You are on page 1of 4

A.

Tujuan Mengetahui dan menentukan berat jenis urin normal

B. Dasar Teori

Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Berat jenis urin sangat erat hubungannya dengan diuresis, makin besar diuresis makin rendah berat jenisnya, dan sebaliknya. Diuresis adalah keadaan peningkatan urine yang dibedakan menjadi dieresis air dan dieresis osmotic (Soewolo, 2005). Berat jenis urine normol berkisar 1,003 1,030 (Soewolo). Berat jenis yang lebih dari 1030 memberi isyarat adanya kemungkinan glukosuri (Gandasoebrata, 2006). Efek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine. Berat jenis urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan Berat jenis kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah (Gandasoebrata, 2006).

Berat jenis urine mencerminkan sifat dan jumlah zat padat yang terlarut dalam urine misalnya glukosa,karena glukosa memilki sifat sebagai pereduksi dan sebagai partikel yang padat. Berat jenis urine rendah dapat dijumpai pada Diabetes Insifidus dengan berat jenis berkisar antara 1.001- 1.003 dan juga pada penderita Glumerulus nefritik, pielonefritik,kelainan ginjal lain (R. Wirawan ,2010). Faktor yang

mempengaruhi berat jenis urine adalah: Makanan, obat-obatan, perombakan bakteri dan ureum (bau amoniak), dan adanya ketonuria (as.asetat, aseton).

Berat jenis urine tinggi dapat dijumpai pada keadaan insufisiensi adrenal, kelainan hati, payah jantung dan kehilangan cairan badan yang berlebihan misalnya berkeringat

banyak, muntah, diare (Kee Lefever,1997: 258). Pemeriksaan berat jenis urine dapat dilakukan dengan menggunakan urinometer dan refraktometer. Penetapan berat jenis urine biasanya cukup teliti dengan urinometer diukur pada suhu kamar (Baron, 1990).

Bila urine pekat terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut dan bila urine encer terjadi ekresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut, kedua hal ini memiliki arti penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh (Gandasoebrata, 2006). Pemeriksaan berat jenis urine dapat dilakukan dengan cara Urinometer. Cara urinometer merupakan cara pengukuran berat jenis dengan kapasitas pengapungan hydrometer atau urinometer dalam suatu silinder yang terisi kemih (Price dan loraine,1995). Urinometer akan mengapung pada angkat dekat ujung yang menwentukan berat jenis secara langsung, untuk meyakinkan urinometer terapung bebas dapat memutar urinometer secara perlahan.

C. Alat dan Bahan Alat: Urinometer, tabung urinalis, termometer Bahan: Urine segar

D. Prosedur Kerja Memasukan urine pada tabung besar

Memasukan urinometer dan memutarnya agar terapung bebas

Mencatat skala

Mencatat suhu pada urine dan urinometer

E. Data Suhu Urine: 34oC

Suhu urinometer: 15,6 oC Berat jenis: =1,019 + (34-15,6)/3 x 0,001 =1,019 + (6,133 x 0,001) =1,02513

F. Analisis Data Berdasarkan kajian pustaka (1,003-1,030) dengan data (1,02513) yang didapat menunjukkan berat jenis pada urine bernilai normal.

G. Pembahasan Setelah melaukan pengujian berat jenis urine pada subjek kemudian menghitung berat jenisnya didapat bernilai 1,02513 yang menunjukkan berat jenis urine normal karena menurut Soewolo (2005) berat jenis urine normal berkisar 1,003-1,030. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pertama, subjek tidak memiliki glikosuri, menurut Gandasoebrata (2006) menyatakan bahwa glikosuri terjadi jika berat jenis urine lebih dari 1,030. Kedua, reabsorbsi tubulus berfungsi normal (Gandasoebrata, 2006). Ketiga subjek bukan termasuk penderita diabetes Infindus dan Glomerulus nefritik, karena menurut R. Wirawan (2010) menyatakan bahwa diabetes infindus dan Glomerulus nefritik terjadi pada orang dengan berat jenis urine berkisar 1,001 -1,003. Keempat, subjek tidak menderita insuensi adrenal, kelainan hati, payah jantung, dan kehilangan cairan badan yang berlebihan (berkeringat banyak, muntah, dan diare) karena kejadian itu menurut Lefever (1997) terjadi pada berat jenis urine yang tinggi. Berat jenis urine normal pada

subjek kemungkinan terjadi karena pola makan yang baik, jarang obat-obatan, perombakan bakteri dan uereum yang baik, dan adanya ketonuria yang seimbang (Lefever , 1997) H. Kesimpulan

Berat jenis urine 1,02513 bernilai normal

Subjek bukan penderita Glikosuri, Infindus dan Glomerulus nefritik, insuensi adrenal, kelainan hati, payah jantung, dan kehilangan cairan badan yang berlebihan, dan reabsorbsi tubulus berfungsi normal.

I. Daftar Pustaka

R. Gandasoebrata. 2006. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian rakyat.

R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma. 2010. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No.30. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia,Jakarta.

Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC

Price, Syilvia,A, dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kee Lefever,Jocce. 1997. Pemeriksaan Laboratorium Diagnostik. Edisi2. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.

You might also like