You are on page 1of 5

Abstrak Apendiks disebut juga umbai cacing.

Istilah usus buntu yang dikenal masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering dengan indikasi laparotomi yang paling banyak. Kejadian apendisitis bervariasi pada setiap negara, hampir 7% orang barat mengalami apendisitis dan sekitar 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat tiap tahunnya. Insidens semakin menurun pada 25 tahun terakhir, namun di Negara berkembang justru semakin meningkat, kemungkinan disebabkan perubahan ekonomi dan gaya hidup.

Isi Seorang laki-laki berusia 17 tahun datang sadar penuh dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah mendadak. Nyeri perut seperti ditusuk-tusuk. Gejala dirasakan setelah pulang sekolah. Tidak mengeluh pusing, demam, sesak nafas, mual dan muntah. Pasien belum diberi obat-obatan dan langsung menuju ke IGD. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam BAB dan BAK. Tidak ada riwayat mengeluh hal yang sama sebelumnya. Riwayat keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama. Pemeriksaan fisik keadaan umum baik compos Mentis/ E(4), V(5), M(6), vital sign tekanan darah 100/ 60 mmHg, suhu 36.5oC, nadi 120x/ menit, pernafasan 24x/ menit. Pada pemeriksaan kepala, leher tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan thorak, paru-paru (Inspeksi simetris kanan kiri, tidak ada retraksi, tidak ada sikatrik, Palpasi vokal fremitus kanan kiri sama, Perkusi sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar pada SIC V LMC dekstra, Auskultasi suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua lapang paru), jantung (Inspeksi ictus cordis tidak terlihat, Palpasi ictus cordis tidak teraba, Perkusi redup, Auskultasi S1- S2 regular, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop). Pemeriksaan abdomen (Inspeksi distensi (-), penampakan massa (-), asites, sikatrik (-), luka operasi (-), inflamasi (). Auskultasi peristaltic (+), metallic sound (-), burburitmik (-), bising aorta abdominal (-). Perkusi timpani di semua lapang paru. Palpasi Supel, nyeri tekan pada region kanan bawah (titik Mc Burney) >> Mc. Burney sign (+), hepar/ Lien tidak teraba, rovsing Sign (-), blumberg sign (-), nyeri tekan epigastrik (-). Tanda penyokong appendisitis obturator sign (+) psoas sign (+). Pemeriksaaan penunjang appendicogram tidak dilakukan, USG lower abdomen tidak dilakukan, rontgen thorak dalam batas normal, hasil laboratorium didapatkan Hb 14,4 gr%, AE 5,13 jt/ul, AT 241 rb/ul, Hmt 42,2%, peningkatan AL 13,3 rb/ul, pada hitung jenis leukosit didapatkan peningkatan segmen 88%, penurunan limfosit 8%.

Diagnosis Appendisitis Akut

Terapi 1. Operasi Appendiktomi 2. Intruksi post op : Awasi Keadaan Umum dan Vital Sign, Bila peristaltic (+), inisiasi dengan minum sedikit demi sedikit, Infuse RL 16 tpm, Obat : Zibac (Ceftacidine) 2x1, Teranol 2x1

Diskusi Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 315 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden appendicitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis appendicitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Etiologi appendisits yaitu agen obtruktif dan agen infektif. Agen obstruktif yaitu Benda Asing (Binatang : cacing pita, cacing gelang, Sayuran : biji-bijian, batu dan lain-lain, Mineral : fekolith (penyebab tersering), Striktur Kongenital, Jaringan Limfoid Submukosa. pada agen infektif kerap ditemukan adanya infeksi campuran yang dapat mencapai dinding apendiks melalui erosi epitelial yang disebabkan oleh tekanan agen obstruksi. Organisme yang terlibat di antaranya E. Coli, Streptococcus faecalis, dan bakteri komensal intestinal lainnya. Dalam menegakkan diagnosis appendisitis diperlukan : a. Anamnesis

Dalam anamnesis untuk menegakkan diagnosis perlu ditanyakan adanya : - Nyeri perut, nyeri biasanya dimulai di epigastrik dan di sekitar umbilicus dan setelah beberapa jam akan menetap di kanan bawah. Anoreksia, mual dan muntah Obstipasi, akibat nyeri penderita akan takut mengejan sehingga konstipasi.

- Demam, bila tidak ada komplikasi suhu badan akan tetap atau subfebril, tetapi bila ada komplikasi, suhu badan akan naik.

b. -

Pemeriksaan Fisik Inspeksi :

Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut. Palpasi :

Pada daerah perut kanan bawah (titik Mc. Burney) apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign). Nyeri pada kwadran kanan bawah, bila ditekan di kwadran kiri bawah. Ada 2 teori : a) Prinsipnya tekanan pada suatu bejana berhubungan (usus) akan diteruskan ke segala arah. Penekanan yang paling optimal menimbulkan rasa sakit di daerah sigmoid. Sigmoid kan usus paling distal, jadi kalau ditekan, tekanan akan diteruskan hanya ke arah proksimal sampai ke daerah caecum dan appendix yang meradang akan nyeri. b) Terdapat inflamasi lokal pada peritoneum di kwadran kanan bawah Perkusi : tympani, pekak hepar (+), nyeri ketok kwadran kanan bawah (+)

Auskultasi : bising usus (+) normal Pemeriksaan Psoas Sign dan Obturator Sign

Psoas Sign Aktif : Penderita berbaring terlentang. Tangan pemeriksa diletakkan di atas paha kanan.

- Penderita diminta mengangkat tungkai atas, pemeriksa berusaha menahan tungkai atas penderita. Positif bila penderita merasa nyeri di titik Mc. Burney

Pasif - Penderita dibaringkan pada sisi kiri tubuh, kemudian tungkai kanan atas di abduksi hiper ekstensi. - Bila terdapat rasa nyeri, maka kemungkinan letak appendix retrocaecal. Obturator Sign

- Penderita berbaring telentang, dilakukan fleksi endorotasi pada tungkai kanan atas. - Bila terdapat rasa nyeri, maka kemungkinan letak apendiks mengarah ke pelvis. Pemeriksaan Colok Dubur

Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks meradang terletak di daerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika. c. Pemeriksaan Penunjang

- Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. - Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. - Appendicogram Penatalaksanaan 1. Terapi Medis : Cairan, Antibiotik 2. Terapi Bedah : Appendiktomi, Laparoskopik

Kesimpulan Dalam menegakkan diagnosis appendicitis harus dilakukan secara menyeluruh seperti pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini apendisitis yang terjadi pada pasien adalah apendisitis akut. Hal ini dikarenakan tampak gejala akut pada pasien seperti nyeri pada region kanan bawah mendadak sejak sepulang sekolah pada hari masuk RS, nyeri terasa ditusuk-tusuk, dan tidak ada riwayat yang sama sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan mc burney sign (+), obturator sign (+) dan psoas sign (+). Tidak dilakukan apendicogram dan USG abdomen. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan angka leukosit (leukositosis) sebesar 13,3 ribu/ ul (nilai normal 4-10 rb/ ul) yang menunjukkan proses peradangan sedang berlangsung.

Referensi

1. Sjamsuhidajat R., de Jong W., 2005, Apendiks Vermiformis, Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 Revisi. Jakarta: EGC. 2. Marijata, 2006, Pengantar Bedah Klinis, Unit Pelayanan Kampus UGM, Yogyakarta. 3. Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta. 4. Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W. I., Setiowulan, W., editor., 2005, Bedah Digestif dalam Kapita Selekta Kedokteraan Edisi ketiga Jilid 2, Cetakan kelima, Media Aesculapius, Jakarta.

Penulis Ismy Dianty. Program Profesi Pendidikan Dokter Bagian Ilmu Bedah. RSUD Panembahan Senopati Bantul.

You might also like