You are on page 1of 10

Apa yang dimaksud dengan UKL dan UPL ?

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia. UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan. Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :

Identitas pemrakarsa Rencana Usaha dan/atau kegiatan Dampak Lingkungan yang akan terjadi Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :


Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi atau lintas batas negara Apa kaitan AMDAL dengan dokumen/kajian lingkungan lainnya ?

AMDAL-UKL/UPL Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya. Beda UKL-UPL dengan AMDAL : UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup) merupakan dokumen pengelolaan lingkungan hidup bagi rencana usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib AMDAL. UKL-UPL diatur sejak diberlakukannya PP 51/1993 tentang AMDAL.

UKL-UPL tidak sama dengan AMDAL yang harus dilakukan melalui proses penilaian dan presentasi, tetapi lebih sebagai arahan teknis untuk memenuhi standar-standar pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan Kep-MENLH No 86 Tahun 2002 tentang UKL-UPL, pemrakarsa diwajibkan mengisi formulir isian dan diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang pengeloaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota atau di Propinsi. Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL (vide Kep-MENLH No. 17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologinya dalam pengelolaan limbahnya

pakah Perbedaan antara AMDAL, SEMDAL dan UKLUPL ?


Monday, 02 March 2009 11:05 Subbid Pemantauan Pencemaran

Jawab: Dokumen AMDAL, SEMDAL, dan UKL UPL merupakan dokumen pengelolaan lingkungan hidup. SEMDAL yaitu Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bertujuan untuk menentukan apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki dampak penting sehingga harus menyusun dokumen SEL (Studi Evaluasi Lingkungan) atau tidak. Untuk setiap kegiatan yang telah ada dan dimulai sebelum berlakunya peraturan tersebut dan diperkirakan memiliki dampak penting, wajib melakukan SEMDAL; SEMDAL diberlakukan bagi kegiatan yang telah beroperasi sebelum diberlakukannya PP 29/1986 tentang AMDAL. Kewajiban SEMDAL diberlakukan hingga tahun 1993 pada saat diberlakukannya PP 51/1993, namun dokumen SEMDAL masih dapat dipergunakan sebagai dokumen pengelolaan lingkungan hidup selama kegiatan tidak mengalami perubahan (lokasi, kapasitas, proses, bahan baku, bahan penolong, desain, tetapi apabila ada perubahan kegiatan dari kegiatan yang telah melakukan SEMDAL, maka dikenakan kewajiban membuat AMDAL baru AMDAL mulai dikenal secara formal sejak tahun 1986 dengan diberlakukannya PP 29/1986. PP 29/1986 tidak hanya mengatur kegiatan yang direncanakan melalui AMDAL melainkan juga mengatur kegiatan-kegiatan yang sudah beroperasi melalui SEMDAL dengan diterbitkan PP 51/1993 yang kemudian digantikan oleh PP 27/1999 Peraturan Pemerintah tersebut hanya mengatur kegiatan yang direncanakan saja melalui pelaksanaan AMDAL. UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup) merupakan dokumen pengelolaan lingkungan hidup bagi rencana usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib AMDAL. UKL-UPL diatur sejak diberlakukannya PP 51/1993 tentang AMDAL. UKL-UPL tidak sama dengan AMDAL yang harus dilakukan melalui proses penilaian dan presentasi, tetapi lebih sebagai arahan teknis untuk memenuhi standar-standar pengelolaan

lingkungan hidup. Berdasarkan Kep-MENLH No 86 Tahun 2002 tentang UKL-UPL, pemrakarsa diwajibkan mengisi formulir isian dan diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang pengeloaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota atau di Propinsi.

Pemanasan Global Pemanasan global menjadi isu yang sering sekali dibahas dalam beberapa tahun belakangan ini. Sebagian orang mungkin menganggap pemanasan global bukanlah masalah penting. Namun, sebagian orang yang lain sudah mulai menganggap serius isu ini. Kenyataan yang terjadi adalah pemanasan global merupakan hal serius yang membutuhkan perhatian masyarakat luas. Pemanasan global bukan hanya mengancam lingkungan tetapi juga makhluk hidup yang menempati Planet Bumi. Ancaman terhadap lingkungan mulai terlihat sedikit demi sedikit. Adanya banjir, badai, tsunami, dan fenomena alam lain yang sebelumnya jarang terjadi merupakan tanda bahwa pemanasan global sudah mulai meningkat. Tentu saja fenomena alam tersebut membawa dampak bagi manusia dan makhluk lain. Pemanasan global menimbulkan stres bagi sebagian orang yang mengalami langsung fenomena alam seperti banjir. Dan dalam beberapa tahun mendatang bukan tidak mungkin pemanasan global akan menjadi sumber stres bagi setiap penghuni bumi. Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan suhu udara di permukaan bumi dan lautan yang terjadi dalam beberapa dekade ini (www.wikipedia.com). Pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada temperatur, gelombang hawa panas, curah hujan, dan hal lainnya yang disebut sebagai perubahan iklim (climate change) (www.eoearth.org). Pemanasan global ini disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor alam dan faktor manusia. Suhu udara di permukaan bumi dan konsentrasi CO2 di udara mengalami perubahan seiring dengan posisi Planet Bumi terhadap matahari yang terus bervariasi (www.nationalgeographic.com). Hal ini didukung dengan solar variation theory yang menyeburkan bahwa dalam beberapa dekade terakhir ini matahari berada dalam posisi terkuat selama 60 tahun terakhir. Maka, matahari sebagai sumber energi terbesar bagi bumi ini menjadi faktor alami penyebab terjadinya pemanasan global. Planet Bumi menyerap sekitar 70% panas yang dipancarkan matahari. Dan panas inilah yang menyebabkan peningkatan suhu udara di permukaan bumi dan lautan (DSilva, 2007). Peningkatan suhu ini ternyata dipengaruhi oleh faktor alam lain. Fenomena alam seperti gunung meletus menyebabkan keluarnya partikel yang dapat mendinginkan permukaan bumi. Sedangkan, siklus El Nio juga mempengaruhi terjadinya pemanasan global. Namun, kedua fenomena alam ini hanya berdampak sementara terhadap pemanasan global (www.nationalgeographic.com).

Pemanasan global yang seharusnya terjadi perlahan sesuai dengan hukum alam ini justru dipercepat akibat ulah manusia. Pembakaran hutan seperti yang terjadi di Kalimantan dan polusi udara menyebabkan kadar CO2 di udara meningkat. Usaha industri juga ikut menyumbang peningkatan pemanasan global melalui pembuangan gas metana. Padahal, kedua gas ini masingmasing menyumbang 12% dan 10% terhadap efek rumah kaca (greenhouse effect). Efek rumah kaca inilah yang menyebabkan pemanasan global semakin meningkat (Pearson & Palmer, 2000). Akibat Pemanasan Global akibat pemanasan global adalah melakukan pencegahan sebelum hal buruk terjadi. Pemanasan global merupakan hal yang tidak bisa dicegah karena sebagian faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah alam sendiri. Oleh karena itu, kita dapat beradaptasi dengan penyebab stres itu (www.helpguide.org). Dalam hal ini berarti beradaptasi dengan pemanasan global. Bagaimana caranya? Jawabannya adalah mengubah gaya hidup Anda! Merubah gaya hidup Anda dapat dimulai dari rumah tangga. Nathan Brown, pemerhati lingkungan, mengatakan bahwa salah satu cara beradaptasi dengan pemanasan global di rumah adalah mengurangi pengeluaran energi. Mematikan alat elektronik yang tidak terpakai adalah salah satu cara yang dapat dilakukan. Mulailah dari hal sederhana seperti mencabut charger handphone setelah selesai dipakai, mematikan layar komputer saat tidak dipakai, mematikan lampu yang tidak dipakai, dan menyalakan AC hanya jika dibutuhkan. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan bola lampu yang lebih efisien. Jika setiap rumah tangga mengganti satu bola lampu menggunakan bahan yang lebih cinta lingkungan maka dapat mencegah 90 miliar pon CO2 masuk ke atmosfer. Dan hal ini sama seperti mengurangi 6,3 juta mobil dari jalan ray
elaskan terjadinya pemanasan global,faktor alam penyebab global warming,sebutkan polutan-polutan apa saja yang menyebabkan terjadinya pemanasan global,sebutkan dampak atau akibat yang di timbulkan oleh pemanasan global dan sebutkan langkah penanggulannya,perubahan iklim mengakibatkan munculnya banjir,faktor alam yang menyebabkan globalwarming,sebutkan akibar pemanasan global(global warming),faktor yang mempengaruhi pemanasan global,penyebab terjadinya pemanasan global pada desember 2007,faktor penyebab akibat cara penanggulangan pemanasan global,bencana yang ditimbulkan akibat perubahan temperatur dari global warming,fenomena alam dan pemanasan global,apa yang menyebabkan hewan ini menjadi kecil akibat global warming,berita pemanasan global terbaru,peristiwa alam yang terjadi di indonesia dan isu lingkungan global

LAPORAN UKL-UPL

elaksanaan reklamasi tersebut malah dihentikan karena terganjal kelengkapan dokumen UKLUPL (upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan). Sehingga prosesnya sampai saat ini mangkrak. "Itu merupakan persyaratan administratif yang wajib dipenuhi. Jika tidak, proyek harus dihentikan sampai dokumen UKL-UPL dilengkapi sesuai ketentuan," ujar Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Pacitan, Joni Maryono, Senin (27/8). Dampak lingkungan atas proyek reklamasi pelabuhan itu sendiri telah lama dikeluhkan masyarakat sekitar, khususnya nelayan. Hal itu dikarenakan proyek reklamasi pelabuhan menyebabkan terjadinya pemindahan atau penyempitan alur sungai. Ia mengemukakan, penyusutan lebar sungai cukup luas, yakni sebelumnya lebar muara sungai mencapai 20 meter, kini menyusut sekitar tujuh meter sehingga tinggal 13 meter saja. Dampaknya, lalu-lalang kapal nelayan terganggu. Penyempitan terjadi karena dilakukan penimbunan sekitar muara sungai untuk memperluas daratan di area pelabuhan. Joni mengungkapkan, keberadaan dokumen UKL dan UPL penting dalam sebuah proses pembangunan, sebab berkaitan dengan dampak sosial dan lingkungan. Idealnya, lanjut dia, dokumen sudah diterbitkan sebelum proses reklamasi dijalankan.

LINGKUNGAN HIDUP,PENGELOLAAN LINGUNGAN Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

PENGERTIAN LINGKUNGAN Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.

LINGKUNGAN HIDUP Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Unsur Hayati (Biotik) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia. 2. Unsur Sosial Budaya Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat. 3. Unsur Fisik (Abiotik) Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lainlain.

KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi. Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain: a. Letusan gunung berapi Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa: 1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan. 2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui. 3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui. 4) Gas yang mengandung racun. 5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain. b. Gempa bumi Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa. Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya: 1) Berbagai bangunan roboh. 2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.

3) Tanah longsor akibat guncangan. 4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul. 5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang). c. Angin topan Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global. Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk: 1) Merobohkan bangunan. 2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan. 3) Membahayakan penerbangan. 4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal. 2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain: a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri. b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.

c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain: a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan). b. Perburuan liar. c. Merusak hutan bakau. d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman. e. Pembuangan sampah di sembarang tempat. f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS). g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas Pengelolaan Lingkungan Hidup Mendatang

Pengelolaan lingkungan hidup sebagai usaha sadar untuk memelihara dan atau melestarikan serta memperbaiki mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia sebaik-baiknya. Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang secara luas dengan cara beraneka ragam pula. Secara garis besar ada 4 (empat) lingkup pengelolaan lingkungan hidup menurut Otto Sumarwoto meliputi : a. Pengelolaan lingkungan secara rutin. b. Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan tutunan bagi perencana pembangunan. c. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang direncanakan. d. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia sendiri Manusia secara rutin mengolah lingkungannya, yang dilaksanakan oleh masyarakat secara sehari-hari. Misalnya pembuangan sampah, penyaluran limbah rumah tangga, petani secara rutin memelihara sengkedan, pengairan sawah, memberantas hama, penyakit dan

sebagainya. Walaupun kegiatan pengelolaan lingkungan secara rutin namun kegiatan itu sering tidak disebut sebagai pengelolaan rutin. Perencanaan pengelolaan secara dini perlu dikembangkan untuk dapat memberikan petunjuk pembangunan apa yang sesuai disuatu daerah, tempat pembangunan itu dilakukan dan bagaimana pembangunan itu dilaksanakan. Karena sifatnya bersifat dini, konflik antara lingkungan dan pembangunan dapat dihindari atau dikurangi dengan pemecahan secara dini. Dengan demikian pengelolaan lingkungan bukan merupakan hambatan pembangunan, melainkan pendukung pembangunan. Perencanaan lingkungan yang akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian yaitu mencakup aspek ketiga dan keempat, berturut-turut untuk rencana proyek pembangunan dan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk rencana proyek pembangunan umumnya dilakukan berdasarkan perkiraan dampak apa yang diakibatkan dari proyek tersebut. Metode perencanaan dampak lingkungan yang demikian ini disebut Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), yang merupakan sarana untuk memeriksa kelayakan rencana proyek dari segi lingkungan.

You might also like