You are on page 1of 10

1. Dengan menggunakan kaca mulut selama prosedur perawatan.

Tempatkan kaca mulut pada sisi distal dari gigi yang diisolasi, sehingga didapatkan finger rest yang tepat. Selain memungkinkan adanya indirect vision, penempatan kaca mulut juga berperan dalam menjaga agar lidah tetap jauh dari gigi. Kaca mulut juga menahan pasien, sehingga pasien tidak dapat menutup mulut selama prosedur perawatan. Untuk mengisolasi gigi pada rahang bawah, cotton roll ukuran sedang diletakkan pada vestibulum fasial, dan cotton roll ukuran besar diletakkan diantara gigi dan lidah. Penempatan cotton roll pada vestibulum dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan penempatan cotton roll pada lingual gigi mandibula lebih sulit untuk dilakukan. Penempatan cotton roll pada lingual gigi mandibula dapat dilakukan dengan memegang ujung mesial dari cotton roll dan menempatkan cotton roll pada daerah yang diinginkan. Jari telunjuk atau jari pada sisi tangan yang lain digunakan untuk menekan cotton roll ke arah gingiva sambil memutar cotton roll dengan penjepit ke arah lingual gigi. Gigi lalu dikeringkan dengan menggunakan air syringe. Setelah cotton roll ditempatkan, saliva ejector dimasukkan ke dalam mulut dan diatur posisinya. Perlu diperhatikan bahwa sebelum mengeluarkan cotton roll dari mulut, sebaiknya cotton roll dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya perpindahan epitel pipi, dasar mulut, dan bibir (Roberson, 2002). TIPE-TIPE PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT a. BEVELED CONVENTIONAL TOOTH PREPARATION Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk bevel pada margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan diamond atau stone bur. Preparasi beveled conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana gigi tersebut sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi restorasi tersebut akan diganti dengan menggunakan resin komposit. Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan pada kavitas klas III, IV, dan V. Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi, mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi sehingga tampak lebih estetik. Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang berkontak tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi resin komposit pada gigi posterior. b. CONVENSIONAL TOOTH PREPARATION Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya. Pada preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda. Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif pada restorasi amalgam dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5. Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit adalah (1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk preparasi yang baik karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi pada material komposit di dalam gigi. Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur

inverted cone akan membuat hasil preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual. Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer ketika dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self-etching bonding bisa menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan operator, yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya. Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan restorasi komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada permukaan oklusal ketika sealant diperlukan. c. MODIFIED TOOTH PREPARATION Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan yang mencolok antara teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi karies atau kerusakan yang lain. Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation, struktur gigi yang dibuang sedikit.

BOX-ONLY Indikasi: Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja. Instrument: Inverted cone bur atau round diamond stone/bur. Cara kerja: 1. Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round diamond stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi. 2. Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge. 3. Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel junction. FACIAL ATAU LINGUAL SLOT Indikasi: Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada gigi posterior adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada kasus ini, lesi terdapat pada permukaan proximal, namun operator yakin bahwa akses menuju lesi tersebut dapat dicapai baik dari arah facial maupun lingual daripada arah oklusal. Instrument: Round diamond stone/bur. Cara kerja: 1. Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian occlusogingival. 2. Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan permukaan lingual atau facial dari gigi terdekat tersebut. 3. Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction.

Sudut pada oklusal, fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90 o atau lebih. Preparasi dengan teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada gigi anterior. PULPAL PROTECTION Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk restorasi komposit diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara langsung. Walaupun beberapa penulis menyarankan penggunaan resin-bonding agen, buku ini merekomendasikan penggunaan liner dari kalsium hidroksida untuk pembukaan pulpa vital. Karena material komposit merupakan bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada preparasi yang dalam biasanya tidak diperlukan. Preliminary Steps for Enamel and Dentin Bonding Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi dari cairan seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau gulungan kapas dan alat retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan bagian email yang mengelilinginya. Etsa pada dentin mempengaruhi dentin intertubuler dan peritubuler, menghasilkan pembukaan pada tubuler, menghilangkan permukaan hidroksiapatit dan meninggalkan fibril kolagen yang betautan. Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32% hingga 37%. Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas, seperti pada sealant dan full veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak praktisi untuk dinding preparasi termasuk bevel dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat digunakan dengan brush atau paper-point endodontik dengan hati-hati, namun biasanya syringe digunakan untuk menginjeksikan gel tersebut ke gigi yang sedang di preparasi. Permukaan yang dietsa tidak boleh terkontaminasi oleh cairan yang ada di rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut harus diulang. Untuk preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks polyester diletakkan diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada gigi yang berdekatan. INSERSI RESIN KOMPOSIT Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material restorative. Saat ini terdapat dua tipe komposit, yaitu self-cured dan light cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan secara luas karena tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti berkurangnya diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang lebih mudah, dan finishingnya pun lebih mudah. Karena sumber sinar harus di aplikasikan pada komposit light cured agar menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus diinsersikan pada preparasi gigi dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan menyebabkan sinar dapat mempolimerisasi komposit dengan sebaik-baiknya dan akan mengurangi efek dari pengkerutan polimerisasi, terutama pada sepanjang dinding gingival. Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk menginsersi komposit light cured maupun self cured. Penggunaan instrument tangan lebih popular digunakan karena lebih mudah dan cepat. Kekurangan dari penggunaan instrument tangan yaitu udara dapat terperangkap pada preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada material saat prosedur insersi. Teknik syringe digunakan karena dapat memberikan kenyamanan dalam memindahkan material komposit ke preparasi gigidan mengurangi kemungkinan terperangkapnya udara. Pada preparasi yang kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan karena ujung syringe yang terlalu besar sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong sebelumnya sudah dicobakan pada preparasi gigi. Komposit yang dapat diinjeksikan tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa komposit microfill tidak dapat diinjeksikan, sehingga bahan-bahan material sebaiknya dievaluasi sebelum penggunaan klinis. FINISHING DAN POLISHING COMPOSITE Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain : 1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium. 2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.

Diamond dan carbide burs Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi. Discs Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing. Impregnated rubber points dan cups Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk mengurangi eksesekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior Finishing stips Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan. Prosedur finishing dan polishing resin komposit: 1. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin komposit. 2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek distal 3. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit. 4. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal 5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasi 6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 1. untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal. 2. kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya. Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I 1. Restorasi yang berukuran kecil dan sedang, terutama dengan margin email 2. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika mempertimbangkan segi estetik 3. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal 4. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat 5. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan 6. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk mahkota 7. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang melemah 8. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal. (Summit dkk, 2001) KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. 2. 3. 4.

5.

Ketika letak daerah yang akan ditumpat tidak dapat diisolasi Ketika terjadi tekanan oklusal yang berat Ketika seluruh kontak oklusal hanya terjadi pada komposit Pada restorasi yang meluas ke permukaan akar. Kebanyakan, perluasan ke permukaan akar dengan restorasi komposit akan terbentuk V-shaped gap (celah kontraksi) di antara akar dan komposit. Celah ini muncul akibat dari penyusutan polimerisasi komposit lebih besar daripada initial bond strength komposit terhadap dentin pada akar. V-shaped gap terdiri atas komposit pada sisi restorasi dan denti yang terhibridisasi pada sisi akar. Efek jangka panjang dari timbulnya celah tersebut masih belum diketahui Pasien yang memiliki kebiasaan grinding atau clenching

Gambar 4. Celah pada permukaan akar KEUNTUNGAN RESTORASI KOMPOSIT KELAS I DIREK Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan restorasi menggunakan bahan tumpatan resin komposit, yaitu: 1. estetik 2. pengurangan struktur gigi secara konservatif (pengurangan struktur gigi minimal) 3. mudah, preparasi gigi tidak terlalu kompleks/rumit 4. ekonomis (bila dibandingkan dengan mahkota dan restorasi gigi secara tidak langsung) 5. insulasi 6. keuntungan bonding - microleakage berkurang - mengurangi terjadinya karies sekunder - mengurangi sensitifitas post operative - meningkatkan retensi - meningkatkan kekuatan struktur gigi yang tersisa 7. mudah dipolish 8. tidak mengalami diskolorasi 9. melekat pada permukaan gigi secara mekanis, yaitu melalui mikropit yang ada pada permukaan email KERUGIAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT Beberapa kerugian restorasi dengan resin komposit adalah: 1. Kemungkinan besar penggunaannya terlokalisir 2. Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage polymerisation) 3. Tidak diketahuinya biokompatibilitas dari beberapa komponen 4. Membutuhkan waktu lebih untuk restorasi 5. Elastisitas rendah 6. Dapat terjadi fraktur pada marginal ridge 7. Adanya beberapa teknik yang sensitive, seperti:

- etching, priming, penempatan bahan adhesif - penumpatan komposit - curing komposit - membentuk kontak proksimal - finishing dan polishing 8. Lebih mahal daripada restorasi amalgam 9. Dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan oleh faktor berikut, perbedaan masing-masing koefisien termal ekspansi diantara resin komposit, dentin dan enamel, penggunaan oklusi dan pengunyahan yang normal, dan kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan mulut bersifat asam, maka akibat kegagalan ini dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit. 10. Sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang tidak baik terhadap dinding kavitas. Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya dengan sifat kimia bahan tersebut. Sayegh menyatakan bahwa resin komposit merupakan bahan tumpat yang bersifat toksik terhadap jaringan pulpa. Ini berarti resin komposit dapat mengiritasi serta mengakibatkan radang pulpa. Namun lebih lanjut Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi pulpa ini terutama di sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi tumpatan serta diikuti oleh invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin. Kebocoran tersebut terutama disebabkan oleh pengerutan yang terjadi selama polimerisasi resin komposit. Keadaan demikian dapat mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap dinding kavitas. CLINICAL TECHNIQUE FOR DIRECT CLASS I COMPOSITE RESTORATIONS a. Initial Clinical Procedures Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi cocok untuk digunakan merestorasi kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang kecil yang berada ada permukaan oklusal yang cukup sehat, tetap dapat dilakukan restorasi dengan komposit etsa asam asalkan fisura yang masih ada juga direstorasi pada saat yang bersamaan. Dengan makin membaiknya sifat fisik dari resin komposit, bahan ini dapat dipertimbangkan kegunaannya untuk kavitas yang besar. Dewasa ini resin komposit hanya cocok digunakan untuk restorasi kavitas lingual pada gigi yang sudah dirawat saluran akar. Sama seperti prosedur preparasi umumnya, preparasi kelas I restorasi komposit didahului dengan dan seleksi area yang akan dipreparasi. Diperlukan juga penilaian terhadap hubungan oklusi dengan gigi antagonisnya untuk meminimilkan terjadinya trauma oklusi. Isolasi pada daerah operasi pada umumnya tidak menjadi masalah, tetapi sangat menentukan keberhasilan dari preparasi. b. Tooth Preparation Terdapat tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional, beveled conventional, dan modifikasi. Konvensional preparasi dapat digunakan untuk meningkatkan resistace form yang dapat meminimalkan terjadinya fraktur pada gigi dan bahan komposit pada saat selesai preparasi. Preparasi konvensional ini juga digunakan pada gigi dengan area preparasi yang luas serta memiliki tekanan oklusal yang besar. Desain bevel konvensional, preparasi konvensional, atau kombinasi keduanya, dasar kavitas yang rata untuk menerima tekanan oklusal, kekuatan gigi, serta konfigurasi dari permukaan restorasi merupakan unsure-unsur yang dapat membantu dalam menahan kemungkinan frakturnya gigi dan restorasi. Restorasi kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat menggunakan preparasi modifikasi, yang biasanya tidak memiliki karakteristik resistance form pada preparasi konvemsional. Preparasi jenis modifikasi ini memiliki pelebaran pada bagian cavosurvace tanpa adanya bagian yang datar pada pulpa atau axial wall. Preparasi ini biasanya lebuh membulat dan lebih kecil, sehingga lebih bersifat konservatif pada gigi. Pada preparasi jenis ini dapat digunakan cutting instrument. Berbagai tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi kelas I, secara umun ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan ketajamannya dapat berguna dalam pembentukan retensi dan resistensi yang diinginkan. Bila permukaan oklusal yang akan direstorasi lebih luas, maka dapat kita gunakan disain boxlike preparation, preparasi ini menghasilkan resistensi dan retensi yang besar terhadap terjadinya fraktur.

TEKNIK PREPARASI a. CONVENSIONAL

Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted cone diamond lewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar dengan sumbu akar dan mahkota. Saat diantisipasi bahwa seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove yang akan dipreparasi, lebih mudah memasukkan bagian distal terlebih dulu dan kemudian melintasi mesial. Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama melakukan preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang diukur dari sentral groove (Gb. 1) . Setelah daerah groove sentral dibuang, facial atau lingual diukur kedalaman, ini akan lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm, tetapi ini tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 2). Biasanya kedalaman awal ini adalah kirakira 0,2 mm dalam (internal) di Dej. diamond dipindahkan ke mesial (Gb. 3) untuk menyertakan sisa lain, mengikuti groove sentral, sebaik turun naiknya DEJ (Gb. 4). Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies, material restorasi lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal dan marginal ridge sebanyak mungkin. Meskipun ikatan akhir restorasi komposit akan membantu memulihkan beberapa kekuatan melemah, permukaan yang tidak dipreparasi, lingual mesial, atau distal struktur gigi, bentuk outline harus sebagai konservatif mungkin di daerah ini. Perluasan pada cups harus seminimal mungkin. Perluasan sampai marginal ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan gigi sisa struktur (diukur dari perluasan internal ke kontur proksimal) untuk premolar dan kira-kira 2 mm untuk geraham (Gb. 5). Perluasan terbatas tergantung oleh dukungan dentin pada marginal ridge email dan cups. Diamond berjalan sepanjang groove dan menghasikan Pulpal floor yang datar dan mengikuti naik turunnya DEJ. Jika perluasan mengharuskan pengurangn cups, ini sama kira-kira 1,5 mm kedalaman dipertahankan, biasanya menghasilkan pulpal floor naik ke oklusal (Gb. 6).

Gb. 1. Diamond is moved mesially to include all faults

Gb. 2. Mesiodistal initial pulpal depth preparation follows DEJ. A, Mesiodistal cross-section of premolar. B, Move cutting instrument mesially. C, Follow contour of DEJ.

Gb.3. Mesiodistal extension. Preserve dentin support of marginal ridge enamel. A, Molar. B, Premolar.

Gb. 4. Faciolingual extension. Maintain initial 1.5mmpulpal depth up cuspal inclines.

Gb. 5. Groove extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B, Extension through cusp ridge at 1.5 mm initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm inside the DEJ. C, Facial view.

Gb. 6. Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a 45-degree angle. A, Facial view. B, Occlusal view.

b.

MODIFIED Preparasi indirek dilakukan bagi mendapatkan ketebalan yang cukup untuk bahan restoratif. Semua margin harus mempunyai butt-joint cavosurface angle 90 untuk mendapatkan kekuatan marginal bagi bahan restorasi. Semua line dan point angles harus dibuat membulat untuk mengelakkan stress pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi potensi untuk pecah. Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi haruslah berbentuk tapered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke arah oklusal. Bentuk divergen ini membolehkan insersi pasif untuk restorasi. Ujung mata bur haruslah bulat supaya sudut yang dibentuk tidak tajam sehingga dapat mengurangi stress internal. Derajat divergensi di antara 2-5 pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument potong untuk membuat dinding vertikal digerakkan segaris biasanya pada axis panjang mahkota gigi. Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan komposit dan keramik memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran 1,5mm untuk mengurangi fraktur pada restorasi. Dinding fasial dan lingual dipreparasi sehingga cusps datar dan halus. Idealnya, tidak boleh ada undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika ada undercut yang kecil, bisa di tutupi dengan menggunakan liner semen ionomer. Dinding pulpa juga harus rata dan halus. Jika sisa karies atau bahan restorasi yang sebelumnya mahu dibuang, dindingnya direstorasi dengan liner/base light-cured semen ionomer. Margin gingival dikurangi seminimal mungkin karena margin pada enamel lebih sering digunakan untuk bonding. Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies atau defek, prpearasi dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang transitional line angle supaya kerusakan dapat dihilangkan. Dinding aksial pada pelebaran ini di preparasi untuk mendapatkan ketebalan restorasi yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3 atau lebih dari groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping, preparasi dikurangi 1,5-2mm dan mempunyai cavosurface angle 90. Apabila cusps dikapping, terutama centric cusps, shoulder haruslah dibuat dengan cavosurface margin fasial dan lingual menjauhi dari kontak gigi antagonis.

TEKNIK RESTORASI Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat dikontrol secara langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam preparasi seperti pada restorasi klas V. Hal ini benar terutama pada pemakaian lightcured material dimana

You might also like