You are on page 1of 33

ASFIKSIA

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

RSUP KARIADI
SEMARANG 2012

PENDAHULUAN
Asfiksia mekanik yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana.

Tujuan pemeriksaan terhadap korban adalah untuk memastikan korban meninggal secara alamiah, mekanik atau akibat keracunan (pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan).

ASFIKSIA
Kegagalan masuknya udara ke dalam alveoli paru atau sebab2 lain yang mengakibatkan persediaan oksigen dalam jaringan atau darah atau keduanya berkurang sampai suatu tingkat tertentu dimana kehidupan tidak mungkin berlanjut.

Definisi

ETIOLOGI
Penyebab alamiah
Penyakit yang diderita

Trauma mekanik
Penyebab asfiksia mekanik Trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran napas

Keracunan
Ditimbulkan oleh bahan-bahan racun

Jenis-jenis Asfiksia Mekanik


Pembekapan (smothering). Penyumbatan saluran napas (gagging dan choking). Tekanan di daerah leher. Pengaruh berat badan: mati gantung (hanging). Tenaga dari luar: penjeratan (strangulation). pencekikan (throttling). Tersumbat oleh cairan: tenggelam (drowning). Gangguan gerakan pernafasan (asfiksia traumatik). Sufokasi (suffocation).

Secara patofisiologi, menurut Gordon dibedakan 4 bentuk asfiksia:


Anoksia anoksik

Anoksia histotoksik

Anoksia anemik

Anoksia stagnant

1. ANOKSIA ANOKSIK
O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru Penyebab : Asfiksia murni/sufokasi: tidak ada atau tidak cukup O2: bernafas dalam ruangan tertutup. Asfiksia mekanik: hambatan mekanik.

2. ANOKSIA ANEMIK
Hemoglobin membawa O2 tidak cukup: - Anemia berat. - Perdarahan masif. - Kelainan darah seperti leukemia, thalasemia dll.

3. ANOKSIA STAGNANT
Sirkulasi darah yang membawa O2 tidak lancar: - Gagal jantung - Hambatan pembuluh darah

4. ANOKSIA HISTOTOKSIK
Gangguan pada sel / jaringan jaringan / sel tidak dapat menggunakan O2 secara efektif. Dibagi dalam 4 tipe: Ekstraseluler: gangguan di luar sel Intraseluler: permeabilitas sel berkurang Metabolik: hasil metabolit tidak dapat dibuang Substrat: Intake tidak cukup untuk metabolisme yang efisien.

Patofisiologi Asfiksia
Primer (akibat langsung dari asfiksia) Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh.

Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)


Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat.

GEJALA-GEJALA ASFIKSIA
Gejala-gejala asfiksia dapat dibagi atas beberapa stadium: Stadium Dispnea Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan merangsang pusat pernafasan. Gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi) bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan. Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan darah meningkat.

Stadium Kejang Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh Kesadaran hilang dengan cepat Bila kekurangan O2 ini terus berlanjut, maka penderita akan masuk ke stadium apnea.

Stadium Keletihan Spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin jelas. Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, Otot menjadi lemah, Hilangnya refleks, Dilatasi pupil, Tekanan darah menurun, Pernafasan dangkal dan semakin memanjang, Pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat lagi.

Stadium Akhir (Apnea) Fase akhir yaitu suatu fase dengan paralisis pusat pernapasan yang lengkap dimana pernapasan telah berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 3 sampai 5 menit.

Tanda Kardinal Asfiksia


Tardieus spot (Petechial hemorrages)

Sianosis

Buih halus sukar pecah

PEMERIKSAAN JENAZAH
PEMERIKSAAN LUAR

PEMERIKSAAN DALAM

Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari tangan & kaki. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan. Warna lebam mayat merahkebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra.

Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat paska kematian. Busa halus di dalam saluran pernapasan. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah. Petekie. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan.

Jenis-jenis Asfiksia
Pembekapan Penutupan saluran napas bagian luar. Alat-alat: telapak tangan, kain, handuk, bantal, kasur, atau plester lebar. Tanda: luka memar atau lecet pada lubang hidung dan mulut. Dapat tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan bila menggunakan bahan
1.

Penyumbatan saluran napas Gagging: sumbatan pada orofaring. Choking: sumbatan pada laringofaring. Penyebab: Tertelan permen atau kacang. Penyumpalan mulut dengan kain, kertas, atau tisu Tanda: benda asing pada saluran napas dan luka pada saluran napas akibat benda asing.
2.

Mati gantung Suatu strangulasi berupa tekanan pada leher akibat adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan korban. Alat: tali, kain, atau dasi Pemeriksaan luar: Bekas jeratan berparit, seperti v terbalik, tidak bersambung, terletak di bagian atas leher, warna kecoklatan, dan kering seperti kertas perkamen. Luka lecet. Leher sedikit memanjang dengan bekas jeratan di leher. Ada garis ludah di pinggir salah satu sudut mulut. Pemeriksaan dalam: Resapan darah pada jeratan, pangkal tenggorokan dan esofagus. Tanda-tanda pembendungan. Perdarahan berupa garis yang letaknya melintang pada tunika intima dari arteri karotis interna, setentang dengan tekanan tali pada leher.
3.

Penjeratan Keadaan udara terhalang masuk ke saluran pernapasan akibat tenaga luar. Alat-alat: tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kabel, atau kaos kaki. Pemeriksaan luar: Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan bersambung di bawah atau setentang kartilago tiroid, lecet di sekitar jeratan, dan ada vesikel halus. Bila korban tetap terjerat, maka warna bekas jeratan kecoklatan seperti kertas perkamen. Tanda-tanda asfiksia sangat jelas (muka bengkak, membiru, mata melotot, dan lidah menjulur). Dapat dijumpai keluar feses dan urin. Pemeriksaan dalam Fraktur tulang krikoid dan tulang rawan trakea lainnya. Mukosa laring dan trakea menebal kadang disertai perdarahan kecil. Pembendungan paru-paru. Tardieus spot.
4.

Pencekikan Penekanan leher dengan tangan yang menyebabkan dinding saluran napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas. Pemeriksaan luar: Banyak bekas kuku jari tangan pada leher korban. Memar. Pemeriksaan dalam: Perdarahan otot bagian dalam leher. Fraktur os hyoid dan lidah. Pembendungan pada wajah dan kepala.
5.

Tenggelam Terhalangnya udara masuk ke dalam saluran pernapasan oleh sumbatan cairan Tenggelam dapat terjadi pada Air tawar. Air asin. Pemeriksaan luar: Tanda-tanda asfiksia. Tangan menggenggam rumput atau kayu. Washer womans hand. Cutis anserina. Kadang gigitan ikan dan binatang air lainnya. Pemeriksaan dalam: Lumpur, pasir halus, dan benda asing lainnya dalam mulut dan saluran napas, lumen laring, trakea, dan bronkus. Ada pitting oedem. Esofagus dan lambung berisi cairan dan lumpur.
6.

Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan diatom: dijumpai 4 sampai 5 diatom per lapangan pandang besar atau 10 sampai 20 per satu sediaan. Pemeriksaan darah: berat jenis dan kadar elektrolit darah untuk menentukan jenis air tempat korban tenggelam.

Asfiksia traumatik Asfiksia yang terjadi akibat penekanan dari luar pada dinding dada sehingga dada terfiksasi dan menimbulkan gangguan gerak pernapasan. Penyebab: Korban tertimbun oleh pasir, tanah, runtuhan tembok. Korban tergencet saat berdesakan. Tanda postmortem: Sianosis. Pembendungan muka disertai petekie. Edema konjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva. Petekie pada leher, bokong, dan kaki.
7.

Sufokasi Sufokasi ialah asfiksia yang murni. Sufokasi terjadi karena korban berada dalam ruangan kecil tertutup, lemari es, kepala dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup yang diikat di bagian leher, atau korban masuk selokan pengap.
8.

Asfiksia akibat keracunan Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologi dalam dosis toksik menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Menurut sumber: Racun tumbuhan. Racun hewan. Racun mineral. Racun sintetik. Menurut tempat : Racun alam bebas. Racun rumah tangga. Racun pertanian. Racun industri. Racun farmasi.
9.

Pemeriksaan luar: Bau. Pakaian. Kelainan pada tempat masuk racun. Kulit. Rambut. Kuku. Sklera.

Pemeriksaan dalam: Perdarahan kecil otak. Lidah ternoda oleh warna tablet atau kapsul. Esophagus mengalami regurgitasi, selaput lendir hiperemis. Epiglotis, glotis mengalami hiperemi, edema, atau regurgitasi. Pada paru, terjadi pembendungan akut, edema, atau emfisema akut. Pada lambung dan usus 12 jari: bau, warna isi lambung, dan bahan-bahan racun (tablet atau kapsul). Jantung mengalami pelunakan, warna merah pucat atau coklat kuning, dan pelebaran ventrikel; Pada usus dijumpai tablet yang belum tercerna; Degenerasi lemak atau nekrosis hati. Pembendungan akut pada limpa. Ginjal agak membesar, korteks membengkak, warna kelabu kuning. Konsentrasi zat racun yang tinggi dalam urin.

Aspek Medikolegal

Pembunuhan lebih sering pada pembekapan dan penjeratan. Pembunuhan juga terjadi pada gagging, choking, mati gantung, pencekikan, tenggelam, sufokasi, dan keracunan. Bunuh diri dapat terjadi pada gagging, choking, mati gantung, penjeratan, tenggelam dan keracunan. Kecelakaan umumnya tenggelam terutama di musim hujan dan banjir. Kecelakaan dapat terjadi pada pembekapan, gagging, choking, mati gantung, penjeratan, pencekikan, asfiksia traumatik, sufokasi, dan keracunan.

Terima Kasih

You might also like