You are on page 1of 63

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah perumahan telah diatur dalam undang-undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/1992 Bab III pasal 5 ayat I yang berbunyi Setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.1 Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009). Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif Arifin,2009). Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan kemampuan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena ekonomi masyarakat yang rendah, karena tingkat rumah dibangun

berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003) Pada standar pelayanan minimal Puskesmas Tempuran cakupan rumah sehat dari 15 desa pada Kecamatan Tempuran didapatkan hasil 67,83% dari target Dinkes 2011 70% sehingga menjadi salah satu masalah. Setelah mengidentifikasi masalah, untuk mengetahui penyebab dari kurangnya cakupan rumah sehat, maka dilakukan konfirmasi ke petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran tentang data cakupan rumah sehat pada Puskesmas Tempuran. Dari data tersebut, maka dilakukan survei pada Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang yang memiliki cakupan rumah sehat lebih rendah dibanding daerah lainnya sebagai daerah yang mewakili cakupan rumah sehat yang rendah sekaligus konfirmasi tentang program Pamsimas yang sedang dijalankan pada daerah tersebut.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini, rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang?


2. Apa yang menjadi penyebab rumah warga di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang tidak memenuhi kriteria rumah sehat?


3. Bagaimana penyelesaian masalah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat di

Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Pengamatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan perencanaan tindak lanjut rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. 2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui data umum Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang.


2. Mengetahui persentase rumah yang sudah dan belum memenuhi kriteria

rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
3. Mengetahui Penyebab masalah rendahnya cakupan rumah sehat di Dusun

Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.


4. Mencari pemecahan masalah rumah tidak sehat di Dusun Prajegan, Desa

Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. D. Manfaat


1.

Laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan data tentang cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari. Sebagai masukan bagi Puskesmas Tempuran dalam pengambilan keputusan dalam program kesehatan lingkungan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kriteria rumah sehat, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan warga Dusun Prajegan, Desa Prajeksari.
2

2.

3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Rumah 1. Definisi Rumah Sehat Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia Sedangkan pengertian Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial (Sanropie dkk., 1991). Sedangkan menurut Hermawan (2010) yang dikutip dari Azwar, rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani maupun sosial. a. Kriteria Rumah Sehat Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain : a. b. c. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istrahat. Mempunyai tenpat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan kamar mandi. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
3

d. e. f.

Bebas dari bahan bangunan berbahaya. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular. Member rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi. rumah sehat yang

Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian (Depkes RI, 2007).
a.

Memenuhi

kebutuhan

psikologis

antara lain

privacy

cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masingmaing penghuni.
b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari cukup. c. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah. Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi : Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

pagi, terlindungnya makanan dan

minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang

dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup segar.
Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas

cahaya matahari nyala api

(penerangan

alamiah)

serta

penerangan

dari

lainnya (penerangan buatan).

Semua penerangan ini

harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.
Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga

aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai.
Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak

terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.


Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan

bising yang berlebihan kesehatan baik

karena

dapat

menyebabkan

gangguan

langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif

lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan

untuk anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yang meliputi :

Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.

Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuannya.

Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan.

W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun.

Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

c. Mencegah penularan penyakit, yang meliputi :

Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan Bebas dari kehidupan serangga dan tikus Pembuagan sampah Pembuangan air limbah. Pembuangan Tinja Bebas pencemaran makanan dan minuman. d. Mencegah terjadinya kecelakaan yaitu rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1991).

b. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni. 2 1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan. 2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah. 3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah. Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.3 1. Bahan bangunan Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain: a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 g/m3, asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg. b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. 2. Komponen dan penataan ruang rumah Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti berikut: 2 a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang
7

tegel, keramik, teraso dan lain-lain. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah. b. Dinding, dengan pembagian: (i) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara; (ii) Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan. Fungsi dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap, dinding juga berfungsi untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi dari pengaruh panas. c. d. e. Langit-langit Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. dilengkapi dengan penangkal petir ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan ruang bermain anak. Banyaknya ruangan di dalam rumah biasanya tergantung kepada jumlah penghuni. Banyaknya penghuni dalam suatu rumah akan menuntut jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur. Tetapi pada umumnya jumlah ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut, seperti: a. Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur) Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari tempat bermain anakanak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat cukup sinar matahari. Agar terhindar dari penyakit saluran pernafasan, maka luas ruang tidur minimal 9 m2 untuk setiap orang yang berumur diatas 5 tahun atau untuk orang dewasa dan 4 m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5 tahun. Luas lantai minimal 3 m2 untuk setiap orang, dengan tinggi langit-langit tidak kurang dari 2 m. minimal 3 m2 untuk setiap orang, dengan tinggi langitlangit tidak kurang dari 2 m. b. Ruang tamu

Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu, biasanya diletakkan di bagian depan rumah. Ruang tamu sebaiknya terpisah dengan ruang duduk yang dapat dibuka/ditutup atau dengan gorden, sehingga tamu tidak dapat melihat kegiatan orang-orang yang ada di ruang duduk. c. Ruang duduk (ruang keluarga) Ruang duduk harus dilengkapi jendela yang cukup, ventilasi yang memenuhi syarat, dan cukup mendapat sinar matahari pagi. Ruang duduk ini sebaiknya lebih luas dari ruang-ruang lainnya seperti ruang tidur atau ruang tamu karena ruang duduk sering digunakan pula untuk berbagai kegiatan seperti tempat berbincang-bincang anggota keluarga, tempat menonoton TV, kadang-kadang digunakan untuk tempat membaca/belajar dan bermain anakanak. Selain itu ruangan ini juga sering digunakan sekaligus sebagai ruang makan keluarga. d. Ruang makan Ruang makan sebaiknya mempunyai ruangan yang khusus, ruangan tersendiri, sehingga bila ada anggota keluarga sedang makan tidak akan terganggu oleh kegiatan anggota keluarga lainnya. Tetapi untuk suatu rumah yang kecil/sempit, ruang makan ini boleh jadi satu dengan ruang duduk. e. Ruang dapur Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat memasak, tempat cuci peralatan serta tempat penyimpanannya. Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan mempunyai sisitem pembuangan air kotor yang baik, serta mempunyai tempat pembuangan sampah sementara yang baik/tertutup. Selain itu dapur harus tersedia tempat penyimpanan bahan makanan atau makanan yang siap disajikan. Tempat ini harus terhindar dari gangguan serangga (lalat) dan tikus. Oleh karena itu ruangan harus bebas serangga dan tikus. f. Kamar mandi/W.C Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu terpelihara kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1 m dari lantai. Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di dalam rumah, diusahakan salah satu dindingnya yang berlubang ventilasi harus berhubungan langsung
9

dengan bagian luar rumah. Bila tidak, ruang/kamar mandi dan jamban ini harus dilengkapi dengan alat penyedot udara untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut keluar, sehingga tidak mencemari ruangan lain (bau dari kamar mandi dan W.C.) Jumlah kamar mandi harus cukup sesuai dengan jumlah penghuni rumah. Selain itu kebersihannya harus selalu terjaga. Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dipergunakan untuk lebih dari 7 orang. g. Gudang Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat atau bahan-bahan lainnya yang tidak dapat ditampung di ruangan lain, seperti alat-alat untuk memperbaiki rumah (tangga, dan lainlain). h. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap. 3. Pencahayaan Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau buatan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux dan tidak menyilaukan. 2 4. Kualitas udara Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut: 2 a. b. c. d. e. f. 5. Ventilasi Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari
10

Suhu udara nyaman berkisar 18 sampai 30 C Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70% Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3

penghuni

dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruangan. Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak harus ada. 2 Suatu ruangan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan, antara lain: a. b. c. d. Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan, Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh hidup tanpa oksigen dalam udara. meningkat. dan mulut. penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan. Ada dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu (i) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya aliran udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang panas lebih ringan dari pada udara yang dingin. (ii) Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya penghisap udara (exhaust ventilation) dan air condition. 2 6. Binatang penular penyakit Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang bersarang. 7. Air 2 a. b. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air minum sesuai perundang-undangan yang berlaku.

11

8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Limbah 2 a. b. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. terhadap permukaan tanah, serta air tanah. 10. Kepadatan hunian ruang tidur Luas ruang tidur minimal 9 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun. 2 11. Atap Fungsi atap adalah untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti: debu, asap, dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim hujan.2 2. Sarana Sanitasi Rumah

Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut: a. Sarana air bersih dan air minum Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). 3 Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain (a) jarak antara sumber
12

air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank, tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter, (b) pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air dengan pembuatan cincin dan bibir sumur, (c) penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin. Ada 3 syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi sebagai air minum, antara lain:4 Syarat fisik Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. Syarat kimia Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi kesehatan. Syarat bakteriologis Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya E.coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faeces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air. b. Saluran Pembuangan Air Limbah Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih dan mengandung pelbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia, hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia. 4 Pada dasarnya pengolahan air limbah bertujuan untuk: Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman berbagai penyakit. Ini disebabkan karena limbah sering dipakai sebagai tempat berkembang-biaknya berbagai macam bibit penyakit. c. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut mengandung zat organik yang membahayakan kelangsungan hidup. Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-hari, terutama jika sulit ditemukan air bersih. Jamban/kakus

13

Kakus atau jamban adalah tempat yang dipakai manusia untuk melepaskan hajatnya. Adapun syarat-syarat dalam mendirikan kakus atau jamban ialah: 4 Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari pandangan orang lain, terlindung dari panas atau hujan, serta terjamin privacy-nya. Dalam kehidupan sehari-hari, syarat ini dipenuhi dalam bentuk mengadakan ruangan sendiri untuk kakus di rumah ataupun mendirikan rumah kakus di pekarangan. Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya perbagai binatang. Bangunan kakus memiliki lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak yang kuat, syarat ini yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model cemplung. Mempunyai lobang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu Menyediakan alat pembersih seperti air atau kertas yang cukup, Jenis-jenis kakus atau jamban dilihat dari bangunan jamban yang dialirkan pada sumur penampungan atau sumur rembesan. sehingga dapat segera dipakai setelah membuang kotoran. didirikan, tempat penampungan, pemusnahan kotoran dan penyaluran air kotor, seperti: o Kakus cubluk (pit privy), ialah kakus yang tempat penampungan tinjanya dibangun dekat dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan kakus. Kakus ini dibuat dengan menggali lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Lama pemakaiannya antara 515 tahun. Pada kakus ini harus diperhatikan (i) jangan diberi desinfektan karena mengganggu proses pembusukan sehingga cubluk cepat penuh, (ii) untuk mencegah bertelurnya nyamuk, tiap minggu diberi minyak tanah, (iii) agar tidak terlalu bau diberi kapur barus. o Kakus empang (overhung latrine), ialah kakus yang dibangun di atas empang, sungai atau rawa. Kakus model ini kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya kotoran tersebut langsung dimakan ikan, atau ada yang dikumpul memakai saluran khusus yang kemudian diberi pembatas

14

seperti bambu, kayu dan lain sebagainya yang ditanam melingkar ditengah empang, sungai atau rawa. o Kakus kimia (chemical toilet), kakus model ini biasanya dibangun pada tempat- tempat rekreasi, pada alat transportasi dan lain sebagainya. Di tempat ini, tinja didisenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda, dan sebagai pembersihnya dipakai kertas (toilet paper). Kakus kimia sifatnya sementara, oleh karena itu kotoran yang telah terkumpul perlu dibuang lagi. Ada dua macam kakus kimia, yaitu (i) tipe lemari (commode type) dan (ii) tipe tanki (tank type). o Kakus dengan angsa trine ialah, kakus dimana leher lubang kloset berbentuk lengkungan, dengan demikian akan selalu terisi air yang penting untuk mencegah bau serta masuknya binatang-binatang kecil. Kakus model ini biasanya dilengkapi dengan lubang atau sumur penampung/sumur resapan yang disebut septi tank. Kakus model ini adalah yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan. d. Tempat Sampah Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia adalah perlunya dilakukan pengelolaan terhadap sampah, seperti penyimpanan (storage), pengumpulan (collection), dan pembuangan (disposal). Tempat sampah tiap-tiap rumah, isinya cukup 1 meter kubik. Tempat sampah sebaiknya tidak ditempatkan di dalam rumah atau di pojok dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus dan rumah menjadi banyak tikusnya. 4 Tempat sampah yang baik harus memenuhi kriteria, antara lain (a) terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak, (b) harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya, dan sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, (c) ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga karyawan pengumpul sampah mudah mencapainya. 2 B. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,
15

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.7 Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, antara lain: a. Tahu (Know) Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan. b. Memahami (Comprehension) Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukumhukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya. d. Analisis (Analysis) untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu Kemampuan

komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan. e. Sintesis (Sinthesis) Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam
16

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003) a. b. c. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100% Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75% Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

C. Perilaku Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala yang tampak pada organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan faktor genetik dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk dari manusia. Hereditar atau faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku mahluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. 5 Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan). 5 Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua): 6 1. Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang memerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut
17

overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice) misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok. a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut. b. c. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan Perilaku kesehatan lingkungan. kesehatan atau disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Misalnya: bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya. D.Instrumen Penilaian Rumah Sehat Nilai pada setiap parameter ditentukan sesuai jumlah kriteria yang ada, dengan range sesuai blanko SSD1. Pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok

18

sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori H.L. Blum, yang diinterprestasikan terhadap: 1. 2. 3. 4. 1. 2. Lingkungan (45%) Perilaku (35%) Pelayanan Kesehatan (15%) Keturunan (5%) Komponen rumah: langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela Sarana sanitasi: sarana air bersih, jamban (sarana pembuangan kotoran),

Minimum proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat adalah: ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan. sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan sarana pembuangan sampah. Dari setiap kategori mempunyai bobot masing-masing lalu diberikan skor dan dijumlahkan skornya. Bila skor lebih dari 1008 maka termasuk kategori rumah sehat. E. Urutan Dalam Siklus Pemecahan Masalah

Gambar 1.Kerangka Pemecahan Masalah Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:8 a. Identifikasi masalah Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indicator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi,
19

dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indicator tertentu yang sudah ditetapkan. b. Penentuan penyebab masalah Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.

INPUT MA N

MONEY MACHINE

METHO DE MATERIAL MASALA H

P1 P2 PROSES

P3 LINGKUNGA N

Gambar 2. Diagram Fish Bone c. Memilih penyebab yang paling mungkin Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan. d. Menentukan alternatif pemecahan masalah Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah. e. Penetapan pemecahan masalah terpilih Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon Kualitatif untuk menentukan/ memilih pemecahan terbaik. f. Penyusunan rencana penerapan Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of Action atau Rencana Kegiatan). g. Monitoring dan evaluasi
20

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

F. Analisis Masalah Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input maupun proses.
G. Prioritas Pemecahan Masalah

21

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks:9 1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif. 2. 3. 4. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah.makin penting cara Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif. bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif. pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5. Kriteria M, I, dan V masing-masing diberi nilai 1 5. Bila makin magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan V. Tabel 1. Kriteria Matriks Magnitude 1 = Tidak magnitude 2=Kurang magnitude 3 = Cukup magnitude 4 = Magnitude 5= Sangat magnitude Importancy 1 = Tidak penting 2 = Kurang penting 3 = Cukup penting 4 = Penting 5 = Sangat penting Vulnerability 1 = Tidak sensitif 2 = Kurang sensitif 3 = Cukup sensitif 4 = Sensitif 5 = Sangat sensitif Cost 1 = Sangat murah 2 = Murah 3 = Cukup murah 4 = mahal 5 = sangat mahal

H. Pembuatan Plan of Action dan Gantt Chart

Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan pembuatan plan of action serta gannt chart, ini bertujuan untuk menentukan perencanaan kegiatan

22

BAB III KERANGKA PENELITIAN


1. Kerangka Teori

Gambar 4. Kerangka Teori 2. Kerangka Konsep

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya rumah sehat Rendahnya Cakupan Rumah Sehat

Kurangnya biaya untuk menunjang masyarakat mewujudkan rumah sehat

Kurangnya penyuluhan oleh tenaga kesehatan Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian


23

BAB IV ANALISIS MASALAH


Data pada laporan ini diperoleh dari data primer yang berasal dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner responden penduduk Dusun Prajegan Desa Prajeksari serta data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan Puskesmas Tempuran. Pengambulan data primer dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu tanggal 10 dan 11 Agustus 2012. Jumlah sasaran survey ini adalah 30 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Prajegan Desa Prajegsari. Berdasarkan hasil survey pada tanggal 10 dan 11 Agustus 2012 di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari yang dilakukan pada 30 rumah, menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui jumlah rumah yang memenuhi syarat rumah sehat, adapun hasilnya : Rumah tidak sehat Rumah sehat : 24 rumah (80%) : 6 rumah (20%)

Jumlah pencapaian penduduk yang memiliki rumah sehat di Dusun Prajegan Desa Prajeksari Jumlah cakupan penduduk yang memiliki rumah sehat di Dusun Prajegan Desa Prajeksari adalah : Besar cakupan = Jumlah rumah sehat x 100% Jumlah rumah yg diawasi = 6 x 100% 30 = 20% Dari hasil didapatkan besar cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di Dusun Prajegan Desa Prajegsari pada bulan Januari-Juni 2012 hanya sebesar 25%.

24

Jumlah pencapaian penduduk yang memiliki rumah sehati di Dusun Prajegan Desa Prajegsari adalah : Pencapaian = Besar cakupan Target Dinkes 2012 = 20% x 100% 70% = 28,57 % Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan skor pencapaian rumah sehat di Dusun Prajegan Desa Prajegsari di bawah 100% sehingga menjadi masalah. x 100%

25

BAB V METODE PENELITIAN


Survei dilakukan di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Dalam survei ini dilakukan pendataan rumah yang ada di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari secara langsung.
1. Data primer: diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun

sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian dilakukan kunjungan rumah warga untuk dilakukan pendataan.
2. Data sekunder didapat dari data hasil survei sebelumya oleh petugas Puskesmas

Tempuran dan laporan bulanan bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran.


3. Data yang sudah terkumpul, diolah, untuk selanjutnya dilakukan analisis masalah,

untuk selanjutnya dicari kemungkinan penyebabnya dengan mempergunakan diagram fish bone. Kemudian kemungkinan penyebab masalah dikonfirmasi kepada Koordinator program, dalam laporan ini kepada penanggung Jawab Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tempuran dan dari survei untuk mencari penyebab masalah yang paling mungkin. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif pemcahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan kriteria matriks dengan rumus m.i.v/c setelah didapatkan pemecahan masalah lalu dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah yang terpilih. Setelah didapatkan data maka dilakukan penyelesaian masalah menggunakan pendekatan manajemen, berikut adalah langkah-langkahnya yaitu pertama melakukan identifikasi masalah, kedua penentuan prioritas masalah, dimana langkah pertama dan kedua sudah tidak diperlukan dalam pembuatan laporan ini. Ketiga pemecahan penyebab masalah, ke empat memilih penyebab yang paling mungkin, kelima menentukan alternatif pemecahan masalah, ke enam penetapan pemecahan masalah terpilih, ke tujuh penyusunan rencana penerapan, ke delapan monitoring dan evaluasi. Analisis masalah dilakukan berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, materi, machine, kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2, P3) dan manajemen mutu
26

sehingga didapatkanlah output. Input dan proses dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. A. Batasan Judul Penulis memilih judul Evaluasi dan Rencana Peningkatan Cakupan Rumah Sehat Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Evaluasi Manajemen Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tempuran Periode Agustus 2012 dengan batasan pengertian judul sebagai berikut: a) Evaluasi Evaluasi adalah penilaian b) Rencana Rencana adalah proses pemikiran ke depan c) Peningkatan Peningkatan adalah proses meningkatkan d) Cakupan Adalah batasan suatu masalah e) Rumah Sehat Adalah suatu rumah untuk tempat tinggal permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi, dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.
f) Dusun Prajegan

Adalah salah satu dusun yang terletak di Desa Prajeksari


g) Desa Prajeksari

Desa Prajeksari merupakan salah satu desa dari 15 desa yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Tempuran.
h) Kecamatan Tempuran

Kecamatan Tempuran adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Magelang. i) Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. j) Evaluasi
27

Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang ditemukan. k) Manajemen Pengaturan sumber daya agar tercapai tujuan yang di harapkan penggunaan secara efektif untuk mencapai sasaran l) Program Kesehatan lingkungan Adalah salah satu program puskesmas Tempuran yang bertujuan untuk mengatasi masalah berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan luar puskesmas.
m)Puskesmas Tempuran

Puskesmas Tempuran adalah salah satu puskesmas di wilayah kabupaten Magelang


n) Periode Agustus 2012

Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai cakupan penduduk yang memiliki rumah sehat B. Definisi Operasional

Sasaran adalah rumah di daerah Dusun Prajegan, Desa Prajeksari Sasaran responden adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di Dusun Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah rumah yang

Prajegan, Desa Prajeksari. memenuhi syarat rumah sehat dengan jumlah seluruh rumah yang diperiksa di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Periode Agustus 2012.

Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan masyarakat di Dusun Prajegan, Desa

Prajeksari mengenai rumah sehat dan dampak kesehatan yang diakibatkan jika rumah tidak memenuhi syarat kesehatan.

Perilaku adalah bagaimana masyarakat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari

merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Misalnya: bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.
28

C. Ruang Lingkup
a.

Lingkup lokasi

: Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. : Bulan Agustus tahun 2012 : 30 rumah di Dusun Prajegan : Wawancara, pencatatan, dan pengamatan terlibat. : Evaluasi cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

b. Lingkup waktu c.

Lingkup sasaran Lingkup materi

d. Lingkup metode e.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah kepala keluarga dari setiap rumah di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang yang memiliki skoring termasuk rumah tidak sehat Kriteria ekslusi Kriteria ekslusi dalam laporan ini adalah kepala keluarga dari setiap rumah di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang yang memiliki skoring termasuk kepala keluarga rumah tidak sehat yang tidak bersedia diwawancara. .

29

BAB VI HASIL PENELITIAN


VI.I DATA UMUM VI. 1. 1 KONDISI GEOGRAFI Desa Prajegsari merupakan salah satu desa di Jawa Tengah yang terletak di wilayah industri Kabupaten Magelang dengan batas desa:

Sebelah Utara Sebelah Timur

: Desa Sukosari Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. : Desa Kedungsari, Kecamatan Bandongan

Sebelah Selatan : Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran Sebelah Barat : Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.

Secara geografis terletak pada 70, 46, 39 LS sampai dengan 70, 47, 35 LS dan 1100, 39, 50 BT sampai dengan 1100, 41, 40 BTG. VI. 1. 2 LUAS WILAYAH 1. Luas Wilayah Luas wilayah Desa Prajagsari 135,425 Ha yang terbagi menjadi 5 dusun dengan 5 RW dan 10 RT meliputi: Tabel 2. Daftar Dusun Wilayah Desa Prajeksari NO. 1 2 3 4 5 DUSUN Dusun Wonosari Dusun Prajegan Dusun Plabuhan Dusun Kwangsan Dusun Papuhan JUMLAH RT 1 1 1 1 1 5 RW 2 2 2 2 2 10 KETERANGAN

30

2. Peruntukan Lahan Tabel 3. Daftar Peruntukan Lahan Wilayah Desa Prajeksari NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. PERUNTUKAN Pertanian Subur Pertanian sedang Pertanian tandus Irigasi Perumahan Olah raga Makam Tempat Ibadah Industri Pendidikan Kesehatan LUAS (Ha) 86,404 ha 8 ha 0,0101 ha 15,992 ha 2,8 ha 0,0750 ha 0,275 ha 0,002 ha KETERANGAN

3. Peta Wilayah

Gambar 4. Peta wilayah Desa Prajeksari

31

VI. 1. 3 DATA PENDUDUK a. Data Penduduk Jumlah penduduk Desa Prajegsari tercata berjumlah 1.781 jiwa.

b. Jumlah Penduduk Menurut Dusun

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis Kelamin

No 1 2 3 4 5

Dusun

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Wonosari 195 210 Prajegan 173 171 Plabuhan 137 134 Kwangsan Mata Pencaharian 283 No Jumlah 194 Papohan PNS dan Pensiunan 148 136 1 34 2 ABRI/POLRI Petani dan buruh tani Swasta Pedagang Tukang Dan pengrajin : 1.782 orang 6 223 224 38 26

c. Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama


i.

3 4 5 6

Agama Islam

ii.

Agama Katolik : 5 Orang

d. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

32

e. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No 1 2 3 4 5 6 7

Tingkatan Tidak dan belum tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Kejuruan Tamat D1,D2, D3 Tamat S1 dan S2

Jumlah 117 609 238 269 297 11 36

f. Jumlah Penduduk Menurut Penderita Cacat Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Penderita Cacat No 1 2 3 Penderita Tubuh Wicara Netra Jumlah 13 2
33

Mental

g. Kesehatan Tabel 8. Jumlah Sarana Kesehatan No 1 2 3 Sarana Pustu Bidan Klinik kesehatan Jumlah 1 1 -

h. Pendidikan Tabel 9. Jumlah Sarana Pendidikan No 1 2 3 4 5 Sarana Play group/ PAUD TK SD SMP/MTs Pondok pesantren Jumlah 1 2 1

VI. 1. 4 KONDISI BANGUNAN DAN SARANA PRASARANA 1. Balai Desa 2. Kantor Desa 3. Pasar 4. Tempat Ibadah
34

: 1 gedung, luas 70 m2 : 1 gedung, luas 44 m2 : - gedung, luas -

Tabel 10. Tempat Ibadah di Desa Prajeksari NO 1 2 3 4 TEMPAT IBADAH Masjid Mushola Gereja Vihara Jumlah JUMLAH 5 3 8 KETERANGAN

5.Kesehatan Tabel 11. Sarana Kesehatan di Desa Prajeksari No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 6. Pendidikan Tabel 12. Sarana Pendidikan di Desa Prajeksari No. 1 2 3 4 5 6 7 SARANA Play group/PAUD TK SD/MI SMP SMA SMK PLS (KF, Paket A, Paket B, Paket C) JUMLAH 1 2 KETERANGAN SARANA Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu PKD Polindes Bidan Apotek Klinik Kesehatan JUMLAH JUMLAH 1 1 2 KETERANGAN

35

JUMLAH

7. Olah Raga Tabel 13. Sarana Olahraga di Desa Prajeksari No. 1 2 3 4 5 6 SARANA Kolam renang Gedung Olahraga Tenis meja Lapangan bola volley Lapangan bulu tangkis Lapangan sepak bola JUMLAH JUMLAH 1 1 KETERANGAN

8. Makam : 9 buah 9. Jalan, jembatan dan irigasi

Tabel 14. Akses Jalan di Desa Prajeksari No. 1 SARANA Jalan poros desa JUMLAH 2 KETERANGAN Wonosari Papohan Prajegan Tugurejo

2 3 4 5 6 7

Jalan lingkungan Jembatan desa Gorong-gorong Irigasi desa Tetek pintu air Sumur pantek

11 3 6 2 1 4
36

JUMLAH

29

VI. 1. 6 PEREKONOMIAN 1. Industri dan Perdagangan Tabel 15. Industri dan perdagangan di Desa Prajeksari No. 1 2 3 4 5 6 7 8 JENIS Handycraf/pengrajin genting Warung/warung makan Industri Kayu Lapis Toko Besi dan Bangunan Depo semen Industri perakitan elektronik Industri kaca Pengrajin tempe JUMLAH JUMLAH 400 216 2 3 1 1 1 11 635 KETERANGAN

2. Koperasi Tabel 16. Daftar Koperasi gangan di Desa Prajeksari No. NAMA Kapotren AL INAYAH Kapotren Membaul Hisan JUMLAH KETERANGAN

3. Jasa Tabel 17. Pelayanan Jasa di Desa Prajeksari No. 1 2 3 4 JENIS Dokter Bengkel mobil Bengkel sepeda motor Penggilingan padi keliling JUMLAH 3 2
37

KETERANGAN

5 6

Fotocopy Counter HP JUMLAH

VI. 1. 7 ORGANISASI 1. Pertanian Tabel 18. Organisasi Pertanian di Desa Prajeksari No. NAMA GAPOKTAN ALAMAT Prajeksari KETERANGAN 15 orang

2. P 3 A (Perkumpulan Petani Pengguna Air) Tabel 19. Organisasi P3A di Desa Prajeksari

No.

NAMA Dharma Tirta Sidomaju

ALAMAT Prajeksari

KETERANGAN 42 orang

VI. 1. 8 STAKE HOLDER


1. PKK 2. Tokoh Masyarakat 3. Kelompok Petani 4. P3A

: PKK Desa Prajeksari ( Sri Sunarmi S) :Drs. Cholid Istigfar :Gapoktan Sidomaju ( Kasiran ) : Dharma Tirta Sidomaju ( Suharto ) : terdiri dari buruh pertanian, buruh pabrik tekstil dll : : Isdiyanto : Nur Salim : A.Supriyadi

5. PNS/ABRI/POLRI
6. Buruh

7. Perangkat Desa

a. Kadus Wonosari b. Kadus Prajegan c. Kadus Plabuhan


8. RW dan RT

: 5 RW dan 10 RT

9. LPMD ( Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa ) ( H.Rustam ) 10. Karang Taruna ( LPP ) ( Muhyidin ) 38

11. Kelompok campur sari ( Karawitan ) ( Sigit Kundarwanto )

VI. 1.9 POTENSI STRATEGIS Desa Prajeksari adalah desa yang terletak di antara Sungai Progo dan Irigasi Loning dan merupkan desa pengrajin Sangkar Burung, Kerajinan Bambu, dan mayoritas petani penghasil padi dengan omset rata rata per bulan 800.000,00 per kepala keluarga sehingga Desan Prajeksari menjadi desawisata di Kabupaten Magelang. Potensi desa yang ada : 1. Merupakan jalur lintas antar desa antar kecamatan 2. Kawasan agrowisata ( Desan Bina Wisata ) 3. Kawasan perbatasan antar kecamatan 4. Potensi lahan pertanian persawahan 5. Merupakan daerah pengrajin bambu ( sangkar burung ) VI. 1. 11 KONDISI PEREKONOMIAN Keuangan Desa Prajeksari diambil dari :
1. APB Desa rata-rata per tahun Rp. 166.000.000,2. Pendapatan asli desa rata-rata per tahun : Rp. 7.000.000,- dari Tanah Bengkok 3. ADD per tahun rata-rata Rp. 54.000.000,4. Swadaya masyarakat rata-rata Rp. 20.000.000,- per tahun 5. Sumber lain rata-rata Rp.15.000.000,- per tahun 6. Bantuan dari Kabupaten Rp. 20.000.000,- per tahun 7. Bantuan dari Propinsi Rp. 5.000.000,- per tahun

A. VISI, MISI, DAN STRATEGI PUSKESMAS TEMPURAN

Visi Puskesmas Tempuran Puskesmas Tempuran memilikivisi "Prima dalam pelayanan kesehatan menuju kemandirian Masyarakat Tempuran untuk hidup sehat". Misi Puskesmas Tempuran 1. Meningkatkan keprofesionalan SDM 2. Melengkapi sarana penunjang pelayanan
39

3. Memenuhi kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang cepat, ramah, tepat, nyaman dan aman 4. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 5. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau 6. Memelihara dan meningkatkan kesehatanindividu, keluargadanmasyarakat sertalingkungannya. Filosofi yang dianut oleh Puskesmas Tempuran 1.Memperlakukan pelanggan sebagaimana diri kita ingin diperlakukan 2.Mencegah lebih baik daripada mengobati 3.Kepuasan pelanggan adalah hal utama B. HASIL SURVEI Kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 3 kelompok pertanyaan, yaitu 9 pertanyaan mengenai komponen rumah, 5 pertanyaan menganai sarana sanitasi, dan 4 pertanyaan mengenai perilaku penghuni, 12 pertanyaan lainnya yang terkait yang kemudian ditanyakan melalui wawancara oleh penulis dan dilakukan pengamatan ke 30 rumah. Data yang ada direkapitulasi dan didapatkan hasilnya sebagai berikut.

1. No. 1

Komponen Rumah Tabel 20. Rekapitulasi Kuesioner Komponen Rumah Kriteria a. Tidak ada b. Ada, bersih, rawan kecelakaan
c. Ada,

Komponen Rumah Langit-Langit

Jumlah 24 2 4 10 tembok tidak 7 13 7

Persen (%) 80,00% 6,67% 13,33% 33,33% 23,33% 43,33% 23,33%


40

bersih,

kuat

dan

tinggi

minimal 2,75 m 2 Dinding a. Non permanen


b. Semi

permanen/

diplester
c. Permanen dan kedap air

Lantai

a. Tanah/papan

b. Seluruh lantai plester kasar (trasah) c. Seluruh kedap air dan sebagian keramik 4 Pintu d. Seluruh lantai pasangan keramik a. Hanya ada pintu utama b. Setiap ruang tidur terpasang pintu c. Setiap pintu ruang tidur terpasang 5 6 Jendela kamar tidur Ruang keluarga kasa nyamuk a. Tidak ada b. Ada a. Tidak ada
b. Ada

15 6 2 14 15 1 8 22 6 24

50,00% 20,00% 6,67% 46,67% 50,00% 3,33% 26,67% 73,33% 20,00% 80,00%

Ventilasi

a. Tidak ada
b. Ada, < 10% LL c. Ada, 10 % LL tidak dipasang kassa

1 19 9 1 13 12 5 2 20 8

3,33% 63,33% 30,00% 3,33% 43,33% 40,00% 16,67% 6,67% 66,67% 26,67%

Lubang dapur

asap

d. Ada, 10% LL dan dipasang kassa a. Tidak ada b. Ada c. Ada dan berfungsi dengan baik a. Tidak terang, tidak dapat digunakan untuk membaca Kurang terang, bila untuk membaca terasa sakit
d. Terang, enak untuk membaca dan

Pencahayaan Alamiah

tidak silau 2. Sarana Sanitasi Tabel 21. Rekapitulasi kuesioner Sarana Sanitasi No. Sarana Sanitasi 1 Jenis sarana air bersih digunakan yang Kriteria a. Sumur gali b. Sumur pompa tangan c. PDAM Jumlah 20 10 0 Persen (%) 66,67% 33,33% 0

41

Kepemilikan kualitas SAB

dan

a. Bukan milik sendiri


b. Ada,

10 tapi tidak tapi 5 8 7 16 1 13 12 10 8

33,33% 16,67% 26,67% 23,33% 53,33% 3,33% 43,33% 40,00% 33,33% 26,67%

milik

sendiri

memenuhi syarat c. Bukan milik sendiri, memenuhi syarat 3 Jamban Keluarga d. Milik sendiri dan memenuhi syarat a. Tidak ada
b. Ada, tidak memenuhi syarat c. Ada dan memenuhi syarat

SPAL

a. Tidak ada
b. Ada, jarak dengan sumber air < 10

m, atau ke saluran terbuka


c. Ada, jarak dengan sumber air >10

m, atau ke saluran kota 5 Tempat Sampah Tidak ada Ada,tidak kedap air & tidak tertutup c. 3. No. 1 Perilaku Penghuni Tabel 22. Rekapitulasi kuesioner Perilaku Penghuni Perilaku Penghuni Membuka Jendela Kriteria a. Tidak pernah dibuka b. Kadang-kadang 2 Menyapu dan c. Setiap hari dibuka a. Seminggu b. Tiap 3 hari c. Setiap hari a. Ke sungai/kebun/kolam Jumlah 5 5 20 3 9 18 8 Persen(%) 16,67% 16,67% 66,67% 10,00% 30,00% 60,00% 26,67%
42

19 11 0

63,33% 36,67% 0

Ada, kedap air & tertutup

mengepel rumah 3 Cara membuang

tinja 4 Pengelolaan sampah

b. Ke WC/Jamban
a. Dibuang ke sungai/kebun b. Ke TPS/Petugas sampah

22 30 0 0 Jumlah 11 19 30 0 9 21 28 2 10 20 3 15 12 2 28 9 21 1 29 1 29 1 29 1 29

73,33% 100% 0 0 Persen(%) 36,67% 63,33% 100,00% 0 30,00% 70,00% 93,33% 6,67% 33,33% 66,67% 10,00% 50,00% 40,00% 6,67% 93,33% 30,00% 70,00% 3,33% 96,67% 3,33% 96,67% 3,33% 96,67% 3,33% 96,67%

c. Dimanfaatkan/daur ulang 4. Komponen penilaian lainnya No. 1 2 3 4 5 6 Komponen Kepadatan penghuni Tikus Lalat Kecoa Nyamuk/Jentik Kandang Ternak Kriteria a. < 8 m2 per orang b. > 8 m2 per orang a. Ada
b. Tidak ada

a. > 5 ekor b. < 5 ekor a. Ada b. Tidak a. Ada b. Tidak ada a. Menyatu dengan rumah b. Terpisah dari rumah <10 m c. Terpisah dari rumah >10 m, atau tidak punya ternak a. Ada b. Tidak a. Ada b. Tidak a. Ada b. Tidak a. Ada b. Tidak a. Ada b. Tidak a. Ada b. Tidak

7 8 9 10 11 12

Diare ISPA TB Paru Kulit Malaria DBD

5. Rekapitulasi total Tabel 23. Rekapitulasi Total Jumlah Kepala keluarga Rumah Sehat 30 KK 6 KK Persentase 100% 20%
43

Rumah Tidak Sehat 6.

24 KK

80%

Kuesioner Penyebab Masalah

Dilakukan penyebaran kuesioner untuk mencari penyebab masalah pada tanggal 10 11 Agustus 2012 kepada 30 responden yang bertempat tinggal di dusun Prajegan. Pertanyaan terdiri atas petanyaan mengenai pengetahuan tentang rumah sehat, perilaku hidup sehat dan penyebab masalah lain.

Kuesioner Pengetahuan tentang Rumah Sehat Kuesioner terdiri dari 9 pertanyaan yang dibuat untuk mengukur pengetahuan responden tentang rumah sehat. Untuk setiap pertanyaan dengan jawaban iya diberi nilai 1 (satu), sedangkan untuk jawaban tidak diberi nilai 0 (nol). Nilai dari jawaban setiap responden dijumlahkan, kemudian dipersentasekan untuk mengetahui seberapa besar tingkatan pengetahuan responden. Penilaian:
Tingkat pengetahuan baik bila skor : 81% 100% Tingkat pengetahuan cukup bila skor 65% - 80% Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 65%

Kuesioner Perilaku Hidup Sehat Kuesioner terdiri dari 4 pertanyaan yang dibuat untuk menilai perilaku hidup sehat dari penghuni rumah. Kuesioner Penyebab Masalah lain Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan yang dibuat untuk mencari penyebab masalah lain disamping pengetahuan tentang rumah sehat dan perilaku hidup sehat. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pertanyaan Menurut anda apakah perlu terdapat lubang asap dapur? Menurut anda perlukah mempunyai jamban di dalam rumah dan alirkan ke septic tank? Menurut anda apakah perlu dibuat jendela di kamar dan di ruang keluarga? Menurut anda perlukah memiliki tempat sampah yang kedap air dan tertutup? Menurut anda apakah penting langit-langit di dalam rumah? Menurut anda apakah perlu lantai rumah dibuat dari bahan yang kedap air (Diplester/ubin/ keramik)? Jawaban a. Iya b. tidak a. b. a. b. a. b. a. b. a. b. Iya Tidak Iya Tidak Iya Tidak Iya Tidak Iya Tidak
44

7. 8. 9.

Menurut anda apakah perlu dibuat ruang keluarga? Menurut anda apakah perlu ada ventilasi di rumah? Menurut anda apakah penting pencahayaan yang terang di dalam rumah?

a. b. a. b. a. b.

Iya Tidak Iya Tidak Iya Tidak

NAMA KK Purwoko Badri Jumirah Trimanto Kryo Saswito Wardi Suyati Jarmono Suharto Amin Hardi Prawiro Nursalim Zaidun Jumadi Widayat Ahmadi Kiryanto Amin Y. Rhomadon Suyanto Ayem Iwan Setiawan Mubahril Parjo Nuryanto Ahmad Asrudi Ismanto Yayi Suhardi

1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Nilai 8 6 8 9 9 9 9 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 8 7 8 8 9 9

Presentase 89% 67% 89% 100% 100% 100% 100% 89% 89% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 89% 78% 89% 89% 100% 100%

Kategori BAIK CUKUP BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK CUKUP BAIK BAIK BAIK BAIK

Tabel 24. Rekapitulasi Tingkatan Pengetahuan tentang Rumah Sehat Tingkat Pengetahuan 81% 100 % Baik 65% - 80% Cukup Jumlah Responden 28 2 Persen (%) 22,00% 78,00%
45

<65%

Kurang

Tabel 25. Kuesioner Perilaku Hidup Sehat No. 1 Perilaku Penghuni Membuka Jendela Kriteria a. Tidak pernah dibuka b. Kadang-kadang 2 Menyapu mengepel rumah 3 Cara membuang tinja dan c. Setiap hari dibuka a. Seminggu b. Tiap 3 hari c. Setiap hari a. Ke sungai/kebun/kolam b. Ke WC/Jamban 4 Pengelolaan sampah
a. Dibuang ke sungai/kebun b. Ke TPS/Petugas sampah

Jumlah 5 5 20 3 9 18 8 22 30 0 0

Persen(%) 16,67% 16,67% 66,67% 10,00% 30,00% 60,00% 26,67% 73,33% 100% 0 0

c. Dimanfaatkan/daur ulang Tabel 26. Rekapitulasi kuesioner penyebab lain

No. 1.

Kenapa (yang

Pertanyan anda hal terdapat

tidak tersebut dalam

Jawaban a. Kurang Biaya b. Keadaan tinggal/ geografi c. Kurang mengerti tempat

Jumlah 30 0 0

Persen 100% 0% 0%

menerapkan kuesioner

pengetahuan

tentang rumah sehat) dalam 2. kehidupan sehari-hari? Apakah anda tahu bahwa permasalahan di atas dapat menimbulkan dampak yang 3. buruk bagi kesehatan? Apakah di dusun ini sering dilakukan 4. penyuluhan tentang rumah sehat? Jika Ya, sebutkan frekuensinya

tentang rumah sehat a. Ya b. Tidak 30 0 0% 100%

a. Ya b. Tidak a. <2x/tahun b. 2-3x/tahun c. >3x/tahun

4 24 4 0 0

14,29% 85,71% 100% 0% 0% 46

Dari hasil survei yang dilakukan untuk mencari kemungkinan penyebab masalah dengan melakukan pengisian kuesioner, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan penyebab masalah rendahnya cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, antara lain:
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai rumah sehat 85,71 % Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak yang diakibatkan jika rumah

tidak memenuhi syarat kesehatan 100%


Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari 75,51%


Terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi syarat

sebagai rumah sehat 100%.

BAB VII PEMBAHASAN

47

A. ANALISA MASALAH Pada hasil Survei Mawas Diri (SMD) yang dilakukan tanggal 10-11 Agustus 2012 di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari yang merupakan salah satu desa pada wilayah Puskesmas Tempuran, pada 30 rumah didapatkan 6 rumah yang memenuhi kriteria rumah sehat, sehingga cakupan persentase rumah sehat hanya sebesar 20%. Untuk dapat meningkatkan cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan agar sesuai dengan target Dinkes 2011, yaitu sebesar 70% maka diperlukan peningkatan penilaian rumah sehat, minimal senilai 1008 agar jumlah rumah tidak sehat berganti menjadi rumah sehat. Dari hasil survei didapatkan 24 rumah tidak sehat. Dari hasil pencatatan 30 indikator pada 24 rumah tidak sehat didapatkan bahwa indikator rumah sehat terendah adalah pengelolaan sampah, ketersediaan tempat sampah, keberadaan langit-langit, penyakit yang berhubungan dengan rumah sehat seperti ISPA dan diare, selain itu juga cara membuang tinja. Namun dipilih indikator yang paling mudah untuk ditingkatkan sehingga indikator yang perlu di intervensi adalah cara membuang tinja yang berhubungan dengan akan dibangunnya jamban dalam program pamsimas, perilaku membuang sampah di TPS serta ketersediaan tempat sampah yang tertutup dan kedap air. Untuk dapat meningkatkan cakupan rumah sehat agar sesuai dengan target Dinkes 2011 yaitu sebesar 70% maka dapat dilakukan pemecahan masalah pada beberapa rumah/KK sehingga dapat meningkatkan indikator rumah sehat dengan penghitungan sebagai berikut: Cakupan rumah sehat yang sudah tercapai = 20% x 100% 70% = 28,57% = 29% Rumah tangga yang dibina = Target Dinkes 2011 Cakupan rumah sehat = 70% - 29% = 41% 41% x 30 = 13 13 rumah yang dibina Pembinaan tersebut berhubungan dengan cara pembuangan tinja yang termasuk pendirian jamban di rumah-rumah dalam program pamsimas, perilaku membuang sampah di TPS serta ketersediaan tempat sampah yang tertutup dan kedap

48

INPU

air pada 13 rumah tangga yang memiliki nilai indikator rumah sehat 446-1007 sehingga peningkatan nilai indikator rumah sehat dapat berjalan lebih mudah dan mencapai target Dinkes 2011 mengenai cakupan rumah sehat sebesar 70%. Selain itu juga, pemecahan masalah juga dilakukan pada seluruh masyarakat desa untuk menunjang keberhasilan dari peningkatan cakupan rumah tangga sehat.
B. ANALISA PENYEBAB MASALAH

1.

Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditelaah penyebab-penyebab masih masalah tersebut dapat disebabkan oleh input,

kurangnya cakupan rumah sehat,

proses maupun lingkungan. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu: Man, Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1 (perencanaan), P2 (pergerakkan dan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian, dan penilaian). Tabel 27. Kemungkinan Penyebab Masalah dari faktor input Input MAN (Tenaga Kerja) Kelebihan Adanya kerjasama lintas program dengan petugas promosi kesehatan Kekurangan Belum optimalnya petugas promosi melakukan kesehatan dalam penyuluhan

tentang rumah sehat


Kurangnya kader kesehatan

lingkungan Money (Pembiayaan) Adanya bantuan operasional Prajegan. Pemanfaatan belum optimal.

di dana

dusun BOK

kesehatan dan dana operasional puskesmas di puskesmas yang dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung (pemantauan dan dan untuk pendataan rumah sehat) Melakukan pengamatan ke warga masyarakat

Methode (metode)

Belum ada penyuluhan secara berkala tentang rumah yang memenuhi syarat kesehatan

wawancara dengan cara kunjungan dilakukan pendataan

49

Penyuluhan

langsung

kepada

pemilik rumah mengenai rumah sehat dan syarat-syaratnya saat Material (Perlengkapan) pendataan berlangsung Tersedianya aula puskesmas untuk penyuluhan
Terdapat

kendaraan

operasional kuesioner Kurangnya media promosi (poster, leaflet, pamphlet)

Machine (Peralatan)

bagi petugas kesling Tersedianya blanko

untuk pemeriksaan rumah sehat

Tabel 28. Kemungkinan penyebab masalah dari segi proses Proses P1 (perencanaan) Kelebihan Perencanaan pemeriksaan rumah sehat sudah ada Kekurangan Belum adanya jadwal tertulis tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan rumah sehat Jadwal pendataan rumah sehat belum P2 (Pelaksanaan) Pelaksanaan pemeriksaan rumah sehat sudah dilaksanakan Saat pendataan berlangsung, pemberi penyuluh langsung memeberikan penyuluhan P3 (Penilaan, pengawasan, pengendalian) tentang rumah sehat Terdapatnya pencatatan dan pelaporan mengenai jumlah penduduk yang dan jumlah penduduk yang memenuhi syarat rumah sehat
Terdapatnya pencatatan dan

pasti Kurangnya pendataan terhadap setiap rumah oleh tenaga kesehatan akibat kurangnya tenaga petugas kesehatan Pelaksanaan penyuluhan kurang berkelanjutan dan terpadu

Kurangnya evaluasi dari kegiatan yang dilakukan

pelaporan mengenai kegiatan Lingkungan yang dilakukan Warga dusun cukup kooperatif saat petugas Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan
50

melakukan pendataan Pengetahuan masyarakat sudah cukup baik tentang rumah sehat dan perilaku hidup sehat

penerapannya sehari-hari. Terbatasnya

dalam dana

kehidupan masyarakat

untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi syarat sebagai rumah sehat

51

Input
Machine Kurangnya media promosi (poster, leaflet, pamphlet) Money

Kurang optimalnya pemanfaatan dana yang tersedia


MAN Belum optimalnya petugas kesehatan lingkungan baik jumlah maupun dalam upaya melakukan promosi kesehatan tentang rumah sehat

Material

Method Belum ada penyuluhan secara berkala tentang rumah yang memenuhi syarat kesehatan

Cakupan Rumah Sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang sebesar 20% dari target dinkes sebesar 70%

P1 Belum adanya jadwal pasti tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan rumah sehat

P2 Kurangnya pendataan terhadap setiap rumah oleh tenaga kesehatan akibat kurangnya tenaga petugas kesehatan Pelaksanaan penyuluhan kurang P3 Kurangnya evaluasi dari kegiatan yang dilakukan

PROSE S

Lingkungan Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi syarat sebagai rumah sehat

Gambar 5. Diagram Fish Bone Cakupan Rumah Sehat

2.

Penyebab masalah yang paling mungkin Setelah dilakukan konfirmasi dengan petugas Tempuran bagian Koordinator

Kesehatan Lingkungan melalui wawancara langsung dan juga berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang didapatkan penyebab masalahnya sebagai berikut: a. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi

syarat sebagai rumah sehat.


c. Kurangnya pendataan serta belum ada penyuluhan secara berkala tentang

rumah yang memenuhi syarat kesehatan oleh tenaga kesehatan.


d. Belum

adanya jadwal yang pasti tentang perencanaan pelaksanaan

pengawasan rumah sehat


e. Belum optimalnya kader kesehatan lingkungan baik dalam hal jumlah maupun

dalam upaya melakukan promosi kesehatan tentang rumah sehat

BAB VIII

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


A. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah Setelah diperoleh daftar penyebab masalah yang paling mungkin pada petugas kesehatan setempat, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibentuk alternatif pemecahan penyebab masalah. Tabel 29. Pemecahan Masalah

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi syarat sebagai rumah sehat Kurangnya pendataan terhadap setiap rumah oleh tenaga kesehatan lingkungan akibat kurangnya tenaga petugas kesehatan lingkungan Belum adanya jadwal tertulis tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan rumah sehat Belum optimalnya petugas kesehatan lingkungan baik dalam hal jumlah maupun dalam upaya melakukan promosi kesehatan tentang rumah sehat

Memberikan penyuluhan langsung dan tidak langsung secara berkesinambungan dan berkala kepada masyarakat tentang rumah sehat serta pentingnya gaya hidup sehat sekaligus memberikan motivasi kepada masyarakat agar selalu menerapkan cara hidup yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Membuat jadwal tertulis untuk pelaksanaan pengawasan rumah sehat, evaluasi data per 3-6 bulan dan menjalankannya sesuai jadwal. Melakukan pengawasan sekaligus penyuluhan langsung kepada rumah yang diawasi. Mengoptimalkan petugas kesehatan yang ada dengan pembinaan dan peningkatan kerjasama lintas program (bekerjasama dengan petugas promkes), dan lintas sektoral dengan kader dan tokoh masyarakat setempat

B. Prioritas Pemecahan Masalah

Setelah menemukan pemecahan masalah yang paling mungkin, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas pemecahan masalah yang akan dilakukan. Penentuan prioritas pemecahan masalah yang akan dilakukan. Penentuan prioritas pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode criteria matriks: a. Magnitude (m)= besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka makin efektif b. Importancy (i)= pentingnya cara pemecahan masalah. Maka pentingnya cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka makin efektif. Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5. c. Vulnerability (v)= sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitive bentuk penyelesaian masalah maka makin efektif. Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitive cara penyelesaiannya, maka nilainya mendekati angka 5. d. Cost = perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5. Cara memberi nilai yaitu nilai yang mendekati nilai 1, bila biaya yang digunakan makin kecil sebaliknya mendekati nilai 5 biaya perkiraan makin besar. Rumus Kriteria Matriks: M.I.V C Tabel 15. Prioritas Pemecahan Masalah No . 1. Pemecahan Masalah yang Paling Mungkin Memberikan penyuluhan langsung dan tidak langsung secara berkesinambungan dan berkala kepada masyarakat tentang rumah sehat serta pentingnya gaya hidup sehat sekaligus memberikan motivasi kepada masyarakat agar selalu menerapkan cara hidup yang baik M 5 I 4 V 4 C 2 MIV C 40 Prioritas I

dalam kehidupan sehari-hari. 2. Membuat pelaksanaan jadwal tertulis untuk rumah jadwal. 4 5 4 3 26,6 II

pengawasan sesuai

sehat, evaluasi data per 3-6 bulan dan menjalankannya Melakukan pengawasan sekaligus penyuluhan langsung kepada rumah 3. yang diawasi. Mengoptimalkan petugas kesehatan yang ada dengan pembinaan dan peningkatan kerjasama lintas program (bekerjasama dengan petugas promkes), dan lintas sektoral dengan kader dan tokoh masyarakat setempat. 4 4 3 3 16 III

Setelah melakukan penentuan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Matriks maka didapatkan urutan prioritas pemecahan masalah mengenai rendahnya cakupan rumah sehat di dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Adapun Prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah yang didapatkan adalah:
I.

Memberikan penyuluhan langsung dan tidak langsung secara berkesinambungan dan berkala kepada masyarakat tentang rumah sehat serta pentingnya gaya hidup sehat sekaligus memberikan motivasi kepada masyarakat agar selalu menerapkan cara hidup yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

II.

Membuat jadwal tertulis untuk pelaksanaan pengawasan rumah sehat, evaluasi data per 3-6 bulan dan menjalankannya sesuai jadwal. Melakukan pengawasan sekaligus penyuluhan langsung kepada rumah yang diawasi.

III.

Mengoptimalkan petugas kesehatan yang ada dengan pembinaan dan peningkatan kerjasama lintas program (bekerjasama dengan petugas promkes), dan lintas sektoral dengan kader dan tokoh masyarakat setempat.

Tabel 16. Bentuk pemecahan masalah No 1 Pemecahan Masalah yang Paling Mungkin Memberikan penyuluhan langsung dan tidak langsung secara berkesinambungan dan berkala kepada masyarakat tentang rumah sehat serta pentingnya gaya hidup sehat sekaligus memberikan motivasi kepada
b. Pembuatan media promosi rumah sehat

Bentuk Kegiatan
a. Melakukan pertemuan dengan

masyarakat setiap 6 bulan sekali untuk dilakukan penyuluhan tentang rumah sehat.

masyarakat agar selalu menerapkan cara hidup yang baik dalam kehidupan sehari2 hari. Membuat jadwal tertulis untuk pelaksanaan pengawasan rumah sehat, evaluasi data per 3-6 bulan dan menjalankannya sesuai jadwal. Melakukan pengawasan sekaligus penyuluhan langsung kepada rumah yang diawasi.

dalam bentuk poster, pamphlet, dll. a. Berkoordinasi setempat b. Pembuatan rumah sehat c. Pembinaan kader-kader kesehatan lingkungan secara berkala jadwal pengawasan dengan petugas

promkes, kader dan tokoh masyarakat

Tabel 17. Plan Of Action


No

Kegiatan
Memberikan penyuluhan langsung dan tidak langsung secara berkesinambung an dan berkala kepada masyarakat tentang rumah sehat serta pentingnya gaya hidup sehat sekaligus memberikan motivasi kepada masyarakat agar selalu menerapkan cara hidup yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan
Agar masyarakat yang menurut data sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang rumah sehat lebih termotivasi untuk menerapkan rumah sehat pada rumahnya masingmasing.

Sasaran
Seluruh warga, kader, dan perangkat dusun

Pelaksana
Petugas Kesehatan lingkungan, kader, dokter muda

Waktu
September dan seteterusnya tiap 6 bulan

Lokasi
Balai desa Prajegan atau rumah Kepala dusun Prajegan

Dana
Bantuan operasional kesehatan

Metode
Penyuluhan langsung

Tolak Ukur keberhasilan


Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya rumah sehat

Membuat jadwal tertulis untuk pelaksanaan pengawasan rumah sehat, evaluasi data per 3-6 bulan dan menjalankannya sesuai jadwal. Melakukan pengawasan sekaligus penyuluhan langsung kepada rumah yang diawasi.

Agar evaluasi pendataan rumah sehat di dusun tersebut dapat tercatat dan dapat menentukan rencana intervensi selanjutnya.

Petugas Kesling, promkes,kader,dan tokoh masyarakat setempat

Petugas kesling dan dokter muda

Tiga bulan sekali dimulai dari bulan September 2012

Rumah warga

Dana operasional puskesmas

Pertemuan berkala dengan petugas promkes, kader dan tokoh masyarakat setempat untuk kegiatan kunjungan, penialaian sekaligus sosialisasi rumah sehat

Peran aktif dari petugas promkes, kesling, kader dan tokoh masyarakat dalam survei rumah sehat

Tabel 18. Gantt Chart

2012 Kegiatan 1 Penyuluhan tentang rumah sehat dan gaya hidup sehat. Melakukan pengawasan sekaligus penyuluhan dan mengatur jadwal untuk pelaksanaan kegiatan pengawasan dan penyuluhan. September 2 3 4 1 Oktober 2 3 4 1 November 2 3 4 1 Desember 2 3 4

2013 Kegiatan 1 Penyuluhan tentang rumah sehat dan gaya hidup sehat Melakukan pengawasan sekaligus penyuluhan dan mengatur jadwal untuk pelaksanaan kegiatan pengawasan dan penyuluhan Januari 2 3 4 1 Februari 2 3 4 1 Maret 2 3 4 1 April 2 3 Mei 4 1 2 3 4

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Pada hasil Survei Mawas Diri (SMD) yang dilakukan tanggal 10 11 Agustus 2012 di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari yang merupakan salah satu desa pada wilayah Puskesmas Tempuran , dari 30 KK hanya 6 KK yang memenuhi kriteria rumah sehat, sehingga cakupan persentase rumah sehat hanya sebesar 20%, dimana target dari dinas kesehatan sebesar 70%. Berdasarkan analisis dan konfirmasi penyebab masalah maka diketahui penyebab rendahnya cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan, yaitu terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi syarat sebagai rumah sehat. Kurangnya pendataan terhadap setiap rumah dan belum ada penyuluhan secara berkala tentang rumah sehat oleh tenaga kesehatan akibat kurangnya tenaga petugas kesehatan juga menjadi penyebab masalah rendahnya cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan. B. Saran a. Bagi petugas Kesehatan Menghimbau kepada petugas kesehatan, kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran agar meningkatkan program penyuluhan langsung yang berkesinambungan mengenai rumah sehat di seluruh wilayah kerja Puskesmas Tempuran, dan khususnya di Dusun Prajegan, desa Prajeksari.
b. Bagi Masyarakat Dusun Prajegan, Desa Prajeksari

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan masyarakat mau mengubah perilaku dan mau lebih proaktif dalam meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan lingkungan, khususnya masalah perumahan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Putra Prabu. Rumah Sehat. 2009. Diunduh tanggal 13 Agustus 2012. Subdhi Febrillah. Rumah Sehat. 2010. Diunduh tanggal 13 Agustus 2012.

Available at: http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/03/rumah-sehat/


2.

Available at: http://www.scribd.com/doc/22740907/febrillah-subdhi-makalah-rumahsehat-untuk-download-lihat-description-di-bawah


3.

Keputusan Mentri Kesehatan RI No.829.Menkes SK/VII/2009/01/03/rumah-

sehat/Januari 2011. Available at: http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/03/rumahsehat/


4.

Kesehatan Lingkungan.2010. diunduh tanggal 13 Agustus 2012 . Available at: Munif Arifin. Rumah Sehat. Diunduh tanggal 13 Agustus 2012. Available at: Ulfansyam. Rumah Sehat. 2010. Diunduh tanggal 14 Agustus 2012. Available http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/13-kesehatan-masyarakat/21-rumahSaifudin.2000. Tempat tinggal Sehat, Air Bersih dan Sehat Lingkungan Bersih Hartoyo, Handout instrument analisa Hartoyo, Handout penentuan prioritas pemecahan masalah: Magelang 2012.

http://www.dinkes-kabtengerang.go.id/index.php?option=com
5.

http://www.scribd.com/doc/37715533/RumahSehat
6.

at: 7.
8.

sehat.html dan Sehat: Jawa tengah penyebab untuk pemecahan masalah: Magelang, 2012.
9.

LAMPIRAN

You might also like