17) dan uji selektivitas COX-1 dan COX-2 dilakukan menggunakan metode Colorimetric COX (ovine) Inhibitor Screening Assay berdasarkan rendahnya nilai absorban senyawa hasil oksidasi N,N,N9,N9tetrametil-p-fenilendiamin (TMPD) (tetrametil-p-fenilendiamin) yang diukur menggunakan ELISA reader (Anonim, 2002). METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penilitian ini adalah Elisa (Lab System Multiscan Ascent), mikropipet (Socorex), neraca analitik (Sartorius), Shaker (Labnet Orbit 1000), Spektrofotometer UV-Vis (Hewlett Packard), vortex, dan 96 well plate. Bahan Bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol dan n-heksan herba ceplukan (Physalis angulata Linn) yang diperoleh dari penelitian sebelumnya (Manggau dkk., 2006), kit clorimetric COX (ovine) inhibitor screening assay No. 760111 (Cayman chemical), 96 well plate, aqua tridestillata, DMSO (E. Merck), etanol absolut (E. Merck), alumunium foil. Jalannya Penelitian a. Penyiapan sampel uji Sampel yang digunakan untuk pengujian aktivitas penghambatan COX-1 dan COX-2 adalah ekstrak etanol dan n-heksan herba P. angulata yang diperoleh dengan cara maserasi (Manggau dkk., 2006). Larutan stok dibuat konsentrasi 1500 ppm dibuat dengan menimbang 15 mg sampel lalu dilarutkan dengan 1 ml DMSO kemudian dicukupkan 10 ml menggunakan aqua tridestillata, dengan cara yang sama. Dilakukan hal serupa untuk memperoleh larutan stok 1000 ppm dan 500 ppm dengan menimbang masing-masing 10 mg dan 5 mg. b. Penyiapan pelarut Pelarut yang digunakan pada sampel uji, yaitu 1 ml DMSO yang telah dicukupkan hingga 10

ml dengan aqua tridestillata disiapkan dalam vial yang berbeda untuk ditambahkan dalam 100% initial activity wells dan background wells. b. Penyiapan reagen Penyiapan reagen disiapkan sesuai dengan petunjuk penggunaan kit (Cayman Chem Comp, 2002), sebagai berikut: 1. Dapar Tris-HCl. Dapar konsentrat 3 ml dilarutkan dengan 27 ml aqua tridestillata. Dapar ini mengandung tris-HCl 0,1M dan pH 8. Dapar ini digunakan untuk melarutkan heme dan enzim COX. 2. Heme. Vial yang berisi molekul heme dalam DMSO, dipipet 88 ml dan dilarutkan dengan 1,912 ml dapar (Anonim, 2007) 3. COX-1 (ovine). Dalam vial yang mengandung larutan COX-1 ovine, dipipet 200 mikroliter enzim dan dilarutkan dengan 400 ml dapar Tris-HCl, lalu disimpan dalam es. Enzim yang telah dilarutkan ini stabil selama 1 jam. Aktivitas peroksidase dari enzim ini diukur secara kolorimetri melalui pengukuran kadar TMPD (Tetramethyl-pPhenylendiamin) yang teroksidasi sehingga menghasilkan senyawa berwarna dan terukur pada 620 nm. 4. COX-2 (ovine). Dalam vial yang mengandung larutan COX-2 ovine, dipipet 200 mikroliter enzim dan dilarutkan dengan 400 ml dapar Tris-HCl, lalu disimpan dalam es. Enzim yang telah dilarutkan ini stabil selama 1 jam. Aktivitas peroksidase dari enzim ini diukur secara kolorimetri melalui pengukuran kadar TMPD (Tetramethyl-pPhenylendiamin) yang teroksidasi sehingga menghasilkan senyawa berwarna dan terukur pada 620 nm. 5. Asam arachidonat. Vial yang berisi asam arakidonat dalam etanol, dipipet sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke dalam vial yang lain. Kemudian ditambahkan 100 ml KOH, dihomogenkan dan diencerkan dengan aqua tridestillata sampai 2 ml untuk memperoleh konsentrasi akhir 1,1 mM. Larutan asam arakidonat ini harus digunakan dalam 30 menit. Jika ditambahkan sebayak 20 ml ke dalam well akan memberikan konsentrasi akhir 100 mikromolar.

6. KOH. Vial yang mengandung KOH 0,1 M. 7. Substrat Kolorimetrik. Vial yang mengandung TMPD (Tetrametil-pPhenylenediamin). Substrat kolorimetrik ini adalah tetrametil-p-fenilendiamin (TMPD) (3). Senyawa ini mudah teroksidasi membentuk senyawa berwarna yang akan diukur absorbannya untuk mengatahui/mengukur aktivitas COX-1 dan COX-2. TMPD mengalami oksidasi dengan melepaskan satu elektronnya melalui aktivitas peroksidase heme menghasilkan senyawa berwarna yang dapat mengabsorsi sinar dengan panjang gelombang 611 nm. Sehingga, secara stoikiometri 2 molekul TMPD teroksidasi per mol hidroperoksid yang direduksi oleh peroksidase. Koefisien ekstingsi TMPD yang teroksidasi pada 611 nm adalah 12.200. c.Uji aktivitas penghambatan siklooksigenase1 dan siklooksigenase-2 (Cayman Chem Comp, 2002) Sebanyak 160 L dapar tris-HCl dan 10 L heme dimasukkan ke dalam 3 well sebagai background well. Dapar tris-HCl 150 L, heme 10 L dan enzim 10 L dimasukkan dalam 3 well sebagai 100% intial activity well. Dapar tris-HCl 150 L, 10 L heme, enzim 10 L, dan 10 L sampel uji, dimasukkan ke dalam inhibitor well sehingga diperoleh konsentrasi 68,182 ppm, 45,454 ppm, dan 22,727 ppm. Pelarut 10 L ditambahkan ke dalam 100% initial activity wells dan background wells. Plate dikocok beberapa detik dan diinkubasi selama 5 menit pada 25oC. Larutan substrat kolorimetrik 20 L dimasukkan ke dalam semua well yang digunakan. Asam arakidonat 20 L dimasukkan dalam semua well yang digunakan. Plate dikocok secara hati-hati selama beberapa detik kemudian diinkubasi kembali selama 5 menit pada 25oC. Pembacaan absorban dilakukan pada 620 nm menggunakan plate reader.

(Cayman Chem Comp, 2002) Nilai absorban background wells, 100% initial activity wells dan setiap sampel pada inhibitor wells dirata-ratakan, kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut: A100% initial wells Abackground wells = a ; A inhibitor wells Abackground wells= b % Penghambatan = 100% e. Pengumpulan dan analisis data Data persentase penghambatan aktivitas COX1 dan COX-2 antiradikal bebas pada masingmasing konsentrasi sampel uji diolah secara analisis probit untuk menentukan IC50 (50 % inhibition concentration). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian penentuan selektivitas penghambatan ekstrak etanol dan n-heksan herba ceplukan terhadap enzim COX-1 dan COX-2 serta antiradikal bebasnya ditujukan untuk memperoleh senyawa-senyawa yang dapat dikembangkan sebagai obat antiplatelet, antiinflamasi selektif serta antiradikal bebas alami. Pengujian aktivitas penghambatan siklooksigenase dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode Colorimetric COX (ovine) Inhibitor Screening Assay. Kit yang digunakan terdiri atas dapar tris-HCl, heme, asam arakidonat, COX-1 (ovine), COX-2 (ovine) dan substrat kolorimetrik yaitu TMPD (tetrametil p-fenilendiamin). Kemampuan penghambatan COX diperlihatkan oleh lebih rendahnya nilai absorbansi larutan sampel dibandingkan larutan blanko pada pengukuran dengan menggunakan Elisa Reader. Warna yang terbentuk pada larutan disebabkan karena teroksidasinya TMPD dengan melepaskan satu elektronnya membentuk senyawa berwarna yang dapat mengabsorsi sinar pada panjang gelombang 620 nm. TMPD teroksidasi bersamaan dengan terjadinya perubahan PGG2 menjadi PGH2 oleh aktivitas peroksidase COX. Sehingga jika COX dihambat oleh inhibitor maka pengubahan PGG2 menjadi PGH2 tidak (1 b /a) x

d. Perhitungan aktivitas penghambatan COX-1 dan COX-2

terjadi dan TMPD juga tidak akan teroksidasi membentuk senyawa bewarna yang berakibat pada rendahnya nilai absorban yang terukur. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan memiliki IC50 COX-1 7,987 ppm dan IC50 COX-2 23,262 ppm. Sedangkan IC50 COX-1 ekstrak etanol adalah sebesar 7,479 ppm dan IC50 COX-2 adalah 16,562 ppm seperti pada histgram pada gambar 1. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa ekstrak etanol memiliki kemampuan yang lebih besar menghambat aktivitas kedua enzim dibandingkan dengan ekstrak n-heksan. Nilai rasio IC50 COX-1/COX-2 ekstrak n-heksan dan etanol herba ceplukan masing-masing adalah 0,343 dan 0,742. Rasio yang lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwa kedua ekstrak

tersebut relatif selektif menghambat aktivitas COX-1 (Lelo, 2007). Hasil ini memperlihatkan bahwa kedua ekstrak berpotensi dikembangkan sebagai antiplatelet, yaitu obat-obat yang melindungi terjadinya infark miokard, stroke, kematian jantung, dan penyakit pembuluh darah serius lainnya. Pada penelitian ini juga telah dilakukan pengujian antiradikal bebas untuk melihat hubungan antara kemampuan penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase dengan kemampuan penangkapan radikal bebas. Besarnya aktivitas dinyatakan dengan nilai IC50. Hasil pengujian aktivitas antiradikal bebas ekstrak n-heksan dan etanol herba ceplukan adalah 88,417 ppm dan 10,082 ppm seperti yang ditunjukkan pada histogram pada gambar 2.

IC50 Penghambatan Aktivitas COX 25 20 15 10 5 0 COX-1 COX-2 COX-1 COX-2 Etanol 7.987 7.479 23.262 16.562

n-Heksan

Gambar 1. Penghambatan COX-1 maupun COX-2 (IC50, ppm) dari ekstrak n-heksan dan etanol herba P. angulata

IC50 Daya Pengikatan Radikal Bebas DPPH 100 80 IC50 (ppm) 60 40 20 0 n-Heksan 10.082 88.417

Etanol

Gambar 2. Histogram Nilai IC50 pengikatan radikal bebas DPPH ekstrak n-heksan dan etanol herba ceplukan (Physalis angulata Linn.)

Hasil kedua pengujian diatas menunjukkan bahwa penghambatan aktivitas COX ekstrak herba ceplukan belum dapat dikatakan berdasarkan aktivitas penangkapan radikal walaupun ekstrak etanol memperlihatkan kemampuan antiradikal bebas terbaik sesuai dengan kemampuan penghambatan aktivitas COX-1 dan COX-2. Hal ini disebabkan karena baik ekstrak etanol maupun ekstrak n-heksan keduanya mampu menghambat COX-1 secara selektif. Hal yang sama dilaporkan oleh Middleton et al dari beberapa penelitian yang menyatakan bahwa efek hambatan scavenging radikal peroksil yang dihasilkan pada sisi aktif enzim tidak berkaitan dengan kemampuan flavonoid menghambat aktivitas COX (Middleton dkk, 2000). Kemungkinan mekanisme kerja lain yang memperantarai efek penghambatan COX adalah melalui downregulation jalur nucler factor -B (NF--B), termasuk hambatannya terhadap COX dimana aktivasi jalur NF--B berkaitan dengan kemampuannya menurukan

aktivitas IKK (inhibitor -B kinase) seperti yang dilaporkan oleh Yamamoto et al untuk beberapa flavonoid seperti kuersetin, resveratrol, dan mirisetin (Yamamoto dkk, 2001) dan melalui asetilasi gugus serin 530 seperti pada aspirin (Smith dkk, 1996). Profil KLT dari ekstrak n-hexan dan etanol ditunjukkan pada gambar 3. Profil ini memperlihatkan masih ada beberapa senyawa yang terdapat pada ekstrak n-heksan juga terdapat pada ekstrak etanol sehingga masih memerlukan fraksinasi lebih lanjut. Diduga bahwa kelompok senyawa pada kedua ekstrak tersebut memiliki komponen kimia yang sama terhadap penghambatan aktivitas COX. Hal ini terlihat dari nilai IC50 dari kedua ekstrak tersebut pada COX-1 dan COX-2 hampir sama. Sedangkan kelompok senyawa yang bekerja sebagai antiradikal bebas DPPH dari ekstrak n-heksan dan etanol kemungkinan berbeda komponen kimianya sehingga IC50nya juga memiliki harga yang sangat berbeda.

a
Foto.

b
A

b
B

b
C

Gambar 3. Kromatogram Lapis Tipis Ekstrak n-Heksan dan Etanol Herba Ceplukan (Fase diam Silika gel GF254, fase gerak n-Hexan : EtOAc (3:1), visualisasi dengan A. UV 254, B. UV 366 dan C. H2SO4 10%). Keterangan : a. Ekstrak n-Hexan b. Ekstrak Etanol

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-heksan dan etanol herba ceplukan (Physalis angulata Linn.) relatif selektif menghambat aktivitas COX-1 dan tidak selektif menghambat aktivitas COX-2. Penghambatan aktivitas COX ekstrak herba ceplukan tidak berdasarkan aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH SARAN Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk memperoleh isolat senyawa aktif dari herba Ceplukan (Physalis angulata Linn.) dan mengidentifikasi senyawa aktif hasil isolasi tersebut. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini dibiayai oleh Dana Pengembangan Fakultas Farmasi TA 2007. Terima kasih kepada Prof. Elly Wahyudin dari Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin atas fasilitas penggunaan laboratorium dan Prof Muh. Hatta dari Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin atas diskusinya.
DAFTAR PUSTAKA Arthamin, M.Z, Handono, K., Widodo, M.A., 2004, Selectivity of Cyclooxygenase Isoenzymes Inhibition by n-Butanol Fraction of Flavonoids of Red Leaves (Graptophyllum pictum (L.) Griff.), Majalah Kedokteran Indonesia, Vol: 4, No. 10, 410-416. Cayman chemical company,2002, Colorimetric COX Ovine Inhibitor Screening Assay Catalog No. 760111, cayman chemical company, USA. Ebadi, M. 2001. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine. Crc Press. Washington D.C. 395 Fang, S., Ping, B.A., Zong-ru, G., dan Gui-fang, C., 2002, Inhibitory Effect of 3,4-diaryl3-pyrrolin-2-One Derivates on Cyclooxigenae 1 and 2 in Murine Peritoneal Macrophages, Acta Pharmacologica Sinica, Chinese Pharmacological Society. 23 (8): 762768. Haraguchi, H. 2001. Antioxidative Plant Constituents In: Bioactive Compounds from Natural Sources Edited by:

Corrado Tringali. Taylor and Francis. London and New York. Lelo, A. 2007. Pertimbangan Farmakologi dalam Pemilihan Obat Antiinflamasi Nonsteroid Penghambat COX-2. Majalah Kedokteran Indonesia. 51 (2) :63-64 Manggau, M., Mufidah dan Alam,G., 2005. Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Herba Ciplukan (Physalis angulata L.) Pada Mencit Jantan Dengan Menggunakan Writhing Counter. Skripsi. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar, 4 (1): 63-67. Manggau, M.A., Mufidah., Kasim, S., dan Fitria, S,D., 2006, Penghambatan Enzim Siklooksigenase oleh Ekstrak n-Hexan dan Etanol Herba Ceplukan (Physalis angulata Linn), Prosiding Seminar Tumbuhan Obat Indonesia XXX, Makassar 21-22 September 2006. Middleton, E., Kandaswami, C., Theoharides, TC., 2000. The Effects of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflamation, Heart Disease, and Cancer. Pharmacological Review 52(4): 675-83, 687-700, 722-35. Miller, Alan L., 1996, Antioxidant Flavonoids: Structure, function and clinical usage, Alternative Medicine Review 1 (2):103, 108. Panara, M,R.,1999, Dose Dependent Inhibition of Platelet COX-1 and Monocyte COX-2 by Meloxicam in Healthy Subject, The Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics. 290 (3) No.1: 276-280 Scheimer. 2003, Hematology for medical student, Lippincott, Phyladelphya. Smith, W., Michael, R., dan David, L. 1996. Prostaglandin Endoperoksid H Sintase (Siklooksigenase)-1 and -2. The Journal of Biological Chemistry, 271 (52): 33157-33160. Smyth, E. & FitzGerald, G., 2007, The Eicosanoid: Prostaglandins, Tromboxanes, Leukotrienes, & Related Compounds In: Basic & Clinical Pharmacology Edited by: Bertram G. Katzung, Mc Graw Hill, San Fransisco, USA. Yamamoto Y, Gaynor, RB., 2001, Therapeutic Potential of Inhibition of the NF-B Pathway in Treatment of Inflammation and Cancer. In: Perspective series: NF-B

in Defense and Disease. Journal Clinical Investigation 107(2): 140. Zhang, WY., Yang, X., Jin, D., dan Zhu, X., 2004, Expression and Enzyme Activity Determination of Human COX-1 and-2 in Baculovirus-Insect Cell System, Acta Pharmacologica Sinica, Chinese Pharmacological Society. 25 (8):10001006. Alamat korespondensi: Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Kampus Tamalanrea, Makassar Korespondensi : daengta007@yahoo.com

You might also like