You are on page 1of 38

ANAFILAKSIS

dr. RANTI ADRIANI

PENDAHULUAN
1893, Von Behring, reaksi berlebihan pada anak yang diimunisasi, hypersensitivity 1902, putra mahkota Monako, hipersensitivitas hebat setelah makan tentakel bintang laut Portier dan richet Ana : bertentangan/berlawanan/lawannya Phylaxis : perlindungan Respons klinis hipersensitivitas akut, berat dan menyerang berbagai berbagai macam organ

Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat, dapat menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba sesudah terpapar oleh alergen atau pencetus lainnya

Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe I), yaitu reaksi antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast Sel mast dan basofil mengeluarkan mediator efek farmakologik terhadap berbagai macam organ

DEFINISI
Hipersensitivitas: Gejala/tanda yang secara objektif dapat ditimbulkan kembali dengan diawali oleh pajanan terhadap suatu stimulus tertentu pada dosis yang ditoleransi oleh individu yang normal. Hipersensitivitas alergi: suatu reaksi hipersensitivitas yang terbukti diawali oleh mekanisme imunologik spesifik Hipersensitivitas non alergi: reaksi hipersensitivitas terbukti disebabkan oleh mekanisme lain

Mechanisms underlying human anaphylaxis


Human anaphylaxis

Immunologic Idiopathic IgE,


foods, venoms, latex, drugs

Non-Immunologic

Other
blood products, immune aggregates, drugs

Physical
exercise, cold

Other
drugs

Simon FER. J Allergy Clin Immunol 2006;117:367-77

Atopi
Kecenderungan perorangan dan atau keluarga untuk tersensitisasi dan memproduksi antibodi Ig E sebagai respon terhadap pajanan allergen, biasanya protein. alergi makanan,asma, rinokonjungtivitis atau eksim

Reaksi Hipersensintivitas Tipe I


Hipersensitivitas tipe cepat terdiri dari serangkaian mekanisme efektor tubuh yang dijalankan oleh IgE. Terdiri dari: sensitisasi atopik dan reaksi atopik
Sensitisasi alergi 1. Pajanan antigen (alergen) 2. Respon pembentukan IgE 3. Terikatnya IgE pada sel mast Reaksi alergi 4. Terpapar ulang dengan antigen yang sama. 5. Interaksi antigen IgE spesifik di sel mast 6. Pelepasan mediator oleh sel mast 7. Efek mediator pada berbagai organ

ALERGEN
Imunogen: .
zat yang mampu menimbulkan respon imun spesifik berupa pembentukan antibodi atau kekebalan seluler atau keduannya.

Antigen : zat yang mampu bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah sensitif
Antigen tidak selalu imunogenik, misalnya: hapten kecuali kalau bergabung dengan protein Imunogen selalu antigenik

Alergen: antigen khusus yang menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe cepat.

Jenis alergen
Alergen protein lengkap mampu meransang pembentukan IgE tanpa bantuan zat lain determinan antigen yang dikenal sel B dan gugus karier yang meransang makrofag dan sel T aktivasi sel B Misalnya: serbuk sari, bulu binatang, ATS, ADS.

Alergen dengan BM rendah hanya berfungsi sebagai hapten. Antibodi Ig E terbentuk setelah hapten berikatan dengan protein (kompleks hapten karier) Misalnya: obat-obatan

Anafilaktoid (tidak melalui IgE)


Zat penglepas histamin secara langsung : Obat (opiat, vankomisin, kurare) Cairan hipertonik (media radiokontras, manitol) Obat lain (dekstran, fluoresens) Aktivasi komplemen Protein manusia (imunoglobulin, & produk darah lainnya) Bahan dialisis Modulasi metabolisme asam arakidonat Asam asetilsalisilat Antiinflamasi nonsteroid

ANTIBODI
Produksi antibodi IgE kerjasama aktif antara makrofag, sel T dan sel B. sel plasma yang memproduksi IgE terutama dalam lamina propria tract respiratoris dan tract gastrointestinal dan jaringan limfoid yang bersangkutan. total IgE serum Alergen fagositosis dipresentasikan kepada sel T sel T tersensitisasi sel B produksi IgE spesifik

IgE
IgE dapat berikatan pd sel mast untuk jangka waktu yang panjang ( 6 minggu) Waktu paruh IgE 2-3 hari Tidak dapat melewati plasenta Bila IgE berikatan dengan alergen Mengaktifkan sistem komplemen anafilatoksin dan zat kemotaktik lain yang penting pd respon inflamasi

alergic reaction.FLV

Sel Mast
Sel mediator sel mast, basofil dan trombosit Sel mast dapat mengikat bermacam IgE spesifik sehingga sel mast dapat bereaksi dengan berbagai macam antigen Jumlah IgE yang terikat pada sel merupakan refleksi kadar IgE dalam serum , akan tetapi banyaknya molekul IgE pada satu sel tidak berhubungan dengan derajat sensitivitas.

Immune-mediated tissue damage.


TYPE I

Cross linking dua atau lebih IgE yang

terikat pada sel mast /basofil dengan alergen aktifasi sistem nukleotida siklik meninggikan rasio cGMP terhadap cAMP dan masuknya ion Ca++ ke dalam sel pelepasan mediator lain

Degranulasi sel mast :

Zat yang menurunkan cAMP atau menaikkan cGMP, seperti adrenergik, zat kolinergik atau prostalglandin F2A meningkat degranulasi Zat yang meningkatkan cAMP seperti epinefrin, teofilin dan prostalglandin E1 dan E2 menghalangi degranulasi

PATOFISIOLOGIS ANAFILAKSIS BERDASARKAN PELEPASAN MEDIATOR KIMIA HISTAMIN:


Terdapat banyak pada sel gaster, trombosit, sel mast dan basofil. Disimpan dalam lisosom Pengaruhnya berlansung selama 10 menit reseptor: H1 dan H2 , H1 terutama di sel otot polos bronkioli dan vaskuler, H2: parietal gaster, juga terdapat pada limfosit dan basofil.

Pengaruh fisiologik histamin: kontraksi otot polos, dilatasi venula kecil, meninggikan permeabilitas kapiler. Sistemik: hipotensi, urtikaria, angioedema. GIT: meninggikan sekresi mukosa lambung, dan aktivitas otot polos

Newly synthesized Mediator ( Leukotrien, prostalglandin, tromboxan)


Leukotrien: kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler dan sekresi mukus Berasal dari fosfolipid membran sel disintesis oleh enzim fosfolipase A2 asam arakhidonat+ lyso platelet activating factor (Lyso PAF) asam arakhidonat leukotrien, prostalglandin dan tromboksan Tidak dihalangi oleh antihistamin Epinefrin dapat menghambat

ECF-A (Eosinophyl Chemotacting factorAnaphylaxsis)

Dalam granula sel mast ECF A menarik eosinofil ke daerah tempat reaksi anafilaksis
Platelet Activating Factor (PAF)

Menyebabkan bronkokontriksi dan meninggikan permeabilitas vaskuler Mengaktifkan faktor XII induksi pembuatan bradikinin

Bradikinin
Kontraksi otot bronkus dan vaskular Peningkatan permeabilitas kapiler Meransang serabut saraf nyeri Meransang peningkatan produksi mukus dalam GIT SEROTONIN
Tidak terdapat dalam sel mast, tetapi dalam trombosit Dilepaskan waktu agregasi trombosit atau mekanisme lain Menyebabkan kontraksi otot bronkus

prostalglandin

Mempengaruhi permeabilitas pembuluh darah dan tekanan darah


Kalikrein Prostalglandin A dan F : kontraksi otot polos meningkatkan permeabilitas kapiler Prostalglandin E1 dan E2 dilatasi otot polos bronkus

Reaksi Anafilaktik
1. Reaksi lokal - Urtikaria & angioedema. - Jarang menimbulkan kematian 2. Reaksi sistemik - Melibatkan berbagai organ. - Biasanya terjadi dalam 30 menit setelah paparan. - Dapat fatal

Gejala & Tanda Anafilaksis Berdasarkan Organ Sasaran


Sistem
Umum Prodromal Pernapasan - Hidung - Larings - Lidah - Bronkus Kardiovaskular Gejala dan Tanda

Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan, rasa tak enak di dada & perut, rasa gatal di hidung & palatum
Hidung gatal, bersin, & tersumbat Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema, spasme Edema Batuk, sesak, mengi, spasme Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, atau tanda infark miokard

Gastrointestinal
Kulit Mata

Disfagia, mual, muntah, kolik, diare yang kadang disertai darah, peristaltik usus meninggi
Urtika, angioedema di bibir, muka atau ekstremitas Gatal, lakrimasi

Susunan saraf pusat

Gelisah, kejang

Gejala Klinis Anafilaksis (1)


1. Reaksi sistemik ringan

Ringan (hanya kulit dan jaringan submukosa)


Rasa gatal, hangat sering disertai rasa penuh di mulut dan tenggorokan Hidung tersumbat, bersin-bersin Edema di sekitar mata serta berair Kulit gatal Onset biasanya terjadi 2 jam setelah paparan antigen

Gejala Klinis Anafilaksis (2)


2. Reaksi sistemik sedang
keterlibatan pernapasan, kardiovaskuler,atau gastrointestinal Sesak, batuk, dan mengi Angioedema, urtikaria menyeluruh, mual, dan muntah Gatal, badan terasa hangat, serta gelisah

Gejala Klinis Anafilaksis (3)


3. Reaksi sistemik berat
Spasme bronkus, edema laring, serak, stridor, sesak, sianosis, henti napas Edema faring, hipermotilitas Sakit menelan, kejang perut, diare, muntah Hipotensi, aritmia, syok, koma Kejang Terjadi mendadak

Syok anafilaktik bagian dari reaksi sistemik berat

PENATALAKSANAAN

PENATALAKSANAAN
EVALUASI SEGERA Adrenalin 0,01 mg/kgBB, maksimum 0,3 mg IM atau sub kutan dan adrenalin 0,1-0,3 ml subkutan pada daerah suntikan mengurangi absorbsi antigen SYOK adrenalin 0,01-0,05 mgkgBB (larutan 1:10.000) IV dapat diulang 5-10 menit

Intubasi dan Trakeostomi Sumbatan jalan nafas Oksigen sianosis , dyspneu (5-10 liter/menit) Difenhidramin (1-2 mg/kgBB) UNIT RAWAT INTENSIF Pemberian cairan IV Nacl/ RL : 20 ml/kgBb Aminofilin IV 4-7 mg/kgBB dilarutkan dalam D5, (15-20 menit). 4-5 mg/kgBB selama 20-30 menit tiap 6 jam

Vasopresor bila cairan IV tidak dapat mengontrol tekanan darah bitartrat (Aramine) 0,01 mg/KgBB tunggal jika aritmia stop atau vasopresor lain: dopamin kecepatan 0,31,2 mg/kgBB/jam

Kortikosteroid untuk mencegah gejala yang lama atau rekuren. hidrokortison IV 7-10 mg/kgBB 5 mg/KgBB tiap 6 jam Dihentikan setelah 2-3 hari Pengobatan suportif

Langkah-langkah Pencegahan
Anamnesis kejadian reaksi alergi pada waktu lalu Penggunaan antibiotik atau obat lainnya harus dengan indikasi khusus, pemberian per oral lebih baik Uji kulit (sensitifitas) Edukasi pasien

You might also like